Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan fokus perusahaan untuk memastikan dan meningkatkan imbal hasil yang baik
pada investasi IT dan berlalunya Sarbanes-Oxley Act (SOX) di Amerika Serikat pada tahun 2002,
gagasan penerapan IT Governace menjadi perhatian penting dalam dunia bisnis. Banyak
organisasi yang menerapkan praktik IT Governance dalam operasi sehari-hari sebagai strategi
untuk mendorong dan mengontrol IT, terutama untuk memastikan bahwa investasi IT diarahkan
dan dilaksanakan dengan cara yang tepat demi tercapainya peningkatan nilai bisnis perusahaan.

Bahkan, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perusahaan dengan model


penerapan IT Governance yang baik dapat menyajikan hasil yang lebih unggul dibandingkan
pesaing mereka [30,49]. Hal ini lah yang menjadi dasar bahwa betapa pentingnya adanya
penerapan IT Govenance untuk meningkatkan efektivitas kegiatan sehari-hari di dalam
perusahaan. Namun, pertanyaan tentang bagaimana untuk menerapkannya dalam praktik telah
menarik banyak minat baik eksekutif maupun akademisi.
Memang, menerapkan strategi IT Governance diyakini menjadi kunci untuk memiliki
fungsi IT yang sukses [6]. Organisasi merancang dan mengatur mekanisme IT Governace
sebagai sarana rasionalisasi dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan organisasinya terkait
dengan pengambilan keputusan [20], mengharapkan dapat memperoleh peningkatan nilai bisnis
dari adanya investasi pada IT serta berdampak pula pada kinerja organisasi.
Penerapan mekanisme IT Governance diperuntungkan untuk merumuskan baik
pemahaman dan penerapan IT Governance dalam lingkungan bisnis praktis, khususnya
mengenai penyelarasan IT dengan bisnis , pemberdayaan IT dalam proses bisnis, maksimalisasi
manfaat IT, penggunaan yang bertanggung jawab dari sumber daya IT, dan manajemen yang
tepat terhadap risiko TI [51]. Meskipun beberapa penulis telah menyatakan bahwa efektif tata
kelola IT sangat penting bagi setiap organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan, masih sangat
sedikit penelitian yang tersedia dan secara empiris mendukung asumsi tentang faktor-faktor yang
menentukan efektivitas IT Governance. Dengan penelitian ini, peneliti berharap untuk mengisi
kesenjangan penting ini.
Literatur IS menyoroti domain yang berbeda yang harus diperhatikan oleh organisasi
untuk mengatur teknologi mereka. Yang paling sering dikutip adalah IT Strategic Alignment, IT
1
Nilai Pengiriman (IT value delivery), IT Manajemen Risiko (IT risk management), IT Manajemen
Sumber Daya (IT resource management) dan IT Pengukuran Kinerja (IT performance management)
[24,45,48,51]. Ada beberapa gambaran bahwa organisasi yang memiliki pengaturan IT
Governance yang baik adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi dalam
domain ini. Domain ini harus dipertimbangkan untuk menciptakan dan menumbuhkan
lingkungan yang mempromosikan lebih baik terkait dengan penggunaan IT oleh organisasi, yang
akan meningkatkan efektivitas IT Governance.
.
B. RUMUSAN MASALAH

Di dalam penelitian ini peneliti berfokus pada dua permasalahan yaitu:


1. Apakah IT Governance Domains berpengaruh terhadap efektivitas IT Governance?
2. Apakah penerapan IT Governance Mechanisms berpengaruh terhadap cara organisasi
mengatur IT?
C. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:


1. Pengaruh IT Governace Domains terhadap efektivitas IT Governance.
2. Pengaruh IT Governance Mechanisms terhadap cara organisasi mengatur IT.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. LANDASN TEORI

1. STAKEHOLDER TEORI

Perkembangan bisnis sekarang ini menuntut perusahaan agar lebih memerhatikan


seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya kepada pemegang saham.
Karena hal tersebut, selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan akan mendatangkan
manfaat ekonomi serta menjaga perkembangan bisnis perusahaan. Maka dari itu keterkaitan
hubungan antara perusahaan bersama seluruh pemangku kepentingan tersebutlah, teori
stakeholder kemudian dikembangkan. IT Governance merupakan bagian terpenting di dalam
Corporate Governance. Berbagai pemikiran mengenai Sarbanes oxley berkembang dengan
bertumpu pada stakeholder theory dimana pengelolaan yang dilakukan perusahaan
berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada dalam perusahaan
maupun yang di luar perusahaan
IT governance telah menjadi subyek dari banyak perdebatan dan spekulasi di kalangan
peneliti dan praktisi, dan masih tetap menjadi fenomena tidak dipahami dengan baik, yang
terus berkembang dengan meningkatnya kompleksitas. Beberapa pertanyaan dan isu-isu
terkait dengan tata kelola TI telah dibahas sejak diperkenalkannya computer pertama di
organisasi. Namun, lebih dari 30 tahun penelitian empiris masih ada beberapa celah yang akan
dihubungkan, termotivasi terutama oleh kurangnya penelitian yang konsisten tentang topik ini.
Sejak IT menjadi bagian penting dalam mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan
organisasi, dalam hal pengamabilan keputusan serta manajemen senior menyerukan untuk
memberikan fokus khusus pada IT Governance perusahaan [14]. Situasi ini telah memperkuat
peran IT Governance sebagai bagian integral dari tata kelola perusahaan. Secara historis, IT
Governance telah sangat terkait dengan struktur atau konfigurasi dari fungsi IT dan
mencerminkan tanggung jawab dalam hal pengambilan keputusan [5,42]. Namun, fokus pada
struktur IT saja dan mengabaikan lingkup kegiatan IT yang berlangsung membuat adopsi
mekanisme tata kelola yang berbeda merupakan cara penting untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan TI. Dalam hal ini, tata kelola TI didefinisikan sebagai sistem dimana sebuah
organisasi' s IT diarahkan dan dikendalikan; menggambarkan distribusi hak dan tanggung
jawab antara para pemangku kepentingan yang berbeda dalam organisasi, dan aturan-aturan
dan prosedur untuk membuat dan mengawasi keputusan pada masalah strategis TI [34]
pengambilan keputusan IT.

3
2. IT GOVERNANCE MECHANISMS

IT governance Mechanism adalah mekanisme yang terkait dengan wewenang dan


tanggung jawab secara benar dalam menetapkan suatu keputusan untuk mendorong perilaku
penggunaan teknologi informasi pada perusahaan. IT Governance Mechanism pada umumnya
melibatkan penggunaan kombinasi berbagai struktur, proses, dan mekanisme relasional.
(Peterson 2004 ).
a. Struktur
Keputusan untuk menerapkan Kerangka Kerja TI terkadang dapat disebabkan oleh isu
tertentu atau suatu masalah kritis. Untuk dapat menempatkan struktur, proses dan
mekanisme Tata Kelola teknologi Informasi sehingga dapat dipahami satu dengan
lainnya. Struktur melibatkan keberadaan bertanggung jawab seperti eksekutif TI dan
keragaman TI serta proses merujuk strategis TI sampai dengan pengambilan keputusan
dan monitoring.
b. Proses
 Strategic Information Systems Planning
Strategoc Information Systems Planning (SISP) memiliki empat komponen utama,
yaitu : menyelaraskan TI dengan tujuan bisnis, memanfaatkan TI guna keunggulan
kompetitif, mengarahkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya TI, dan
mengembangkan kebijakan teknologi dan arsitektur.
 COBIT and ITIL
Control Objectived for Information and related Technology (COBIT) menyediakan
34 proses TI yang sesuai dengan tingkatan organisasi yang bertujuan sebagai
pengendali dan pedoman manajemen termasuk model kematangan (maturity models)
dan penilaian (scorecard ) dibentuk indikator tujuan utama dan indikator kinerja
utama. Tujuan COBIT juga dapat membantu untuk mendukung IT Governance
dalam suatu organisasi. Kontrol Tujuan dari “
Membantu dan menyarankan pengguna IT” . Jadi, COBIT memberitahu apa yang
harus dilakukan dan ITIL menjelaskan secara rinci bagaimana itu harus dilakukan.
 Service Level Agreements (SLA)
SLA mendukung kebutuhan proses Service Level Management (SLM) to
menjalankan peran penting. Fungsi SLA adalah mendefinisikan apa tingkat layanan
yang diterima oleh pengguna dan yang dicapai oleh penyedia layanan, mendefinisikan
apa yang dapat diterima bersama dan disepakati dalam hal ini merupakan indikator
kualitas dari layanan yang diberikan.

4
 Information Economics
Metode ekonomi informasi yang dikembangkan oleh Benson dan Parker dapat
digunakan sebagai penyelaras dimana bisnis dan TI dapat menghasilkan proyek-
proyek TI dengan cara ini dapat diprioritaskan dan proyek mana yang dapat ipilih.
Ekonomi informasi berawal dari Return On Investment (ROI) dimana akan dihitung
suatu pengembalian modal dari investasi yang dilakukan meliput berapa lama, berapa
jumlahnya dan dampak yang akan didapati.
c. Relational Mechanisms
Mekanisme lain untuk IT Governance adalah komunikasi dua arah yang efektif dan
partisipasi yang baik / hubungan kerjasama antara bisnis dan departemen TI, karena
sering adanya kekurangan kesadaran bisnis pada bagian TI atau sedikit apresiasi TI
pada bagian bisnis

3. IT GOVERNANCE DOMAINS

Dalam penelitian ini untuk IT Governance domains terdiri dari 5 indikator, yaitu:

a) IT Strategic Alignment

IT Strategic Alignment dapat didefinisikan sebagai kesesuaian antara bisnis dan IT


strategic alignment; ini berkaitan dengan integrasi antara IT dan rencana bisnis untuk
mempertahankan solusi dan strategi selaras dengan strategi IT dan perusahaan bisnis
(Chan, Huff, Barclay, dan Copeland 1997).

b) IT Value Delivery

ITGI (2003) menyoroti bahwa nilai tambah IT untuk bisnis adalah fungsi dari tingkat
dimana unit IT mempunyai tujuan yang sesuai dengan strategis dan memenuhi harapan
manajemen bisnis. Tujuan IT Governance adalah untuk memastikan bahwa nilai bisnis
memandu pilihan dan implementasi investasi IT. Perusahaan telah menekankan
penggunaan strategi yaitu mekanisme IT Governance dalam membangun kemampuan dan
meningkatkan nilai bisnis dengan menciptakan struktur yang fleksibel dan proses yang
menyertainya serta mekanisme relasional untuk meningkatkan efektivitas TI pemerintahan
(Wilkin, Campbell, dan Moore 2013).

5
c) IT Risk Management

IT Risk Management berhubungan erat dengan adanya ketidakkonsistenan dan kegagalan


dalam sistem yang dapat menyebabkan masalah serius krisis dalam perusahaan, seperti
rusaknya reputasi dan citra, kerugian bisnis, dan bahkan tanggung jawab hukum (Hughes
2006; Trautman, Triche, dan Wetherbe 2013).

Risiko semacam itu ada di area sistemik dan operasional di mana keamanan informasi dan
infrastruktur IT sangatlah penting (Maizlish dan Handler 2005). Oleh karena itu, agar
efektif, IT Governace harus divalidasi dalam mengelola risiko, yang berarti memastikan
ada kontrol untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah, menghilangkan atau
mentransfernya, dan memantau peristiwa pemicu untuk mengurangi dampaknya, sehingga
memastikan kegagalan IT tidak membahayakan tujuan bisnis strategis.

d) IT Resource Management

IT Resource Management juga penting dalam memastikan investasi TI sesuai dengan


tujuan dan kebutuhan organisasi. Sumber daya meliputi serangkaian perangkat keras,
perangkat lunak, keterampilan manusia, dan proses manajemen yang berfungsi untuk
menerjemahkan investasi IT ke dalam kinerja IT (Chang dan King 2005). Peran
manajemen sumber daya TI adalah untuk mengoptimalkan IT organisasi pengetahuan dan
infrastruktur, termasuk investasi IT dan berfungsinya IT, dan untuk memastikan alokasi
yang tepat darisumber daya ini (Broadbent dan Weill 1997; Bradley et al. 2012a).

IT Governance memfasilitasi identifikasi dan penyebaran kapabilitas IT yang paling sesuai


dalam hubungannya dengan kebutuhan bisnis yang berkenaan dengan perumusan,
implementasi, dan kepatuhan terhadap proses, anggaran, dan taktis rencana untuk
menerapkan strategi TI (Wilkin dan Chenhall 2010) sehingga organisasi akan dapat
menggunakan sumber daya lebih efisien.

e) IT Performance Management

IT Performance Management memiliki peran penting dalam evaluasi kinerja dan nilai
operasional IT (Schwarz dan Hirschheim 2003). Pemantauan kinerja IT dapat digunakan
untuk memastikan bahwa tindakan yang direncanakan sedang dilakukan dan untuk
mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan (ITGI 2005). Menilai apakah suatu proyek IT
sesuai jadwal, sesuai anggaran, untuk mencapai itu tujuan, dan apakah infrastruktur IT
memenuhi kebutuhan pengguna dapat membantu organisasi mengidentifikasi sejauh mana

6
kontribusi TI terhadap pencapaian tujuan strategis (Love, Irani, Standing, Lin, dan Burn
2005).

B. KERANGKA KONSEPTUAL

C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

H1 : Terdapat hubungan positif IT Startegic Alignment dengan IT Governance Efectivity


H2 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Startegic Aligment
H3 : Terdapat hubungan positif IT Value Delivery dengan IT Governance Efectivity
H4 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Value Delivery
H5 : Terdapat hubungan positif IT Risk Management dengan IT Governance Efectivity
H6 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Risk Management
H7 : Terdapat hubungan positif IT Resource Management dengan IT Governance Efectivity
H8 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Resource Management
H9 : Terdapat hubungan positif IT Performance Management dengan IT Governance
Efectivity
H10 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Performance
Management

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENGUMPULAN DATA


Untuk menguji penelitian ini, peneliti menggunakan survei kuesioner untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengirimkan email ke departemen
Investor Relations dari semua perusahaan Brasil yang terdaftar di BOVESPA (Bursa Efek Brasil),
yang ditujukan kepada IT Senior perusahaan. Dari sampel 391 perusahaan publik, terdapat 87
respon yang valid diterima. Semua perusahaan yang diteliti diklasifikasikan oleh BOVESPA
sebagai perusahaan besar, sesuai dengan jumlah karyawan dan pendapatan tahunan. Mengenai
pengalaman dari CIO menanggapi, 70% memiliki lebih dari enam tahun di perusahaan yang sama
dan 90% bekerja sebagai CIO selama lebih dari satu tahun.

B. VALIDITAS PENGUKURAN
Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor eksplorasi
(EFA) untuk mengidentifikasi dan memvalidasi item kontribusi untuk masing-masing konstruk
dalam model. Partial Least Square (PLS) digunakan untuk menguji hubungan hipotesis dalam
penelitian ini. Validitas dan reliabilitas item dan konstruksi dinilai dengan memeriksa beban dari
item pada variable masing-masing.

8
Peneliti menilai keandalan skala menggunakan reliabilitas komposit (CR). CR
menawarkan perkiraan yang lebih baik dari varians bersama oleh indikator dan karena
menggunakan beban barang yang diperoleh dalam jaringan nomological[18]. Seperti ditunjukkan
pada Tabel 2, skor CR untuk semua skala melebihi ambang batas minimum 0,70, menunjukkan
keandalan skala yang digunakan dalam penelitian ini.

9
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Peneliti menganalisis model penelitian dengan SmartPLS 2,0 M3 [40]. Untuk


mempermudah, peneliti menyajikan hasil pengujian melalui tiga model yang berbeda, satu
untuk setiap kelompok IT Governance Mechanism: (A) struktur, (B) proses dan (c)
mekanisme relasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R square untuk ketiga model
adalah sama, 0,62.
 H1 : Terdapat hubungan positif IT Startegic Alignment dengan IT Governance
Efectivity
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Strategic Alignment memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap efektivitas IT Governance (β = 0,37; p <0,000), sehingga
mendukung Hipotesis 1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin selaras IT dan strategi
perusahaan, semakin efektif penggunaan IT oleh organisasi. IT Strategic Alignment
merupakan komponen penting untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dari efektivitas IT
yang pada gilirannya dapat membantu organisasi untuk mendapatkan kinerja yang lebih
baik [29].
 H2 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Startegic
Aligment
Peneliti menemukan bahwa adanya struktur, proses dan relasional mekanisme memiliki
hubungan yang signifikan dan positif terhadap IT Strategic Alignment (β = 0,58; p <0,000),
sehingga mendukung Hipotesis 2. Hal ini menujukan bahwa perusahaan yang

10
menerapkan mekanisme IT Governance akan mengalami peningkatan dalam hal
keselarasan stategi IT nya (IT Strategic Alignment). Wong et al. [54], misalnya, menemukan
bahwa komunikasi karyawan memiliki hubungan langsung dan positif dengan keselarasan
bisnis-IT sedemikian rupa yang dapat digunakan untuk membina dan mendorong
pelaksanaan penyelarasan bisnis-IT ke keadaan yang diinginkan.
 H3 : Terdapat hubungan positif IT Value Delivery dengan IT Governance
Efectivity
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Value Delivery memiliki hubungan yang signifikan
dan positif terhadap efektivitas IT Governance (β = 0,15; p <0,05), Sehingga mendukung
Hipotesis 3. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat IT Value Delivery, semakin tinggi pula
efektivitas penggunaan IT Governance dalam organisasi.
 H4 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Value
Delivery
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Governace Mechanism memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap IT Value Delivery (β = 0,35; p <0,000), Sehingga
mendukung Hipotesis 4. Penerapan yang efektif dari mekanisme ini dapat membantu
perusahaan dalam hal pengurangan biaya, peningkatan kualitas produk dan layanan,
keuntungan dalam keunggulan kompetitif, dan peningkatan operasional efisiensi. Bowen
et al. (2007) menganalisis dampak dari beberapa mekanisme pada kinerja tata kelola TI,
menunjukkan, misalnya, bahwa tingkat pemahaman bersama tentang TI dan tujuan bisnis
yang ditunjukkan oleh anggota komite pengarah TI berdampak pada IT Value Delivery.
 H5 : Terdapat hubungan positif IT Risk Management dengan IT Governance
Efectivity
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Risk Management memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap efektivitas IT Governance (β = 0,19; p <0,01), Sehingga
mendukung Hipotesis 5. Hal ini berarti semakin efektif IT Risk Management, semakin
tinggi pula tingkat efektivitas IT Governance bagi organisasi. Keberadaan lingkungan yang
terkendali untuk tindakan dan perilaku yang diinginkan terkait dengan IT dapat mengarah
pada penggunaan IT yang lebih baik (Weill dan Ross 2004).
 H6 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Risk
Management
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Governace Mechanism memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap IT Risk Management (β = 0,29; p <0,05), Sehingga
mendukung Hipotesis 6. Hal ini menujukan bahwa perusahaan yang menerapkan

11
mekanisme IT Governance akan mengurangi adanya risiko di dalam manajemen IT nya.
Risiko sendiri dapat dikelola secara proaktif dengan menerapkan proses dan struktur dari
sudut pandang manajemen (Wallace et al. 2004).
 H7: Terdapat hubungan positif IT Resource Management dengan IT Governance
Efectivity

Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Resource Management tidak memiliki hubungan


yang signifikan dan positif terhadap efektivitas IT Governance (β = 0,08; p <0,05),
Sehingga tidak mendukung Hipotesis 7. Hal ini agak mengherankan, dimana adanya
pengoptimalan infrastruktur organisasi IT dan pengetahuan, dan kemampuan IT (aplikasi,
informasi dan personil) tidak menjamin penggunaan efektif IT dalam organisasi. De Haes
dan Van Grembergen (2009) mengemukakan bahwa sumber daya itu sendiri tidak
menciptakan nilai bisnis dan memerlukan kompetensi organisasi.

 H8 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT Resource


Management

Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Governace Mechanism memiliki hubungan yang


signifikan dan positif terhadap IT Resources Management (β = 0,38; p <0,000), Sehingga
mendukung Hipotesis 8. Wilkin dan Riddett (2009), ketika menyelidiki implementasi
mekanisme tata kelola TI dalam organisasi kesehatan nirlaba, menemukan penggunaan
kerangka kerja manajemen proyek membantu organisasi mengelola sumber daya TI dan
kinerja proyek TI. Selain itu, mereka menemukan penggunaan mekanisme komunikasi,
seperti sistem intranet, membantu organisasi dalam mengelola proyek dan kinerjanya.

 H9 : Terdapat hubungan positif IT Performance Management dengan IT


Governance Efectivity
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Performance Management memiliki hubungan
yang signifikan dan positif terhadap efektivitas IT Governance (β = 0,25; p <0,05),
Sehingga tidak mendukung Hipotesis 9. Hal ini menujukan ketika organisasi
meningkatkan kemampuannya untuk memeriksa apakah proyek-proyek IT nya sesuai
jadwal, mencapai tujuan yang diinginkan, dan bahwa layanan dan produk IT yang
diberikan tanpa kegagalan, persepsi efektivitas IT meningkat. Penggunaan ukuran kinerja
untuk mengevaluasi fungsi IT memungkinkan organisasi untuk memastikan bahwa
rencananya benar-benar dilaksanakan, dan untuk membuat koreksi jika perlu (ITGI 2005).

12
 H10 : Terdapat hubungan positif IT Governace Mechanism dengan IT
Performance Management
Peneliti menemukan bahwa tingkat IT Governace Mechanism memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap IT Performance Management (β = 0,48; p <0,000),
Sehingga mendukung Hipotesis 8. Penggunaan mekanisme relasional, misalnya,
memfasilitasi pengiriman dan pelaksanaan IT Governance, menciptakan lingkungan di
mana pekerja proyek, misalnya, didorong melalui organisasi oleh beberapa mekanisme ini
dengan dukungan atau pelatihan minimum dapat membantu perusahaan untuk mengelola
proyek dan kinerjanya (Huang et al. 2010).

13
BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

A. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam studi ini, peneliti bertujuan untuk menguji anteseden efektivitas IT Governance,
dengan mempertimbangkan dua variabel IT Governance Domains dan IT Governance
Mechanisms. Hasil penelitian menujukan bahwa IT Startegic Alignment (SA), IT Value Delivery
(VD), IT Risk Management (RK) dan IT Performance Management (PM) adalah positif dan
signifikan terkait dengan efektivitas IT Governance (ITG), menunjukkan bahwa semakin tinggi
kinerja domain ini, semakin tinggi pula tingkat efektivitas IT Governance. Sedangkan IT
Resource Management tidak berpengaruh terhadap efektivitas IT Governance. Hal ini agak
mengherankan, dimana adanya pengoptimalan infrastruktur organisasi IT dan pengetahuan, dan
kemampuan IT (aplikasi, informasi dan personil) tidak menjamin penggunaan efektif IT dalam
organisasi. De Haes dan Van Grembergen (2009) mengemukakan bahwa sumber daya itu sendiri
tidak menciptakan nilai bisnis dan memerlukan kompetensi organisasi.
Secara keseluruhan, di dalam model penelitian ini menyajikan nilai dari R square sebesar
0,62, dimana menunjukkan bahwa 62 persen dari total varian efektivitas IT Governance dapat
dijelaskan oleh lima domain IT Governance dan mekanismenya. Temuan di dalam penelitian ini
memiliki implikasi bagi praktisi dan peneliti.
 Peneliti menyarankan bahwa adopsi mekanisme struktural, prosedural, dan relasional dapat
meningkatkan IT Governance dalam organisasi dengan cara yang berbeda, terutama dengan
cara adanya peningkatan pada IT Startegic Alignment, IT Value Delivery, IT Risk
Management dan IT Performance Management.
 Penelitian ini memberikan gambaran ke dalam domain IT Governance dan bagaimana
dampaknya pada efektivitas IT Governance. Peneliti menemukan bahwa empat dari lima
elemen paling umum dari IT Governance memiliki efek positif dan signifikan terhadap
efektivitas IT Governance, menunjukkan semakin tinggi kinerja dalam domain ini, semakin
tinggi efektivitas IT Governance. Akhirnya, peneliti mengusulkan dan memvalidasi kerangka
kerja untuk mengevaluasi kinerja dan efektivitas IT Governance, yang dapat mendukung para
eksekutif dalam manajemen IT yang lebih baik dan membimbing mereka melalui penerapan
berbagai mekanisme tata kelola TI.

14
B. KETERBATASAN

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu


1. Penelitian mengukur tingkat penerapan mekanisme IT Governance yang menghubungkan
nilai tunggal untuk setiap kelompok mekanisme (struktur, proses, dan hubungan), dihitung
oleh rata-rata yang diadopsi di masing-masing dari tiga kelompok. Selanjutnya, kami hanya
menggunakan 14 mekanisme untuk mengevaluasi tingkat adopsi mekanisme tata kelola TI,
yang harus dianggap sebagai batasan, karena De Haes dan Van Grembergen (2009)
menyarankan sekitar 30 latihan. Bahkan jika yang dipilih adalah mekanisme tata kelola TI
paling umum yang diterapkan oleh Brasil perusahaan, jumlah mekanisme yang relatif kecil
dapat mempengaruhi hasil studi.
2. Keterbatasan lainnya menyangkut sifat dan ukuran dari sampel karena terbatas pada
konteks Brasil. Karena itu peneliti sangat berhati-hati dalam menggeneralisasi temuan. Di
arah ini, peneliti hanya dapat berspekulasi bahwa beberapa kesimpulan dari penelitian ini
mungkin diterapkan ke negara-negara berkembang lainnya, seperti data berasal dari
perusahaan publik besar yang biasanya ditemukan di negara berkembang yang
membutuhkan organisasi yang lebih besar akuntabilitas, termasuk persyaratan kepatuhan
seperti SOX dan Basel II.

15

Anda mungkin juga menyukai