Anda di halaman 1dari 28

Macam Bakteri Penyebab

Kontaminasi pada Makanan


Pengertian makanan menurut beberapa sumber, diantaranya Permenkes, adalah barang yang digunakan
sebagai makanan atau minuman manusia, termasuk permen karet dan sejenisnya akan tetapi bukan
obat.Makanan dapat menimbulkan penyakit (foodborne diseases) apabila terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam makanan diantaranya adalah bakteri.
Bakteri dapat merusak makanan dengan berbagai cara dan hal itu tidak selalu dapat diketahui atau
dikenal dari wujudnya oleh pandangan mata, baunya atau rasanya. Sayangnya, beberapa bakteri yang
menempati posisi penting dalam dunia kesehatan dapat mempertinggi tingkat bahaya yang ditimbulkan
olehnya kepada manusia melalui makanan yang dihinggapinya tanpa merubah warna atau rasanya.
Bakteri ini tidak merubah penampilan makanan yang ada, tetapi ternyata telah membuat makanan tidak
sehat untuk dimakan oleh manusia (Saksono, 1986).
Makanan yang terkontaminasi dapat menimbulkan gejala penyakit baik infeksi maupun
keracunan. Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan
secara tidak sengaja. Bahan atau organisme berbahaya tersebut disebut kontaminan. Terdapatnya
kontaminan dalam makanan dapat berlangsung melalui 2 (dua) cara yaitu kontaminasi langsung dan
kontaminasi silang. Kontaminasi langsung adalah kontaminasi yang terjadi pada bahan makanan
mentah, baik tanaman maupun hewan yang diperoleh dari tempat hidup atau asal bahan makanan
tersebut. Sedangkan kontaminasi silang adalah kontaminasi pada bahan makanan mentah maupun
makanan masak melalui perantara. Bahan kontaminan dapat berada dalam makanan melalui berbagai
pembawa antara lain serangga, tikus, peralatan ataupun manusia yang menangani makanan tersebut
yang biasanya merupakan perantara utama (Purnawijayanti, 2001).Makanan mulai dari awal proses
pengolahan sampai siap dihidangkan dapat memungkinkan terjadinya pencemaran oleh mikrobia
(Trihendrokesowo, 1989). Pencemaran mikrobia di dalam makanan dapat berasal dari lingkungan,
bahan-bahan mentah, air, alat-alat yang digunakan dan manusia yang ada hubungannya dengan proses
pembuatan sampai siap disantap. Jenis mikrobia yang sering menjadi pencemar bagi makanan salah
satunya adalah bakteri. Bakteri yang mengkontaminasi makanan dapat berasal dari tempat/bangunan,
peralatan, orang dan bahan makanan..
Bakteri terdapat dimana-mana misalnya dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan dan manusia. Di dalam
pengolahan makanan, bakteri dapat berasal dari pekerja, bahan mentah, lingkungan, binatang dan fo
mite (benda-benda mati). Sumber-
sumber ini dapat menyebarkan bakteri yang mungkin menyebabkan pembusukan makanan atau
tersebarnya suatu penyakit. Bakteri yang tinggal dalam usus dapat pindah ke dalam makanan jika
penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan kamar kecil. Mencuci
tangan yang benar sangat penting setelah menggunakan toilet, tidak hanya setelah buang air besar,
karena bakteri patogen juga dapat diperoleh dari pengguna toilet sebelumnya melalui pegangan pintu,
keran dan handuk pengering.
Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat disukai oleh bakteri. Bahaya
terbesar dalam makanan masak adalah adanya bakteri patogen dalam makanan akibat terkontaminasinya
makanan sewaktu dalam proses pengolahan atau kontaminasi silang melalui wadah maupun penjamah
makanan, kemudian dibiarkan dingin pada suhu ruang. Kondisi yang optimum bagi bakteri patogen
dalam makanan siap saji akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlipat ganda dalam jangka waktu antara
1-2 jam. Depkes RI (1999) menyebutkan bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan dengan
suasana yang cocok untuk pertumbuhan bakteri diantaranya adalah suasana makanan yang banyak
protein dan banyak air, pH normal (6,8-7,5) serta suhu optimim 10 °C-60 °C (Jenie, 1998).

Bakteri melakukan multiplikasi proses doubling (penggandaan), setiap sel membelah menjadi dua sel
identik yang terus mengulang menjadi proses tersebut menjadi empat sel, kemudian memproduksi
menjadi delapan sel dan seterusnya. Periode antara pembelahan sel dikenal sebagai waktu generasi atau
waktu doubling. Waktu ini cukup pendek, biasanya sekitar 20 menit dan kadang lebih pendek lagi. Ini
berarti bahwa dengan kondisi yang tepat, satu jenis bakteri dapat menggandakan diri dengan sangat
cepat (Adams dan Motarjemi, 1999).
Bakteri yang menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut bakteri patogen. Gejala penyakit
disebabkan oleh patogen timbul karena bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
dapat berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan menimbulkan gejala sakit perut, diare, muntah,
mual dan gej ala lain. Bakteri patogen semacam ini misalnyaEscherichia coli, Salmonella typhi
dan Shigella dysentriae.

Untuk menyebabkan penyakit, jumlah sel bakteri patogen yang dikonsumsi harus
memadai.Dosis infeksius ini bervariasi antarorganisme dan antarindividu. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan pada E.coli, perkiraan dosis infeksi bermacam-macam misalnya : Enteropatogenik 106-
1010; Enterotoksigenik 106-108; Enteroinvasif 106; Enterohemoragik 101-103. Hasil penelitian ini
memberikan indikasi bahwa diperlukan sejumlah bakteri untuk bisa menyebabkan penyakit, tetapi
pernyataan itu harus dipandang sebagai pendapat mentah. Infeksi yang terjadi merupakan akibat dari
interaksi antara 2 faktor, yaitu kemampuan bakteri untuk menyebabkan penyakit dan kerentanan
individu. Kerentanan individu terhadap infeksi meliputi usia, kesehatan secara umum, nutrisi, status
imun dan apakah seseorang sedang menjalani pengobatan (Adams dan Motarjemi, 1999).

Bakteri patogen di dalam makanan juga dapat menyebabkan keracunan makanan. Hal ini disebabkan
oleh tertelannya racun (toksin) yang diproduksi oleh bakteri selama tumbuh dalam makanan. Gej ala
keracunan makanan oleh bakteri dapat berupa sakit perut, diare, mual, muntah atau kelumpuhan.
Bakteri yang tergolong ke dalam bakteri penyebab keracunan misalnya Staphylococcus aureus,
Clostridium perfringens, Bacillus cereus yang memproduksi racun yang menyerang saluran pencernaan
(Badan POM, 2002).

Escherichia coli : Bakteri Escherichia coli secara normal (komensal) terdapat pada saluran usus
besar/kecil pada anak-anak dan orang dewasa sehat dan jumlahnya dapat mencapai 109 CFU/g. Bakteri
ini dikenal sebagai mikroba indikator kontaminasi fekal dan dibagi dalam dua kelompok yaitu non
patogenik dan patogenik. Bakteri ini dapat berkembang biak dan memproduksi toksin selama ia tumbuh
dalam makanan. Jika makanan yang telah mengandung bakteri ini masuk kedalam tubuh kemudian
masuk di dalam saluran pencernaan, akan menimbulkan gej ala sakit perut, mual, muntah dan diare.
Waktu inkubasi E.coli 8 – 24 jam (rata-rata 11 jam). Ada empat kelompok patogenik penyebab diare yaitu
EPEC (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasif
Escherichia coli) dan VTEC ( Verotoksin Escherichia coli).

E.coli termasuk bakteri Gram negatif yang tidak membentuk spora, berbentuk batang anaerob fakultatif
dan tergolong ke dalam famili Enterobacteriaceae dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah
37°C. Kuman E.coli akan tumbuh pada kisaran pH 4,4-8,5. Nilai aw yang minimal untuk
pertumbuhannya adalah 0,95 ( WHO, 2000).

Staphylococcus aureus : Staphylococcus aureus termasuk bakteri Gram positif, non motil, berbentuk
kokus yang anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora. Suhu pertumbuhannya berkisar antara 7ºC-
48°C dengan pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,3.
Nilai pH optimalnya 7,0-7,5. Kisaran nilai pH untuk pembentukan enterotoksin lebih sempit dan toksin
yang diproduksi akan lebih sedikit pada pH di bawah 6,0. Pertumbuhan bakteri ini akan tetap terjadi
pada nilai aw 0,83, tetapi pembentukan toksinnya tidak terjadi pada nilai di bawah 0,86.

Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Bakteri
ini juga merupakan salah satu penyebab umum pada keracunan makanan. Staphylococcus aureus dapat
memproduksi racun yang disebut dengan enterotoksin. Toksin ini dapat menyerang saluran pencernaan,
jika manusia mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri ini. Jika makanan yang
mengandung bakteri ini masuk kedalam tubuh, kemudian masuk di dalam saluran pencernaan, dapat
menimbulkan gejala sakit perut, mual, muntah dan diare. Waktu inkubasi Staphylococcus aureus 1-8 jam,
paling sering antara 2 – 4 jam. Sumber bakteri Staphyilococcus aureus dapat berasal dari tangan, rongga
hidung, mulut dan tenggorokan pekerja. Hal ini menjadi kritis jika pekerja yang sedang sakit tenggorokan
dibiarkan bekerja.

acie_clouds
welcome to my blog
 Home

 Profil

 Galery

 Edit
Sunday, August 03, 2014

CLOCK
SELASA, 03 MEI 2011

Pemeriksaan Tinja
Tinja merupakan sisa makanan yang telah dicerna oleh usus dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada
keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna,
tinja dapat menunjukkan bentuk serta hasil pemeriksaan yang
abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan sisa-
sisa pencernaan.

Pemeriksaan mikroskopik tinja digunakan mikroskop


cahaya untuk melihat unsur abnormal seperti telur cacing, sisa
makanan yaitu lemak, amilum, adanya eritrosit bila ada
perdarahan. Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu
memberikan warna merah pada tinja khususnya pada
perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh
asam lambung menjadi warna coklat kehitaman yang dipastikan
dengan pemeriksaan darah samar tinja.

Di Laboratorium Klinik Bio Medika, pemeriksaan tinja


dilakukan dengan pemeriksaan secara makroskopik,
mikroskopik dan pemeriksaan darah di dalam tinja
menggunakan uji darah samar spesifik dengan menggunakan
antibodi monoklonal.

Tes ini untuk mengetahui apakah ada parasit dan telur


parasit didalam sistem pencernaan dengan memeriksa contoh
tinja di laboratorium. Parasit bisa hidup didalam atau diluar
organisme lain. Pengobatan yang dilakukan berdasarkan pada
jenis parasit yang ditemukan.

Parasit bisa memasuki tubuh melalui mulut ataupun kulit.


Banyak orang terinfeksi karena meminum air atau makan
makanan yang mengandung parasit. Parasit bisa masuk tubuh
melalui kulit saat kita tergigit oleh serangga yang terinfeksi
parasit.
Tanda-tanda

Tanda-tanda yang umum terjadi adalah:

 Diare
 Diare darah
 Terdapat lendir di tinja
 Rasa sakit diperut ataupun kram
 Buang angin
 Mual-mual
 Sakit kepala
 Demam
Segeralah ke dokter saat anda mengalami tanda-tanda diatas.
Untuk beberapa parasit, diperlukan contoh darah untuk
pemeriksaan.

Tes Tinja
Anda perlu mengumpulan contoh tinja anda. Ambil setiap
contoh dari kegiatan buang air besar yang berbeda dalam satu
atau beberapa hari.

1. Anda akan diberi kotak plastik untuk digunakan di toilet anda


untuk mengambil contoh tinja. Jika tidak terdapat kotak
plastik, gunakan pembungkus plastik, cara menggunakannya
adalah dengan menutupi kloset anda dengan pastik sehingga
kotoran tidak jatuh kedalam lubang kloset.

2. Jangan sampai contoh kotoran tercampur dengan air seni, air


atau kertas toilet
3. Ambil sebagian contoh kotaran anda dan masukkan ke wadah
bersih dan cucilah tangan anda

4. Ikuti petunjuk dibawah ini:

 Simpan kotoran anda kedalam wadah dengan cairan. Jauhkan


cairan dari anak-anak dan hewan peliharaan serta perlakukan
hati-hati karena cairan ini mengandung racun.
 Simpan contoh kotoran anda didalam kulkas sampai anda
membawanya ke dokter atau laboratorium
 Bawalah contoh kotoran anda ke dokter
 Bawalah contoh kotoran anda ke laboratorium

Pengobatan anda

Jika anda mendapati parasit didalam tubuh anda, perawatan


anda adalah dengan obat-obatan dan minum air yang banyak
agar terhindar dari dehidrasi.
Agar terhindar dari parasit:

 Hindari makanan dan minuman yang mungkin mengandung


parasit
 Cuci tangan anda dengan bersih setelah menggunakan toilet.
Anda bisa tertular melalui orang yang mengidap parasit,
sehingga cuci tangan mutlak diperlukan untuk mencegah anda
tertular.
Konsultasi ke dokter atau perawat jika anda mempunyai
pertanyaan atau keluhan.

Berantas Cacingan Dengan Pemeriksaan Tinja


Sumber: Berita
Iptek Topik: Kesehatan Tags: Cacingan,Pemeriksaan Tinja

Di Jepang, yang konon bertahun-tahun lebih maju dari


Indonesia memerlukan waktu 10 tahun untuk memberantas
cacing. Bagaimana dengan Indonesia?. Tentu saja cara yang
dilakukan berbeda namun diharapkan memiliki hasil yang tak
kalah baiknya.

Pemberantasan cacingan memang tidak efektif bila hanya


dengan membagi-bagikan opbat cacing dua kali setahun tanpa
diperiksa dulu tinjanya. Akan lebih efektoif bila diperiksa dulu
tinjanya barulah dilakukan pengobatan pada anak-anak yang
mengidap cacingan.

Masalah cacingan ini amat penting, mengingat cacingan akan


berdampak negatif terhadap gizi, kesehatan dan kualitas
kehidupan.

Menurut Direktur Pelayanan kesehatan Yayasan Kusuma Buana


(YKB), dr. Adi Sasongko, M.A di Jakarta, program pemberian
obat akan lebih murah bila pengobatan hanya setahun.

Tapi, mana cukup memberantas cacing hanya setahun?. Di


Jepang saja dalam kurun waktu sepuluh tahun prevalensi
cacingan baru bisa diturunkan dari 75% menjadi 8%. Padahal,
di Jepang dilkaukan pemberantasan tersu-menerus dengan
cara pemeriksaan tinja di laboratorium. Demikian dr. Adi S.

Karena itu pemberantsan cacingan harus terus-menerus


dengan cara pemeriksaan tinja di laboratorium lebih dulu.
Selain itu juga pemberantasan cacingan ini sifatnya harus
sitematik dan berkelanjutan. Lalu mekanismenya juga harus
tepat sehingga biaya operasionalnya murah.

Adi mencontohkan sebagimana diberitakan Republika, di


laboratoprium YKB seorang petugas memeriksa 300-400
spesimen. Selama 1987, anak-anak secara massal dua kali
dalam setahun memeriksakan spesimen tinjanya dengan biaya
1000 rupiah per anak. Sementara, di lab swasta lainnya
mencapai 7.500 hingga 10.000 rupiah per anak.

Dijelaskan, dari tahun 1997-2001 ada sekitar 542 SD atau


sekitar 125 ribu murid yang diperiksa spesimen tinjanya.
Hasilnya, prevalensi cacingan menurun dari tahun 1997 hingga
2001 lalu. Yaitu : dari 75,6% menjadi 8%. Jadi, nampaknya
pemberantasan cacingan melalui jalur sekolah akan lebih murah
dibanding pemberian langsung secara berkala

ANALISIS FESES
Analisis tinja adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan
di bangku (tinja) sampel untuk membantu mendiagnosa kondisi
tertentu yang mempengaruhi saluran pencernaan Kondisi ini
dapat mencakup infeksi (seperti dari parasit , virus ,
ataubakteri ), penyerapan gizi yang buruk, atau kanker.

Untuk analisis bangku, sampel tinja dikumpulkan dalam wadah


yang bersih dan kemudian dikirim ke laboratorium. analisis
laboratorium mencakup pemeriksaan mikroskopis, uji kimia, dan
uji mikrobiologis. tinja akan diperiksa untuk warna, konsistensi,
berat (volume), bentuk, bau, dan adanya lendir. tinja mungkin
diperiksa untuk tersembunyi (gaib), lemak darah, serat
daging,empedu , sel darah putih , dan gula disebut mengurangi
zat. pH feses juga bisa diukur. Sebuah
bangku budayadilakukan untuk mengetahui apakah bakteri bisa
menyebabkan infeksi.

Analisis tinja dilakukan untuk:

 Membantu mengidentifikasi penyakit pada saluran


pencernaan, hati , danpankreas . Beberapa enzim (seperti
tripsin atau elastase) dapat dievaluasi dalam tinja untuk
membantu menentukan seberapa baik pankreas berfungsi.
 Membantu menemukan penyebab gejala yang mempengaruhi
saluran pencernaan, termasuk diare berkepanjangan, diare
berdarah, peningkatan jumlah gas, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, kembung, sakit perut dan kram, dan demam.
 Layar untuk kanker usus besar dengan memeriksa
tersembunyi (gaib) darah.
 Carilah parasit, seperti cacing kremiatau Giardia lamblia .
 Carilah penyebab infeksi, seperti bakteri, suatu jamur , atau
virus.
 Periksa miskin penyerapan gizi oleh saluran pencernaan
(sindroma malabsorpsi). Untuk tes ini, feses semua
dikumpulkan selama periode 72-jam dan kemudian diperiksa
untuk serat lemak dan daging. Tes ini disebut koleksi bangku
72-jam atau tes kuantitatif lemak tinja.
Bicaralah dengan dokter Anda tentang segala keprihatinan
Anda tentang perlunya uji, resiko nya, bagaimana hal itu akan
dilakukan, atau apa hasilnya akan menunjukkan. Untuk
membantu Anda memahami pentingnya tes ini, mengisi formulir
tes informasi medis.

Cara Mempersiapkan
Banyak obat-obatan dapat mengubah hasil tes ini. Anda harus
menghindari obat tertentu tergantung pada jenis analisis tinja
yang Anda miliki. Anda mungkin harus berhenti minum obat-
obatan seperti antasida, obat antidiare, obat antiparasite,
antibiotik, enema , pencahar, atau obat anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) selama 1 sampai 2 minggu sebelum Anda
melakukan tes. Pastikan untuk memberitahu dokter Anda
tentang semua obat nonprescription dan resep Anda ambil.

Pastikan untuk memberitahu dokter Anda jika Anda memiliki:

 Baru-baru ini memiliki X-ray barium uji menggunakan bahan


kontras , sepertienema barium atau seri pencernaan bagian
atas (barium menelan). Barium dapat mengganggu hasil tes.
 Bepergian dalam beberapa minggu terakhir atau bulan,
terutama jika Anda telah bepergian luar negeri. Parasit,
jamur, virus, atau bakteri dari negara lain dapat
mempengaruhi pengujian.
Jika tinja Anda sedang diuji untuk darah, Anda harus
mengikuti diet khusus selama 2 hari sebelum periode penagihan
bangku dimulai. Dokter Anda akan memberikan Anda daftar
makanan yang direkomendasikan.

 Jangan makan daging merah, lobak, kembang kol, brokoli,


pisang, melon, bit, atau lobak.
 Jangan minum alkohol, termasuk anggur dan bir.
 Jangan mengambil obat anti-inflammatory drugs
(NSAIDs) seperti aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin), atau
naproxen (Aleve)
 Jangan mengambil vitamin C.
sampel feses bisa dikumpulkan di rumah, di kantor dokter
anda, di klinik medis, atau di rumah sakit. Jika Anda
mengumpulkan sampel di rumah, Anda akan diberikan kit
koleksi bangku untuk menggunakan setiap hari. Setiap kit
berisi aplikator tongkat dan dua kontainer steril.

Anda mungkin perlu mengumpulkan lebih dari satu sampel


selama 1 sampai 3 hari. Ikuti prosedur yang sama untuk setiap
hari.

Kumpulkan sampel sebagai berikut:

 Buang air kecil sebelum mengumpulkan kotoran sehingga Anda


tidak mendapatkan urin apapun dalam sampel kotoran.
 Mengenakan sarung tangan sebelum menangani bangku Anda.
Bangku dapat berisi materi yang menyebar infeksi.Cuci tangan
Anda setelah Anda menghapus sarung tangan Anda.
 Pass tinja (tapi kencing tidak) ke dalam wadah kering. Anda
mungkin akan diberi baskom plastik yang bisa ditempatkan di
bawah dudukan toilet untuk menangkap kotoran.
o Entah tinja padat atau cair dapat dikumpulkan.
o Jika Anda memiliki diare, kantong plastik besar ditempelkan
di dudukan toilet dapat membuat proses pengumpulan lebih
mudah; tas ini kemudian ditempatkan dalam wadah plastik.
o Jika Anda sembelit, Anda mungkin akan diberi enema kecil.
o Jangan mengumpulkan sampel dari toilet.
o Jangan mencampur kertas toilet, air, atau sabun dengan

sampel.
 Pasang tutupnya di wadah dan label dengan nama Anda, nama

dokter Anda, dan tanggal bangku dikumpulkanGunakan satu


wadah untuk koleksi setiap hari, dan mengumpulkan sampel
hanya sekali sehari kecuali dokter Anda memberi Anda arah
lain.
Ambil wadah tertutup ke kantor dokter atau laboratorium
sesegera mungkin. Anda mungkin perlu untuk memberikan
sampel Anda ke laboratorium dalam waktu tertentu. Katakan
kepada dokter Anda jika Anda berpikir Anda mungkin
mengalami kesulitan mendapatkan sampel ke laboratorium
tepat waktu.

Jika tinja dikumpulkan di kantor dokter Anda atau rumah


sakit, Anda akan melewati bangku dalam wadah plastik yang
dimasukkan di bawah toilet duduk atau dalam sebuah pispot.
Seorang profesional kesehatan akan paket sampel untuk
analisis laboratorium.

Anda harus mengumpulkan tinja selama 3 hari berturut-turut


jika sampel sedang diuji untuk lemak kuantitatif. Anda akan
mulai mengumpulkan kotoran pada pagi hari pertama. Sampel
ditempatkan dalam wadah besar dan kemudian didinginkan.

Anda mungkin perlu mengumpulkan beberapa sampel tinja


selama 7 sampai 10 hari jika Anda memiliki gejala pencernaan
setelah bepergian ke luar negeri.
Sampel dari bayi dan anak-anak dapat dikumpulkan dari popok
(jika kotoran tidak terkontaminasi dengan urin) atau dari
tabung gelas berdiameter kecil dimasukkan ke dubur bayi saat
bayi diadakan di pangkuan orang dewasa.

Kadang-kadang sampel tinja dikumpulkan menggunakan usap


dubur yang berisi bahan pengawet. swab tersebut dimasukkan
ke dalam anus, diputar lembut, dan kemudian ditarik. Hal ini
ditempatkan dalam wadah yang bersih dan kering dan dikirim
ke laboratorium segera.

Tidak ada rasa sakit sementara mengumpulkan contoh


tinjaJika Anda sembelit, berusaha untuk lulus tinja mungkin
menyakitkan.

Jika ahli kesehatan Anda menggunakan usap dubur untuk


mengumpulkan sampel, Anda mungkin merasa beberapa tekanan
atau ketidaknyamanan sebagai spons dimasukkan ke dalam
rektum Anda.

Risiko
Setiap sampel tinja mungkin mengandung kuman yang dapat
menyebarkan penyakit. Sangat penting untuk berhati-
hatimencuci tangan dan menggunakan teknik penanganan hati-
hati untuk menghindari penyebaran infeksi.
anya Jawab dengan Dokter Ahli Diare
Dr. Luszy Arijanty, SpA, terlihat segar saat ditemui di sela waktu prakteknya di rumah sakit di
daerah Kelapa Gading oleh medicastore.com. Diare pada anak tidak bisa dianggap remeh.
Berikut ini hasil wawancara eksklusif kami dengan beliau.

 Apa yang dimaksud dengan diare?


 Mengapa anak-anak rentan terkena diare?
 Apakah penyebab utama diare pada anak?
 Bagaimana penanganan pertama diare di rumah?
 Kapan anak yang diare dibawa ke dokter?
 Bagaimana pengobatan diare pada anak yang tepat?
 Adakah cara untuk mencegah diare?

Apa yang dimaksud dengan diare?

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari
dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas, kadang juga disertai
darah atau lendir.

Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi 2, yaitu diare akut dan kronis. Diare
akut yang terjadi sampai dengan 7 hari, kemudian diare melanjut berlangsung 8-14 hari,
sedangkan kronis terjadi lebih dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih banyak kasus diare akut
dibandingkan yang kronis.

Mengapa anak-anak rentan terkena diare?

Anak-anak rentan terkena diare karena anak-anak biasa daya tahan tubuhnya masih rendah
sehingga sangat mudah terinfeksi virus.

Apakah penyebab utama diare pada anak?

Sebagian besar (sekitar 90%) diare disebabkan oleh infeksi rotavirus. Sebagian kecil diare
disebabkan, diare dapat disebabkan infeksi bakteri, parasit, jamur. Diare dapat dipicu
pemakaiaan antibiotik (antibiotic induced diare). Sebagian kecil lagi penyebab keracunan
makanan, alergi, faktor psikologis yaitu stres.

Penularannya disebut dengan 3F yaitu Finger (jari), Food (makanan) dan Fly (lalat). Anak-anak
sering masukin tangan ke dalam mulut sehingga terkontaminasi virus. Makanan yang lebih dari
2 jam, tidak habis jangan diberikan lagi kepada anak

Bagaimana penanganan pertama diare di rumah?

Orangtua tidak perlu panik jika anaknya diare. Lihat dahulu kondisi anak, apakah ada gejala
dehidrasi. Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Dehidrasi ini berbahaya.
Jika ada tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Kalau tidak ada, anak dapat
dirawat di rumah.

Terdapat 3 keadaan akibat dehidrasi, yaitu:

1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap aktif,
keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak mata
tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya anak
gelisahatau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat), kelopak mata
cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak lemas atau tidak
sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali lebih
dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.

Kalau anak diare, orang tua tidak kepikiran untuk menimbang anaknya. Secara klinis dapat
dibedakan. Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan
yaitu aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit.

Lihat kelopak mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam,
jika lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas
kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali
dalam 2 detik.

Kapan anak yang diare dibawa ke dokter?

Jika tanpa dehidrasi, anak tidak perlu buru-buru dibawa ke dokter. Meskipun tergolong dehidrasi
ringan tapi jika anak muntah setiap kali minum, sebaiknya langsung dibawa ke dokter karena
akan menjadi dehidrasi berat. Paling tidak diberikan obat muntahnya.

Anak juga harus segera dibawa ke dokter jika ada demam, muntah setiap kali makan dan
minum, adanya darah dan lendir dalam tinja. Hal ini karena ada kemungkinan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang memerlukan pertolongan dokter.

Anak yang diare jangan diberi air putih. Orangtua bisa memberikan cairan khusus untuk anak,
tapi jangan minum oralit dewasa karena osmolaritasnya tinggi, kandungan natriumnya tinggi
malah pada anak-anak malah memicu diarenya.

Jika di rumah hanya ada oralit, maka bubuk oralit dewasa diencerkan 2 kali lipatnya. Jadi, yang
seharusnya 250 cc dapat diencerkan menjadi 500 cc. Cairan khusus anak ini tidak perlu
diencerkan lagi tapi langsung diminum dari botol dan dapat diperoleh di apotek. Setelah segel
botol dibuka, maka dalam 24 jam cairan tersebut harus dihabiskan.

Bagaimana pengobatan diare pada anak yang tepat?

Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri virus,. Anak-anak tidak boleh
dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-lah diarenya berhenti tapi di
dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet.

Tindakan yang penting adalah diberikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan khusus anak
yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak yang diare jangan
hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang mengandung elektrolit (natrium, kalium)
dan kalori.

Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena serat susah
dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga dihindari kecuali
pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi memadatkan tinja
serta menyerap racun.

Orangtua bisa membuat cairan elektrolit dengan melarutkan 1-2 sendok makan gula dan garam
seujung sendok teh kedalam air putih satu gelas. Untuk kalori bisa diberikan air tajin, 1 sdm
tepung beras 100 cc air dimasak sampai mendidih.

Obat yang boleh diberikan hanya absorben seperti norit, golongan smectite yang berfungsi
menyerap racun. Bisa juga diberikan biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Antibiotik
diberikan hanya pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang
disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan parasit yaitu amuba dengan ciri-
ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali saat mau BAB.
Untuk membuktikan infeksi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan feses rutin. Lebih tepat
dengan kultur tinja pada diare melanjut lebih dari seminggu kemungkinan bakteri. Kultur tinja
dapat diuji di laboratorium dimana saja. Hasilnya baru keluar setelah 1 minggu dan biayanya
cukup mahal, lebih dari Rp. 100.000.

Perlu dicermati, jika diare hanya berupa air saja dan ampasnya sedikit, itu menunjukkan ke arah
infeksi virus sehingga tidak perlu antibiotik.

Adakah cara untuk mencegah diare?

Mencuci tangan, anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada bayi sering
dilap tangannya. Jaga kebersihan makanan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan
karena ASI mengandung immunoglobulin, imunisasi campak karena campak bisa sebabkan diare
dengan bersarang di mukosa.

Selain dr. Luszy Arijanty, Sp.A, medicastore.com juga mewawancara dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD,
KGEH, MMD. Konsultan Gastro Entero Hepatologi ini kami temui setelah praktek di rumah sakit di
daerah Jakarta Pusat.

 Kondisi bagaimana yang dimaksud dengan diare?


 Apakah penyebab utama diare pada dewasa?
 Apakah diare berbahaya?
 Amankah menggunakan obat bebas yang dijual di warung?
 Bagaimana pengobatan diare yang tepat?
 Apakah pencegahan diare?

Kondisi bagaimana yang dimaksud dengan diare?

Diare suatu keadaan dimana seseorang mengalami buang air besar yang berubaha bentuknya
feses (tinja) padat atau semipadat menjadi cair dan dari segi frekuensinya lebih dari 3 kali
sehari. Gangguan buang air besar (BAB) cair dan lebih dari 3 kali dalam sehari pasti itu diare.

Syarat disebut diare kalau ada perubahan bentuk feses dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.
Kalau hanya salah satu, misalnya hanya tinjanya yang cair, belum bisa disebut diare. Penelitian
menyebutkan bahwa berat feses (tinja) lebih dari 200 gram per hari boleh dibilang mengalami
diare.

Diare terbagi menjadi akut dan kronik, kalau kurang dari 2 minggu dibilang diare akut, lebih dari
2 minggu atau 3 minggu disebut kronik. Umumnya pasien datang dengan kondisi diare akut,
kemudian jika ternyata memang tidak teratasi dalam 2 minggu bisa masuk ke dalam diare
kronik.

Tidak semua diare akut menjadi diare kronik. Tergantung diarenya, kalau hanya salah makan
yang berarti infeksi ringan, setelah diobati akan diarenya akan membaik.

Apakah penyebab utama diare pada dewasa?

Penyebab diare pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-anak. Kalau pada anak-anak
disebabkan virus, sedangkan kalau orang dewasa disebabkan bakteri, karena memang salah
makan, gangguan pencernaan malabsorpsi, pengaruh obat-obatan (pencahar) dan faktor stres.

Diare pada dewasa disebabkan makanan dan minuman yang tercemar kuman, seperti Eschericia
coli (patogen), Salmonella sp, Shigella, virus, parasit seperti amuba, beberapa jamur seperti
Candida sp.

Obat-obatan juga bisa menyebabkan diare, yaitu obat-obatan yang bekerja meningkatkan
gerakan peristaltik usus atau mengencerkan feses seperti obat pencahar. Kelebihan obat
pencahar menyebabkan diare.

Ada hubungan usus dengan otak, karena stres memberikan impuls-impuls ke usus untuk
meningkat gerakan peristaltiknya. Keadaan ini bisa menyebabkan diare. Anak sekolah menjelang
ujian timbul diare akibat faktor psikis. Biasanya hanya sebentar, setelah faktor stres hilangnya,
diare berhenti. Kalau diare terus menerus terjadi sampai dehidrasi diperlukan obat juga.

Apakah diare berbahaya?

Diare berbahaya jika menyebabkan dehidrasi. Kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan
gangguan irama jantung, bisa menurunkan kesadaran sampai meninggal. Diare jangan dianggap
remeh, jika tidak diatasi kehilangan cairan akan berakibat fatal.

Diare menunjukkan ada yang tidak beres di saluran pencernaan. Sebaiknya melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, apakah faktor salah makan saja atau ada hal yang bersifat kronis
seperti radang usus, tumor, polip atau malah kanker yang gejala awalnya seperti diare.

Amankah menggunakan obat bebas yang dijual di warung?

Prinsip penggunaan obat bebas yang dijual di warung apabila keadaannya tidak terlalu berat dan
dapat diatasi dalam waktu 2-3 hari. Jika terjadinya sering, seminggu mencret dikasi obat warung
berhenti lalu mencret lagi. Ada batasan penggunaan obat warung. Lebih dari 3 hari tidak ada
perubahan, langsung ke dokter.

Diare karena salah makan, ada bahan yang tidak berguna untuk dikeluarkan. Tapi bukan berarti
diare dianggap hal yang positif, padahal ada sesuatu yang tidak beres. Justru karena ada
makanan yang terkontaminasi baik karena racun atau kumannya yang menyebabkan diare.

Diare yang disertai demam jangan mengandalkan obat penyetop obat BAB saja, karena masih
ada kumannya, sehingga perlu antibiotik. Ciri-ciri infeksi bakteri lainnya adalah berak ada lendir,
darah, menyebabkan dehidrasi yang berat.

Secara kasar dokter bisa menilai kondisi pasien dalam meresepkan antibiotik tanpa harus
menunggu hasil kultur tinja. Dokter pun tidak selalu memberikan antibiotik tergantung
penyebabnya.

Bagaimana pengobatan diare yang tepat?

Prinsipnya pengobatan diare ada dua, pertama cegah jangan sampai dehidrasi dengan oralit dan
banyak minum (rehidrasi). Dua, atasi penyebabnya, karena salah makan kasi enzim, kalau
bakteri diberikan anti amuba, kalau jamur diberikan anti jamur, karena radang diberikan anti
radang.
Apakah pencegahan diare?

Umumnya di kota-kota besar keracunan makan penyebab utama timbulnya diare pada orang
dewasa, sedangkan di daerah disebabkan persediaan air minum /bersih yang terbatas. Jadi
pencegahan diare dengan memperhatikan kualitas kebersihan makanan.

Saat ini, udara panas dimana banyak lalat beterbangan, juga debu-debu pembawa kuman.
Selektiflah dalam mengkonsumsi makanan. Jagalah makanan dalam keadaan baik misal
masukkan ke kulkas karena makanan yang di luar mudah terkontaminasi.

Diare
a. Pengertian diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tindakan yang lebih banyak dari
biasanya (normal 200 ml per jam tinja) dengan tinja berbentuk cairan setengah cairan
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Arif Mansjoer,
2000). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3
kali serta perubahan dalam isi dan konsistensinya. (Burnner & Suddarth, 2002)
b. Penyebab dan proses terjadinya diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak (umumnya tiga kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI, 1991). Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. (Kapita Selekta Selekta, 2000).
Secara garis besar penyebab diare adalah infeksi virus dan bakteri, malabsorbsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis
infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut :
1) Infeksi oleh kuman E. Coli, Vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang
jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh
lemah) seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri)
3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
4) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
5) Infeksi jamur (candidiasis)
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang tenggorokan
7) Keracunan makanan.
Selain itu penyakit diare juga dapat disebabkan oleh :
1) Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu fomula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di
daerah perut. Jika sering terkenal diare ini, maka aktivitas anak terganggu atau
pertumbuhan anak akan terganggu.
Malabsorsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut tryglyserida, dengan
bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang diabsorpsi usus. Jika tidak
ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena tidak diserap
dengan baik jalanya adalah tinja mengandung lemak.
2) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, bau, beracun, terlalu
banyak lemak, sayuran mentah dan makanan kurang matang.
3) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak dan dapat menyebabkan diare kronis.
Virus menyerang efitel mengakibatkan gangguan transport glukosa-stimulated natrium dan
menurunkan aktifitas Na+K+ATP Ase. Bakteri mengeluarkan toksin (eksotoksin),
menyerang adenyl siklase yang mempengaruhi perubahan ATP menjadi Syklik AMP dan
merubah fungsi efitel sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Gangguan
absorpsi makanan mengakibatkan cairan, elektrolit dan makanan tertahan pada lumen usus
(Ismail dkk, 1991b).
Diare dapat digolongkan menjadi diare osmotik dan skretorik. Diare osmotik karena adanya
akumulasi bahan-bahan yang tidak diserap oleh usus (malabsorpsi) sehingga tekanan
osmotik dalam lumen tinggi. Diare skretorik terjadi karena adanya rangsangan tertentu
(toksin) pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke lumen
usus.
Peningkatan tegangan dinding usus merangsang hiperperistaltik dan mengakibatkan
terbukanya sphinter sehingga isi lumen usus keluar lewat anus (diare) atau keluar lewat
mulut (muntah). Isi lumen usus yang keluar tersebut mengandung air, elektrolit dan zat-zat
makanan. Keluarnya air, Na+ dan K+ yang berlebihan mengakibatkan tubuh kekurangan
cairan (dehidrasi), keluarnya HCO3- yang berlebih mengakibatkan asidosis metabolik,
keluarnya bahan makanan terutama glukosa mengakibatkan tubuh kekurangan glukosa.
Penurunan volume cairan intravaskular mengakibatkan terjadinya hemo konsentrasi.
Jantung melakukan kompensasi sehingga nadi cepat tetapi karena volumenya kurang maka
tensi turun dan nadi tidak teraba. Pada daerah perifer timbul kompensasi berupa
vasokonstriksi arteriole sehingga mukosa nampak sianosis, kulit kering, dan dingin pada
ekstemitas. Penurunan aliran darah perifer maka jaringan kekurangan oksigen sehingga
memacu pernafasan. Kehilangan HCO3-, reaksi anaerob dan pemecahan lemak
menimbulkan asidosis metabolik sehinga memacu pernafasan untuk mengeluarkan CO2 dan
terjadi pernafasan kusmaul. Vasokonstriksi arteriola aferen ginjal dan peningkatan
reabsorpsi air/ Na+ pada ginjal maka terjadi oliguria/ anuria. Penurunan cairan intrasel/
intersel maka turgor kulit menurun dan mata cekung. Penurunan K+ juga mengakibatkan
kelemahan dan kram otot. Hipoglikemi mengakibatkan penderita lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, kejang dan koma (Ismail dkk, 1991).
Keadaan diatas apabila tidak segera ditolong akan menimbulkan kematian, terutama akibat
kekurangan cairan.
c. Penularan Diare
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan
tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan
tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang
dipegang.
d. Gejala dan Akibat Diare
1) Gejala Diare
a) bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b) tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c) warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d) anusnya lecet
e) gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f) muntah sebelum atau sesudah diare
g) hipoglikemia penurunan kadar gula darah)
h) dehidrasi (kekurangan cairan)
2) Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak
kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak
orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare.
Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak
baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah
membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi
berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang
sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang,
denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah,
penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
Program pemberantasan penyakit diare Depkes RI (2001) menentukan tingkat dehidrasi
pada diare, yaitu;
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare
PENILAIAN
DERAJAT DEHIDRASI
Tanpa
Ringan/Sedang
Berat
a. Lihat
1) Keadaan umum
2) Mata
3) Air mata
4) Mulut dan lidah
5) Rasa haus

Baik, sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa

*Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*Haus,ingin minum banyak

*Lesu, lunglai, atau tidak sadar


Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Sangat kering
*Malas minum atau tidak bisa minum
2.Periksa turgor kulit
Kembali cepat
*kembali lambat
(2 detik)
* Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Hasil pemeriksaan
Tanpa de hidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Bila ada satu tanda* dengan satu/lebih tanda lain
Dehidrasi berat
Bila ada satu tanda * ditambah satu atau lebih tanda lain
Sumber data : Data SekunderTabel 2.2 Tingkat Dehidrasi batasan WHO
Tanda dan Gejala
Dehidrasi (ringan)
Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Berat
Keadaan umum

Denyut nadi

Pernafasan
Ubun-ubun
Kelopak mata
Air mata
Selaput lender
Elastisitas kulit
Air seni
Sakit, gelisah, haus

Normal; kurang dari 120/menit


Normal
Normal
Ada
Ada
Lembab
Jika dicubit segera kembali normal
Normal
Gelisah, ngantuk, rewel

Cepat dan lemah; 120-140/menit


Dalam tapi cepat
Cekung
Cekung
Tidak ada
Kering
Untuk kembali normal lambat

Berkurang berwarna tua


Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat dan pingsan
Cepat, haus, kadang tak teraba
Dalam, cepat
Sangat cekung
Sangat kecung
Sangat kering
Sangat kering
Untuk kemali normal sangat lambat
Tidak kencing
Sumber data : Data Sekunder
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus
berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini
obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan
orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan
makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam
waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi
sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak
akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
e. Tatalaksana penderita diare
Mengingat bahwa bahaya diare terutama akibat kekurangan cairan dan gizi maka
tatalaksana diare difokuskan pada dua hal tersebut. “Mencegah dehidrasi dan kekurangan
gizi dapat dilakukan dirumah begitu diare muncul” (Depkes RI, 2001).
Program pemberantasan penyakit diare (P2 Diare) dalam Repelita VI menetapkan kebijakan
teknis tatalaksana penderita diare dirumah, pada sarana kesehatan, dan pencegahan diare.
1) Tatalaksana penderita diare di rumah meliputi; rehidrasi oral, pemberian makanan/air
susu ibu (ASI) selama penderita diare, dan membawa penderita ke sarana kesehatan
(rujukan).
a) Pemberian cairan. “Diperkirakan 60-70% kematian diare disebabkan oleh dehidrasi”.
Dengan cairan rehidrasi maka angka kematian dapat dicegah dan kondisi dehidrasi dapat
diperbaiki. Formula standar cairan rehidrasi yang direkomendasikan WHO/UNICEF terdiri
dari empat unsur yaitu: natrium klorida 3,5 gram, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 gram atau
natrium bikar-bonat 2,5 gram, kalium klorida 1,5 gram dan glukosa 20 gram dibuat menjadi
1 liter larutan. (Widjaja, 2001)
Cairan rehidrasi yang dianjurkan untuk tatalaksana pada setiap penderita diare dirumah
(sesuai dengan prioritas penggunaan) yaitu larutan oralit, larutan gula garam, makanan
yang cair (sup, air tajin) dan air matang. Jumlah cairan yang diberikan pada penderita
tergantung pada umur dan tingkat dehidrasinya. Dosis acuan seperti pada tabel berikut:
TABEL 2.3 Dosis Acuan Pemberian Cairan Oral
Pada Penderita Diare Tanpa Dehidrasi
UMUR
Jumlah Cairan Tiap Kali Buang Air Besar
Bawah 1 tahun
1 - 4 tahun
> 5 tahun
Dewasa
50 – 100 ml
100 – 200 ml
200 – 300 ml
300 – 400 ml
Apa itu PROKASIH
I. Latar Belakang

Melihat kondisi sekitar kita yang masih banyak mengalami permasalahan kesehatan maka
dipandang perlu peranan alumni kesehatan masyarakat dalam membantu masyarakat – secara
khusus masyarakat yang kurang/ tidak mampu mengakses kebutuhan akan kesehatan secara
memadai – guna mewujudkan masyarakat yang lebih sehat terutama berkaitan dengan
kesehatan : air, sanitasi dan higiene. Alumni Kesehatan Masyarakat dipandang memiliki posisi
strategis sebagai fasilitator dan katalisator dalam upaya perwujudan tujuan ini karena alumni
kesehatan masyarakat dipandang memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk
mengupayakannya ditambah lagi diharapkan melalui dipersatukannya alumni kesehatan
masyarakat melalui PROKASIH (Program Kesehatan : Air, Sanitasi dan Higiene) ini dapat
sebagai wadah pengabdian dan menanamkan kepedulian terhadap sekitar terutama yang
berkaitan dengan kesehatan.

Program kesehatan mengenai air, sanitasi dan higiene diambil sebagai pilihan kegiatan
PROKASIH karena banyak kasus penyakit menular yang disebabkan oleh ketiga faktor ini (air,
sanitasi dan higiene). Diare, misalnya. Sanitasi dan perilaku kebersihan (higiene) yang buruk
serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare
di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi
terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi
maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas
sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang. Hal
yang menakjubkan ternyata kasus penyakit menular ini (secara khsusus diare) dapat dicegah
dengan cara sederhana yakni mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat
mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen. Dengan demikian, diharapkan
dengan memfokuskan kepada ketiga masalah ini (air, sanitasi dan higiene), dapat mengurangi
(meminimalkan) masalah kesehatan baik masalah kesehatan yang sedang maupun yang akan
dialami masyarakat.
II. Pelaksanaan Pemilihan Sekolah
Sekolah yang menjadi sasaran PROKASIH yakni SD Neg. 22 Simalingkar dan SD Neg. 72
Simalingkar. Pemilihan sekolah dilakukan melalui observasi dan assessment (pengukuran).
Pertama, Obeservasi, dilakukan setelah sebelumnya diperoleh informasi dari Puskesmas
Simalingkar mengenai sekolah yang mengalami masalah mengenai air, sanitasi dan higiene di
lingkungan sekolahnya. Kedua, assessment, dari pengamatan awal terhadap sekolah tersebut
kemudian dilakukan assessment guna pengumpulan data. Kedua hal tersebut dilakukan guna
memastikan dan mengetahui permasalahan apa yang dihadapi sekolah mengenai air, sanitasi
dan higiene.

III. Hasil Assessment (Pengukuran)


Assessment yang dilaksanakan melalui 2 metode, yakni kuesioner (terhadap siswa kelas IV, V,
dan VI ) dan interview dengan kepala sekolah atau guru. Diperoleh hasil ada sebesar 21,9 %
siswa yang pernah mengalami diare dan ada sebesar 34,2 % siswa yang mengaku pernah absen
karena keluhan penyakit dalam sebulan terakhir. Dilihat dari pengetahuan siswa bahwa hanya
sebesar 4,1 % siswa yang mengetahui bahaya kematian akibat diare dan yang mengetahui
tentang media/ cara penularan diare melalui lalat (35,6 %), tangan (37 %), air minum (24,7 %)
dan makanan (63 %). Ditemukan pula bahwa ada sebesar 33,3 % siswa yang minum air mentah
di sekolah, buang air besar di sungai/ sembarang tempat (27,4 %), kuku siswa panjang atau
kotor (52,8 %) serta sampah yang dibuang ke halaman belakang sekolah.

IV. Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan dari pelaksanaan PROKASIH ini sebagai berikut :
1. Menurunnya tingkat keluhan penyakit (morbiditas) diare, demam, dan ISPA siswa di sekolah
sasaran.
2. Meningkatnya pengetahuan & perilaku yang berhubungan dengan air, sanitasi dan higiene
dari siswa di sekolah target.
3. Membaiknya kebersihan lingkungan sekolah sdsdsd

V. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan dikembangkan guna mengatasi masalah kesehatan berkaitan dengan air,
sanitasi dan higiene yang dihadapi oleh kedua sekolah. Adapun desain dan dan strategi
PROKASIH yang dikembangkan sebagai berikut :
a) Pembangunan fasilitas (Hardware)
b) Penyuluhan kesehatan (Software)
c) Pemantauan atau tindak lanjut sekolah

a) Pembangunan Fasilitas
Rencana pembagunan fasilitas yakni :
a. Perbaikan atau pengadaan mesin pompa air
b. Perbaikan atau pengadaan perpipaan
c. Pengadaan tower air : satu tower untuk 2 sekolah tersebut
d. Perbaikan wastafel yang ada di ruangan kelas dan pembuatan satu wastafel UMUM bagi
masing-masing sekolah
e. Pembuatan jendela/ ventilasi WC
f. Pembangunan bak pembakaran/ penampungan sampah : satu buah untuk kedua sekolah
tersebut.

b) Penyuluhan Kesehatan
Materi penyuluhan rutin air, sanitasi dan higiene :
a. Kuman
b. Diare (Oralit)
c. BAB (Buang Air Besar)
d. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
e. Sampah
f. Air Minum
g. Topik review keseluruhan topik
h. Penyediaan poster

c) Pemantauan atau tindak lanjut sekolah


Pemantauan atau tindak lanjut sekolah disini merupakan bentuk dukungan dan partisipasi
sekolah yang diberikan guna kesuksesan dalam pelaksanaan kegiatan. Kebijakan sekolah
tersebut dapat berupa :
a. 1 (satu) minggu sekali (setiap hari sabtu) pemeriksaan kuku di sekolah dilaksanakan guru
b. Peraturan bawa air minum ke sekolah setiap hari
c. Komitmen sekolah untuk menyediakan sabun cuci tangan (sabun desinfektan) secara rutin
d. Lagu wajib CTPS pada saat-saat tertentu (misal : apel pagi, sebelum istirahat, pulang sekolah)
e. Pembuatan petugas siswa piket kebersihan WC (didampingi guru koordinator) : ada sanksi
bagi yang melanggar.
f. WC untuk semua pada jam sekolah (tidak boleh dikunci, dikunci pada saat pulang sekolah).
g. SABTU bersih sekitar 30 menit (pekarangan dan tempat pembuangan sampah).
h. Tabungan seribu rupiah persiswa dan guru lima ribu rupiah perbulan perbulan guna
pemeliharaan mesin bor.
i. Pempraktekan pelaksanaan CTPS sekali seminggu dipimpin guru kelas (untuk kelas V dan
VI).
j. Komitmen sekolah membuang sampah ke bak penampungan dan membakar sampah secara
berkala
k. Komitmen sekolah menyediakan alat kebersihan sampah dan tempat sampah.

VI. Pembiayaan (Sumber Pendanaan):

1. Sumbangan Alumni POMK : Proposal, sumbangan kasih


2. Donatur/ CSR Perusahaan : Proposal
3. Sekolah : Sumbangan sekolah
(jika memungkinkan berupa bantuan dana, namun demikian bisa berbentuk dukungan
lainnya).

Salam,

TIM PROKASIH

Anda mungkin juga menyukai