Bakteri melakukan multiplikasi proses doubling (penggandaan), setiap sel membelah menjadi dua sel
identik yang terus mengulang menjadi proses tersebut menjadi empat sel, kemudian memproduksi
menjadi delapan sel dan seterusnya. Periode antara pembelahan sel dikenal sebagai waktu generasi atau
waktu doubling. Waktu ini cukup pendek, biasanya sekitar 20 menit dan kadang lebih pendek lagi. Ini
berarti bahwa dengan kondisi yang tepat, satu jenis bakteri dapat menggandakan diri dengan sangat
cepat (Adams dan Motarjemi, 1999).
Bakteri yang menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut bakteri patogen. Gejala penyakit
disebabkan oleh patogen timbul karena bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan
dapat berkembang biak di dalam saluran pencernaan dan menimbulkan gejala sakit perut, diare, muntah,
mual dan gej ala lain. Bakteri patogen semacam ini misalnyaEscherichia coli, Salmonella typhi
dan Shigella dysentriae.
Untuk menyebabkan penyakit, jumlah sel bakteri patogen yang dikonsumsi harus
memadai.Dosis infeksius ini bervariasi antarorganisme dan antarindividu. Dari beberapa penelitian yang
pernah dilakukan pada E.coli, perkiraan dosis infeksi bermacam-macam misalnya : Enteropatogenik 106-
1010; Enterotoksigenik 106-108; Enteroinvasif 106; Enterohemoragik 101-103. Hasil penelitian ini
memberikan indikasi bahwa diperlukan sejumlah bakteri untuk bisa menyebabkan penyakit, tetapi
pernyataan itu harus dipandang sebagai pendapat mentah. Infeksi yang terjadi merupakan akibat dari
interaksi antara 2 faktor, yaitu kemampuan bakteri untuk menyebabkan penyakit dan kerentanan
individu. Kerentanan individu terhadap infeksi meliputi usia, kesehatan secara umum, nutrisi, status
imun dan apakah seseorang sedang menjalani pengobatan (Adams dan Motarjemi, 1999).
Bakteri patogen di dalam makanan juga dapat menyebabkan keracunan makanan. Hal ini disebabkan
oleh tertelannya racun (toksin) yang diproduksi oleh bakteri selama tumbuh dalam makanan. Gej ala
keracunan makanan oleh bakteri dapat berupa sakit perut, diare, mual, muntah atau kelumpuhan.
Bakteri yang tergolong ke dalam bakteri penyebab keracunan misalnya Staphylococcus aureus,
Clostridium perfringens, Bacillus cereus yang memproduksi racun yang menyerang saluran pencernaan
(Badan POM, 2002).
Escherichia coli : Bakteri Escherichia coli secara normal (komensal) terdapat pada saluran usus
besar/kecil pada anak-anak dan orang dewasa sehat dan jumlahnya dapat mencapai 109 CFU/g. Bakteri
ini dikenal sebagai mikroba indikator kontaminasi fekal dan dibagi dalam dua kelompok yaitu non
patogenik dan patogenik. Bakteri ini dapat berkembang biak dan memproduksi toksin selama ia tumbuh
dalam makanan. Jika makanan yang telah mengandung bakteri ini masuk kedalam tubuh kemudian
masuk di dalam saluran pencernaan, akan menimbulkan gej ala sakit perut, mual, muntah dan diare.
Waktu inkubasi E.coli 8 – 24 jam (rata-rata 11 jam). Ada empat kelompok patogenik penyebab diare yaitu
EPEC (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Escherichia coli), EIEC (Enteroinvasif
Escherichia coli) dan VTEC ( Verotoksin Escherichia coli).
E.coli termasuk bakteri Gram negatif yang tidak membentuk spora, berbentuk batang anaerob fakultatif
dan tergolong ke dalam famili Enterobacteriaceae dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah
37°C. Kuman E.coli akan tumbuh pada kisaran pH 4,4-8,5. Nilai aw yang minimal untuk
pertumbuhannya adalah 0,95 ( WHO, 2000).
Staphylococcus aureus : Staphylococcus aureus termasuk bakteri Gram positif, non motil, berbentuk
kokus yang anaerob fakultatif dan tidak membentuk spora. Suhu pertumbuhannya berkisar antara 7ºC-
48°C dengan pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 37°C. Bakteri ini tumbuh pada kisaran pH 4,0-9,3.
Nilai pH optimalnya 7,0-7,5. Kisaran nilai pH untuk pembentukan enterotoksin lebih sempit dan toksin
yang diproduksi akan lebih sedikit pada pH di bawah 6,0. Pertumbuhan bakteri ini akan tetap terjadi
pada nilai aw 0,83, tetapi pembentukan toksinnya tidak terjadi pada nilai di bawah 0,86.
Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada luka, menyebabkan rasa panas dan bisul-bisul. Bakteri
ini juga merupakan salah satu penyebab umum pada keracunan makanan. Staphylococcus aureus dapat
memproduksi racun yang disebut dengan enterotoksin. Toksin ini dapat menyerang saluran pencernaan,
jika manusia mengkonsumsi makanan yang telah terkontaminasi bakteri ini. Jika makanan yang
mengandung bakteri ini masuk kedalam tubuh, kemudian masuk di dalam saluran pencernaan, dapat
menimbulkan gejala sakit perut, mual, muntah dan diare. Waktu inkubasi Staphylococcus aureus 1-8 jam,
paling sering antara 2 – 4 jam. Sumber bakteri Staphyilococcus aureus dapat berasal dari tangan, rongga
hidung, mulut dan tenggorokan pekerja. Hal ini menjadi kritis jika pekerja yang sedang sakit tenggorokan
dibiarkan bekerja.
acie_clouds
welcome to my blog
Home
Profil
Galery
Edit
Sunday, August 03, 2014
CLOCK
SELASA, 03 MEI 2011
Pemeriksaan Tinja
Tinja merupakan sisa makanan yang telah dicerna oleh usus dan
dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada
keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna,
tinja dapat menunjukkan bentuk serta hasil pemeriksaan yang
abnormal. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan sisa-
sisa pencernaan.
Diare
Diare darah
Terdapat lendir di tinja
Rasa sakit diperut ataupun kram
Buang angin
Mual-mual
Sakit kepala
Demam
Segeralah ke dokter saat anda mengalami tanda-tanda diatas.
Untuk beberapa parasit, diperlukan contoh darah untuk
pemeriksaan.
Tes Tinja
Anda perlu mengumpulan contoh tinja anda. Ambil setiap
contoh dari kegiatan buang air besar yang berbeda dalam satu
atau beberapa hari.
Pengobatan anda
ANALISIS FESES
Analisis tinja adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan
di bangku (tinja) sampel untuk membantu mendiagnosa kondisi
tertentu yang mempengaruhi saluran pencernaan Kondisi ini
dapat mencakup infeksi (seperti dari parasit , virus ,
ataubakteri ), penyerapan gizi yang buruk, atau kanker.
Cara Mempersiapkan
Banyak obat-obatan dapat mengubah hasil tes ini. Anda harus
menghindari obat tertentu tergantung pada jenis analisis tinja
yang Anda miliki. Anda mungkin harus berhenti minum obat-
obatan seperti antasida, obat antidiare, obat antiparasite,
antibiotik, enema , pencahar, atau obat anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) selama 1 sampai 2 minggu sebelum Anda
melakukan tes. Pastikan untuk memberitahu dokter Anda
tentang semua obat nonprescription dan resep Anda ambil.
sampel.
Pasang tutupnya di wadah dan label dengan nama Anda, nama
Risiko
Setiap sampel tinja mungkin mengandung kuman yang dapat
menyebarkan penyakit. Sangat penting untuk berhati-
hatimencuci tangan dan menggunakan teknik penanganan hati-
hati untuk menghindari penyebaran infeksi.
anya Jawab dengan Dokter Ahli Diare
Dr. Luszy Arijanty, SpA, terlihat segar saat ditemui di sela waktu prakteknya di rumah sakit di
daerah Kelapa Gading oleh medicastore.com. Diare pada anak tidak bisa dianggap remeh.
Berikut ini hasil wawancara eksklusif kami dengan beliau.
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari
dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas, kadang juga disertai
darah atau lendir.
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi menjadi 2, yaitu diare akut dan kronis. Diare
akut yang terjadi sampai dengan 7 hari, kemudian diare melanjut berlangsung 8-14 hari,
sedangkan kronis terjadi lebih dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih banyak kasus diare akut
dibandingkan yang kronis.
Anak-anak rentan terkena diare karena anak-anak biasa daya tahan tubuhnya masih rendah
sehingga sangat mudah terinfeksi virus.
Sebagian besar (sekitar 90%) diare disebabkan oleh infeksi rotavirus. Sebagian kecil diare
disebabkan, diare dapat disebabkan infeksi bakteri, parasit, jamur. Diare dapat dipicu
pemakaiaan antibiotik (antibiotic induced diare). Sebagian kecil lagi penyebab keracunan
makanan, alergi, faktor psikologis yaitu stres.
Penularannya disebut dengan 3F yaitu Finger (jari), Food (makanan) dan Fly (lalat). Anak-anak
sering masukin tangan ke dalam mulut sehingga terkontaminasi virus. Makanan yang lebih dari
2 jam, tidak habis jangan diberikan lagi kepada anak
Orangtua tidak perlu panik jika anaknya diare. Lihat dahulu kondisi anak, apakah ada gejala
dehidrasi. Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Dehidrasi ini berbahaya.
Jika ada tanda-tanda dehidrasi, sebaiknya segera dibawa ke dokter. Kalau tidak ada, anak dapat
dirawat di rumah.
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap aktif,
keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak mata
tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya anak
gelisahatau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat), kelopak mata
cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak lemas atau tidak
sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali lebih
dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.
Kalau anak diare, orang tua tidak kepikiran untuk menimbang anaknya. Secara klinis dapat
dibedakan. Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan
yaitu aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit.
Lihat kelopak mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam,
jika lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas
kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali
dalam 2 detik.
Jika tanpa dehidrasi, anak tidak perlu buru-buru dibawa ke dokter. Meskipun tergolong dehidrasi
ringan tapi jika anak muntah setiap kali minum, sebaiknya langsung dibawa ke dokter karena
akan menjadi dehidrasi berat. Paling tidak diberikan obat muntahnya.
Anak juga harus segera dibawa ke dokter jika ada demam, muntah setiap kali makan dan
minum, adanya darah dan lendir dalam tinja. Hal ini karena ada kemungkinan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri yang memerlukan pertolongan dokter.
Anak yang diare jangan diberi air putih. Orangtua bisa memberikan cairan khusus untuk anak,
tapi jangan minum oralit dewasa karena osmolaritasnya tinggi, kandungan natriumnya tinggi
malah pada anak-anak malah memicu diarenya.
Jika di rumah hanya ada oralit, maka bubuk oralit dewasa diencerkan 2 kali lipatnya. Jadi, yang
seharusnya 250 cc dapat diencerkan menjadi 500 cc. Cairan khusus anak ini tidak perlu
diencerkan lagi tapi langsung diminum dari botol dan dapat diperoleh di apotek. Setelah segel
botol dibuka, maka dalam 24 jam cairan tersebut harus dihabiskan.
Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri virus,. Anak-anak tidak boleh
dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-lah diarenya berhenti tapi di
dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet.
Tindakan yang penting adalah diberikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan khusus anak
yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak yang diare jangan
hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang mengandung elektrolit (natrium, kalium)
dan kalori.
Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena serat susah
dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga dihindari kecuali
pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi memadatkan tinja
serta menyerap racun.
Orangtua bisa membuat cairan elektrolit dengan melarutkan 1-2 sendok makan gula dan garam
seujung sendok teh kedalam air putih satu gelas. Untuk kalori bisa diberikan air tajin, 1 sdm
tepung beras 100 cc air dimasak sampai mendidih.
Obat yang boleh diberikan hanya absorben seperti norit, golongan smectite yang berfungsi
menyerap racun. Bisa juga diberikan biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Antibiotik
diberikan hanya pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang
disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan parasit yaitu amuba dengan ciri-
ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali saat mau BAB.
Untuk membuktikan infeksi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan feses rutin. Lebih tepat
dengan kultur tinja pada diare melanjut lebih dari seminggu kemungkinan bakteri. Kultur tinja
dapat diuji di laboratorium dimana saja. Hasilnya baru keluar setelah 1 minggu dan biayanya
cukup mahal, lebih dari Rp. 100.000.
Perlu dicermati, jika diare hanya berupa air saja dan ampasnya sedikit, itu menunjukkan ke arah
infeksi virus sehingga tidak perlu antibiotik.
Mencuci tangan, anak harus diajarkan untuk mencuci tangannya, sedangkan pada bayi sering
dilap tangannya. Jaga kebersihan makanan minuman, berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan
karena ASI mengandung immunoglobulin, imunisasi campak karena campak bisa sebabkan diare
dengan bersarang di mukosa.
Selain dr. Luszy Arijanty, Sp.A, medicastore.com juga mewawancara dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD,
KGEH, MMD. Konsultan Gastro Entero Hepatologi ini kami temui setelah praktek di rumah sakit di
daerah Jakarta Pusat.
Diare suatu keadaan dimana seseorang mengalami buang air besar yang berubaha bentuknya
feses (tinja) padat atau semipadat menjadi cair dan dari segi frekuensinya lebih dari 3 kali
sehari. Gangguan buang air besar (BAB) cair dan lebih dari 3 kali dalam sehari pasti itu diare.
Syarat disebut diare kalau ada perubahan bentuk feses dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.
Kalau hanya salah satu, misalnya hanya tinjanya yang cair, belum bisa disebut diare. Penelitian
menyebutkan bahwa berat feses (tinja) lebih dari 200 gram per hari boleh dibilang mengalami
diare.
Diare terbagi menjadi akut dan kronik, kalau kurang dari 2 minggu dibilang diare akut, lebih dari
2 minggu atau 3 minggu disebut kronik. Umumnya pasien datang dengan kondisi diare akut,
kemudian jika ternyata memang tidak teratasi dalam 2 minggu bisa masuk ke dalam diare
kronik.
Tidak semua diare akut menjadi diare kronik. Tergantung diarenya, kalau hanya salah makan
yang berarti infeksi ringan, setelah diobati akan diarenya akan membaik.
Penyebab diare pada orang dewasa berbeda dengan pada anak-anak. Kalau pada anak-anak
disebabkan virus, sedangkan kalau orang dewasa disebabkan bakteri, karena memang salah
makan, gangguan pencernaan malabsorpsi, pengaruh obat-obatan (pencahar) dan faktor stres.
Diare pada dewasa disebabkan makanan dan minuman yang tercemar kuman, seperti Eschericia
coli (patogen), Salmonella sp, Shigella, virus, parasit seperti amuba, beberapa jamur seperti
Candida sp.
Obat-obatan juga bisa menyebabkan diare, yaitu obat-obatan yang bekerja meningkatkan
gerakan peristaltik usus atau mengencerkan feses seperti obat pencahar. Kelebihan obat
pencahar menyebabkan diare.
Ada hubungan usus dengan otak, karena stres memberikan impuls-impuls ke usus untuk
meningkat gerakan peristaltiknya. Keadaan ini bisa menyebabkan diare. Anak sekolah menjelang
ujian timbul diare akibat faktor psikis. Biasanya hanya sebentar, setelah faktor stres hilangnya,
diare berhenti. Kalau diare terus menerus terjadi sampai dehidrasi diperlukan obat juga.
Diare berbahaya jika menyebabkan dehidrasi. Kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan
gangguan irama jantung, bisa menurunkan kesadaran sampai meninggal. Diare jangan dianggap
remeh, jika tidak diatasi kehilangan cairan akan berakibat fatal.
Diare menunjukkan ada yang tidak beres di saluran pencernaan. Sebaiknya melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, apakah faktor salah makan saja atau ada hal yang bersifat kronis
seperti radang usus, tumor, polip atau malah kanker yang gejala awalnya seperti diare.
Prinsip penggunaan obat bebas yang dijual di warung apabila keadaannya tidak terlalu berat dan
dapat diatasi dalam waktu 2-3 hari. Jika terjadinya sering, seminggu mencret dikasi obat warung
berhenti lalu mencret lagi. Ada batasan penggunaan obat warung. Lebih dari 3 hari tidak ada
perubahan, langsung ke dokter.
Diare karena salah makan, ada bahan yang tidak berguna untuk dikeluarkan. Tapi bukan berarti
diare dianggap hal yang positif, padahal ada sesuatu yang tidak beres. Justru karena ada
makanan yang terkontaminasi baik karena racun atau kumannya yang menyebabkan diare.
Diare yang disertai demam jangan mengandalkan obat penyetop obat BAB saja, karena masih
ada kumannya, sehingga perlu antibiotik. Ciri-ciri infeksi bakteri lainnya adalah berak ada lendir,
darah, menyebabkan dehidrasi yang berat.
Secara kasar dokter bisa menilai kondisi pasien dalam meresepkan antibiotik tanpa harus
menunggu hasil kultur tinja. Dokter pun tidak selalu memberikan antibiotik tergantung
penyebabnya.
Prinsipnya pengobatan diare ada dua, pertama cegah jangan sampai dehidrasi dengan oralit dan
banyak minum (rehidrasi). Dua, atasi penyebabnya, karena salah makan kasi enzim, kalau
bakteri diberikan anti amuba, kalau jamur diberikan anti jamur, karena radang diberikan anti
radang.
Apakah pencegahan diare?
Umumnya di kota-kota besar keracunan makan penyebab utama timbulnya diare pada orang
dewasa, sedangkan di daerah disebabkan persediaan air minum /bersih yang terbatas. Jadi
pencegahan diare dengan memperhatikan kualitas kebersihan makanan.
Saat ini, udara panas dimana banyak lalat beterbangan, juga debu-debu pembawa kuman.
Selektiflah dalam mengkonsumsi makanan. Jagalah makanan dalam keadaan baik misal
masukkan ke kulkas karena makanan yang di luar mudah terkontaminasi.
Diare
a. Pengertian diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tindakan yang lebih banyak dari
biasanya (normal 200 ml per jam tinja) dengan tinja berbentuk cairan setengah cairan
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Arif Mansjoer,
2000). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari 3
kali serta perubahan dalam isi dan konsistensinya. (Burnner & Suddarth, 2002)
b. Penyebab dan proses terjadinya diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak (umumnya tiga kali atau
lebih dalam sehari) (Depkes RI, 1991). Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja. (Kapita Selekta Selekta, 2000).
Secara garis besar penyebab diare adalah infeksi virus dan bakteri, malabsorbsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis
infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut :
1) Infeksi oleh kuman E. Coli, Vibrio cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang
jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh
lemah) seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri)
3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus
4) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)
5) Infeksi jamur (candidiasis)
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis dan radang tenggorokan
7) Keracunan makanan.
Selain itu penyakit diare juga dapat disebabkan oleh :
1) Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu fomula
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di
daerah perut. Jika sering terkenal diare ini, maka aktivitas anak terganggu atau
pertumbuhan anak akan terganggu.
Malabsorsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut tryglyserida, dengan
bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang diabsorpsi usus. Jika tidak
ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena tidak diserap
dengan baik jalanya adalah tinja mengandung lemak.
2) Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, bau, beracun, terlalu
banyak lemak, sayuran mentah dan makanan kurang matang.
3) Faktor psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak dan dapat menyebabkan diare kronis.
Virus menyerang efitel mengakibatkan gangguan transport glukosa-stimulated natrium dan
menurunkan aktifitas Na+K+ATP Ase. Bakteri mengeluarkan toksin (eksotoksin),
menyerang adenyl siklase yang mempengaruhi perubahan ATP menjadi Syklik AMP dan
merubah fungsi efitel sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Gangguan
absorpsi makanan mengakibatkan cairan, elektrolit dan makanan tertahan pada lumen usus
(Ismail dkk, 1991b).
Diare dapat digolongkan menjadi diare osmotik dan skretorik. Diare osmotik karena adanya
akumulasi bahan-bahan yang tidak diserap oleh usus (malabsorpsi) sehingga tekanan
osmotik dalam lumen tinggi. Diare skretorik terjadi karena adanya rangsangan tertentu
(toksin) pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke lumen
usus.
Peningkatan tegangan dinding usus merangsang hiperperistaltik dan mengakibatkan
terbukanya sphinter sehingga isi lumen usus keluar lewat anus (diare) atau keluar lewat
mulut (muntah). Isi lumen usus yang keluar tersebut mengandung air, elektrolit dan zat-zat
makanan. Keluarnya air, Na+ dan K+ yang berlebihan mengakibatkan tubuh kekurangan
cairan (dehidrasi), keluarnya HCO3- yang berlebih mengakibatkan asidosis metabolik,
keluarnya bahan makanan terutama glukosa mengakibatkan tubuh kekurangan glukosa.
Penurunan volume cairan intravaskular mengakibatkan terjadinya hemo konsentrasi.
Jantung melakukan kompensasi sehingga nadi cepat tetapi karena volumenya kurang maka
tensi turun dan nadi tidak teraba. Pada daerah perifer timbul kompensasi berupa
vasokonstriksi arteriole sehingga mukosa nampak sianosis, kulit kering, dan dingin pada
ekstemitas. Penurunan aliran darah perifer maka jaringan kekurangan oksigen sehingga
memacu pernafasan. Kehilangan HCO3-, reaksi anaerob dan pemecahan lemak
menimbulkan asidosis metabolik sehinga memacu pernafasan untuk mengeluarkan CO2 dan
terjadi pernafasan kusmaul. Vasokonstriksi arteriola aferen ginjal dan peningkatan
reabsorpsi air/ Na+ pada ginjal maka terjadi oliguria/ anuria. Penurunan cairan intrasel/
intersel maka turgor kulit menurun dan mata cekung. Penurunan K+ juga mengakibatkan
kelemahan dan kram otot. Hipoglikemi mengakibatkan penderita lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, kejang dan koma (Ismail dkk, 1991).
Keadaan diatas apabila tidak segera ditolong akan menimbulkan kematian, terutama akibat
kekurangan cairan.
c. Penularan Diare
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan
tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan
tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang
dipegang.
d. Gejala dan Akibat Diare
1) Gejala Diare
a) bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b) tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c) warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d) anusnya lecet
e) gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f) muntah sebelum atau sesudah diare
g) hipoglikemia penurunan kadar gula darah)
h) dehidrasi (kekurangan cairan)
2) Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak
kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak
orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare.
Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak
baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah
membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi
berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang
sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang,
denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah,
penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
Program pemberantasan penyakit diare Depkes RI (2001) menentukan tingkat dehidrasi
pada diare, yaitu;
Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare
PENILAIAN
DERAJAT DEHIDRASI
Tanpa
Ringan/Sedang
Berat
a. Lihat
1) Keadaan umum
2) Mata
3) Air mata
4) Mulut dan lidah
5) Rasa haus
Baik, sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
*Gelisah, rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*Haus,ingin minum banyak
Denyut nadi
Pernafasan
Ubun-ubun
Kelopak mata
Air mata
Selaput lender
Elastisitas kulit
Air seni
Sakit, gelisah, haus
Melihat kondisi sekitar kita yang masih banyak mengalami permasalahan kesehatan maka
dipandang perlu peranan alumni kesehatan masyarakat dalam membantu masyarakat – secara
khusus masyarakat yang kurang/ tidak mampu mengakses kebutuhan akan kesehatan secara
memadai – guna mewujudkan masyarakat yang lebih sehat terutama berkaitan dengan
kesehatan : air, sanitasi dan higiene. Alumni Kesehatan Masyarakat dipandang memiliki posisi
strategis sebagai fasilitator dan katalisator dalam upaya perwujudan tujuan ini karena alumni
kesehatan masyarakat dipandang memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk
mengupayakannya ditambah lagi diharapkan melalui dipersatukannya alumni kesehatan
masyarakat melalui PROKASIH (Program Kesehatan : Air, Sanitasi dan Higiene) ini dapat
sebagai wadah pengabdian dan menanamkan kepedulian terhadap sekitar terutama yang
berkaitan dengan kesehatan.
Program kesehatan mengenai air, sanitasi dan higiene diambil sebagai pilihan kegiatan
PROKASIH karena banyak kasus penyakit menular yang disebabkan oleh ketiga faktor ini (air,
sanitasi dan higiene). Diare, misalnya. Sanitasi dan perilaku kebersihan (higiene) yang buruk
serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare
di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi
terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi
maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas
sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang. Hal
yang menakjubkan ternyata kasus penyakit menular ini (secara khsusus diare) dapat dicegah
dengan cara sederhana yakni mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat
mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen. Dengan demikian, diharapkan
dengan memfokuskan kepada ketiga masalah ini (air, sanitasi dan higiene), dapat mengurangi
(meminimalkan) masalah kesehatan baik masalah kesehatan yang sedang maupun yang akan
dialami masyarakat.
II. Pelaksanaan Pemilihan Sekolah
Sekolah yang menjadi sasaran PROKASIH yakni SD Neg. 22 Simalingkar dan SD Neg. 72
Simalingkar. Pemilihan sekolah dilakukan melalui observasi dan assessment (pengukuran).
Pertama, Obeservasi, dilakukan setelah sebelumnya diperoleh informasi dari Puskesmas
Simalingkar mengenai sekolah yang mengalami masalah mengenai air, sanitasi dan higiene di
lingkungan sekolahnya. Kedua, assessment, dari pengamatan awal terhadap sekolah tersebut
kemudian dilakukan assessment guna pengumpulan data. Kedua hal tersebut dilakukan guna
memastikan dan mengetahui permasalahan apa yang dihadapi sekolah mengenai air, sanitasi
dan higiene.
V. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan dikembangkan guna mengatasi masalah kesehatan berkaitan dengan air,
sanitasi dan higiene yang dihadapi oleh kedua sekolah. Adapun desain dan dan strategi
PROKASIH yang dikembangkan sebagai berikut :
a) Pembangunan fasilitas (Hardware)
b) Penyuluhan kesehatan (Software)
c) Pemantauan atau tindak lanjut sekolah
a) Pembangunan Fasilitas
Rencana pembagunan fasilitas yakni :
a. Perbaikan atau pengadaan mesin pompa air
b. Perbaikan atau pengadaan perpipaan
c. Pengadaan tower air : satu tower untuk 2 sekolah tersebut
d. Perbaikan wastafel yang ada di ruangan kelas dan pembuatan satu wastafel UMUM bagi
masing-masing sekolah
e. Pembuatan jendela/ ventilasi WC
f. Pembangunan bak pembakaran/ penampungan sampah : satu buah untuk kedua sekolah
tersebut.
b) Penyuluhan Kesehatan
Materi penyuluhan rutin air, sanitasi dan higiene :
a. Kuman
b. Diare (Oralit)
c. BAB (Buang Air Besar)
d. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
e. Sampah
f. Air Minum
g. Topik review keseluruhan topik
h. Penyediaan poster
Salam,
TIM PROKASIH