Disusun Oleh:
HAPPY SAPTARIA, AMK
NIM: 1821081
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat utama, oleh karena itu
setiap manusia berhak memiliki kesehatan. Namun pada kenyataannya tidak semua orang
memiliki derajat kesehatan yang optimal dikarenakan berbagai masalah, misalnya lingkungan
yang tidak baik, sosial ekonomi yang rendah, pola hidup yang tidak sehat mulai dari makanan,
kebiasaan maupun lingkungan sekitarnya. Hal tersebut merupakan pemicu berbagai macam
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di negara maju setelah penyakit
jantung dan kanker pada kelompok usia lanjut, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat
pertama. Stroke juga penyebab utama kecacatan didunia (Sutrisno, 2007). Angka kejadian stroke
di Indonesia meningkat tajam. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
Kasus stroke di RSUD Pandan Arang Boyolali pada tahun 2013 sudah mencapai 934
kasus dengan rincian 401 pasien stroke hemoragik dan 533 pasien stroke non hemoragik.
Kejadian stroke pada tahun 2014 ini antara bulan Januari sampai bulan Februari sudah ada 184
kasus dengan rincian 90 kasus stroke hemoragik dan 94 kasus stroke non hemoragik (Rekam
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penanganan yang komprehensif demi mencegah
terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut atau bahkan kematian. Disini diperlukan peran
perawat sebagai pelayanan dan juga pendidik yang mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan stroke melalui pendekatan proses keperawatan yang benar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan pasien dengan stroke?
C. Tujuan
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil yang didapat dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
keperawatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan pengetahuan perawat
Bagi rumah sakit, hasil karya tulis ini dapat dijadikan bahan untuk solusi atau ide
klien stroke.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa atau
peserta didik mengetahui secara jelas akan tindakan mengatasi masalah klien yang
mengalami stroke.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah
sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat, berupa defisit neurologis fokal
dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata–mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah
gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah
oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan
kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual,
muntah, pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi
lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
b. Stroke Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral
atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan
cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, kaku kuduk (Wanhari,
2008).
B. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat
kejadian yaitu:
a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau
sensasi.
C. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada
stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang
terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-
(hemorhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran
darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan
darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area
dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha
membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi
pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan
kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriola. Selanjutnya akan terjadi edema
pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi
sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri.
Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan
.
Pathways/ WOC
Infark serebral
Penurunan aliran
darah ke otak
Hipoksia
Kongesti vaskular
Kompresi jaringan
Gangguan fungsi
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan gejala penyakit
stroke adalah:
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
c. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
E. Komplikasi
pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi stroke meliputi infeksi thorax, konstipasi,
pneumonia, UTI (Urinary Tract Infection), depresi, kejang, stroke berulang, gagal jantung
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli
serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas.
Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral.
G. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, dokter mungkin akan meresepkan
Aspirin
Antikoagulan: untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan mengurangi
Agen trombolitik: diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak
Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak) yang
Obat-obatan tertentu dalam uji klinis bisa melindungi sel-sel otak dari kematian
dalam jumlah yang besar, namun saat ini belum ada obat dalam tahapan uji klinis
2. Operasi bedah
tindakan operasi bedah. Tergantung pada ukuran, lokasi, dan kedalaman hematoma
(pengumpulan darah di luar pembuluh darah) dan apakah stroke diikuti dengan
pembengkakan jaringan otak dan kondisi pasien secara keseluruhan, dll. Operasi
dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke hemoragik. Tindakan operasi
balon) untuk mencegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke iskemik (stroke karena
kurangnya pasokan darah), tindakan operasi juga bisa dilakukan untuk membuang
bagian intima dari arteri karotis, untuk mencegah kambuhnya stroke. Dengan
Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan profesional yang
terapi okupasi, terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologi klinis,
dari fungsi aktivitas hidup pasien sehari-hari. Meskipun tidak semua fungsi fisik bisa
dipulihkan sepenuhnya, tujuan "adaptasi diri" bisa dicapai. Sangat penting untuk memulai
pelatihan rehabilitasi sesegera mungkin. Sebuah tim ahli kesehatan profesional multi-
bidang bertanggung jawab terhadap perawatan rehabilitasi. Tim akan menilai fungsi fisik
perawatan dari perawat. Hal yang paling penting dari semuanya adalah bahwa pasien
stroke dan anggota keluarganya harus berpartisipasi secara aktif dalam perawatan
tersebut.
memberikan dukungan 24 jam kepada pasien stroke dan anggota keluarga mereka.
masalah psikologis yang melibatkan kecemasan dan perasaan tidak berdaya, atau masalah
dalam berbagai aspek, mengajarkan perawatan yang benar kepada pasien dan anggota
keluarganya, dan melatih serta mencegah komplikasi agar pasien bisa mendapatkan
Terapi okupasi akan, melalui program terapi yang berbeda, memungkinkan pasien
stroke untuk mendapatkan kemampuan mandiri terbaiknya dalam berbagai aspek, seperti
berkomunikasi, dan ekspresi verbal mereka. Jika pasien memiliki masalah psikologis
dan/atau emosional, psikolog klinis bisa memberikan bantuan yang diperlukan. Para
pekerja sosial medis bisa membantu pasien stroke dan anggota keluarganya dengan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan
Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (Doenges dkk, 1999) adalah :
1. Aktivitas/ Istirahat
sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/
kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum,
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan
untuk mengekspresikan diri
4. Eliminasi
5. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasipada
lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam
darah.
6. Neurosensori
Tanda : status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia, ukuran/ reaksi
7. Kenyamanan / Nyeri
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot.
8. Pernapasan
Gejala : merokok
9. Keamanan
Tanda : masalah dengan penglihatan, perubahan sensori persepsi terhadap orientasi
tempat tubuh, tidak mampu mengenal objek, gangguan berespons terhadap panas dan
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi oral,
kecanduan alkohol.
3. Okulomotorius (III) : Klien tidak mampu mengangkat kelopak mata, pupil akan miosis
atau tidak dapat mengkontraksikan pupil dan sebagian gerakan ekstra okuler terganggu.
4. Troklearis (IV): Klien tidak dapat menggerakkan mata ke bawah dan ke dalam
5. Trigeminus (V): Gangguan pada otot temporalis dan masseter serta gerak rahang ke
lateral. Penurunan respon sensorik pada rangsangan di kulit wajah 2/3 depan kulit kepala
mukosa mata, dan hidung, rongga mulut, lidah dan gigi, gangguan reflek berkedip.
6. Fasialis (VI): Ekspresi wajah tidak norma, gangguan laktima dan salvias, penurunan
8. Glosofaringeus (VIII): Sulit menelan, tidak ada reflek muntah, gangguan salivasi
B. Diagnosa Keperawatan
kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi (Doenges
dkk, 1999). Untuk membuat diagnosis keperawatan yang akurat, perawat harus mampu
melakukan hal berikut yaitu mengumpulkan data yang valid dan berkaitan,mengelompokkan
keperawatan dengan tepat, dan memilih diagnosis prioritas (Carpenito & Moyet, 2007).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke (Doenges dkk, 1999) meliputi:
kelelahan.
perseptual/kognitif, depresi
kognitif
perceptual
C. Intervensi Keperawatan
Comer, S. (1998). Critical Care Nursing Care Plans. USA: Delmar Thomson Learning
Murti, A.S. (2014). Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Gangguan Sistem Persarafan:
Stroke Non Hemoragik di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Pandan
Arang Boyolali. Diperoleh tanggal 28 Februari 2019 dari
http://eprints.ums.ac.id/31103/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Rohmah, Q. (2015). Bab II Tinjauan Pustaka. Diperoleh tanggal 27 Februari 2019 dari
http://eprints.undip.ac.id/46173/3/Qurrotun_Ayun_MR_22010111120018_Lap_KTI_
Bab2.pdf
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002) Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih
bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi VIII, Volume
3, Jakarta: EGC.