Anda di halaman 1dari 18

Setiap orang pasti mengalami proses menua.

Proses menua ini dapat terlihat secara fisik


dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan dapat mempengaruhi status gizi pada masa
tua. Lantas, bagaimana kebutuhan gizi lansia? Tim Lagizi akan membahasnya.

Proses Menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita sel serta tubuh
manusia.

Menurut WHO, batasan usia lansia meliputi:

 Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun


 Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
 Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
 Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

Perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain:

 Massa otot akan berkurang dan massa lemak bertambah, mengakibatkan jumlah
cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit terlihat mengerut dan kering, wajah
keriput serta muncul garis-garis halus. Oleh karena itu lansia seringkali terlihat kurus.
 Penurunan indera penglihatan yang seringkali dihubungkan dengan kekurangan
vitamin A, vitamin C, dan asam folat. Juga terjadi gangguan pada indera pengecap
yang berhubungan dengan kekurangan kadar Zinc yang menyebabkan menurunnya
nafsu makan. Untuk penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
 Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal mengakibatkan gangguan pada fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
 Menurunnya mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri, serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.
 Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif,
dan kesulitan mengunyah makanan, juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya
ingat.
 Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk melakukan fungsinya juga menurun,
sehingga dapat menyebabkan pengenceran natrium yang menimbulkan rasa lelah.
 Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah
satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut. Lansia biasanya
mengurangi minum karena hal ini sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

Kebutuhan Gizi Lansia

Banyak asupan zat gizi yang harus ditingkatkan agar lansia tetap sehat dan dapat beraktivitas
dengan baik. Namun beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya asam lemak omega 3
(dapat diperoleh dari minyak ikan), perbanyak air putih, perhatikan konsumsi garam,
perhatikan asupan vitamin D dan kalsium.

 Kalori

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang berusia lanjut
akan menurun sekitar 15-20%, disebabkan karena berkurangnya massa otot dan aktivitas.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 30% lemak dan sisanya
karbohidrat.

 Protein

Pada lansia terjadi penurunan massa otot, namun ternyata kebutuhan tubuh akan protein tidak
berkurang, bahkan harus ditingkatkan karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa
nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang, disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien. Beberapa penelitian merekomendasikan kebutuhan protein lansia ditingkatkan
12-14% dari kebutuhan untuk orang dewasa.

 Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi
lemak yang terlalu tinggi (lebih dari 40%) dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah.

 Karbohidrat dan Serat

Lansia tetap dianjurkan mengonsumsi serat. Sumber serat yang baik adalah sayuran, buah-
buahan dan biji-bijian utuh. Konsumsi suplemen serat tidak dianjurkan bagi lansia karena
dikhawatirkan konsumsi serat yang terlalu banyak dapat menyebabkan mineral dan zat gizi
lain terserap oleh serat.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks.

 Vitamin dan Mineral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya lansia kurang mengonsumsi vitamin A, B1,
B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Kekurangan mineral yang paling banyak
diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia
menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah
hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

Selain itu, beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya:

 Perhatikan asupan asam lemak omega 3

Minyak ikan mengandung asam lemak omega 3. Menurut AKG 2013, kebutuhan omega 3
lansia adalah sebesar 1,6 gram. Perlu diwaspadai jika minyak ikan dikonsumsi terlalu banyak
(berlebihan/overdosis) maka dapat menurunkan kadar vitamin E di dalam tubuh manusia.

 Perhatikan asupan garam setiap harinya

Kebanyakan lansia menderita hipertensi sehingga penting untuk memperhatikan asupan


garam harian dan membatasi makanan yang asin.

 Perbanyak asupan vitamin D dan kalsium

Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan pemeliharaan tulang. Selain itu, suplemen
vitamin D dapat mengurangi kejadian patah tulang nonvertebral pada pria dan wanita lansia.
Kombinasi kalsium dan vitamin D dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang serta
mengurangi risiko pinggul dan patah tulang belakang. Kalsium dan vitamin D menjadi
kebutuhan harian tertinggi pada wanita menopause dan laki-laki lanjut usia, yaitu 1500 mg
kalsium dan 400-800 IU vitamin D. Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari.
Sinar ultraviolet dari matahari meningkatkan sintesis vitamin D3 (cholecalciferol) dalam
kulit. Hal ini terjadi dalam waktu 15 menit setelah terpapar dari sinar matahari. Vitamin D
juga dapat ditemukan dalam beberapa sumber makanan, termasuk susu, kuning telur, ikan
laut, dan hati
 Perhatikan asupan vitamin B

Memasuki usia diatas 50 tahun, akan terjadi perubahan dalam produksi asam lambung
sehingga berdampak pada proses penyerapan vitamin B12.

Semoga bermanfaat.

Writer : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi :

 http://www.helpguide.org/articles/healthy-eating/eating-well-as-you-age.htm
 http://www.indi.ie/fact-sheets/fact-sheets-on-nutrition-for-older-people/509-good-
nutrition-for-the-older-person.htm
 http://www.who.int/nutrition/topics/ageing/en/index1.html
 Proses menua. [tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/3595/1/keperawatan-ismayadi.pdf]
 Moyer VA. 2013. Clinical Guidline Vitamin D and Calcium Supplementation to
Prevent in Adults.
 Prentice A. 2004. Diet, Nutrition, and the Prevention of Osteoporosis. Public Health
Nutrition: 7 (1A). p. 227-243

///////////////////////

Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,


karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik
dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia.

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti,
singkong dan lain-lain, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dan lain-lain.
Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu
dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein
hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya.

3. Kelompok zat pengatur


Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti
buah-buahan dan sayuran.

B. Faktor yang mepengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia

Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.


Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin,
asam, dan pahit.
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
Penyerapan makanan di usus menurun.

C. Masalah Gizi pada Lansia

1. Gizi berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.

Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,
kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok,
daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan
protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,
penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
D. Pemantauan Status Nutrisi

1. Penimbangan Berat Badan

a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan


BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1
minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg
/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup
sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi
palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan
yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak
mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya
lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau
tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung
pada ikan, hati, susu dan produk olahannya

E. Perencanaan Makanan untuk Lansia

– Perencanaan makan secara umum

1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari
: zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam


Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.

5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

Makanlah makanan yang mudah dicerna


Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus
lunak/lembek atau dicincang
Makan dalam porsi kecil tetapi sering
Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan

6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak,
bayam, dan sayuran hijau.

8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng

– Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna

Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :

Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, sepertsayuran dan buah-
buahan segar, roti dan sereal.
Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari untumelembutkan
feses.
Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien akan menjadi
tergantung pada laksatif.

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis
ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah
cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput
serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan
kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap
dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu
makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah
yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan
wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan
kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat
jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan
gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang
dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan
untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi
paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia
yang menimbulkan rasa lelah.
Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu
masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga
usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang
mengakibatkan sedih yang berkepanjangan

////////////

Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun mental.
Perubahan ini akan memengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan
sosioekonomi.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu
akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing pada umumnya dihitung berdasarkan
kebutuhan kalori atau energi. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual,
gizi untuk lansia pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan
komposisi tubuh.

Berikut ini adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada lansia:

Energi

Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012, secara umum kecukupan gizi
yang dianjurkan untuk lansia pada laki-laki adalah 2325 kalori dan pada wanita adalah
1900 kalori.

Kebutuhan energi pada lansia menurun sehubungan dengan penurunan metabolisme basal
(sel-sel banyak inaktif) dan kegiatan fisik cenderung menurun.

Karbohidrat

Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks karena mengandung vitamin,


mineral, dan serat daripada mengonsumsi karbohidrat murni seperti gula. Lansia sebaiknya
mengkonsumsi 60-65% karbohidrat sebagai kebutuhan energi.

Protein

Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lansia adalah sekitar 0,8 gram/kg BB atau
15-25 % dari kebutuhan energi. Untuk lansia dianjurkan memenuhi kebutuhan protein
terutama dari protein nabati dan protein hewani dengan perbandingan 2:1.

Jumlah protein yang diperlukan untuk laki-laki lansia adalah 65 gram/hari dan wanita 57
gram/hari yang terdiri 15% protein ikan, 10% protein hewani lain dan 75% protein nabati.

Lemak

Kebutuhan lemak untuk lansia lebih sedikit karena akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah, pada lansia dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih dari 15 % kebutuhan
energi. Lansia juga sebaiknya mengonsumsi lemak nabati daripada lemak hewani untuk
mencegah penumpukan lemak tubuh.
Vitamin

Lansia dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin A, D, dan E untuk
mencegah penyakit degeneratif (sebagai antioksidan). Selain itu konsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin B12, asam folat, vitamin B1 dan vitamin C juga dianjurkan
untuk mencegah risiko penyakit jantung.

Mineral

Lansia dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sumber besi (Fe), zinc (Zn), selenium (Se),
dan kalsium (Ca) untuk mencegah anemia dan osteoporosis, serta meningkatkan daya tahan
tubuh.

Lansia juga dianjurkan untuk meningkatkan asupan zat gizi mikro lainnya seperti fosfor (P),
kalium (K), natrium (Na), dan magnesium (Mg) untuk metabolisme dalam tubuh.

Air dan Serat

Air sangat penting untuk melancarkan proses metabolisme tubuh dan mengeluarkan sisa
pembakaran energi dalam tubuh. Oleh karena itu dianjurkan untuk minum air putih minimal 8
gelas per hari.
Serat juga dianjurkan untuk lansia agar buang air besar menjadi lancar, mencegah penyerapan
kolesterol dan menghindari penumpukan kolesterol dalam tubuh.

Pendahuluan
Dengan meningkatnya angka rata-rata harapan hidup, maka perlu diberikan perhatian
yang besar pada peningkatan kesehatan dan kualitas hidup lansia. Lansia adalah individu
yang rentan karena masalah fisiologi dan psikososialnya. Penting untuk mendorong lansia
agar dapat hidup mandiri karena tingginya biaya kesehatan dan layanan sosial untuk lansia
saat ini. Nutrisi yang cukup merupakan faktor penting yang mendukung kesehatan dan
kesejahteraan lansia. Nutrisi yang tidak seimbang akan mempercepat kemerosotan fisik dan
mental.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara kemampuan mastikasi, penuaan
dan nutrisi. Diet yang tepat akan mencegah malnutrisi, meningkatkan respon imun untuk
mencegah infeksi dan penyakit kardiovaskuler serta osteoporosis. Malnutrisi pada lansia
tidak hanya berupa kekurangan zat makanan, tetapi juga dapat berupa kelebihan zat makanan
akibat faktor-faktor tertentu.
Kondisi mulut yang tidak baik dapat menjadi faktor pengganggu status kesehatan dan
nutrisi lansia. Sering kali penelitian mengenai pemilihan makanan mengabaikan status
kesehatan mulut dan gigi. Kehilangan gigi berhubungan dengan perubahan pemilihan
makanan dan defisiensi nutrisi, dimana lansia kehilangan nafsu makan, cenderung memilih
makanan lunak dan mudah dikunyah yang rendah serat dan kepadatan nutrisi.
Masalah nutrisi pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: faktor
oral (keadaan dalam mulut), fisik, fungsional, dan psikososial. Pengaruh faktor oral adalah
perubahan kemampuan mengunyah makanan yang dapat disebabkan oleh kehilangan gigi,
sakit pada gigi, atau gigi tiruan yang tidak baik sehingga menyebabkan rasa sakit; perubahan
rasa dan membaui; obat-obatan yang menyebabkan xerostomia. Jika terjadi malnutrisi, maka
pertama-tama harus ditentukan apakah benar karena asupan makanan yang tidak cukup atau
karena faktor sekunder, misalnya adanya malabsorbsi, penyakit, perubahan kemampuan
mengunyah, dan lain sebagainya.
Zat gizi atau disebut juga dengan zat makanan atau nutrient adalah satuan yang
menyusun bahan makanan. Bahan makanan adalah apa yang kita beli, kita masak dan kita
susun menjadi hidangan. Ada 5 zat gizi yang kita kenal menurut ilmu gizi dan nutrient yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Setelah dikonsumsi di dalam alat
pencernaan, bahan makanan diuraikan menjadi berbagai zat gizi. Zat gizi ini akan diserap
melalui dinding usus dan masuk ke dalam cairan tubuh. Di dalam jaringan zat-zat gizi
memenuhi fungsinya masing-masing seperti sumberenergi, menyokong pertumbuhan badan,
memelihara jaringan tubuh yang rusak atau aus terpakai, mengatur metabolisme, pertahanan
tubuh terhadap penyakit.
Penelitian mengenai status makanan dan nutrisi menunjukkan bahwa banyak individu
diatas 65 tahun seringkali mengkonsumsi makanan yang tidak adekuat dan beberapa
makanan cenderung menyebabkan defisiensi nutrisi. Pada zaman dahulu, malnutrisi
merupakan penyebab utama kematian lansia.
Kebutuhan kalori lansia biasanya berkurang karena basal metabolik rate (BMR) mereka
menurun akibat penurunan massa otot dan penurunan aktifitas fisik. Dengan berkurangnya
asupan nutrisi maka kualitas makanan harus diperhatikan. Berkurangnya asupan kalori
menyebabkan konsumsi kalsium, zat besi, dan zinc seringkali juga tidak cukup, padahal
terkadang terjadi peningkatan kebutuhan kalori dan protein akibat stress yang berhubungan
dengan demam, trauma, pembedahan, atau penyakit.
Rendahnya kebutuhan energi pada lansia akibat aktifitas yang berkurang dan pola
makan yang tidak berubah sering menyebabkan obesitas. Pasien perlu dimotivasi untuk
meningkatkan aktifitas fisik agar memungkinkan peningkatan asupan kalori, dengan begitu
dapat mengontrol keseimbangan nutrisi serta berat dan komposisi tubuh.
Intake cairan yang tidak adekwat pada lansia dapat menyebabkan dehidrasi dan
diasosiasikan pada masalah seperti hipotensi, peningkatan temperatur tubuh, mucosa yang
kering, penurunan jumlah urine dan mental confusion. Hilangnya rasa haus sering timbul
pada saat proses penuaan, karena itu intake cairan pada lansia harus dimonitor, terutama bila
timbul gejala seperti demam, infeksi atau pada saat udara panas. Intake cairan setidaknya
sebesar 30 ml per kg berat badan per hari.
Status kesehatan gigi memegang peranan penting pada kesehatan dan asupan nutrisi
lansia. Masalah pengunyahan akibat gangguan dalam rongga mulut atau kehilangan gigi yang
menurunkan kemampuan mengunyah akan menurunkan selera makan. Penelitian
membuktikan bahwa kehilangan gigi yang banyak akan menyebabkan pasien sedikit
mengkonsumsi sayuran, serat, serta β - karotin dan lebih banyak mengkonsumsi kolesterol,
kalori, dan lemak jenuh.
Pada pasien dengan kehilangan gigi yang banyak, penggantian gigi yang hilang dengan
gigi tiruan cekat atau gigi tiruan lepas bertujuan untuk meningkatkan fungsi pengunyahan.
Gigi tiruan yang baik sangat berperan penting untuk mendapatkan status nutrisi yang optimal
bagi lansia. Oleh karena itu, pembuatan gigi tiruan harus dengan perencanaan yang baik dan
memperhatikan fungsi mastikasi. Instruksi mengenai pemilihan diet yang baik harus menjadi
bagian dari rencana perawatan bagi pasien pengguna gigi tiruan. Untuk pasien yang baru
memakai gigi tiruan, pasien dianjurkan untuk mengunyah melalui tiga tahap, yaitu mengigat
dan memotong, mengunyah, kemudian menelan.

Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lansia, dokter gigi harus dapat memahami kebutuhan-
kebutuhan mereka. Kesehatan rongga mulut, sama halnya dengan kesehatan seluruh tubuh
sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Resiko malnutrisi pada lansia dipengaruhi oleh intake
makanan yang berkurang, perubahan fisiologik (proses penuaan), faktor ekonomi dan sosial,
keadaan rongga mulut dan interaksi obat dengan nutrient. Lansia membutuhkan diet yang
mencukupi kebutuhan nutrisi yang disarankan agar dapat menjaga atau meningkatkan status
nutrisinya. Kesehatan rongga mulut dan gigi juga berpengaruh dalam menjaga status nutrisi
lansia. Bagi lansia, dokter gigi sangat berperan dalam menjaga dan merawat kesehatan gigi
dan mulut mereka sehingga didapatkan fungsi kunyah yang optimal. Dengan adanya fungsi
kunyah yang optimal maka kebutuhan nutrisi dari pasien akan lebih mudah tercukupi.
Dengan tercukupinya kebutuhan nutrisi maka kualitas hidup dari para lansia juga akan
meningkat.

{oleh : drg. Albertus Fredi S.Sp.Pros}

//////

Kebutuhan nutrisi gizi terhadap manusia itu penting baik itu dimulai dari janin yang lagi
dikandung, balita, anak, dewasa, orang tua, dan juga usia lanjut. Bagi usia lanjut pemenuhan
kebutuhan gizi dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya dan juga dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga di masa
usia lanjut hidup dengan sehat dan bersemangat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada usia lanjut, seperti :

 Berkurangnya kemampuan mencerna makanan dikarenakan kerusakan gigi.


 Berkurangnya indera pengecap dikarenakan penurunan terhadap cita rasa seperti,
manis, asin, asam,dan pahit.
 Kerongkongan mengalami pelebaran atau Esophagus
 Rasa lapar menurun,juga asam lambung menurun.
 Gerak peristaltic (gerakan pada usus) lemah yang biasanya menimbulkan konstipasi.
 Sistem penyerapan di usus menurun.

Di usia lanjut ini sangatlah penting untuk mengetahui sumber masalah apakah itu diakibatkan
dari kebiasaan di waktu muda, misalnya karena kebiasaan makan banyak maka berat
badanpun berlebih. Sedangkan pada usia lanjut penggunaan kalori berkurang karena aktivitas
fisik berkurang. Kegemukan merupakan salah satu penyebab berbagai penyakit, seperti,
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
Berat badan harus diwaspadai, karena dengan peningkatan berat badan lebih dari 0.5
Kg/minggu berisiko terhadap kelebihan berat badan. Sedangkan penurunan berat badan lebih
dari 0.5 Kg/minggu menunjukkan bahwa Anda kekurangan beratbadan. Oleh karena itu di
anjurkan untuk melakukan penimbangan berat badan secara teratur setiap 1 minggu sekali.

Menghitung berat badan ideal pada dewasa adalah :

Berat badan ideal = 0,9 x (TB dalam cm - 100)

Catatan :
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
Pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm
maka digunakan cara penghitungan berbeda

Berat badan ideal = TB dalam cm - 100

Jika berat badan lebih dari ideal artinya gizi berlebih


Jika berat badan kurang dari ideal artinya gizi kurang

Masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit, sehingga asupan gizi
berkurang. Jika asupan kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan maka menyebabkan berat
badan kurang dari normal. Jika hal tersebut disertai dengan kekurangan protein maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Misalnya, rambut rontok,daya tahan
terhadap penyakit menurun, dan akan mudah terkena infeksi.
Jika riwayat hidup usia lanjut seperti contoh ini : kurang bersosialisasi, hidup sendiri,
kehilangan pasangan hidup atau teman, pendapatan kurang, kesulitan mengunyah, sulit untuk
menyiapkan makanan,sering mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu nafsu makan,
nafsu makan kurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Hal tersebut perlu
diwaspadai karena dapat menurunkan asupan makanan dan protein tentunya bagi usia lanjut,
akibatnya kurang bersemangat dan menjadi lebih mudah sakit.

Asupan protein di masa usia lanjut ini sangatlah penting. Jika kekurangan protein di tambah
kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, maka akan mengakibatkan nafsu makan
menurun, penglihatan berkurang, kulit kering, lesu,dan tidak bersemangat.

Demikian keterangan mengenai faktor kebutuhan nutrisi gizi pada lanjut usia (Lansia), yang
perlu kita pahami sebelum kita menginjak masa tersebut. Sehingga kita bisa mempersiapkan
sejak dari kita muda dan bisa mencegah kemungkinan yang kurang positif di masa lanjut usia
(Lansia) nanti.
Selanjutnya silahkan Anda lihat Pengaturan Makanan Nutrisi Gizi pada Lanjut Usia
(LANSIA) yang akan menambah informasi bagaimana Anda mempersiapkan menu makanan
sehari-hari bagi lanjut usia (Lansia).
////////

Kebutuhan nutrisi gizi terhadap manusia itu penting baik itu dimulai dari janin yang lagi
dikandung, balita, anak, dewasa, orang tua, dan juga usia lanjut. Bagi usia lanjut pemenuhan
kebutuhan gizi dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya dan juga dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga di masa
usia lanjut hidup dengan sehat dan bersemangat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada usia lanjut, seperti :

 Berkurangnya kemampuan mencerna makanan dikarenakan kerusakan gigi.


 Berkurangnya indera pengecap dikarenakan penurunan terhadap cita rasa seperti,
manis, asin, asam,dan pahit.
 Kerongkongan mengalami pelebaran atau Esophagus
 Rasa lapar menurun,juga asam lambung menurun.
 Gerak peristaltic (gerakan pada usus) lemah yang biasanya menimbulkan konstipasi.
 Sistem penyerapan di usus menurun.

Di usia lanjut ini sangatlah penting untuk mengetahui sumber masalah apakah itu diakibatkan
dari kebiasaan di waktu muda, misalnya karena kebiasaan makan banyak maka berat
badanpun berlebih. Sedangkan pada usia lanjut penggunaan kalori berkurang karena aktivitas
fisik berkurang. Kegemukan merupakan salah satu penyebab berbagai penyakit, seperti,
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
Berat badan harus diwaspadai, karena dengan peningkatan berat badan lebih dari 0.5
Kg/minggu berisiko terhadap kelebihan berat badan. Sedangkan penurunan berat badan lebih
dari 0.5 Kg/minggu menunjukkan bahwa Anda kekurangan beratbadan. Oleh karena itu di
anjurkan untuk melakukan penimbangan berat badan secara teratur setiap 1 minggu sekali.

Menghitung berat badan ideal pada dewasa adalah :

Berat badan ideal = 0,9 x (TB dalam cm - 100)

Catatan :
Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
Pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm
maka digunakan cara penghitungan berbeda

Berat badan ideal = TB dalam cm - 100

Jika berat badan lebih dari ideal artinya gizi berlebih


Jika berat badan kurang dari ideal artinya gizi kurang
Masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit, sehingga asupan gizi
berkurang. Jika asupan kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan maka menyebabkan berat
badan kurang dari normal. Jika hal tersebut disertai dengan kekurangan protein maka akan
menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Misalnya, rambut rontok,daya tahan
terhadap penyakit menurun, dan akan mudah terkena infeksi.
Jika riwayat hidup usia lanjut seperti contoh ini : kurang bersosialisasi, hidup sendiri,
kehilangan pasangan hidup atau teman, pendapatan kurang, kesulitan mengunyah, sulit untuk
menyiapkan makanan,sering mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu nafsu makan,
nafsu makan kurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Hal tersebut perlu
diwaspadai karena dapat menurunkan asupan makanan dan protein tentunya bagi usia lanjut,
akibatnya kurang bersemangat dan menjadi lebih mudah sakit.

Asupan protein di masa usia lanjut ini sangatlah penting. Jika kekurangan protein di tambah
kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, maka akan mengakibatkan nafsu makan
menurun, penglihatan berkurang, kulit kering, lesu,dan tidak bersemangat.

Demikian keterangan mengenai faktor kebutuhan nutrisi gizi pada lanjut usia (Lansia), yang
perlu kita pahami sebelum kita menginjak masa tersebut. Sehingga kita bisa mempersiapkan
sejak dari kita muda dan bisa mencegah kemungkinan yang kurang positif di masa lanjut usia
(Lansia) nanti.

Selanjutnya silahkan Anda lihat Pengaturan Makanan Nutrisi Gizi pada Lanjut Usia
(LANSIA) yang akan menambah informasi bagaimana Anda mempersiapkan menu makanan
sehari-hari bagi lanjut usia (Lansia).
///////////

//////

Pengaturan pola makan untuk para lanjut usia itu perlu diperhatikan, agar asupan makanan
bernutrisi gizi benar-benar sampai ke tubuh para lanjut usia, dan mengurangi masalah yang
akan timbul. Kami akan mengulas mengenai pengaturan pola makan secara umum untuk para
lanjut usia.

Asupan makanan harus mengandung zat gizi yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur. Porsi makan hendaknya diatur merata dengan porsi yang kecil, jangan
terlalu kenyang, sehingga dapat makan lebih sering dalam satu hari. Dianjurkan makanan
mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan
sayuran hijau. Dan kurangi kandungan garam pada makanan, menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan darah tinggi. Juga
membatasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak.

Contoh menu makan satu hari :

 Pagi sarapan bubur ayam,


 Selingan jam 10.00 cemilan roti,
 Siang makan nasi dengan pindang telur, sup dan penutup makan buah pepaya.
 Cemilan selingan jam 16.00 makan nagasari
 Malam makan nasi dengan sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan dan penutup
makan buah pisang.
Sebaiknya para lanjut usia memperbanyak minum yang dapat memperlancar pengeluaran sisa
makanan dan melembutkan feses. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus
diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

Bagi lanjut usia perlu diperhatikan seperti, makan dengan makanan yang mudah dicerna,
hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang. Bila kesulitan
mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang. Dan tidak lupa makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan.

Bagi para lanjut usia yang sudah ditangani oleh perawat atau keluarga selama pemberian
makanan, silahkan lihat langkah-langkah berikut ini :

 Siapkan makanan yang bergizi dan minuman yang akan diberikan


 Posisikan pasien duduk atau setengah duduk.
 Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan di mulai.
 Biarkan untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan.
 Seimbangkan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan orang lanjut usia,
tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat.
 Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.

Demikian sedikit keterangan mengenai pengaturan pola makan lanjut usia (LANSIA),
mudah-mudahan bermanfaat bagi Anda sebagai orang lanjut usia, ataupun bagi keluarga
dekat yang sehari-hari mengurus segala kebutuhan lanjut usia.
////

1 KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA


Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena
didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga
dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya
kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk
malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.

2 Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu :
Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah : Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu
dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll. Bahan makanan yang mengandung lemak
seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya. Kelompok zat
pembangun Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein,
baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak
mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA


LANSIA
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin,
asam, dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi. Penyerapan makanan di usus menurun.

4 MASALAH GIZI PADA LANSIA


1. Gizi berlebih Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

5 2. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan
protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut
rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

6 3. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan
ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi

7 PEMANTAUAN STATUS NUTRISI


Penimbangan Berat Badan Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu
sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan
BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam
cm – 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang
dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100 Jika BB lebih dari
ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

8 2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang,
kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan
mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan,
sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang,
makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

9 3. Kekurangan vitamin D Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan
sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D
yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
10 PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
Perencanaan makan secara umum 1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang
beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Perlu
diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata
dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam : Nagasari Malam
: Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang.

11 3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. 4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll.

12 5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal
sebagai berikut : Makanlah makanan yang mudah dicerna Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang Makan dalam porsi kecil tetapi
sering Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan

13 6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. 7. Makanan mengandung zat
besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. 8.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng

14 Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko
konstipasi dan hemoroid : A 1.Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap
hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal. 2. Pemenuhan Nutrisi Untuk
Lansia Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga
prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam
sejumlah survei (DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.

15 Gizi tempat untuk lansia :


Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang
lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1
gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%),
kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) Menu yang disajikan untuk
lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan
empat sehat lima sempurna. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka
konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan
pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim,
lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)

16 Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti
jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi
bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi
jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus
mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh
misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang
tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan
maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.

17 Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan
yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung
garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau
makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang.
Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan
tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera
pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang
cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal
ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada
lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan
panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali.

18 Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah
buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan
melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan
kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas
perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah
timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga
sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka
fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah
sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.

19 Terima kasih

///////

Anda mungkin juga menyukai