Kelas : F2
Nama : 1. Siti Nurjannah
2. Rochmah Sari
ABSTRAK
Latar Belakang: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan secara umum
mempunyai tujuan mempermudah masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan yang
bermutu. Penerapan jaminan kesehatan nasional dibawah BPJS kesehatan yang dinilai merupakan
tonggak awal dimulainya perubahan layanan kesehatan, justru pandangan pasien terhadap
pelayanan BPJS masih kurang baik, yang masih mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Keluhan
tersebut antara lain terkait dengan pelayanan administrasi, perawat, dokter, sarana dan prasarana,
uang muka, obat, biaya, dan layanan rumah sakit lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahuii Faktor faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan
Pasien BPJS di Klinik Penyakit Dalam RSUD Sunan Kalijaga Demak periode Mei- Oktober 2015.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survey deskruptif analitik dengan rancangan cross
sectional ini menggunakan 285 orang sampel yang dianalisis dengan uji statistik korelasi
spearman’s rank (Rho)dengan tingkat kemaknaan 95% yang meliputi analisis univariat, bivariat
terhadap variabel mutu pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien.
Hasil: Hasil analisis bivariat dari 285 orang, pengaruh mutu pelayanan kesehatan BPJS terhadap
kepuasan pasien didapatkan nilai p = 0,000, dan r = 0,214. Karena nilai p < 0,05 maka dapat
disimpulkan terdapat pengaruh bermakna anatara mutu pelayanan kesehatan BPJS terhadap
kepuasan pasien. Pada uji kekuatan hubungan didapatkan 0,214 maka dikatakan hubungan lemah
(0,200 – 0,399), sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan BPJS terhadap
kepuasan pasien mempunyai hubungan bermakna dengan kekuatan hubungan positif lemah.
Simpulan: Ada pengaruh antara mutu pelayanan kesehatan BPJS dengan kepuasan pasien di
Klinik Penyakit Dalam RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Pihak manajemen rumah sakit dan pasien mulai merasakan dampak aturan baru BPJS Kesehatan.
Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan (Perdirjampelkes) Nomor 4 Tahun 2018 yang
baru diterima pihak RS pada pertengahan Agustus 2018 lalu ini, menyebabkan pasien tidak lagi
bisa membuat rujukan ke rumah sakit pilihan yang dia kehendaki dari sisi kualitas layanan.
Di aturan tersebut, BPJS telah mengatur secara sistematis, pasien wajib mendapat tindakan kali
pertama dari fasilitas kesehatan tingkat pertama atau dikenal faskes pertama sebelum lanjut ke RS
rujukan.
Pasien wajib mendaftarkan ulang rujukan mereka melalui online terlebih dulu. Rujukan yang
diberi istilah rujukan berjenjang ini, apabila sudah terdaftar melalui online otomatis BPJS sudah
akan menentukan RS atau faskes pertama dengan sistem radius.
Nah, sistem radius ini mengatur RS atau faskes pertama terdekat sejauh 15 kilometer dari rumah
pasien. Jika tidak ada pelayanan kesehatan dalam radius 15 kilometer, akan ditingkatkan ke radius
30 kilometer jauhnya. Kalau tidak ada lagi RS yang bisa ditemui, maka radius jauhnya naik
menjadi 45 kilometer.
Di tingkat faskes pertama, ada puskesmas dan klinik kesehatan serta dokter keluarga yang
menangani para pasien. Barulah jika kondisi pasien tidak memungkinkan ditangani faskes
pertama, pasien akan dirujuk ke RS maupun fasilitas kesehatan di tingkat lanjut atau fakes lanjutan.
Upaya :
Pemerintah terus berupaya melaksanakan berbagai penguatan kebijakan dan penyempurnaan
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan. Penguatan tersebut
meliputi peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kepesertaan mandiri yang potensial,
membangun kesadaran peserta untuk disiplin membayar iuran, dan menjaga pengelolaan
kapasitas fiskal BPJS Kesehatan yang berkelanjutan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan
Maharani mengatakan, pemerintah menargetkan cakupan kesehatan semesta (universal health
coverage) pada tahun 2019. Komitmen Pemerintah tersebut diwujudkan dengan memberikan
bantuan iuran kepada masyarakat tidak mampu yang jangkauannya hampir mencapai 40%
masyarakat Indonesia terbawah.
"Saat ini jumlah PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah
mencapai sedikitnya 92 juta penduduk,"