Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Optika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari cahaya. Sedangkan
cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat dengan kecepatan
sekitar 3 x 108 m/s. Pembahasan dalam optika dibedakan menjadi dua yaitu
optika geometri dan optika fisis. Optika geometri adalah bagian dari optika
yang khusus mempelajari sifat-sifat cahaya, dan memperlakukan cahaya
sebagai siniar seperti: pemantulan, pembiasan, dan jalan sinar pada alat-alat
optik.
Optika fisis adalah bagian dari optika yang mempelajari tentang sifat-
sifat cahaya dan tingkah lakunya sebagai gelombang, seperti: interferensi
cahaya, difraksi cahaya, polarisasi cahaya dan lenturan cahaya. Pada makalah
ini penulis akan membahas mengenai optika geometri yaitu mengenai refleksi,
refraksi pada cahaya dan struktur mata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang,maka rumusan makalah dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Bagaimana refleksi pada cahaya?
2. Bagaimana refraksi pada cahaya?
3. Apa sajakah struktur mata?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan Rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai brikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana refleksi pada cahaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana refraksi pada cahaya.
3. Untuk mengetahui struktur dari mata.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemantulan (Refleksi) Cahaya


Alat yang digunakan untuk memantulkan cahaya adalah cermin. Cermin
dapat dibuat dengan melapisi sekeping kaca pada salah satu permukaannya
dengan amalgam perak. Terdapat tiga jenis cermin yaitu cermin datar, cermin
cekung, dan cermin cembung. Cermin lengkung merupakan bagian dari
permukaan sebuah bola yang berongga. Jika cahaya dipantulkan dari sisi
dalam bola, maka cermin disebut cermin cekung. Sebaliknya jika cahaya
dipantulkan dari sisi luar bola, maka cermin tersebut cermin cembung.
Cahaya selalu merambat lurus seperti yang terlihat manakala cahaya
matahari menerobos dedaunan. Sehingga cahaya yang merambat
digambarkan sebagai garis lurus berarah yang disebut sinar cahaya,
sedangkan berkas cahaya terdiri dari beberapa garis berarah. Berkas cahaya
bisa parallel z, divergen (menyebar) atau konvergen (mengumpul).
Seorang ahli matematika berkebangsaan belanda yang bernama
Willebrod Snellius (1591 – 1626) dalam penelitiannya ia berhasil menemukan
hukum pemantulan cahaya yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.

Pada gambar disamping merupakan


diagram pemantulan cahaya,
dengan keterangan (1) garis
normal, (2) sinar datang, dan (3)
sinar pantul. Sudut b adalah sudut
datang, sudut c adalah sudut pantul.

Secara garis besar pemantulan cahaya terbagi menjadi dua yaitu


pemantulan teratur dan pemantulan baur (pemantulan difus). Pemantulan
teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh pada permukaan halus sehingga

2
berkas sinar tersebut akan dipantulkan sejajar dan searah, sedangkan
pemantulan baur terjadi jika sinar sejajar jatuh pada permukaan yang kasar
sehingga sinar tersebut akan dipantulkan ke segala arah.
Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya
dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar yang
datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar sejajar pula.
Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda. Pemantulan semacam
ini disebut pemantulan teratur atau pemantulan biasa .
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada saat cahaya
mengenai suatu permukaan yang tidak rata, maka sinar-sinar sejajar yang
datang pada permukaan tersebut dipantulkan tidak sebagai sinar-sinar sejajar.
Pemantulan seperti ini disebut pemantulan baur. Akibat pemantulan baur ini
manusia dapat melihat benda dari berbagai arah. Misalnya pada kain atau
kertas yang disinari lampu sorot di dalam ruang gelap, dapat terlihat apa yang
ada pada kain atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang
dilakukan oleh partikel-partikel debu di udara yang berperan dalam
mengurangi kesilauan sinar matahari.
1) Pemantulan pada Cerim Datar
Sifat bayangan yang dibentuk datar adalah
a) Letak bayangan berlawanan dengan letak benda
b) Maya, tegak
c) Jarak dan besar benda sama dengan jarak dan besar bayangan.
Untuk melukis bayangan pada cermin datar menggunakan hukum
pemantulan cahaya. Misalkan saja Anda hendak menentukan bayangan benda
O sebagaimana terlihat pada di bawah. Sinar datang dari O ke cermin
membentuk sudut datang (i) , di titik tersebut ada garis normal tegak yang
lurus permukaan cermin. Dengan bantuan busur derajat, ukurlah besar sudut
datang (i) yakni sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal.
Ukurlah sudut pantul (r) yaitu sudut antara garis normal dan sinar pantul
yang besarnya sama dengan sudut datang. Posisi bayangan dapat ditentukan
dengan memperpanjang sinar pantul D melalui C hingga ke O' yang
berpotongan dengan garis OO' melalui B.

3
2) Pemantulan Pada Cermin Cekung
Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan pada cermin
cekung dapat menggunakan bantuan sinar-sinar istimewa, dengan demikian
lukisan bayangan akan dapat dilukis dengan mudah karena sinar-sinar
tersebut mudah diingat ketentuannya tanpa harus mengukur sudut datang dan
sudut bias. Sinar-sinaar istimewa inipun tetap berdasarkan hukum pemantulan
cahaya. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus
(F).

2. Sinar yang datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar sumbu
utama.

3. Sinar-sinar yang datang melalui pusat kelengkungan ( C ) akan


dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.

4
Contoh melukis bayangan pada cermin cekung

a) Benda berada di ruang I


Bila benda berada di ruang I,
bayangan yang terbentuk
merupakan perpotongan dari
perpanjangan sinar-sinar pantul,
sehingga bayangan berada di
belakang cermin.

b) Benda berada di ruang II

Benda AB berada di ruang II cermin


cekung akan menghasilkan
bayangan di ruang III.

c) Benda berada di ruang III

Benda AB terletak di ruang III


cermin cekung akan menghasilkan
bayangan di ruang II.

Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung :


a) Jarak bayangan (S’) dan jarak benda (S) dihubungkan oleh
persamaan:
𝟏 𝟏 𝟏
= +
𝒇 𝒔 𝒔′

b) Perbesaran bayangan:
𝒔′ 𝒉′
𝑴= =
𝒔 𝒉

c) Jarak fokus benda (f) dan jari-jari kelengkungan cermin (C) adalah
positif.

5
3) Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Cembung
Sama halnya dengan cermin cekung, pada cermin cembung juga
mempunyai tiga macam sinar istimewa. Karena jarak fokus dan pusat
kelengkungan cermin cembung berada di belakang cermin maka ketiga sinar
istimewa pada cermin cembung tersebut adalah :
1. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan
seolah-olah berasal dari titik fokus (F).

Sinar yang datang sejajar sumbu


utama akan dipantulkan seolah-olah
dari titik fokus

2. Sinar yang datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar
sumbu utama.

Sinar yang datang seolah-olah


menuju fokus akan di pantulkan
sejajar sumbu utama

3. Sinar-sinar yang menuju titik pusat kelengkungan ( C ) akan


dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Sinar yang datang menuju pusat


kelengkungan akan dipantulkan
kembali melalui sinar itu juga.

Contoh melukis bayangan pada cermin cembung


Seperti halnya pada cermin cekung, melukis bayangan pada cermin
cembung juga diperlukan minimal dua sinar istimewa. Karena depan cermin
adalah ruang IV maka berapapun jarak benda nyata dari cermin tetap berada
di ruang IV . Dengan demikian bayangan yang terbentuk berada di ruang I
cermin cembung dan bersifat maya, diperkecil. Proses pembentukan
bayangan pada cermin
cembung. Bayangan dari
benda nyata selalu di ruang I
cermin, bersifat maya,
diperkecil dan sama tegak
dengan bendanya.
6
Itulah sebabnya bayangan yang terlihat di dalam kaca spion dari benda-
benda nyata di depan kaca spion tampak mengecil dan spion mampu
mengamati ruang yang lebih luas.
Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah:
a) Jarak bayangan (S’) dan jarak benda (S) dihubungkan oleh
persamaan
𝟏 𝟏 𝟏
= +
𝒇 𝒔 𝒔′
b) Perbesaran bayangan (M)
𝒔′ 𝒉′
𝑴= =
𝒔 𝒉
c) Jarak fokus benda (f) dari jari-jari kelengkungan cermin (C) adalah
negatif.

2.2 Pembiasan (Refraksi) Cahaya.


Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati
bidang batas dua medium tembus cahaya yang berbeda indeks biasnya.
Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan pengamat. Contoh yang jelas
adalah bila sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi
air dan bening akan terlihat patah.
Hukum pembiasan Snellius:
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada sebuah bidang
datar
2. Perbandingan sinus sudut datang (i) dan sinus sudut bias (r) merupakan
konstanta yang diberi nama indeks bias (n). Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
sin 𝑖 𝑣1 𝑛2
= = = 𝑛12
sin 𝑟 𝑣2 𝑛1
Dengan:
n1 =indeks bias medium 1
n2 = indeks bisa medium 2

7
v1 = kecepatan cahaya pada medium 1
v1 = kecepatan cahaya dalam medium 2
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan
sebagai muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka
gelombang itu membelok saat menembus bidang batas medium 1 dan
medium 2 seperti diperlihatkan gambar berikut:

Cahaya datang dengan


sudut i dan dibiaskan
dengan sudut r. Cepat
rambat cahaya di medium
1 adalah v1 dan di medium
2 adalah v2. Waktu yang
diperlukan cahaya untuk
merambat dari B ke D
sama dengan waktu yang
dibutuhkan dari A ke E
sehingga DE menjadi
muka gelombang pada
medium 2.

Pembiasan Cahay Pada Lensa Tipis


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan
minimal salah satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa
tidak harus terbuat dari kaca yang penting ia merupakan benda bening
(tembus cahaya) sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan cahaya. Oleh
karena lensa tipis merupakan bidang lengkung. Ada dua macam kelompok
lensa :
1) Lensa Cembung (lensa positif/lensa konvergen)
a) Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.

Lensa cembung bersifat


mengumpulkan sinar di satu
bidang fokus
8
b) Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:

1) lensa cembung dua (bikonveks)


2) lensa cembung datar (plan konveks)
3) lensa cembung cekung (konkaf
konveks)

2) Lensa Cekung (lensa negatif/lensa devergen)


Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .

Lensa cekung bersifat


menyebarkan sinar dari arah
bidang fokus

1) lensa cekung dua (bikonkaf)


2) lensa cekung datar (plan konkaf)
3) lensa cekung cekung (koveks
konkaf)

Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan


garis lurus dan tanda di atasnya, untuk lensa cembung di tulis (+) dan
lensa cekung (–). Untuk lensa memiliki dua titik fokus.

9
3) Berkas Sinar Istimewa pada Lensa Tipis
Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas
sinar istimewa.
a) Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.

1. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik


fokus.
2. Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu
utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.
b. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.

1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal


dari titik fokus.
2. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan
sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.

10
4) Penomoran ruang pada Lensa Tipis
Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk bayangan
dibedakan. nomor ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II,
III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan menggunakan angka Arab
(1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut ini:

Untuk ruang benda berlaku :


ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2
ruang III di sebelah kiri 2F2,
ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa.
Untuk ruang bayangan berlaku :
ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,
ruang 2 antara F1 dan 2F1
ruang 3 di sebelah kanan 2F1,
ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Berlaku pula : R benda + R bayangan = 5
5) Melukis pembentukan bayangan pada lensa
Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup
menggunakan minimal dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan
titik bayangan.
Contoh melukis pembentukan bayangan.
1. Benda AB berada di ruang II lensa cembung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
Nyata, terbalik, diperbesar

11
2. Benda AB berada di ruang III lensa cembung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
Nyata, terbalik, diperkecil

3. Benda AB berada di ruang I lensa cembung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
maya, tegak, diperbesar

4. Benda AB berada di ruang II lensa cekung

Sifat-sifat bayangan yang


terbentuk:
Maya, tegak, diperkecil

12
2.3 Mata

Cahaya masuk ke mata melalui kornea (cornea), kornea merupakan


bagian bening (transparent) dan merupakan bagian terluar yang melindungi
bola mata. Cahaya yang masuk ke mata di fokuskan oleh lensa mata
(crystaline lens), sehingga bayangan benda yang dibentuk lensa mata jatuh di
retina. Bayangan yang ditangkap retina dikirim oleh syaraf optik (optic never)
ke otak. Di depan lensa mata terdapat iris yang berfungsi mengatur ukuran
pupil yang terkait dengan intensitas cahaya yang masuk ke mata, rentang
diameter pupil berkisan antar 2-8 mm. Bagian depan mata, diantarkan kornea
dan lensa mata terdapat cairan yang disebut aqueous humor. Sedangkan,
diantara lensa mata dan retina terdapat cairan yang disebut vitreous humor.
Ketika mlihat jauh, mata relaks (tidak berakomodasi) dan lensa mata
dalam keadaan normal. Ketika melihat dekat, otot-otot mata tidak relaks
(berakomodasi) sehingga bayangan tetap jatuh diretina, maka lensa mata
menjadi lebih cembung. Titik dekat dan jauh mata:
1. Titik dekat mata (punctum proximum/PP) adalah jarak terdekat bagi
benda agar dapat dilihat mata dengan berakomodasi maksimum. Untuk
mata normal PP = 25 cm

13
2. Titik jauh mata (punctum remotum/PR) adalah jarak terjauh benda agar
benda dapat dilihat mata tanpa berakomodasi. Untuk mata normal PR =~
Untuk memfokuskan cahaya, sehingga bayangan yang dihasilkan dapat
tepat jatuh di retina sangat tergantung pada peristiwa pembiasan yang terjadi
pada kornea dan lensa mata.

14
BAB III
SIMPULAN

15

Anda mungkin juga menyukai