Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSA MEDICINA

Oktober-Desember 2007 Vol.26 - No.4

Obesitas sentral, sindroma metabolik dan


diabetes melitus tipe dua

Pusparini*

ABSTRAK

Sudah diketahui secara luas bahwa seseorang dengan obesitas mempunyai risiko *Bagian Patologi Klinik
tinggi untuk mengalami resistensi insulin dan komplikasi metaboliknya seperti Fakultas Kedokteran
diabetes melitus tipe 2 (T2DM), hipertrigliseridemia, penurunan kolesterol high Universitas Trisakti
density lipoprotein, hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Akumulasi jaringan
Korespondensi
adiposa pada bagian tertentu di tubuh seperti di rongga perut menyebabkan
dr. Pusparini, Sp.PK
peningkatan risiko terjadinya resistensi insulin sampai terjadinya sindroma Bagian Patologi Klinik
metabolik. Sindroma metabolik merupakan suatu abnormalitas metabolik yang Fakultas Kedokteran
melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan serta merupakan faktor risiko Universitas Trisakti
penyakit jantung koroner yang paling penting pada populasi modern. Pengaturan Jl.Kyai Tapa No.260 Grogol
produksi adipositokin berperan penting pada homeostasis metabolisme glukosa Jakarta 11440
dan lipid. Disregulasi produksi adipositokin pada obesitas sentral terlibat langsung Telp.5677231 eks.2404
pada patogenesis sindroma metabolik. Penurunan berat badan atau pencegahan Email: rini_puspa@gmail.com
peningkatan berat badan merupakan cara terbaik mencegah terjadinya obesitas
Universa Medicina 2007; 26: 195-
terutama obesitas sentral yang juga merupakan suatu cara mencegah terjadinya 204
T2DM. Edukasi mengenai komplikasi obesitas dan keterlibatan keluarga dalam
pengobatan T2DM sangat penting.

Kata kunci : Obesitas, sentral, sindroma metabolik

195
Pusparini Sindroma metabolik dan T2DM

Central obesity, metabolic syndrome and type 2 diabetes mellitus

Pusparini*

ABSTRACT

*Department of Clinical Patology It is well recognized that persons with generalized obesity suffer from a high risk of
Medical Faculty, insulin resistance and its metabolic complications, such as type 2 diabetes mellitus
Trisakti University
(T2DM), hypertriglyceridemia, low levels of high density lipoprotein cholesterol,
hypertension and cardiovascular disease. Accumulation of adipose tissue in a
Correspondence:
dr. Pusparini, Sp.PK particular anatomical compartment as in abdominal cavity caused an excess risk of
Department of Clinical Patology insulin resistance until caused metabolic syndrome. Metabolic syndrome, which is
Medical Faculty defined by a metabolic abnormalities involve a cluster of risk factors of cardiovascular
Trisakti University disease is an important risk factor among modern population. Production control of
Jl.Kyai Tapa No.260
adipocytokine is an important factor of homeostatis glucose and lipid metabolism.
Grogol, Jakarta
Phone. 5677231 ext.2404 Disregulation of adipocytokine production in central obesity has direct pathogenicity
Email: of metabolic syndrome. Weight loss or prevention of increased body weight is a good
rini_puspa@gmail.com intervention for preventing the obesity, especially central obesity and T2DM.
Education about complication of obesity and conscientious involvement by family
Universa Medicina 2007; 26: 195-204
members is necessary for T2DM treatment.

Keywords: Obesity, central, metabolic syndrome

PENDAHULUAN juta Poundsterling. Obesitas bukan hanya


dijumpai pada orang dewasa, tetapi juga
Di Eropa prevalensi obesitas (indeks massa dijumpai pada anak-anak. Di Inggris, prevalensi
tubuh/IMT >30 kg/m 2 ) pada orang dewasa berat badan lebih pada anak meningkat sejak 20
diperkirakan bervariasi antara 10-20% pada tahun yang lalu dan diperkirakan akan menjadi
laki-laki dan 10-25% pada wanita. Prevalensi obesitas dan berat badan lebih pada dewasa
tersebut meningkat sekitar 10-40% pada dekade muda. (1-2)
terakhir di hampir sebagian besar negara Eropa. World Health Organization (WHO)
Berat badan lebih (overweight) dengan IMT >25 menyatakan bahwa obesitas merupakan salah
kg/m2 mencapai 50-70%, terdapat pada satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh
sebagian besar negara berkembang. ( 1 ) dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko
Perkembangan tersebut membawa konsekuensi di negara berkembang. (3) Obesitas disebabkan
meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan oleh dua faktor yaitu adanya peningkatan asupan
menjadi sekitar 2-7% yang disebabkan makanan dan penurunan pengeluaran energi.
peningkatan populasi obesitas. Di Inggris lebih Untuk menjaga berat badan yang stabil
dari 30.000 kematian terjadi akibat obesitas dan diperlukan keseimbangan antara energi yang
total biaya kesehatan diperkirakan mencapai 480 masuk dan energi yang keluar. Hal yang menjadi

196
Universa Medicina Vol. 26 No.4

masalah adalah bahwa ternyata sangat sulit bagi meliputi tiga topik utama yaitu (i) adanya
seseorang untuk mengatur asupan dan sejumlah tanda-tanda dan gejala sehingga
pengeluaran energinya. Asupan makanan muncul sindroma yang disebut sindroma X.
semakin meningkat karena ketersediaan beragam Tanda dan gejala ini termasuk resistensi insulin,
makanan siap saji yang makin bervariasi, mudah intoleransi glukosa, hiperinsulinemia,
didapat, nikmat dan murah. Di lain sisi aktivitas peningkatan trigliserida, very low density
fisik masyarakat modern menjadi semakin lipoprotein (VLDL), penurunan kolesterol high
berkurang dan kemajuan teknologi menyebabkan density lipoprotein (HDL), dan hipertensi; (ii)
pada saat kerja maupun santai orang semakin sindroma ini umumnya meliputi resistensi insulin
mengurangi kegiatan fisik.(4) Pernyataan obesitas dan komponen lain yang berhubungan dengan
sebagai suatu penyakit masih banyak resistensi insulin; (iii) dan dapat disimpulkan
diperdebatkan, namun tidak diragukan lagi resistensi terhadap insulin yang menstimulasi
bahwa obesitas adalah stimulator utama untuk asupan glukosa berperan penting pada prediksi
terjadinya berbagai penyakit terutama sindroma kejadian penyakit jantung koroner (PJK). (7)
metabolik, diabetes melitus tipe 2 (T2DM) dan Kaplan mencetuskan the deadly quartet
hipertensi. Penyakit tersebut merupakan faktor yang meliputi obesitas tubuh bagian atas,
risiko penting untuk terjadinya penyakit hipertensi, diabetes, dan hipertrigliseridemia
kardiovaskuler. Menurut WHO 40-60% pasien sebagai penyebab sindroma yang berhubungan
obesitas akan berkembang menjadi T2DM dan dengan peningkatan risiko penyakit
memiliki tekanan darah tinggi. Diperkirakan kardiovaskuler. ( 8 ) Tahun 1991, Zimmet
peningkatan populasi obesitas di dunia akan menyarankan obesitas sentral masuk dalam
meningkatkan penyakit kardiovaskuler dan sindroma dan mengubah nama sindroma X
merupakan penyebab kematian global terburuk menjadi sindroma resistensi insulin atau
pada abad ke-21. (4) metabolic syndrome (Mets). (9) Alberti dan
The International Diabetes Federation Zimmet atas menyatakan sindroma yang
(IDF) menyatakan bahwa sindroma metabolik meliputi: (i) gangguan pengaturan glukosa atau
(SM) merupakan pemicu munculnya pandemik diabetes; (ii) resistensi insulin; (iii) hipertensi;
global antara T2DM dan penyakit (iv) dislipidemia dengan trigliserida plasma >1,7
kardiovaskuler. Secara global insidens SM mmol/L dan atau kolesterol HDL ≤0,9 mmol/L
meningkat dengan cepat. Prevalensi SM di dunia pada laki-laki dan ≤1 mmol/L pada wanita; (v)
adalah 20-25% sedangkan di Indonesia 13,3% obesitas sentral (laki-laki : waist to hip ratio >
dan tidak menutup kemungkinan prevalensi ini 0,9; wanita waist to hip ratio >0,85 dan atau
akan terus meningkat. (5) body mass index (BMI) > 30 kg/m2 dan (vi)
mikroalbuminuria.(9)
SEJARAH SINDROMA METABOLIK Nilai ambang batas yang digunakan untuk
definisi obesitas sebaiknya dihubungkan dengan
SM merupakan suatu kumpulan faktor peningkatan risiko metabolik yang merugikan
risiko yang terdiri atas obesitas, hipertensi, serta morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
hiperglikemia puasa dan dislipidemia yang dapat Himpunan studi obesitas Indonesia (HISOBI)
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya telah melakukan studi untuk menentukan nilai
T2DM dan penyakit kardiovaskuler. (6) ambang BMI dan waist circumference (WC)
Reaven mengemukakan tentang the role of untuk populasi Indonesia. Studi dilakukan di
insulin resistance in human disease yang Bandung, Karawang, Semarang, Solo, Medan,

197
Pusparini Sindroma metabolik dan T2DM

Makasar, dan Jakarta pada 5.978 orang (laki-


laki 4.871, wanita 1.107) menunjukkan nilai
ambang BMI dan WC untuk wanita 24,9 kg/m2
dan 82,5 cm, dan untuk laki-laki 24,9 kg/m 2 dan
88,7 cm. (10)

FISIOLOGI OBESITAS

Penyimpanan lemak yang terdapat di tubuh


ternyata bukan merupakan hasil kebiasaan buruk
yang bersifat pasif. Adiposa ternyata berperan
pada pengaturan proses homeostasis energi,
yaitu suatu proses yang membutuhkan
keseimbangan antara asupan energi (asupan
makanan) dan pengeluaran energi (metabolisme
dan aktifitas fisik) serta jumlah cadangan energi
dalam tubuh (massa lemak).(11) Sistem biologi Gambar 2. Pusat pengaturan selera makan (12)
yang mengatur asupan makanan, mengontrol
frekuensi dan jumlah makanan yang dimakan,
serta memperbaiki keseimbangan yang Telah dilaporkan adanya dua hormon
terganggu, merupakan masalah yang kompleks peptida yang diproduksi di saluran pencernaan
dan belum dipahami dengan jelas.(11) yang diketahui mempengaruhi perilaku makan
jangka pendek, sedangkan leptin dan insulin
mengatur berat badan dalam jangka waktu
hitungan bulan atau tahun (Gambar 1). Terdapat
area di otak pada hypothalamus yaitu arcuate
nucleus yang berperan menggabungkan aktivitas
hormon-hormon tersebut di atas, memberikan
sinyal kepada tubuh untuk mengatur
kesimbangan asupan makanan dan penggunaan
energi (Gambar 2). (12)
Arcuate nucleus memiliki dua neuron
utama dengan aksi yang berlawanan. Neuron
tipe pertama memproduksi neurotransmitter
peptida yaitu neuropeptide Y (NPY) dan agouti
related peptide (AgRP), aktivasi neuron ini akan
menstimulasi selera makan sambil mereduksi
metabolisme. Terdapat neuron lainnya yaitu
neuron proopiomelanocortin (POMC) / cocaine
and amphetamine regulated transcript (CART)
yang akan melepaskan α melanocyte stimulating
Gambar 1. Beberapa hormon yang mengatur hormone (α MSH) yang dapat menghambat
selera makan(12) keinginan untuk makan. Ketika cadangan lemak

198
Universa Medicina Vol. 26 No.4

dan konsentrasi leptin menurun, neuron NPY dan diproduksi terus menerus dapat memperburuk
AgRP diaktivasi dan neuron POMC diinhibisi kondisi inflamasi melalui aktivasi kronik
sehingga terjadi kenaikan berat badan. (12) terhadap sel endotel, akibatnya terjadi disfungsi
Hormon lain yang juga berperan dalam endotel.(14,15)
pengaturan berat badan adalah hormon insulin. Proses lipolisis yang tinggi menyebabkan
Reseptor insulin terdapat di seluruh bagian otak. jumlah stress oksidatif yang dihasilkan juga
Penelitian lain mengatakan bahwa aksi hormon sangat tinggi. Terjadi peningkatan jumlah
ini untuk menekan selera makan terjadi secara reactive oxygen species (ROS) akibat
langsung pada arcuate nucleus. Pemberian peningkatan aktivitas enzim oksidase dan
insulin ke dalam otak dekat arcuate nucleus disregulasi hormon adipositas. Peningkatan
dapat menghambat produksi NPY, yang bekerja stress oksidatif menyebabkan gangguan
menstimulasi selera makan. (12) metabolisme, baik asupan glukosa pada otot
maupun pada jaringan adipose, penurunan
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SM sekresi insulin dan kerusakan sel sehingga terjadi
disfungsi endotel, aterosklerosis sampai
Sindroma metabolik muncul sebagai akhirnya terjadi penyakit vaskuler. Tubuh kita
akibat dari interaksi antara kerentanan genetik sebenarnya memiliki mekanisme defensif
dan pola hidup. Definisi untuk SM berbeda- terhadap stress oksidatif. Superoksida dismutase
beda dan masih diperdebatkan, tetapi semua (SOD), glutathione peroxidase (GPx) dan
setuju bahwa obesitas, resistensi insulin, katalase merupakan enzim yang dapat
dislipidemia dan hipertensi merupakan mendegradasi ROS. Superoksida dismutase
komponen SM. (13) Komponen utama SM adalah mengubah superoksida menjadi hidrogen
obesitas. Obesitas merupakan suatu peroksida (H 2 O 2) dan molekul oksigen (O 2).
peningkatan massa jaringan lemak tubuh yang Penurunan aktivitas SOD merupakan penanda
terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan penting stress oksidatif. Penurunan SOD
energi dengan keluaran energi. Sel adiposit meningkatkan risiko penyakit vaskuler. (16,17)
tidak hanya berperan pasif sebagai tempat Perkembangan SM hingga menyebabkan
metabolisme dan penyimpanan energi dalam penyakit vaskuler dan T2DM terjadi melalui
bentuk trigliserida tetapi juga berperan sebagai beberapa tahap. Beberapa penelitian
kelenjar endokrin yang mensekresikan berbagai menunjukkan bahwa disfungsi endotel dan
sitokin dan neuropeptida yang berperan dalam kondisi inflamasi merupakan konektor utama
metabolisme. (14,15) terhadap kejadian penyakit vaskuler. Lesi
Pada keadaan obesitas terjadi gangguan aterosklerotik dapat terjadi akibat induksi dari
keseimbangan adipositokin yang dilepaskan. interaksi antara kondisi stress oksidatif,
Sel adiposit berusaha mempertahankan inflamasi, dan disfungsi endotel. (16,17)
keseimbangan energi dengan melepaskan
interleukin 6 (IL-6), tumor necorsis factor -α OBESITAS, RESISTENSI INSULIN DAN
(TNF-α) dan monocyte chemotatic protein-1 T2DM
(MCP-1). Pelepasan sitokin tersebut menandai
awal inflamasi. Obesitas dapat dikatakan Kira-kira 80% pasien dengan T2DM
merupakan bentuk inflamasi kronik. Interleukin menderita obesitas, dan obesitas dihubungkan
6 dan TNF-α dapat memicu pembentukan C- dengan resistensi insulin. Jaringan adiposa
reactive protein (CRP) di hati. Protein ini jika menginduksi resistensi insulin melalui berbagai

199
Pusparini Sindroma metabolik dan T2DM

mekanisme. Adiposa dapat melepaskan asam mempengaruhi pengaturan lipolisis dan suhu.
lemak bebas yang dapat berpengaruh pada Studi pendahuluan pada orang Pima Indian
proses pembentukan sinyal insulin melalui memperlihatkan adanya mutasi W64R pada
mekanisme stimulasi terhadap isoform protein reseptor adrenergik yang berhubungan dengan
kinase (PKC). Asam lemak bebas juga terjadinya T2DM dini dan basal metabolic rate
mempunyai kemampuan mengganggu pelepasan (BMR) yang rendah. Beberapa studi lainnya
glukosa dari hepar. (18,19) Obesitas viseral atau juga memperlihatkan bahwa mutasi ini juga
dikenal dengan obesitas sentral merupakan berhubungan dengan penurunan kapasitas
contoh penimbunan lemak tubuh yang sekresi insulin dari sel beta pankreas. (20)
berbahaya karena lipolisis di daerah ini sangat Homeostasis glukosa diatur oleh sekresi
efisien dan lebih resisten terhadap efek insulin insulin, efek insulin, produksi glukosa di hepar
dibandingkan adiposit didaerah lain. (18-20) dan asupan glukosa seluler. Reseptor insulin
Jaringan adiposa juga membuat dan di hepar, otot dan jaringan adiposa dalam
melepaskan beberapa adipositokin. keadaan normal peka terhadap insulin. Pada
Adipositokin yang paling penting adalah TNF- keadaan absorbtif, sekresi insulin sebagai
α, yang berperan menginduksi resistensi insulin respons terhadap peningkatan kadar glukosa
melalui glucose transporter 4 (GLUT 4) dan darah menghambat produksi glukosa hepar dan
meningkatkan pelepasan asam lemak bebas. (20) mestimulasi penggunaan glukosa terutama di
Adiponektin yaitu adipositokin yang baru otot. Selama proses pasca absorbtif (puasa),
ditemukan dan berperan mempengaruhi sekresi insulin menurun kembali ke keadaan
sensitivitas insulin. Penurunan kadar basal, dan menghambat produksi glukosa
adiponektin pada T2DM dan obesitas (glukoneogenesis) di hepar ke keadaan yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara lebih rendah untuk mempertahankan kadar
adiponektin, obesitas, dan T2DM. Hal yang glukosa darah puasa. (20)
lebih mendukung hipotesis ini adalah bahwa Adanya peningkatan jaringan adipose
tikus yang kekurangan adiponektin ditemukan biasanya diikuti keadaan resistensi insulin.
menunjukkan resistensi terhadap insulin dan Resistensi insulin merupakan suatu fase awal
gejala diabetes, sedangkan pemberian abnormalitas metabolik sampai terjadinya
adiponektin menyebabkan efek penurunan intoleransi glukosa. Resistensi insulin adalah
glukosa dan perbaikan keadaan resistensi suatu keadaan penurunan kemampuan jaringan
i n s u l i n . (19) S e l a i n i t u j u g a t e r d a p a t a n t i yang sensitif terhadap insulin untuk
inflammatory cytokine interleukin-10 yang memberikan respons yang normal terhadap
juga mempunyai efek antidiabetogenik. i n s u l i n p a d a t i n g k a t s e l u l e r. P e n u r u n a n
Penurunan kadar adipositokin ini juga kemampuan tersebut dapat disebabkan karena
menyebabkan terjadinya SM pada wanita. (19) faktor genetik, metabolik, dan nutrisi. Adiposit
Obesitas sendiri merupakan kelainan viseral memberikan efek resistensi insulin ke
poligenetik yang melibatkan interaksi gen dan keadaan yang lebih buruk dibandingkan
lingkungan yang dapat menyebabkan T2DM. adiposit subkutan yang lain. Pada kondisi awal
Telah lama diketahui bahwa metabolic rate intoleransi glukosa, insulin yang diproduksi sel
yang rendah dalam jangka waktu yang lama β pankreas masih dapat melakukan kompensasi
merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. dengan meningkatkan sekresi insulin. Keadaan
Reseptor adrenergik yang terdapat di jaringan hiperinsulinemia ini dapat mempertahankan
adiposa termasuk lemak di perut dapat kadar glukosa darah pada keadaan normal.(19,20)

200
Universa Medicina Vol. 26 No.4

Tabel 1. Petunjuk tes untuk T2DM 13


Kriteria*
Berat badan lebih atau berisiko berat badan lebih
• BMI >85% dari umur dan jenis kelamin atau
• Berat badan terhadap tinggi badan > 85%, atau
• Berat badan >120% dari tinggi badan
Ditambah dengan dua kriteria di bawah ini :
Faktor risiko :
• riwayat keluarga T2DM pada keluarga ayah/ibu atau kakek/nenek
• Ras/etnis (American Indian, black, Hispanic Asian/ Pacific Islander)
• Terdapat gejala resistensi insulin atau kondisi yang berhubungan dengan resistensi insulin (acantosis
nigrikans, hipertensi, dislipidemia, sindroma polikistik ovarii)
Umur untuk memulai skrining :
• 10 tahun atau onset pubertas bilamana pubertas dimulai pada usia yang sangat muda
Frekuensi tes : setiap 2 tahun
Tes : glukosa puasa
*Pertimbangan klinik harus dilakukan terhadap pasien dengan risiko tinggi yang tidak ditemukan kriteria di atas. Glukosa
puasa merupakan tes yang direkomendasikan oleh ADA. Tes alternatif meliputi glukosa sewaktu dan tes toleransi glukosa oral

Sensitivitas terhadap insulin dan sekresi diabetes muncul sebelum gejala diabetes timbul.
insulin merupakan dua kondisi yang berlawanan Faktor risiko untuk T2DM meliputi berat badan
dan berkaitan secara proporsional. Makin rendah berlebih dan obesitas, dan gejala resistensi
sensitivitas insulin (makin tinggi resistensi insulin seperti pada keadaan akantosis nigrikans,
insulin) makin banyak insulin yang disekresi. pubertas prekoks, hipertensi, dislipidemia, dan
Hasil dari keseimbangan antara sensitivitas sindroma ovarii polikistik. American Diabetes
insulin dan sekresi insulin adalah konstan dan Association (ADA) memberikan panduan
digunakan sebagai standar dari glucose skrining diabetes untuk anak dengan BMI >85
disposition index. Apabila sensitivitas insulin persen untuk umur dan jenis kelamin, dengan 2
menurun, sekresi sel β pankreas harus meningkat faktor tambahan (Tabel 1). (13,20)
untuk mempertahankan glucose disposition Ditemukannya kerusakan mikroangipopati
index. Kegagalan sel β pankreas menyebabkan pada pasien yang baru terdiagnosis T2DM
sekresi insulin tidak adekuat, sehingga terjadi menunjukkan bukti bahwa kerusakan sudah
transisi dari kondisi resistensi insulin ke diabetes terjadi sejak onset diabetes. Studi otopsi
yang manifes secara klinis. Sebagai akibatnya menunjukkan perubahan aterosklerotik vaskuler
proses awal penyakit ini berlangsung tanpa dapat dijumpai pada anak-anak dan luasnya
gejala, sampai terjadi kegagalan fungsi sel β aterosklerotik berkorelasi dengan faktor risiko
pankreas dan pasien memerlukan terapi dengan seperti BMI dan kadar lemak. Identifikasi dini
obat atau insulin. (13) pada anak dengan T2DM dapat meminimalkan
komplikasi yang serius. (19,20)
SKRINING INDIVIDU DENGAN RISIKO
T2DM DIAGNOSIS T2DM

Diabetes melitus tipe 2 sering berlangsung Telah diketahui secara umum bahwa
tanpa gejala, seringkali terjadi komplikasi standar diagnosis T2DM didasarkan pada nilai

201
Pusparini Sindroma metabolik dan T2DM

glukosa puasa, glukosa sewaktu dan tes glukosa toleransi glukosa terganggu selama periode 3
toleransi oral. Kriteria diagnosis ini berlaku tahun, diet rendah lemak yang dikombinasikan
untuk usia anak maupun dewasa sama. (13,19) dengan latihan selama 15 menit per hari setiap
Kadar glukosa puasa ditetapkan normal minggu dapat mengurangi berat badan 5%
<100 mg/dL (6,11mM). Pasien dengan kadar sampai dengan 7% dan mengurangi risiko
glukosa puasa antara 100 dan 125 mg/dL terjadinya T2DM 58% bila dibandingkan dengan
menderita glukosa puasa terganggu. Pasien yang tidak mendapat intervensi perubahan gaya
dengan kadar glukosa puasa >126 mg/dL hidup. Penelitian lainnya memperlihatkan bahwa
menderita diabetes. Untuk menegakkan perubahan gaya hidup sehingga dapat
diagnosis diperlukan dua kali peningkatan kadar mengurangi berat badan sebesar 10% dapat
glukosa darah pada hari yang berlainan. Kadar memperbaiki profil lipid dan sensitivitas
glukosa sewaktu >200 mg/dL merupakan insulin. (13,19,21)
keadaan diagnostik untuk diabetes bila pasien Penurunan berat badan dan atau
mempunyai gejala tambahan seperti poliuria, pencegahan peningkatan berat badan merupakan
polidipsia, dan penurunan berat badan. Selama cara terbaik untuk mencegah terjadinya T2DM
tes toleransi glukosa oral, bila kadar glukosa 2 dengan segala komplikasinya. Selain faktor di
jam posprandial <140 mg/dL dikatakan pasien atas juga dianjurkan untuk melakukan skrining
tersebut normal, >140 dan <200 mg/dL terhadap kesiapan keluarga untuk melakukan
dikatakan glukosa toleransi tes terganggu, dan perubahan gaya hidup, pemberian edukasi
>200 mg/dL dikatakan diabetes. (13) mengenai komplikasi medis obesitas dan
Evaluasi awal pasien baru dengan diabetes keterlibatan keluarga dalam pengobatan
melitus sangat penting untuk membedakan T2DM. (18-19, 21)
T1DM dan T2DM, dan untuk mengoptimalkan
terapi. Gejala klinik yang sangat membantu Terapi medikamentosa
untuk membedakan T2DM dari T1DM adalah Terapi awal T2DM tergantung dari
obesitas dan gejala resistensi insulin (akantosis beratnya manifestasi klinik. Untuk pasien
nigrikans, hipertensi, sindroma ovarii polikistik). dengan hiperglikemia puasa sedang (126–200
Pasien dengan T2DM sering sekali mempunyai mg/dL) dan HbA1C <8,5% penatalaksanaan
kadar C peptida yang tinggi. Tidak yang dianjurkan adalah perubahan gaya hidup
ditemukannya autoantibodi terhadap insulin, sel dan pemberian antidiabetik oral seperti
islet dan asam glutamat dekarboksilase juga metformin. Metformin merupakan satu-satunya
merupakan hal yang khas untuk sebagian besar obat yang lolos uji untuk pengobatan T2DM
kasus (tidak seluruh kasus) diabetes yang pada anak yang obesitas. Metformin, obat oral
diklasifikasikan T2DM.(13,18) antidiabetik golongan biguanid, memberikan
efek menurunkan produksi glukosa hepar dan
CARA MENGATASI T2DM meningkatkan asupan glukosa pada jaringan
perifer terutama otot. Pasien dengan
Perubahan gaya hidup hipergikemia berat (>200mg/dL), HbA1C
Beberapa penelitian memperlihatkan >8,5% dan atau dengan ketosis, terapi harus
keuntungan modifikasi gaya hidup terhadap diawali dengan pemberian insulin. (18-19)
progresivitas toleransi glukosa terganggu sampai Insulin harus diberikan bila kadar glukosa
menjadi T2DM. Program pencegahan diabetes tidak dapat terkontrol setelah 3–6 bulan terapi
memperlihatkan di antara pasien dewasa dengan metformin. Beberapa bukti klinis menunjukkan

202
Universa Medicina Vol. 26 No.4

pasien dengan pemberian insulin secara dini Keadaan ini biasanya ditandai dengan terjadinya
memperbaiki kontrol glukosa dalam jangka resistensi insulin yaitu penurunan kemampuan
waktu lama. Hal itu mungkin menunjukkan jaringan yang sensitif terhadap insulin untuk
adanya efek kerusakan yang ditimbulkan oleh memberikan respons yang normal terhadap
kondisi hiperglikemia puasa pada sel β dan insulin pada tingkat seluler sehingga akhirnya
jaringan yang sensitive terhadap insulin. (13) terjadi T2DM. Untuk mengatasi T2DM hal yang
paling penting diperhatikan adalah perubahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan gaya hidup melalui pembatasan asupan energi
Pasien dengan T2DM dianjurkan untuk yang masuk dan peningkatan pengeluaran energi
melakukan pemeriksaan kadar glukosa darahnya misalnya dengan olahraga.
secara berkala, terutama pada tahap awal terapi,
atau bila sedang menderita penyakit akut. Kadar Daftar Pustaka
keton urin juga perlu dimonitor. Kadar glukosa
darah diharapkan dapat mencapai 70–100 mg/ 1. Seidel JC, Rissanen AM. Time trends in world wide
prevalence of obesity. In: Bray GA, Bouchard C,
dL. Kadar HbA1C diperiksa setiap 3 bulan
James WPT, eds. Handbook of obesity. New York,
dengan target terapi <7%. (13,18) NY: Marcel Dekker, 1998: 79-91.
Diabetes juga berhubungan dengan keadaan 2. World Health Organization. Obesity: Preventing and
hipertensi dan dislipidemia. Tekanan darah managing the global epidemic. Report of a WHO
sistolik dan diastolik dianggap normal bila < 90%. consultation. WHO technical report series, 894.
Geneva, Switzerland: World Health Organization,
Bila tekanan sistolik dan diastolik antara 90-95%
2000.
dianggap prehipertensi. Bila tekanan darah 3. Hill JO, Wyatt HR, Reed GW, Peter JC. Obesity and
sistolik dan diastolik >95% disebut stadium 1 the environment: Where do we go from here?
hipertensi, dan bila tekanan darah sistolik dan Science 2003; 299: 853-5.
diastolik >99% ditambah 5 mmHg, pasien 4. Pi-Sunyer X. A clinical view of the obesity problem.
Science 2003; 299: 859-60.
dimasukkan dalam stadium 2 hipertensi. (3,19)
5. International Diabetes Federation. The IDF
Selain itu perlu juga diperhatikan kemungkinan consensus worldwide definition of the metabolic
terjadinya komplikasi mikrovaskuler dengan syndrome. Available at: http://www.idf.org.
melakukan pemeriksaan kadar albumin urin dan Accessed Mei 2, 2007.
fungsi ginjal setahun sekali.(19) 6. Wannamethee SG, Shaper AG, Morris RW, Whincup
PH. Measures of adiposity in the identification of
metabolic abnormalities in elderly men. Am J Clin
KESIMPULAN Nutr 2005; 81: 1313-21.
7. Reaven GM. Role of insulin resistance in human
Asupan energi yang tidak seimbang dengan disease. Diabetes 1988; 37: 1595-607.
energi yang keluar menyebabkan terjadinya 8. Kaplan NM. The deadly quartet. Upper body obesity,
glucose intolerance, hypertrigliseridemia, and
penimbunan lemak tubuh. Distribusi lemak
hypertension. Arch Intern Med 1989; 149: 1514-
tubuh, terutama akumulasi di jaringan adiposa 20.
viseral merupakan faktor risiko kritis terhadap 9. Alberti KGMM, Zimmet PZ. For the WHO
beberapa jenis penyakit seperti T2DM. Obesitas consultation, definition, diagnosis and classification
viseral atau obesitas sentral lebih berbahaya of diabetes mellitus and its complications: Part 1.
Diagnosis and classification of diabetes melitus.
karena lipolisis di daerah ini sangat efisien dan
Provision report of a WHO consultation. Diabet Med
lebih resisten terhadap efek insulin dibandingkan 1998; 15: 539-53.
dengan adiposit di daerah lain. Obesitas sentral 10. Sukmawati IR, Harijanto T. Optimal cut off value
merupakan awal terjadinya intoleransi glukosa. for obesity: Using anthropometric indices to predict

203
Pusparini Sindroma metabolik dan T2DM

atherogenic dyslipidemia in Indonesia population. 17. Faraci FM, Didion SP. Vascular protection
In 3rd National Obesity Symposium (NOS III) 2004. superoxide dismutase isoforms in the vessel wall.
p. 87-8. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2004; 24: 1367-
11. Woods SC, Seeley RJ. Understanding the physiolofy 73.
of obesity: review of recent development in 18. Watson KE, Harmel ALP, Matson G.
obesitasity research. Int J Obesitas Relat Metab Atherosclerosis in type 2 diabetes mellitus: The
Disord 2002; 26: suppl 4: S8-10. role of insulin resistance. J Cardiovasc Pharmacol
12. Kelner K, Helmuth L. Obesity-What is to be done. Therapeut 2003; 8: 253-60.
Science 2003; 299: 845. 19. Garg A. Regional adiposity and insulin resistance.
13. Hannon TS, Rao G, Arslanian SA. Childhood obesity J Clin Endocrinol Metab 2004; 89: 4206-10.
and type 2 diabetes mellitus. Pediatrics 2005; 116: 20. Gastaldelli A, Miyazaki Y, Pettiti M, Buzzigoli E,
473-80. Mahankali S, Ferrannini E, et al. Separate
14. Hofbauer KG. Molecular pathways to obesity. Int J contribution of diabetes, total fat mass, and fat
Obesitas 2002; 26: 18-27. topography to glucose production, gluconeogenesis,
15. Fruhbeck G, Ambrosi JG, Muruzabal FJ, Burrell and glycogenolysis. J Clin Endocrinol Metab 2004;
MA. The adipocyte: a model for intergration of 89: 3914-21.
encdocrine and metabolic signaling in energy 21. Zhu SK, Wang ZM, Shen W, Heymsfield SB,
metabolism regulation. Am J Physiol Endocrinol Heshka S. Percentage body fat ranges associated
Metab 2001; 280: 827-47. with metabolic syndrome risk: results based on the
16. Grey A. The reductive hotspot hypothesis: An third national health and nutrition examination
update. Arch Biochem Biophys 2000; 373: 295-301. survey. Am J Clin Nutr 2003; 78: 228-35.

204

Anda mungkin juga menyukai