Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman asli benua Amerika, telah ditanam oleh suku
Indian jauh sebelum Benua Amerika ditemukan. Di Indonesia sendiri, sejumlah
penulis sejarah berpendapat bahwa jagung mulai dikenal di Maluku pada akhir
abad ke-16. Tanaman Jagung (zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung termasuk dalam
tanaman beriklim sedang hingga subtropis atau tropis basah, dan faktor penting
yang memengaruhi pertumbuhannya adalah sinar matahari. Suhu ideal untuk
pertumbuhan jagung adalah 270-300C, dan pada kondisi normal, jagung
membutuhkan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan (Purwono,dkk 2009).

Klasifikasi Tanaman Jagung.

 Kingdom : Plantae
 Devisi : Magnoliophyta
 Kelas : Liliopsida
 Sub kelas : Commilinidae
 Ordo : Poales
 Family : Paceae
 Genus : Zea
 Spesies :Zea mays L (Ciptawidiya Swara, 2008).

2. Morfologi Tanaman Jagung.

a. Daun

Daun jagung tergolong kedalam daun yang sempurna, Daun pada jagung
berwarna hijau muda saat masih mulai menunjukkan daunnya dan hijau tua saat
dewasa dan kuning saat sudah tua, tulang daun dengan ibu tulang daun berada
sejajar dan daun pada jagung ada yang halus tanpa bulu dan ada pula yang kasar
dnegan bulu, (Ciptawidiya Swara, 2008).

b. Batang

Batang tanaman jagung tegak lurus dan kokoh, batang tanaman jagung
terdiri dari ruas-ruas dan disetiap pelepah dibungkus dengan daun yang selalu
muncul disetiap buku nya, namun batang jagung tidak banyak mengandung lignin,
namun batang nya tetap tegak lurus dan kokoh (Ciptawidiya Swara, 2008).
c. Akar

Akar pada tanaman jagung memiliki akar serabut dengan mencaapai


kedalaman sekitar 8 m, meski demikian rata-rata akar pada tanaman jagung hanya
berada pada kisaran 2m, selain serabut, akar adventif juga akan muncul ketika
tanaman jagung berumur dewasa yang berfungsi memabntu mengkokohkan
tegaknya batang jagung (Ciptawidiya Swara, 2008).

d. Bunga

Bunga jantan dan betina pada tanaman jagung terpisah, maka dari itu
penyerbukan pada tanaman jagung memerlukan bantuan angin, serangga dan
bahkan bisa juga manusia. Setiap bunga jantan dan betina pada tanaman jagung
harus diserbukkan dengan bantuan alam (Secara alami) atau dengan bantuan
manusia, bunga jantan terdapat pada bagian ujung tongkol dari tanaman jagung
(Ciptawidiya Swara, 2008).

e.Buah

Buah jagung berwana kuning muda saat sebelum dewasa atau putih susu
dalam keadaan pembentukan, setiap batang tanaman jagung memiliki setidaknya
1 tongkol jagung, walau sekarang adanya pembaharuan peningkatan mutu jagung
jenis hibrida namun umumnya setiap batang hanya satu tongkol saja, dan saat
buah jagung dewasa akan berubah bentuk menjadi kekuningan (Ciptawidiya
Swara, 2008).

3. Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi


ketinggian optimal adalah 50–600 mdpl. Untuk berproduksi secara optimal
memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan
drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6-
7,5 (Ciptawidiya Swara, 2008).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan


baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena
pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arif, 2008).

Curah hujan yang dikehendaki adalah antara 1000 - 2500 mm/tahun, atau
idealnya sekitar 85–200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu
udara yang dikehendaki antara 21–340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum
tanaman jagung menghendaki suhu antara 23–270C (Ciptawidiya Swara, 2008).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh
karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan
pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat
ditentukan dengan baik dan tepat (Murni dan Arif, 2008).

Di antara komponen teknologi produksi, varietas unggul mempunyai peran


penting dalam peningkatan produksi jagung. Perannya menonjol dalam potensi
hasil per satuan luas, komponen pengendalian hama/penyakit (toleran), kesesuaian
terhadap lingkungan, dan preferensi konsumen (Akil dan Dahlan, 2009).

Keragaman penampilan tanaman terjadi akibat sifat didalam tanaman


(genetik) atau perbedaan lingkungan atau keduanya. Benih bermutu baik dan
berasal dari varietas unggul merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan
tinggi atau rendahnya hasil tanaman. Usaha-usaha lain seperti perbaikan bercocok
tanam, pengairan yang baik, pemupukan berimbang serta pengendalian hama dan
penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang maksimal apabila disertai dengan
penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Warisno, 2009).

Varietas unggul jagung adalah jenis jagung yang mempunyai sifat-sifat


lebih baik dari pada jenis-jenis lainnya. Sifat penting yang harus dimiliki suatu
varietas unggul adalah berpotensi hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dapat
menyerap pupuk sebaik mungkin dan tahan terhadap hama maupun penyakit
(Rukmana, 2009).

B. Zat Pengatur Tumbuh / Hormon Tumbuh

Keberhasilan suatu tanaman dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor


genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat
tanaman yang berasal dari tanaman induknya sedangkan faktor lingkungan
berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh (Gardner
et al., 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal dan


faktor eksternal, faktor internal terdiri dari laju fotosintesis, respirasi,differensiasi
dan pengaruh gen, sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya, suhu, air, bahan
organik, dan ketersediaan unsur hara. Terpenuhinya faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan maka proses fotosintesis akan berlangsung dan
menghasilkan fotosintat yang berfungsi untuk proses pertumbuhan tunas dan akar
(Gardner et al., 1991).

ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan


fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau
menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi
hormon dengan baik.(Yoxx, 2008).

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah organik bukan hara, yang
dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan merubah proses
fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tumbuhan terdiri dari lima
kelompok yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Inhibitor dengan ciri khas
serta pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Zat pengatur tumbuh
sangat dibutuhkan sebagai komponen medium untuk pertumbuhan dan
diferensiasi. Tanpa menambahkan zat pengatur tumbuh dalam medium,
pertumbuhan sangat terhambat parah tidak bisa sama-sama tidak sama.
Pembentukan kalus dan organ-organ yang ditentukan oleh penggunaan yang tepat
dari zat pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono & Wijayani, 1994).

Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Pengaruh auksin


telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin. Dia melihat
bahwa ketika benih rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok ke
arah datangnya cahaya, dengan mempergunakan penutup yang tidak tembus
sinar. Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka terhadap cahaya
adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah tempat pembengkokan
terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong pertumbuhan
berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun 1928 dan
diberi nama auksin (Heddy, 2013).
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali
menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah
auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu
senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan
koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli
potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini
diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung
tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat
(4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil
asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat
(IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah
perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu
tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah
bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif (Dwidjoseputro, 2012).
Fitohormom memulai dan memperantarai proses perkecambahan yang
penting. Aktivitas hormon pada perkecambahan secara umum adalah :
1. Giberellin menggiatkan enzim hidrolitik dalam pencernaan cadangan
makanan di biji
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar
lembaga dan pucuk lembaga
3. Auxin meningkatkan pertumbuhan karena memicu pembesaran koleorhiza
(pada sereal), akar lembaga dan pucuk lembaga serta aktivasi geotropi (yaitu
orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dari orientasi
biji) (Gardner, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Akil,M., dan H.A. Dahlan., 2009. Budidaya jagung dan Diseminasi Teknologi.
Balai Penelitian Tanaman Serelia : Maros.

Ciptawidiya Swara, 2008. Botani dan Morfologi Tanaman Jagung. Universitas


Sumatera Utara Press : Medan.

Gardner et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta.

Hendaryono, DPS dan Wijayani Ari.1995. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.


Yogyakarta

Heddy, 2000. Hormon tumbuhan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Murni,A.M dan R.W. Arif,2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar


Pengkajian dan Pengembangan pertanian : Bogor.

Purwono,dkk,2009. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya : Bogor.

Rukmana, R., 2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius : Jakarta.

Warisno 2009.Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai