Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu Geofisika merupakan ilmu perpaduan antara geologi dan fisika yang
intinya adalah mempelajari bumi di bagian bawah permukaan berdasarkan
formulasi-formulasi fisika. Dengan demikian ilmu Geofisika dibangun atas
parameter - parameter fisis mekanika, listrik, magnetik, elektromagnetik, panas,
radiasi, dan parameter - parameter lain yang senantiasa dikembangkan untuk dapat
diterapkan dalam rangka mengetahui segala sesuatu yang terdapat di bawah
permukaan bumi baik yang bersifat padat maupun cair. Ada banyak metode metode
dalam geofisika yang memiliki perannya masing-masing, salah satu metode
geofisika adalah metode geomagnetik.

Metode magnetik adalah salah satu dari beberapa metode geofisika yang
metodenya dilakukan dengan cara mengukur medan magnet total di suatu tempat
dengan menggunakan Magnetometer. Metode ini umumnya digunakan dalam
rangka pencarian mineral logam yang terdapat pada batuan. Metode ini dilakukan
berdasarkan pengukuran anomali geomagnet yang diakibatkan oleh perbedaan
kontras suseptibilitas, Perbedaan kontras suseptibilitas ini disebabkan karena
persebaran batuan-batuan yang memiliki sifat kemagnetan yang berbeda – beda

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari dilaksanakannya kegiatan praktikum geomagnetik ini adalah
untuk memahami dan mempelajari variasi medan magnet dari suatu daerah serta
dapat melakukan proses pengolahan data magnetik dengan menggunakan berbagai
jenis aplikasi. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah agar mahasiswa dapat
mengolah dan melakukan perhitungan data magnetic pada excel, dan menggunakan
aplikasi oasis montaj, dan mendapatkan peta hasil dari pengolahan data magnetic
berupa peta TMI, dan peta Upward Continuation.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional Daerah Penelitian


Geomorfologi regional daerah penelitian termasuk dalam zona Pegunungan
Kulon Progo tepatnya berada pada bagian utara, yaitu pada kaki Perbukitan
Menoreh yang merupakan hasil vulkanisme dari masa lampau. Terdapat beberapa
formasi yang membentuk daerah penelitian yaitu Formasi Kebobutak yang terdiri
dari lava andesit, breksi autoklastik, serta breksi andesit. Terdapat tiga fase tektonik
yang mempengaruhi pembentukan daerah KulonProgo. Pengangkatan pada
Oligosen Awal - Akhir yang mengaktifkan vulkanisme, penurunan pada Miosen
Awal – Tengah, dan pengangkatan kembali pada Pliosen – Pleistosen.

2.2. Geologi Lokal


Struktur geologi yang berperan yaitu berupa sesar geser pada daerah
penelitian yang berarah barat laut-tenggara berjenis dekstral, dan timurlaut – barat
daya berjenis sinistral. Gaya pembentuk struktur tersebut relatif berarah utara –
selatan

2.3. Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang sebelumnya telah dilakukan dan


mendasari dalam pembuatan laporan ini antara lain :

1. Penemuan baru mineralisasi emas tipe epitermal sulfidasi tinggi di Gunung


Gupit, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia (Arifudin Idrus dan Resty Intan
Putri, Fakultas Teknik Geologi, UGM, Yogyakarta, tahun 2013).
a. Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan kontrol geologi
terhadap penyebaran zona alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih
emas serta karakteristik mineralisasi bijih, mineralogi alterasi dan
geokimia pada daerah Gunung Gupit, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia
b. Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh satuan lava andesit,
satuan breksi autoklastik dan satuan breksi andesit dengan struktur
geologi berupa kekar dan tiga sesar geser diperkirakan. Sesar
berarah relatif timur laut – barat daya. Semunut Kulon merupakan
faktor pengontrol proses pembentukan alterasi hidrotermal dan
mineralisasi bijih.

2
c. Alterasi yang berasosiasi dengan endapan epitermal sulfidasi tinggi
tersebut yaitu silisifikasi, argilik lanjut, argilik, dan propilitik.
Mineral penciri alterasi yaitu klorit, epidot, mineral lempung (illit,
smektit, dikit, dan alunit, jarosit, enargit, silika serta terdapat
stockwork yang melimpah. Mineralisasi bijih yang terbentuk yaitu
magnetit (Fe2O3) – enargit (CuAsS) – kalkopirit (CuFeS2) – galena
(PbS) - pirit (FeS2) – emas (Au) – digenit (Cu9S5) – hematit (Fe2O3).
Pada daerah ini, kandungan emas tertinggi yaitu terdapat pada urat
di Gunung Gupit dengan kadar emas 42.4 g/t and Ag 112 g/t.
d. Berdasarkan data pemetaan dan karakteristik endapan, tipe alterasi,
dan sifat fluida hidrotermal di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe
endapan emas hidrotermal di daerah penelitian berupa endapan
epitermal tipe sulfidasi tinggi.

3
BAB III

DASAR TEORI

3.1. Metode Magnet Bumi


Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.Metode
ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi
yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi
secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut
dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini,
pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya.
Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan
software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas
ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk
setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah
kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.

4
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual
kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat,
laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian
prospek benda-benda arkeologi.

3.2.Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi (Gambar II.1), yang dapat diukur yaitu meliputi arah
dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal
ke bawah.
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

5
Gambar 3.1.Tiga Elemen Medan Magnet Bumi
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan
dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan
luas lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet
dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus
listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan
medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal
field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
bermagnet seperti magnetite ( Fe 7 S 8 ), titanomagnetite ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-
lain yang berada di kerak bumi.

6
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),
sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :
   
HT  H M  H L  H A (2.1)

dengan : H T : medan magnet total bumi

H M : medan magnet utama bumi

H L : medan magnet luar

H A : medan magnet anomali

3.3.Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa
mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat terjadi
dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama.Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.
2. Variasi harian

7
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari partikel-
partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus
yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi ini hingga
mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi
yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam. Variasi ini
diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi
harian bulan (Telford, 1976).

(Waktu di titik pengamatan−Waktu 𝑏𝑎𝑠𝑒)


H Var = ∗ Hmodus 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔 − Hmodus 𝑏𝑎𝑠𝑒 (2.2)
(Waktu 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔−Waktu 𝑏𝑎𝑠𝑒)

3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi
kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode
yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai magnetik
secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.

8
3.4. Komponen Magnet Bumi
Nilai magnet bumi merupakan besaran vektor total magnet bumi (F) dan
dapat dinyatakan dalam komponen-komponennya. Komponen medan magnet bumi
dapat diuraikan sebagai berikut:

Gambar 3.2.Komponen-Komponen Kemagnetan Bumi


Keterangan:
1. Vektor X, Y, dan H terletak pada bidang horizontal dimana komponen X
berada disepanjang sumbu geografis, komponen Y pada timur geografis dan H
pada komponen horizontal.
2. Vektor Z merupakan komponen vertikal medan magnet bumi.
3. Vektor F merupakan komponen total medan magnet yang terletak pada bidang
vertikal yang memuat komponen H dan Z.
4. Sudut D merupakan sudut deklinasi yang dibentuk oleh arah utara sebenarnya
(X) dengan komponen horizontal (H).
5. Sudut I merupakan sudut inklinasi yang besarnya ditentukan oleh vektor H dan
F.
Hubungan medan magnet antar tiap komponennya dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut:
Z = F Sin I (2.3)
H = F Cos I (2.4)
X= H Cos D (2.5)
Y= H Sin D (2.6)

9
F² = H²+Z² = X²+Y²+Z² (2.7)

Besarnya nilai komponen magnet X, Y, Z, D, dan H dapat diperoleh melalui


hasil pengukuran baik secara manual maupun digital. Sedangkan besarnya
komponen yang lain dapat diperoleh melalui hasil perhitungan. Hasil pengukuran
medan magnet bumi di suatu tempat dapat digunakan sebagai parameter dalam
mempelajari tentang precursor gempa bumi (tanda- tanda sebelum terjadinya
gempa).

3.5. Koreksi Data Magnetik


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap
titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan
topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau
sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi
(stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian
negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik
yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian (2.8)

10
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah
terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang
sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0 (2.9)
Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan
pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus
diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai
anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya
persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat
dituliska sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – ΔHtop (2.10)

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang


terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi.
Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar
dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka
data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari

11
garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali
sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

3.6. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi


Kutub utara bumi yang selama ini merupakan kutub utara dari magnet bumi
begitupun dengan kutub selatan. Kutub selatan merupakan kutub selatan magnet bumi.
Namun demikian, kutub magnet bumi tidak berimpit dengan kutub bumi secara
geografis.
Di antara keduanya terdapat sudut yang menyebabkag garis-garis gaya
magnet bumi tidak tepat berada di kutub utara dan selatan bumi secara geografis, tetapi
sedikit mnyimpang. Garis gaya magnet bumi ini tidak selalu sejajar dengan permukaan
bumi. Ketidaksejajaran ini membentuk sudut yang disebut sudut inklinasi. Dengan
kata lain, sudut inklinasi dapat diartikan sebagai sudut yang dibentuk oleh medan magnet
bumi dengan garis horizontal. Besarnya sudut inklinasi di setiap permukaan bumi memiliki
besar yang berbeda-beda. Dan sudut inklinasi tersebut berada di daerah kutub utara dan kutub
selatan bumi. Di dalam batuan juga memiliki sifat kemagnetan, diantaranya :
 Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom – atom pembentuk batuan mempunyai
kulit elektron berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan dalam tiap
pasangan. Jika mendapat medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan
berpresesi yang menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan magnet
luar tadi mempunyai Susceptibilitas k negatif dan kecil dan Susceptibilitas k tidak
tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth, grafit, gypsum, marmer,
kuarsa, garam.
 Paramagnetisme
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh
yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada arah spin
yang sama. Jika terdapat medan magnetik luar, spin tersebut berpresesi
menghasilkan medan magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
sehingga memperkuatnya.
Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi
termal, oleh karena itu bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:

12
Suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari satu.Suseptibilitas k bergantung
pada temperatur.Contoh : piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
Dalam benda-benda magnetik, medan yang dihasilkan oleh momen-momen
magnetik atomik permanen, cenderung untuk membantu medan luar, sedangkan
untuk dielektrik-dielektrik medan dari dipole-dipole selalu cenderung untuk
melawan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-dipole yang terinduksi
atau diorientasikan.
 Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh suatu elektron
sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya
kelompok-kelompok bahan berspin searah yang membentuk dipole-dipole magnet
(domain) mempunyai arah sama, apalagi jika didalam medan magnet luar.
Ferromagnetik. Mempunyai sifat susseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari
satu dan susseptibilitas k bergantung dari temperatur. Contoh : besi, nikel, kobalt
 Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi menghasilkan dipole
magnetik yang saling berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil.
Bahan antiferromagnetik yang mengalami cacat kristal akan mengalami
medan magnet kecil dan suseptibilitasnya seperti pada bahan paramagnetik
suseptibilitas k seperti paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan titik curie
kemudian turun lagi menurut hukum curie-weiss. Contoh : hematite (Fe2O3).
 Ferrimagnetik
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain tadi juga saling antiparalel tetapi
jumlah dipole pada masing-masing arah tidak sama sehingga masih mempunyai
resultan magnetisasi cukup besar. Suseptibilitasnya tinggi dan tergantung
temperatur. Contoh : magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit (FeS).

13
3.7. Akuisisi Data Metode Geomagnetik
Dalam akuisisi dat magnetic dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
secara looping, base rover, atau gradient vertikal. Perbedaan dalam beberapa cara
tersebut hanaya di tekankan dalam penggunaan instrument dalam pengukuran.
Pengukuran secara satu alat merupakan suatu konsep pengukuran geomagnetik
dengan memanfaatkan suatu titik base yang digunakan sebagai titik acuan dan
pengukuran awal hingga terakhir akan kembali pada titik tersebut (looping).
Konsep satu alat /looping sebenarnya pengukuran yang kurang akurat dibandingkan
pengukuran secara base-rover, dikarenakan pengukuran secara looping hanya
memperhitungkan variasi harian dari suatu daerah berdasarkan dua titik saja. Dalam
penelitian ini digunakan akuisisi data Metode Geomagnetik berupa Base – Rover.
a. Base – Rover
Pengukuran yang menggunakan minimal dua buah alat PPM seri G-856 atau
lebih, dimana satu buah untuk pengambilan data base yang penempatan alat PPM
tersebut dipasang pada tempat yang bebas dari noise guna mencatat nilai variasi
harian dan tetap sedangkan satunya untuk pengambilan data di lapangan guna
mencatat intensitas medan total dari tiap lintasan.

Gambar 3.3. Ilustrasi pengukuran Base Rover

3.8. Upward Continuation & Downward Continuation


Upward continuationatau Kontinuitas ke Atas merupakan suatu proses
untuk mengubah data pengukuran medan potensila yang telah di koreksi dalam
sauatu permukaan ke beberapa permukaan medan potensialyang lebih tinggi dari

14
permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa meter. Untuk penentuan
ketinggian tergantung pada keinginan dalam melihat target yang prospek sehingga
dapat terlihat jelas tanpa terabung dengan noise yang ada atau pengaruh dari benda
– benda dekat permukaan yang bersifat magnet sehingga akan membuat data akan
lebih agak sulit untik dilihat prospeknya.

15
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Diagram Alir Pengolahan Data

Mulai

Data Excel

Menghitung HVar dan ∆𝐻

Membuat peta TMI dan filter Upward Continuation


Menggunakan software Oasis Montaj

Upward Continuation filtering


menggunakan software Oasis Montaj
(57, 114, 171, 228, dan 285)

Interpretasi Kualitatif dan Kuantitatif

Kesimpulan

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Data

16
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Berdasarkan diagram alir pada gambar 4.1, pengolahan data metode satu
alat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
1. Pengolahan data base-rover dengan menggunakan excel hingga
mendapatkan nilai Hvar dan ∆𝐻
2. Melakukan kegiatan input nnilai x,y dan ∆𝐻 ke software oasis montaj.
3. Tahap berikutnya yaitu melakukan interpolasi nilai x,y dan ∆𝐻 dengan
menu grid and image, gridding, dan minimum curvature pada software
oasis montaj untuk menghasilkan peta TMI.
4. Kemudian setelah peta TMI dihasilkan, lengkapi unsur-unsur peta dengan
menu Map tools, symbols, dan location plot yang terdapat pada software
oasis montaj.
5. Lalu untuk membuat skala warna, gunakan menu Map tools, symbols, dan
colour legend bar, sedangkan untuk membuat judul peta, skala peta, dan
grid peta gunakan menu Map tools, base map, dan draw base map.
6. Tahap selanjutnya yaitu melakukan filtering upward continuation pada peta
TMI dengan menu MAGMAP pada software oasis montaj. Dari hasil
filtering upward continuation ini akan didapatkan peta TMI upward.
7. Tahap terakhir yaitu melakukan interpretasi terhadap peta TMI, peta TMI
upward continuation, serta membuat kesimpulan dari proses-proses yang
telah dilakukan.

17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Pengolahan Data

Tabel 5.1. Tabel Data

18
5.2. Grafik Hvar Vs Waktu

Gambar 5.1. Grafik Hvar Vs Waktu

Gambar grafik yang terdapat pada Gambar 5.1 menggambarkan grafik Hvar
(koreksi harian) terhadap waktu. Dari grafik diatas kita bisa menyimpulkan bahwa
nilai koreksi harian terendah didapatkan pada pukul 13:06:30 dengan nilai -25,604
nT, sedangkan nilai koreksi harian tertinggi didapat pada titik pertama pada pukul
9:48:00 dengan nilai sebesar 0,606 nT. Nilai Hvar pada grafik di Gambar .1
menunjukan nilai grafik yang dinamis, hal ini menandakan pengambilan data
dilapangan menggunakan metode base-rover, berbeda denga metode satu alat yang
mana hasil gravik hubungan antara Hvar dengan waktu akan menunjukan grafik
yang linier.

19
5.3. Grafik ΔH Vs Posisi

Gambar 5.2. Grafik ΔH Vs Posisi

Gambar 5.2 menunjukan grafik hubungan antara ΔH dengan posisi, nilai


negatif pada ΔH bukan menunjukan nilai yang negatif, melainkan menunjukan arah
dari ΔH. Pada grafik di Gambar 5.2 dapat kita simpulkan bahwa titik yang memiliki
nilai tertinggi berada posisi X: 407498; Y : 9158666, dengan nilai ΔH sebesar -
243,349 nT, sedangkan nilai terendah berada pada posisi X: 407499; Y: 9158845
dengan nilai -19,733 nT. Pada grafik ΔH vs posisi di atas terjadi penurunan dari
titik 1 ke titik 8, hingga dari titik 9 ke titik 13, terjadi kenaikan nilai ΔH secara
fluktuatif, pada titik 14 – 18 terjadi penurunan nilai ΔH secara fluktuatif, dan dari
titik 19 – titik 25 grafik bergerak secara dinamis hingga ke titik 25.

20
5.4. Peta TMI

Gambar 5.3. Peta TMI

21
Gambar 5.3. adalah gambar dari peta TMI yang menggambarkan kondisi
daerah penilitian yang dilihat dari nilai total medan magnetnya. Pada Peta TMI
diatas, nilai ΔH tertinggi membentang dari bagian barat daya, lalu dari bagian
tengah menuju kearah utara dan berakhir dibagian timur laut, nilai daerah yang
memiliki ΔH tertinggi pada peta digambarkan dengan warna merah – ungu/merah
muda. pada bagian tersebut nilai ΔH berkisar antara 234.1 – 623.0 nT. Sedangkan
daerah yang memiliki nilai ΔH sedang memiliki nilai berkisar antara -68,3 – 147, 9
nT, daerah yang memiliki nilai ΔH sedang ditandai dengan warna hijau dan kuning
pada peta, daerah pada peta yang memiliki nilai ΔH sedang membentang dari sisi
barat agak selatan sampai ke timur. Sedangkan daerah yang memiliki nilai ΔH
rendeh ditandai dengan warna biru muda dan biru muda pada peta. Pada peta
daerah yang memiliki warna biru muda dan biru muda memiliki letak yang tersebar
pada peta, ada yang berada di sisi timur peta, utara , dan timur dari peta, daerah
yang ber- ΔH rendah memiliki nilai berkisar dari -380,3 – 115,3 nT. Dari Peta TMI
diatas dapat ditarik kesimpulan, pada daerah tersebut memiliki nilai ΔH yang sangat
bervariasi dari sisi barat – ke timur, maupun dari sisi utara - selatan.

22
5.5 Peta Upward Continuation

Gambar 5.4. Peta Upward Continuation

Gambar 5.4 di atas merupakan gambar dari Peta Upward Continuation dengan
filter kelipatan 54 (Dari kiri ke kanan 54, 114, 171, 228, 285). Peta Upward
Continuation merupakan peta yang menggambarkan kondisi daerah penelitian dengan
meloloskan nilai anomali yang berelevasi rendah. Pada peta Upward Continuation di atas,
baik dari filter 54, 114, 171, 228, maupun 285, nilai ΔH tertinggi berada di bagian
selatan, sampai ke tengah – ke utara, yang direpresentasikan dengan warna merah-
ungu, dengan nilai ΔH berkisar antara 623 – 281.2 nT. sedangkan daerah yang
memiliki nilai ΔH sedang yang direpresentasikan berwarna kuning dan hijau
memiliki persebaran yang cukup tersebar, terdapat pada bagian timur, lali
membentang dari tengah ke utara dan dilanjutkan agi kearah timur sampai selatan,

23
nilai ΔH-nya berkisar 133,2 – 68,3 nT, dan terakhir yang memiliki ΔH rendah
adalah daerah yang direpresentasikan dengan warna biru muda dan biru tua pada
peta, daerah tersebut pada peta membentang dari utara – timur laut, lalu ada juga
beberapa yang berada disisi timur dan ada pula yang berada di sisi barat peta, nilai
ΔH rendah berkisar antara -380,3 - -155,3 nT.

24
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Hasil dari pengolahan data- data yang didapatkan dari pengambilan data
base-rover adalah sebagai berikut :

 Dari analisa grafik Hvar terhadap waktu dapat ditarik kesimpulan, bahwa
titik yang memiliki nilai Hvar tertinggi didapat pada titik pertama pada
pukul 9:38:00 dengan nilai Hvar sebesar 0,606 nT, sedangkan nilai Hvar
terendah didapat pada titik ke-21 pada pukul 13:06:30 sebesar -25,604 nT.
 Dari analisa grafik ∆H terhadap posisi dapat ditarik kesimpulan, bahwa titik
yang memiliki nilai ∆H tertinggi berada pada posisi dengan koordinat X:
407498; Y : 9158666 sebesar -243,349 nT, sedangkan nilai terendah berada
pada posisi X: 407499; Y: 9158845 dengan nilai -19,733 nT.
 Dari hasil analisa peta TMI didapat daerah yang memiliki nilai ΔH tertinggi
membentang dari bagian barat daya, lalu dari bagian tengah menuju kearah
utara dan berakhir dibagian timur laut, dengan nilai sebesar 234.1 – 623.0
nT, sedangkan nilai ΔH sedang memiliki nilai berkisar antara -68,3 – 147,
9 nT, daerah yang memiliki nilai ΔH sedang ditandai dengan warna hijau
dan kuning, dan yang terakhir daerah yang memiliki nilai ΔH rendeh
ditandai dengan warna biru muda dan biru muda pada peta memiliki letak
yang tersebar pada peta, ada yang berada di sisi timur peta, utara , dan timur
dari peta, daerah yang ber- ΔH rendah memiliki nilai berkisar dari -380,3 –
115,3 nT

 Pada peta upward continuation pada daerah yang dibuat dengan interval
filter 57 (57, 114, 171, 228, maupun 285) ΔH tertinggi berada di bagian
selatan, sampai ke tengah – ke utara, yang direpresentasikan dengan warna
merah- ungu, memiliki nilai ΔH sekitar 623 – 281.2 nT,daerah yang
memiliki nilai ΔH sedang yang direpresentasikan berwarna kuning dan
hijau memiliki persebaran yang cukup tersebar, terdapat pada bagian timur,
lali membentang dari tengah ke utara dan dilanjutkan agi kearah timur

25
sampai selatan, nilai ΔH-nya berkisar 133,2 – 68,3 nT, sedangkan yang
memiliki ΔH rendah adalah daerah yang direpresentasikan dengan warna
biru muda dan biru tua pada peta, daerah tersebut pada peta membentang
dari utara – timur laut, lalu ada juga beberapa yang berada disisi timur dan
ada pula yang berada di sisi barat peta, nilai ΔH -nya berkisar antara -380,3
- -155,3 nT.

6.2. Saran
Dalam pengerjaan/pengolahan data, sebaiknya menggunakan software yang
berlisensi resmi, dan pada saat sesi penginstallan aplikasi, lebih baik data install dan
video tutorial instalnya bisa diberikan 1 hari sebelum kegiatan praktikum
berlangsung untuk efisiensi waktu.

26

Anda mungkin juga menyukai