Kacang tanah dan jagung merupakan salah satu komoditi strategis bagi petanidan peternak
yang berperan dalam bahan baku olahan pangan dan pakan.
Pentingnya peran tersebut terlihat dengan semakin meningkatnya permintaan dari dalam negeridan
beragamnya produk olahan bahan baku kacang tanah yang dihasilkan olehindustri rumah tangga
maupun industri besar.
Semoga penulisan karya ilmiah ini mampu memberikan manfaat dan inspirasi bagi petani,
peternak, peneliti bidang peternakan dan pertanian.
PENDAHULUAN
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan memudahkan
kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender penanaman. Pola tanam
sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman.
Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti
penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan
memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan
penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan). Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Pada pembahasan kali ini, akan lebih membahas tentang tumpangsari yang
merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dalam waktu yang
sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara
ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung
dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah,
sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan
saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara dan air)
pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan
dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman
yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
1.2. Tujuan
1) Mengetahui dan memahami macam-macam pola tanaman
2) Mengetahui dan memahami pola tanam berdasarkan kondisi lahan
3) Mengetahui dan memahami penetapan awal musim pada tumpang sari
4) Mengetahui contoh pola tanam tumpang sari
5) Mengetahui keuntungan dan kelemahan pola tanam tumpangsari
6) Mengetahui metode atau tata cara penanaman tumpang sari tanaman jagung dan kacang
tanah
7) Mengetahui fungsi kacang terhadap jagung pada metode penanaman tumpang sari
tanaman
BAB II
Tanaman Monokotil
Pada batang tanaman monokotil, berkas pembulu tersebar. Pada monokotil tidak
terdapat kambium sehingga pada tanaman monokotil, pertumbuhan sekunder tidak terjadi
atau jarang terjadi. Korteks dan silindris pusat pada tanaman monokotil tidak dapat
dibadakan secara jelas. Pada tanaman dikotil, berkas pembulu tersusun dalam suatu
lingkaran sehingga korteks terdapat di bagian luar lingkaran dan empelur di bagian dalam
lingkaran. Di antara floem dan xylem terdapat kambium yang menyebabkan pertumbuhan
sekunder pada tanaman dikotil. Dua macam kambium yang menghasilkan jaringan
sekunder tanaman dikotil, yaitu kambium pembuluh dan kambium gabus. ( Didik
Priyandoko, 2007 )
Perbedaan antara akar tanaman dikotil dan akar tanaman monokotil dapat dijelaskan
saat masih kecambah. Pada tanaman dikotil terdapat satu akar utama yang besar,
sedangkan pada tanaman monokotil tidak ada. Pada akar utama tanaman dikotil, akan
tumbuh cabang – cabang akar dari akar utama. Pada tanaman monokotil, akar utama tidak
berkembang sehingga muncul akar – akar yang berukuran relatif sama dari tempat
munculnya akar utama. Akar dikotil disebut juga akar tunngang, sedangkan akar
monokotil disebut akar serabut. Batang pada tanaman dikotil dan tanaman monokotil
memiliki perbedaan dalam hal berkas pengngkutan. Struktur jaringan pembulu keduanya
sangat berbeda. Berkas pada pengangkuatan pada tanaman dikotil tersusun melingkar
seperti cincin. Adapun pada tanaman monokotil berskas pengangkutan tersebar tidak
beraturan. Dalam setia berkas pengangkutan (berkas pembulu) selalu terdapat floem dan
xylem.(Saeful Karim, 2008)
Tanaman Dikotil
Anatomi batang tanaman dikotil terdiri atas kuliy kayu, kayu dan empulur. Empulr
sangat sulit ditemukan pada batang kayu yang sudah tua. Bagian terluar dari batang
tanaman dikotil adalah kulit kayu yang terdiri atas jaringan epidermis, kambium gabus,
korteks dan floem. Felogen dapat ditemukan dibagian bawah epidermis. Pada kulit batang
terdapat bagian yang tidak tertutupi oleh lapisan gabus. Bagian tersebut dinamakan inti
sel. Inti sel berfungsi sebagai tempat terjadinya peristiwa penguapan dan pertukaran gas.
Selain jaringan epidermis dan gabus, pada batang dijumpai pula jaringan parenkim,
kolenkim, sklerenkim, floem dan xylem. Berkas pembulu floem letaknya berdampingan
dengan pembulu xylem. Di antara berakas pembulu xylem dan floem, terdapat pembulu (
kambium vaskular ). Kambium pembulu merupakan bagian yang memisahkan kulit kayu
dengan kayu ( xylem ). Jika letak floem dan xylem berdampingan, ikatan pembulu yang
terbentuk di namakan ikatan koteral. Tpe ikatan kolateral terbagi menjadi 2, yakni
koleteral terbuka dan koleteral tertutup. Pada ikatan koloteral terbuka, terdapat kambium
diantara berkas pembulu. Adapun pada ikatan koleteral tertutup, tidak terdapat kambium
diantara berkas pembulu. ( Oman Karma, 2006)
Batang dikotil memiliki struktur yang khas. Batang dikotil muda dan batang dikotil
tua memiliki struktur yang sedikit berbeda. Batang menunjukan adanya suatu lingkaran
kayu dengan pembulu angkut di sekitar empelurnya. Sementara itu, menunjukan dikotil
yang tua. Kayu tersusun atas trakea. Trakea merupakan saluran terbentuk oleh sel – sel
yang telah mati dan bagian – bagian ujungnya mati menyambung. Saluran tersebut
berfungsi menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun. Pada kayu, terdapat juga
trakeid yang bentuk selnya memanjang, ujung – ujungnya runcing dan ukurannya lebih
kecil dari pada trakea. Trakeid berfungsi menyokong atau memperkuat batang
pembelahan sel kambium vaskular kearah dalam membentuk kayu dan pembelahan sel ke
arah luar membentuk kulit kayu. Aktivitas pembentukan kayu lebih aktivitas tersebut
mengakibatkan bagian kayu lebih besar dari pada kulit kayu. Hal ini yang menyebabkan
pada kulit kayu sering terjadi pengelupasan. ( Moekti Ariebowo, 2003 )
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pelaksanaan
Minggu 1
1. Menanam jagung dengan jarak tanam antar jagung 80 cm x 40 cm dan kacang tanah
denga jarak tanam antara kacang tanah dengan jagung 40 cm x 40 cm.
2. Membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal sesuai dengan jarak
tanam,dengan kedalaman 3-5 cm dari permukaan tanah.
3. Menanam benih pada lubang tanam dengan 1 lubang tanam ditanami 2 benih
tanaman,disertai dengan pemberian furadan sekitar 5 butir atau secumut ujung jari
guna menghindari tanaman dari serangan hama penyakit atau serangga tanah yang
dapat menyebabkan benih tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
4. Menutup lubang tanam secara tipis agar pada fase perkecambahan benih muda
tumbuh ke atas.
5. Menyiram benih yang telah ditanam dengan air guna terjadinya kontak antara benih
dengan air untuk merangsang perkecambahan benih lebih cepat.
Minggu 2
6. Mengitung daya berkecambah benih. Dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
DB = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
7. Melakukan penyulaman pada benih yang tidak tumbuh.
8. Memberikan pupuk anorganik (Urea 46%, SP36 36%, dan KCl 60%) secara merata
pada samping masing-masing alur kira-kira berjarak 5-7 cm dari baris alur tanaman
9. Menutup pupuk yang telah diberikan tadi dengan tanah.
10. Melakukan penyiraman.
Minggu 3
11. Membersihkan lahan dari gulma,dan tanaman liar lainnya.
12. Mengitung daya berkecambah benih dengan rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ
DB = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
13. Menandai 10 tanaman contoh secara acak dengan menggunakan ajir,lalu diberi
penomoran. Tidak diperkenankan memilih tanaman contoh pada bagian pinggir
lahan/bedengan,sebab bagian tersebut mendapatakan cahaya matahari yang berlebihan
dari tanaman-tanaman lainnya.
14. Mengukur tinggi tanaman jagung dengan menghitung tinggi daun tertingginpad
atanaman jagung dan tinggi tanaman kacang tanah menggunakan meteran.
15. Menghitung jumlah daun pada tanaman jagung dan kacang tanah. Dimana jumlah
daun pada kacang tanah dihitung 1 daun dengan syarat memiliki 4 anak daun atau
disebut juga dengan tetrafoliate.
16. Menghitung jumlah cabang pada tanaman kacang tanah.
17. Mengukur diameter batang jagung menggunakan jangka sorong.
Minggu 4
18. Membersihkan lahan dari gulam,dan tanaman liar lainnya.
19. Membuat aliran pupuk dengan jarak 7 cm dari jarak tanaman jagung
20. Mencampurkan pupuk (Urea, SP36, dan KCl) dengan dosis ½ dari dosis awal yang
diberikan sebelumnya.
21. Menaburkan ke 3 pupuk yang telah tercampur ke dalam aliran tanah yang telah
dibuat.
22. Menutup kembali aliran yang telah diberi pupuk dengan tanah
23. Mengamati 10 tanaman sampel.
24. Mengukur tinggi tanaman jagung dengan menghitung tinggi daun tertingginpad
atanaman jagung dan tinggi tanaman kacang tanah menggunakan meteran.
25. Menghitung jumlah daun pada tanaman jagung dan kacang tanah. Dimana jumlah
daun pada kacang tanah dihitung 1 daun dengan syarat memiliki 4 anak daun atau
disebut juga dengan tetrafoliate.
26. Menghitung jumlah cabang pada tanaman kacang tanah.
27. Mengukur diameter batang jagung menggunakan jangka sorong
Minggu 5
28. Membersihkan lahan dari gulam,dan tanaman liar lainnya.
29. Menghitung persentasi kemunculan bunga pada tanaman kacang tanah. Dengan rumus
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎
: %kemunculan bunga = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚
Minggu 8
38. Membersihkan lahan dari gulam,dan tanaman liar lainnya.
39. Mengambil 1 tanaman jagung beserta batang dan daun yang masih utuh dan melekat
pada batangnya.
40. Menghitung indeks luas daun (ILD)
41. Menyiapkan kerats koran bekas.
42. Mengukur luas 1 kertas koran bekas.
43. Menimbang berat 1 kertas koran bekas.
44. Menggambar semua jumlah daun jagung pada kertas koran bekas dengan cara
dijiplak.
45. Menggunting semua hasil gambaran daun pada kertas koran bekas sesuai dengan
jumlag daun yang telah di gambarkan.
46. Menimbang semua daun kertas yang telah digunting.
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑟𝑎𝑛
47. Menghitung ILD =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
Minggu 9
48. Membersihkan lahan dari gulam,dan tanaman liar lainnya.
49. Membubuni akar jagung guna untuk memperkokoh tanaman jagung apabila diterjang
angin keras, agar akar jagung tidak keluar dari dalam tanah, dan juga untuk
memperbaiki drainase serta mempermudah pengairan pada lahan jagung ketika turun
hujan deras
Minggu 10
50. Mengambil jagung siap panen dari 10 tanaman sampel beserta brangkasannya.
51. Mengambil kacang tanah siap panen dari 10 tanaman sampel
52. Memisahkan 10 tanaman sampel berdasarkan urutannya untuk mempermudah
perhitungan data.
53. Memanen seluruh tanaman jagung dan kacang yang ditumpang sarikan karena telah
masuk dalam kriteria layak panen.
54. Menimbang seluruh jagung yang telah dipanen.
55. Menimbang berat brangkasan jagung,berat jagung beserta kelobot, berat jagung tanpa
kelobot,panjang tongkol jagung,lingkar/keliling jagung,panjang tongkol jagung berisi
terhadap 10 sampel tanaman jagung.
56. Menimbang berat 10 tanaman sampel kacang tanah berserta brangkasannya.
57. Memisahkan kacang tanah dengan brangkasannya.
58. Memisahkan kacang tanah dengan cipo
59. Menimbang berat brangkasan 10 tanaman sampel kacang tanah.
60. Menimbang berat 10 sampel kacang tanah beserta polong.
61. Menimbang berat cipo pada tiap sampel kacang tanah.
62. Menimbang berat kacang tanah non sampel
63. Menimbang berat brangkasan kacang tanah non sampel.
64. Menghitung rasio dan indeks panen pada 10 tanaman sampel.
3.2 Pengamatan
Minggu ke 3
Minggu ke 4
Jagung
Diameter(cm) Kacang Tanah
Jumlah
Jumlah
No Tinggi (cm) Daun Tinggi Jumlah
Batang Batang No Daun
(Helai) (cm) Cabang
1 2 (Helai)
1 62,9 7 1,105 - 1 15 15 15
2 62,25 14 0,96 1,82 2 8 7 7
3 51,55 12 1,015 0,57 3 7 10 10
4 78,5 15 1,015 1,14 4 7 9 9
5 51 12 1,04 0,48 5 6 8 8
6 55,7 13 0,96 0,76 6 5 9 9
7 63,9 15 1,025 0,875 7 7 7 7
8 55,5 7 0,855 1,135 8 6 9 9
9 42,5 13 0,9175 0,46 9 5 10 10
10 72 15 0,88 1,21 10 6 13 13
Rata- Rata-
59,58 12,3 0,98 0,94 7,2 9,7 9,7
rat rata
Minggu ke 6
Jagung
Diameter (cm) Kacang Tanah
Jumlah
Jumlah
No Tinggi (cm) Daun Tinggi Jumlah
Batang Batang No Daun
(Helai) (cm) Cabang
1 2 (Helai)
1 190 12 2,6 3,13 1 40 16 16
2 180 12 1,24 3,31 2 40 18 18
3 193 12 2,42 1,01 3 44 20 20
4 190 12 3,17 3,41 4 31 14 14
5 194 11 2,11 3,21 5 41 18 18
6 192 12 2,14 3,12 6 22 16 16
7 193 12 2,02 2,93 7 31 14 14
8 198 12 2,24 2,94 8 30 14 14
9 178 12 2,18 2,72 9 30 18 18
10 196 13 2,11 3,67 10 40 16 16
Rata- Rata-
190,4 12 2,22 2,95 34,9 16,4 16,4
rata rata
Minggu ke 7
1. Microsoft Excel
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 (𝑇𝑆) 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 (𝑇𝑆)
2. NKL (Sampel) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 (𝑀)
+ 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 (𝑀)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
3. Rasio hasil/Brangkasan = = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡𝑏𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
4. Indeks panen (sampel) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡𝑏𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛+𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 (𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑏𝑜𝑡
5. Rendemen Jagung ( sampel) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑥 100%
BAB IV
4.1 HASIL
Panjang (cm)
Kelompok
buah biji yang terisi
1 23.33 12.7
2 27.62 15.54
3 28.9 18,4
4 22 17.8
5 29.93 17.6
6 28,7 17,3
7 30,72 16,5
8
9 30.7 18.7
bobot
Kelompok
brangkasan
1 0.30
2 274
3 995
4 1145
5 6.6
6 0,8
7 0,87
8
9 0.73
Minggu (MST)
kelompok Tinggi Tanaman (Jagung,Kacang) (cm)
5 6 7 8
2 54 70.9 207 228 jagung
5.9 13.3 56.6 55.1 kacang
3 30,97 65,35 208,3 260 jagung
3.13 7.39 31.5 34.3 kacang
4 212,4 215,1 221,3 - jagung
kacang
5 8 65.55 128.9 208.6 jagung
2.8 5.5 47.9 42.2 kacang
7 14,1 59,58 190,4 230,4 jagung
5,6 7,2 34,9 42 kacang
9 5 47,5 124 218,9 jagung
2,7 3,5 36,6 41,8 kacang
Minggu (MST)
kelompok
5 6 7 8 Komoditi
2 4 7.4 10.7 22.3 jagung
5.5 9 28.1 30.8 kacang
3 4.735 5.9 11.1 11.6 jagung
21.35 8.83 16 18 kacang
5 11 15 18.8 21.1 jagung
37,5 23.7 44.1 58.5 kacang
7 9,2 12,3 12 12 jagung
6,4 9,7 16,4 16 kacang
9 4 6 14 18 jagung
4 7 22 33 kacang
Kelompok bobot kacang (kg)
Kacang+Polong Kacang+Cipo Kacang+Batang
1 - - -
2 TS 0,0337 0,029 -
3 TS 0,004 0,001 0,0062
4
5 TS 0.02 - 0.08
6
7 TS 0,0071 0,009 0,0436
8M 0,0936 0,081 0,176
9 TS 0,02 0,08 0,07
Data Kelas
Bobot (kg)
Kelompok Jagung Jagung Kacang Kacang
(TS) (M) (TS) (M)
1 0,18
2 0,37 0,05
3 0,57 0,06
4 0,35
5 0,54 0,02
6 0,4
7 0,57 0,07
8 0,7
9 0,32 0,02
Rata-rata 0,47 0,31 0,044 0,7
Jagung
No Berat (gr)
1 3
2 2
3 2
4 2
5 2
6 2
7 2
8 2
9 2
10 2
11 1
Total 22
Kacang 8 koran
Total
total 23 gram 1 koran 17 gram
22 𝑔𝑟 𝑥 3648 𝑐𝑚2
ILD Jagung = 17 𝑔𝑟
= 4720,9 𝑐𝑚2
2 𝑔𝑟 𝑥 3648 𝑐𝑚2
ILD Kacang Tanah = 17 𝑔𝑟
= 429,17 𝑐𝑚2
4.2 PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Famili harus sama agar pola pertumbuhan dan bahan makanan yang diperlukan sama
dan tidak saling menghambat pertumbuhan.
Bagian tanaman yang dipanen setidaknya harus sama agar hama yang akan menyerang
tidak focus pada satu jenis tanaman saja
Syarat tumbuh tanaman harus diperhatikan agar tidak saling berebut kebutuhan nutrisi.
Sistem perakaran harus berbeda, jika sistem perakaran sama maka tanaman tersebut akan
memperebutkan unsure hara yang terkandung dalam tanah yang dapat mengakibatkan penghambatan
tubuh tanaman