Anda di halaman 1dari 13

BAB III

NASOLARINGOSKOPI

Fleksibel fiber-optik nasolaringoskopi adalah tehnik yang digunakan untuk


pemeriksaan menyeluruh hipofaring dan laring. Fiber-optik endoskop dimasukkan
melalui rongga hidung dan nasofaring, sehingga area ini juga mudah untuk diperiksa.
Pemeriksaan secara langsung pada area yang akan diperiksa dapat memberikan
pemeriksaan yang lebih menyeluruh dibandingkan dengan tehnik tidak langsung
menggunakan cermin laring. 1

Pemahaman tentang anatomi dari rongga hidung, nasofaring, hipofaring, dan


laring diperlukan untuk mengetahui kegunaan dari fleksibel fiber-optik
nasolaringoskopi ini. Struktur anatomi dapat diidentifikasi dan digunakan sebagai
penanda untuk orientasi saat endoskopi melewati rongga hidung.

Fleksibel fiber-optik nasolaringoskopi tidak hanya berguna untuk


mengidentifikasi keadaan patologis seperti massa, tetapi ini juga merupakan
pemeriksaan yang dinamis, karena pergerakan palatum mole dan pita suara dapat
dinilai. Fungsi lain yang berguna dari fleksibel fiber-optik nasolaringoskopi adalah
merekam pemeriksaan dapat dilakukan saat terpasang ke kamera. Dokumentasi ini
sangat berguna, dapat dijadikan sebagai perbandingan pemeriksaan sebelumnya. 1

3.1 Prinsip

Pemeriksaan ni dilakukan oleh spesialis THT atau otolaringologi dengan


memasukkan alat serat optik tipis, fleksibel, biasanya disebut nasofaringoskop ke
dalam hidung melalui lubang hidung. 8

Endoskopi yang digunakan untuk prosedur ini adalah tabung tipis yang
dilengkapi dengan lensa mata, lensa kamera, dan sumber cahaya untuk memastikan
bidang penglihatan yang jelas saat instrumen dilewatkan melalui lubang hidung ke
daerah yang lebih dalam pada nasofaring.

Prosedur ini memakan waktu beberapa menit dan biasanya dilakukan sebagai
prosedur rawat jalan. Anestesi lokal kadang-kadang digunakan untuk meminimalkan

27
ketidaknyamanan, sementara pasien anak-anak diberikan obat penenang sebelum
prosedur. 8

3.2 Tujuan

Nasolaringoskopi adalah prosedur diagnostik medis dan dilakukan untuk


mendeteksi dan mendiagnosis struktur atau kelainan pada area rongga hidung,
nasofaring, dan laring. 8

3.3 Indikasi

- odinofagia

- disfagia

- hemoptisis

- disfonia

- dispnea

- stridor

- epistaksis

- obstruksi jalan nafas kronik

- benda asing

- otitis media serosa unilateral

- skrining kanker pada individu yang berisikio tinggi

- massa pada kepala atau leher

- halitosis kronik

- rhinnorhea kronik8

28
3.4 Kontraindikasi

- pasien tidak kooperatif

- suspek epiglottitis/supragottitis

- perdarahan aktif pada traktus respiratorius bawah, atau epistaksis tidak


terkontrol8

3.5 Alat

- monocular eye piece

- hand piece with controls to fle the tip of the scope

- fiber-optic bundle (diameters 3-4mm)

- light source

- endoskop fleksibel

- monitor9

29
3.5 Prosedur

1. pasien ditempatkan pada posisi duduk dengan dagu sedikit terangkat ke


depan dalam sniffing position (gambar A)

2. jika pasien duduk di atas meja listrik atau kursi yang dapat disesuaikan,
ketinggian kepala pasien dapat disesuaikan ke tingkat yang tepat di bawah
atau pada ketinggian yang sama dengan kepala pemeriksa (gambar B)

30
3. diberikan semprotan dekongestan ( 2 semprotan 0.05% oxymetazoline
hydrochloride) dan semprotan anestesi topikal ( 2 sampai 10 semprotan
lidocaine 4%).

4. lumasi bagian distal scope 4-5cm dengan lidocaine jelly 2% menggunakan


kasa 4 x 4 cm.

Jangan mengaplikasikan jelly pada scope tip, karena akan digunakan


untuk mengidentifikasi.

31
5. gunakan jari 3,4,5 tangan kanan pada pipi kiri pasien dan jari 1,2
memegang scope untuk dimasukkan ke dalam rongga hidung.

6. ujung fleksibel dari scope kemudian dimasukkan ke ruang depan hidung,


tangan yang dominan bergerak maju dan memandu bundel fiber-optik

32
sambil menggunakan hidung eksternal pasien untuk stabilisasi. seseorang
harus menghindari secara berlebihan memajukan atau menarik scope.
dasar hidung, septum nasal anterior, dan dilanjutkan anterior sampai
turbinat inferior harus diidentifikasi sebelum melanjutkan scope lebih ke
dalam lagi. Pada gambar terlihat septum nasi anterior, dasar hidung, dan
anterior sampai inferior turbinasi.

7. kemudian scope dimasukkan sepanjang dasar hidung sampai ke


nasofaring. Sisi hidung sampai palatum mole, uvula, tuba eustachius
ipsilateral dan dinding posterior nasofaring harus diidentifikasi.
Pergerakan dari palatum mole dapat dilihat dengan meminta pasien untuk
mengatakan “K-K-K-K-K”.

8. prosedur selesai dengan menarik scope sambil melihat melalui eye piece
sampai ujung scope keluar dari hidung. 1

33
3.6 Hasil Nasolaringoskopi

gambar 3.7.1

Gambar 3.7.1 cavum nasi

34
Gambar 3.7.2 nasofaring

Gambar 3.7.3

35
Gambar 3.7.4

36
Gambar 3.7.5

Gambar 3.7.6

37
Gambar 3.7.7

Gambar 3.7.8

38
3.7 Komplikasi

- abrasi mukosa

- perdarahan

- laringospasme9

39

Anda mungkin juga menyukai