Dosen Pembimbing :
1. Ariyaningsih, S.T, M.T, M.Sc
2. Dwiana Novianti Tufail, S.T, M.T
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I...................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................... 2
2.1 Ekosistem Lamun Secara Umum.............................................................................2
2.2.1 Suhu................................................................................................................. 3
2.2.2 Kekeruhan.........................................................................................................3
2.2.3 Salinitas............................................................................................................4
2.2.4 Kedalaman........................................................................................................4
2.2.5 Kecepatan Arus.................................................................................................5
2.2.6 Jenis Substrat...................................................................................................5
2.2.7 Derajat Keasaman (pH)....................................................................................5
2.2.8 Posfat dan Nitrat...............................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................... 7
3.1 Gambaran Umum Kota Bontang..............................................................................7
3.1.1 Kondisi Fisik Wilayah.............................................................................................7
3.1.2 Kependudukan.......................................................................................................7
3.1.3 Pola Ruang............................................................................................................ 8
3.2 Gambaran Umum Padang Lamun Pantai Beras Basah Bontang..................................9
3.2.1 Kondisi Geomorfologi........................................................................................9
3.2.2 Kondisi Kualitas Perairan................................................................................10
3.2.3 Jenis Lamun....................................................................................................10
BAB IV.................................................................................................................................. 16
4.1 Potensi dan Permasalahan.........................................................................................16
4.2.1 Potensi................................................................................................................. 16
4.1.2 Permasalahan......................................................................................................17
4.2 Rekomendasi.............................................................................................................. 18
BAB V................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. xxi
1 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan maslaah di atas, adapun tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan padang lamun pesisir Kota Bontang.
2. Memgetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan padang lamun pesisir Kota
Bontang.
3. Mengidentifikasi faktor pembentuk dan kerentanan padang lamun pesisir Kota
Bontang.
1 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
habitat dan naungan berbagai biota lebih besar daripada sebagai produsen primer.
Beberapa jenis lamun merupakan makanan utama herbivore yang hidup di laut. Peyu dan
Dugong adalah herbivore pemakan utama dari lamun dan rumput laut (Soegiarto dan
polunin,1981).
2.2.2 Kekeruhan
Kekeruhan dan sedimentasi telah diidentifikasi oleh banyak penulis sebagai faktor
penting yang terkait dengan hilangnya padang lamun (Duarte, 1990). Sementara shepherd
et al., (1989) mengidentifikasi penyebab utama hilangnya padang lamun sebagai kurangnya
cahaya sampai ke permukaan fotosintesis tanaman, pelemahan ini dapat terjadi dalam
berbagai cara, sebagai contoh, peningkatan kekeruhan air-kolom membatasi ketersediaan
cahaya sebelum mencapai tanaman (Bulthis et al., 1987). Sebaliknya sedimentasi melapisi
daun dengan lumpur, mengurangi cahaya dipermukaan daun atau mengubur lamun dalam
kasus yang lebih ekstrim (Clarke 1987). Kecerahan perairan berhubungan langsung dengan
3 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
intensitas cahaya dan kekeruhan perairan. Cahaya merupakan faktor utama yang
menentukan pertumbuhan, produksi primer, biomassa dan penyebaran lamun pada perairan
subtropis. Posfat yang diserap oleh daun lamun dipengaruhi oleh cahaya sedangkan melalui
akar tidak dipengaruhi oleh cahaya (Brix dan Lingby, 1985).
2.2.3 Salinitas
Nilai salinitas bagi sebagian lamun bukan faktor pembatas, dan bahkan Halodule
mampu bertahan pada tingkat salinitas diatas 72‰. Sementara laju fotosintesa bersih
maksimal lamun terjadi pada tingkat salinitas 31‰ (Philips dan Menez, 1988 dalam
Merryanto, 200). Halodule pada daerah tropic dapat tumbuh pada salinitas 35-60‰,
sehingga jenis ini lebih tinggi resistennya pada salinitas yang tinggi dibandingkan dengan
jenis-jenis lamun lainnya (Merryanto, 2000). Menurut Ngangi (2003), Kisaran salinitas
optimal bagi spesies lamun adalah 10-40‰ optimal 35‰.
Pertumbuhan lamun yang optimal membutuhkan salinitas lebih kurang 35 ppt (Zieman
dalam Berwick, 1983), dan penurunan salinitas menyebabkan laju fotosintesa dan
pertumbuhan menurun (Ha,er dan Berwick, 1983).
2.2.4 Kedalaman
Distribusi kedalaman lamun tergantung dari hubungan beberapa faktor, yaitu
gelombang, arus, substrat, turbiditas, dan penetrasi cahaya. Pada daerah subtropis Zostera
tumbuh mulai surut terendah sampai ke dalaman kira-kira 10m (Phillips, 1974 dalam suku
Dinas perikanan dan Kelautan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi
DKI Jakarta, 2006). Pada daerah tropik Halodule tumbuh mulai dari daerah pasang surut
sampai kedalaman 14 m, sedangkan Thalassia dan Syringodium tumbuh dari surut terendah
sampai kedalaman 10-20 m. Thalasia dapat tumbuh sampai kedalaman 35 m pada perairan
yang terang dan bersih (Philips, 1960 dalam Suku Dinas Perikanan dan Kelautan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, 2006), sedangkan
pada perairan yang keruh lamun hanya dapat tumbuh dibawah 1 m (Thayer et al., 1975
dalam Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Serib
Provinsi DKI Jakarta, 2006).
Padang lamun dapat ditemukan pada zona intertidal sampai ke dalaman lebih dari 40
m (Erftemeijer, 1994), bahkan untuk kelompok halophilid dapat dijumpai pada kedalaman
90m (Den Hartog, 1970 dalam Hutomo, 1985). Penyebaran lamun terhadap kedalaman air
berbeda untuk tiap spesies. Kisaran kedalaman yang cocok bagi pertumbuhan lamun di P.
Lolot Papua New Guinea bervariasi antar spesie satu dengan spesies lamun yang
ditemukan diperairan lain, namun banyak memperlihatkan tumpang tindih (Mukai et al.,
1987).
4 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Kedalaman perairan dapat membatasi penyebaran suatu spesies lamun dan dapat
menentukan strategi pertumbuhannya. Spesies lamun yang bersifat pioneer seperti
cymodocea spp., halodule spp., syringodium spp. Cenderung tumbuh dibagian perairan
dangkal, sebaliknya spesies yang klimaks seperti Posidonia spp cenderung tumbuh pada
bagian perairan yang dalam karena hal ini berkaitan dengan rhizome dan kebutuhan
respirasi mereka (Duaret, 1990). Spesies yang mempunyai rhizoma kecil seperti Halophila
spp tunbuh pada perairan yang paling dalam karena mempunyai kebutuhan respirasi yang
lebih kecil dari spesies lamun yang memiliki rhizoma besar seperti Posidonia spp.
Kedalaman air juga akan menentukan kepadatan lamun, di Papua New Guinea
kepadatan lamun yang paling tinggi banyak ditemukan pada tempat-tempat yang dangkal
(50cm), sebaliknya pada tempat yang dalam (90-150 cm) kepadatan lamun semakin
menurun (Mukai et al., 1987).
5 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
secara wajar diperlukan perairan dengan pH yang berkisar antara 5-9. Jadi, kisaran nilai pH
peraian ini masih dalam batas toleransi yang memungkinkan ikan dan biota air lain hidup
dan berkembang (Merryanto, 2000).
6 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB III
GAMBARAN UMUM
7 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
168,000 166,868
166,000
163,651 163,326
164,000
Jumlah Penduduk (jiwa)
162,000
159,614
160,000
158,000
156,000 154,604
Kota Bontang
154,000
152,000
150,000
148,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk
Kota Bontang cenderung mengalami peningkatan. Dimana dari 5 (lima) tahun terakhir
tersebut, adapun perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Bontang
adalah sebagai berikut.
180000
160000
Jumlah Penduduk (jiwa)
140000 79571
74162 75974 77804
120000 72366
100000
80000 Perempuan
60000 Laki-Laki
79723 81718 83640 85522 87297
40000
20000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Bontang
didominasi oleh laki-laki. Dimana perbedaan antara jumlah penduduk perempuan dengan
penduduk laki-laki tidak terlalu signifikan.
3.1.3 Pola Ruang
Adapun pola ruang kota Bontang dapat dilihat pada gambar 3.5. berdasarkan gambar
tersebut dapat diketahui bahwa dari luas total daratan sebesar 159,03 km2, seluas 29,71 %
digunakan sebagai kawasan perindustrian PT Badak NGL.Co. lalu seluas 3,15% digunakan
sebagai kawasan perindustrian PT Pupuk Kaltim. Kemudian areal terbangun lainnya
8 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
memiliki total luas sebesar 4,04%. Lalu, 10,60% merupakan luas perairan permukaan.
Kemudian, 70,21% merupakan kawasan hutan lindung dan luas peruntukan kawasan
pertanian sebesar 11,96%. Secara keseluruhan, luas Kota Bontang mencapai 49.752,56 Ha,
dimana sebagian besar merupakan wilayah perairan, sementara luas wilayah daratan
sekitar 29% atau 14.870 Ha. Selain itu berdasarkan gambar 3.4 dapat dilihat juga
penggunaan lahan di sekitar pesisir Pulau Beras Basah Kota Bontang terdapat kawasan
padang lamun tersebut diperuntukan sebagai kawasan konservasi laut.
3.2 Gambaran Umum Padang Lamun Pantai Beras Basah Bontang
Kota Bontang merupakan salah satu kota yang terletak di daerah pesisir timur pulau
Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Dimana di sekitar kawasan
pesisir Kota Bontang tersebut terhampar berbagai macam ekosistem pesisir yang mana
salah satunya merupakan ekosistem padang lamun. Padang lamun yang tumbuh terhampar
di sepanjang pesisir Pantai Beras Basah Kota Bontang dan berasosiasi dengan terumbu
karang, menjadikan wilayah ini sebagai tempat tujuan berbagai jenis biota laut, seperti ikan
krustasea, moluska, dan cacing untuk melangsungkan siklus hidupnya, sehingga tidak heran
kawasan pesisir Kota Bontang merupakan kawasan potensial untuk menjalankan kegiatan
perikanan, seperti tambak, memancing, dan sebagainya.
Lamun atau seagrass merupakan satu-satunya vegetasi yang hidup berkelompok dan
mampu hidup terendam di laut dangkal dengan kedalaman dan kejernihan air laut yang
masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Menurut Bada Pusat Statistika dalam bukunya
yang berjudul Bontang Dalam Angka (2014), adapun luasan tutupan lamun di kawasan
pesisir Kota Bontang yaitu sebesar 13.990,8 hektar dengan beberapa jenis lamun yang
tumbuh dan berkembang di dalam ekosistem padang lamun tersebut adalah sebagai
berikut.
3.2.1 Kondisi Geomorfologi
Menurut Budiarsa (2015), menjelaskan bahwa Pantai Beras Basah Kota Bontang
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh pantai lainnya. Dimana pantai ini
memiliki pasir yang halus dengan ukuran butiran pasir mencapai 0,2-5 mm. Komposisi
pantai tersebut terdiri dari butiran pasir, pecahan cangkang moluska dan pecahan karnag
(gravel) dalam jumlah kecil. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait kondisi geomorfologi
pantai Pulau Beras Basah adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Kondisi Geomorfologi Pantai Pulau Beras Basah
Lokasi Ukuran Butiran Pasir (mm) Lebar Pantai (m) Kemiringan Pantai (o)
P1 0,2-0,8 27 20
P2 0,2-3 17 23
P3 0,4-5 18 15
P4 0,2-2 20 20
Sumber : Budiarsa, 2015
9 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Pulau Beras Basah merupakan
sebuah pulau kecil dengan luasan 1,2 hektar dimana pulau ini di kelilingi hamparan padang
lamun dan terumbu karang sehingga membentuk pantai pasir yang cenderung sempit
berkisar antara 17-27 m dengan kemiringan sedang 15-23 O. Selain itu menurut Yulianda
(2007), mengemukakan bahwa tipe pantai pada umumnya terbagi menjadi pantai datar
(<100O), landai (100O – 250O), dan curam (>250O). Dikarenakan kemiringan Pantai Beras
Basah ini berkisar antara 15-23O sehingga pantai ini termasuk ke dalam Pantai yang datar.
3.2.2 Kondisi Kualitas Perairan
Menurut Budiarsa (2015), kondisi perairan mempengaruhi tingkat pertumbuhan lamun,
adapun kondisi kualitas perairan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 2 Kondisi Kualitas Perairan Pantai Pulau Beras Basah
Lokasi
No Parameter Satuan
1 2 3 4
1. pH 7,25 7,25 7,23 7,25
O
2. Suhu C 30,3 30,3 30,3 30,3
3. Salinitas ppt 35 35 35 35
4. Kecerahan % 100 100 100 100
5. Kedalaman m 4 3 0,5 5,27
6. Kecepatan Arus m/s 0,06 0,06 0,06 0,06
7. Oksigen Terlarut (DO) ppm 5,7 5,8 7,8 8
Sumber : Budiarsa, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pH air laut di pesisir Pulau Beras
Basah, Kota Bontang yaitu berkisar antara 7,23-7,25. Dengan Suhu rata-rata sebesar
30,3OC. Kemudian rataan salinitas perairan pantai Pulau Beras Basah yaitu sebesar 35 ppt.
Lalu tingkat kecerahan keseluruhan perairan pantai Pulau Beras Basah sebesar 100%
dengan kedalaman perairan dangkalnya berkisar antara 0,5-5,27 m. Adapun kecepatan arus
lautnya sebesar 0,06 m/s. Kemudian untuk oksigen terlarut, perairan pantai Pulau Beras
Basah memiliki oksigen terlarut berkisar antara 5,7-8 ppm. Adapun peta terkait kedalaman
perairan dan suhu sekitar Pulau Beras Basah dapat dilihat pada gambar 3.6 dan gambar
3.7.
3.2.3 Jenis Lamun
Menurut Harsono, dkk (2016), diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) jenis lamun yang
terdapat di perairan Pantai Beras Basah yaitu sebagai berikut.
10 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
35 33
31
30 29
26
25
20 21
20 18 Enhalus acoroides
16
Thalassia hempricii
15
Cymodoceaserrulata
10
6 7
5 4 3
0
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4
Gambar 3. 3 Kondisi Kualitas Perairan Pantai Pulau Beras Basah
Sumber : Harsono, dkk, 2016
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa di Pulau Beras Basah terdapat
3(tiga) jenis padang lamun, meliputi Enhalus acaroides, Thalassia hempricii, dan Cymodace
aserrulata. Dari ketiga jenis lamun tersebut, adapun yang paling dominan di empat lokasi di
sepanjang perairan Pulau Beras Basah adalah Thalassia hempricii.
11 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Gambar 3. 5 Peta Tata Guna Lahan di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : RTRW Kota Bontang 2012-2032
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
12
Gambar 3. 6 Peta Suhu di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : Google earth,2018 dan Budiarsa, 2015
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
13
Gambar 3. 7 Peta Kedalaman di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : Google earth,2018 dan Budiarsa, 2015
PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
14
Gambar 3. 4 Peta Administrasi Kota Bontang
Sumber: Survei Sekunder, 2018
15 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB IV
ANALISIS
16 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
4.1.2 Permasalahan
Karena keindahan alamnya, Pulau Beras Basah kini telah menjadi salah satu destinasi
wisata di Kalimantan Timur, khususnya Kota Bontang. Adapun jumlah kunjungan wisatawan
di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
1400000 1253327
1131906 1174626
1200000
Jumlah Wisatawan (orang)
1000000
808860
800000
200000
20142 23768 24410 25264
0
2008 2009 2010 2011
Tahun
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan
jumlah wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Dimana mayoritas para
wisatawan tersebut mengunjungi sejumlah objek wisata andalan di Kalimantan Timur, salah
satunya Pulau Beras Basah tersebut. Akan tetapi dari tingginya jumlah wisatawan yang
masuk dan berkunjung ke Pulau Beras Basah tersebut berdampak pada kelestarian
ekosistem pesisir di Pulau Beras Basah, salah satunya yaitu ekosistem padang lamun.
Menurut penuturan dari Walikota Bontang, Neni Moerniani (2016) dalam acara press
conferrence di Rujab Walikota, jalan Awang Long, Kecamatan Bontang Utara, Rabu, 22 Juni
2016 malam, menjelaskan bahwa dengan membuka Pulau Beras Basah sebagai objek
wisata justru menyebabkan kondisi kawasan itu menjadi tidak terawat. Hal itu dikarenakan
banyak pengunjung yang datang untuk
diving, berenang, ataupun sekedar bermain
air di Pulau Beras Basah tersebut. Akibat
dari kegitan tersebut, banyak dari mereka
yang menginjak atau terinjak lamun
sehingga menyebabkan ekosistem lamun
menjadi rusak. Selain itu, akibat dari
Gambar 4. 3 aktivitas wisata tersebut juga menyebabkan
Wisatawan Berwisata di Pulau Beras Basah air menjadi keruh sehinga mengganggu
Sumber : http://www.klikbontang.com/images/img_
blog/61Pulau-cantik-Beras-Basah.jpg cahaya matahari untuk masuk ke dalam
17 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
perairan. Akibatnya, padang lamun di kawasan Pulau Beras Basah tersebut tidak dapat
melakukan fotosintesis yang memicu penurunan produktivitas padang lamun.
Kemudian, Beliau juga menjelaskan bahwa dahulu luasan Pulau Beras Basah
mencapai 8 hektar. Akan tetapi kini luasan Pulau Beras Basah hanya tersisa 7 hektar. Hal itu
dikarenakan adanya proses abrasi pantai yang menyebabakan degradasi lingkungan. Abrasi
pantai terjadi dikarenakan volume air laut yang semakin lama semakin meningkat.
Peningkatan volume air tersebut tentu disebabkan karena adanya efek dari pemanasan
global. Pemanasan global terjadi dikarenakan adanya peningkatan emisi karbon di lapisan
ozon. Peningkatan emisi karbon tersebut dipicu oleh tingginya aktivitas penggunaan lahan,
khususnya di sekitar kawasan Pulau Beras Basah, Kota Bontang. Dimana berdasarkan
gambar 3.4 dan keterangan dari Walikota Bontang, Neni Moerniani (2016), menjelaskan
bahwa Pulau Beras Basah terletak di sekitar kawasan perindustrian PT. Badak NGL.Co dan
PT Pupuk Kaltim. Emisi yang dikeluarkan setiap hari oleh kedua industri besar tersebut serta
aktivitas lainnya, seperti aktivitas transportasi dan aktivitas rumah tangga, tentu berdampak
pada peningkatan suhu bumi, yang kemudian memicu terjadinya perubahan iklim yang
ekstrim. Akibat perubahan iklim yang ekstrim tersebut yang menyebabkan volume air laut
meningkat.
Selain itu, akibat dari perubahan iklim yang ekstrim tersebut menyebabkan kondisi
cuaca menjadi tidak menentu. Salah satunya yang sering terjadi di wilayah pesisir adalah
ketika hujan tiba maka angin akan bertiup sangat kencang yang menyebabkan sejumlah
tumbuhan dan infrastruktur lainnya menjadi rusak. Melalui penuturan dari Walikota Bontang,
Neni Moerniani (2016), menjelaskan bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan
pesisir, salah satunya Pulau Beras Basah
adalah dikarenakan bencana yang
ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Adapun
kondisi eksisting kawasan pesisir Pulau
Beras Basah setelah terdampak cuaca
ekstrim adalah sebagai berikut.
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan penjelasan permasalahan Gambar 4. 4
di atas, adapun rekomendasi yang dapat Kondisi Pesisir Akibat Cuaca Ekstrim
Sumber :https://www.bontangpost.id/2017/03/
diterapkan dalam mencegah terjadinya 06/7767/duh-pengunjung-kecewa-lihat-kondisi-
dampak serius adalah sebagai berikut. beras-basah/
1. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa lokasi Pulau Beras Basah ini berada di
sekitar kawasan perindustrian PT. Badak NGL.Co dan PT Pupuk Kaltim sehingga perlu
18 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
melibatkan peran serta pemeritah, swasta, maupun masyarakat dalam mengelola objek
wisata Pulau Beras Basah agar kelestarian alamnya tetap terjaga.
2. Pemerintah Kota Bontang perlu menerapkan suatu kebijakan khusus terkait kawasan
konservasi laut yang ada di Kota Bontang, khususnya daerah Pulau Beras Basah. Hal
itu dilakukan sebagai payung hukum lingkungan pesisir apabila suatu saat terjadi
kerusakan atau perusakan lingkungan. Dengan demikian pihak terkait dapat
dipertanggungjawabkan perbuatannya sesuai peraturan yang berlaku.
3. Dalam mengelola kawasan wisata Pulau Beras Basah perlu dilakukan pembatasan
terhadap wialayh konservasi laut. Hal itu dilakukan agar pengunjung yang didominasi
oleh masyarakat awam tidak mengganggu dan merusak ekosistem pesisir yang ada di
sekitar Pulau Beras Basah tersebut.
4. Kemudian, perlu dilakukan pengajian ulang terkait objek wisata Pulau Beras Basah
tersebut terhadap tata guna lahan yang ada di sekitar kawasan Pulau Beras Basah. Hal
itu dilakukan agar aktivitas pariwisata tidak terganggu atau menggangu peruntukan yang
ada di sekitarnya.
5. Terkait abrasi. pemerintah, swasta, maupun masyarakat harus saling berkoordinasi
dalam upaya menjaga dan melestarikan wilayah pesisir Kota Bontang, khususnya
kawasan Pulau Beras Basah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah abrasi
pantai adalah dengan menanam mangrove dan melestarikan lamun mengingat salah
satu fungsi dari lamun ialah sebagai barrier atau penahan arus gelombang sehingga
tidak terjadi abrasi secara berlebihan.
6. Terkait potensi lamun yang dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan
obat-obatan perlu adanya pengedukasian dari pihak pemerintah dan stakeholder terkait
agar potensi yang ada dapat diterapkan secara maksimal dan aman terutama bagi
pemanfataan lamun sebagai obat-obatan
7. Perlu dilakukan konservasi terhadap habitat lamun pada perairan Bontang untuk
menciptakan kembali habitat biota laut yang mulai terganggu.
19 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, adapun kesimpulan dari laporan ini adalah
sebagai berikut.
1. Pantai Beras Basah memiliki pasir yang halus dengan ukuran butiran pasir mencapai
0,2-5 mm. Komposisi pantai tersebut terdiri dari butiran pasir, pecahan cangkang
moluska dan pecahan karnag (gravel) dalam jumlah kecil, dengan PH berkisar
antara 7,23-7,25 dan suhu suhu rata-rata 30,3 OC dan dikategorikan sebagai pantai
landai dengan kemiringan 15-23O
2. Terdapat 3(tiga) jenis lamun di kawasan pantai Bontang, meliputi Enhalus acaroides,
Thalassia hempricii, dan Cymodace aserrulata yang berfungsi sebagai kawasan
budidaya ikan dan biota lainnya,penstabil dasar perairan,pelindung pantai dari arus
laut sehingga tidak mudah terjadi abrasi,serta penghasil oksigen bawah air.
3. Tingginya minat masyarakat akan pariwisata di pantai beras basah mengakibatkan
terancamnya ekosistem lamun dan juga biota laut lainnya karena terinjak dan
tercemar hal lainnya. Sehingga menyebabkan kerusakan laut seperti abrasi dan
berkurangnya kualitas hidup biota laut yang ada di kawasan pantai tersebut.
4. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan pengajian ulang terkait objek
wisata Pulau Beras Basah tersebut terhadap tata guna lahan yang ada di sekitar
kawasan Pulau Beras Basah serta perlu adanya kerja sama dari setiap stakeholder
terkait baik dari pihak masyarakat, pemerintah dan swasta.
20 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2013. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.
Badan Pusat Statistika. 2014. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.
Badan Pusat Statistika. 2015. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.
Badan Pusat Statistika. 2016. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.
Badan Pusat Statistika. 2017. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.
http://www.klikbontang.com/images/img_blog/61Pulau-cantik-Beras-Basah.jp
Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:05)
Kliksangatta.com. 2016. “Pemerintah Tutup Pulau Beras Basah Sebagai Lokasi Wisata”.
http://www.kliksangatta.com/berita-3828-pemerintah-tutup-pulau-beras-basah-
sebagai-lokasi-wisata.html. Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:15)