Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR

PADANG LAMUN PULAU BERAS BASAH


KOTA BONTANG, KALIMANTAN TIMUR

Mata Kuliah : Pengantar Lingkungan Pesisir

Dosen Pembimbing :
1. Ariyaningsih, S.T, M.T, M.Sc
2. Dwiana Novianti Tufail, S.T, M.T

Disusun Oleh :

Achmad Yani (08161001)


Ella Febby Erliana (08161025)
Fitri Winda Sari (08161075)
Risnayanti Arung (08161069)
Siti Dewi Barokatul Fadhilah (08161077)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I...................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................... 2
2.1 Ekosistem Lamun Secara Umum.............................................................................2
2.2.1 Suhu................................................................................................................. 3
2.2.2 Kekeruhan.........................................................................................................3
2.2.3 Salinitas............................................................................................................4
2.2.4 Kedalaman........................................................................................................4
2.2.5 Kecepatan Arus.................................................................................................5
2.2.6 Jenis Substrat...................................................................................................5
2.2.7 Derajat Keasaman (pH)....................................................................................5
2.2.8 Posfat dan Nitrat...............................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................... 7
3.1 Gambaran Umum Kota Bontang..............................................................................7
3.1.1 Kondisi Fisik Wilayah.............................................................................................7
3.1.2 Kependudukan.......................................................................................................7
3.1.3 Pola Ruang............................................................................................................ 8
3.2 Gambaran Umum Padang Lamun Pantai Beras Basah Bontang..................................9
3.2.1 Kondisi Geomorfologi........................................................................................9
3.2.2 Kondisi Kualitas Perairan................................................................................10
3.2.3 Jenis Lamun....................................................................................................10
BAB IV.................................................................................................................................. 16
4.1 Potensi dan Permasalahan.........................................................................................16
4.2.1 Potensi................................................................................................................. 16
4.1.2 Permasalahan......................................................................................................17
4.2 Rekomendasi.............................................................................................................. 18
BAB V................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. xxi

1 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah kepulauan yang mempunyai luas wilayah sebesar 5.193.250 km 2
(mencakup daratan dan lautan). Indonesia sendiri merupakan sebuah negara kepulauan,
wilayah Indonesia terdiri dari daratan dan lautan. Satu pertiga luas Indonesia adalah daratan
dan dua pertiga luas Indonesia adalah lautan. Luas negara Indonesia menjadi daya tarik
tersendiri untuk para wisatawan, tidak sedikit dari mereka yang berkeliling Indonesia untuk
menikmati keindahan alam serta keanekaragaman flora dan fauna. Sebagai negara
kepulauan Indonesia terkenal dengan ekosistem pesisirnya, salah satu yang di miliki
Indonesia adalah padang lamun (Setiawan, 2012).
Padang lamun adalah ekosistem perairan dangkal yang kompleks dan memiliki
produktivitas hayati yang tinggi baik secara ekologis maupun secara ekonomis (Raasheed
et al, 1994). Fungsi ekologis dari padang lamun adalah sebagai daerah satuan, daerah
pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis
biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan sebagainya (Phillips dan
Menez, 1988: Thomascik et al., 1997). Salah satu ekosistem padang lamun yang ada di
Kalimantan Timur berada di Pantai Beras Basah, Kota Bontang dengan luas tutupan lamun
sebesar 13.990,8 hektar (Bontang dalam angka, 2014). Diharapkan dengan adanya
ekosistem padang lamun di Pantai Beras Basah ini mampu mengurangi kadar CO2 pada
lingkungan pesisir sehingga mampu mencegah terjadi pemanasan global yang berimplikasi
pada perubahan iklim yang akhir ini sering terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada laporan ini adalah bagaimana mengidentifikasi karakteristik
ekosistem padang lamun yang terdapat di Pesisir Kota Bontang dan mengalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kerentanan yang ada pada padang lamun Pesisir Kota Bontang.

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan maslaah di atas, adapun tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan padang lamun pesisir Kota Bontang.
2. Memgetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan padang lamun pesisir Kota
Bontang.
3. Mengidentifikasi faktor pembentuk dan kerentanan padang lamun pesisir Kota
Bontang.

1 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Lamun Secara Umum


Lamun adalah tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal (sub litoral)
mempunyai daun yang panjang, tipis mirip pita dan mempunyai saluran-saluran air serta
bentuk pertumbuhannya yang monopolidal yang tumbuh dari rhizome (Nybakken,1997).
Sedangkan menurut Nontji (2002) lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam didalam laut, tumbuhan ini terdiri dari
rhizome, daun dan akar.
Lamun memiliki perbedaan nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut
lainnya, seperti makro alga atau rumput laut (seaweeds) (Ngangi,2003). Menurut
Romimoharo dan Juwana (2007), berbeda dengan tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput
laut) lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Lamun merupakan satu diantara
prosedur primer yang ada di perairan laut dangkal, karena lamun mampu memfiksasi
sejumlah karbon organikdan sebagian besar memasuki rantai makanan di laut, baik
dikonsumsi langsung oleh herbivore maupun di manfaatkan setelah melalui proses
dekomposisi (Nybakken,1997).
Di perairan Indonesia padang lamun adalah ekosistem yang umum terdapat tumbuh di
daerah pasang surut pulau-pulau utama dan pulau-pulau karang (NIENHUIS, et al 1989).
Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia Tenggara (Indoesia, Thailand, Malaysia,
Singapura dan Filipina), 12 jenis terdapat di perairan Indonesia.
Lamun (seagrasses) termasuk ke dalam subkelas Monocotyledoneae kelas
angiospermae, atau tanaman berbunga. Sebagai tumbuhan sebenarnya, secara structural
dan fungsional lamun sama dengan rumput yang membedakannya adalah ciri-ciri morfologi
daun, struktur bunga dan buah, akar dan reproduksi yang terendam air baik sebagian atau
seluruh siklus hidup mereka. Kebanyakan dari mereka melakukan penyerbukan dalam air
(Lanyon, 1986).
Lamun adalah tanaman air yang tidak mempunyai struktur perlindungan terhadap
kekeringan. Oleh karena struktur daunnya tipis lamun yang tumbuh di daerah pasang surut
dapat muncul di udara terbuka secara teratur sesuai kondisi tinggi rendahnya permukaan
air, daun lamun yang salung menutupi rebah diatas substrat yang basah, sehingga daun
mampu mempertahankan kelembaban yang mampu mencegahnya dari kekeringan
(Kiswara, 2004).
Lamun memiliki fungsi sebagai produsen primer di laut dangkal, habitat hidup biota,
perangkap sedimen dan pendaur zat hara (Azkab,1999). Selain itu, Padang Lamun
merupakan salah satu ekosistem lautan yang paling produktif, dimana perannya sebagai

2 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
habitat dan naungan berbagai biota lebih besar daripada sebagai produsen primer.
Beberapa jenis lamun merupakan makanan utama herbivore yang hidup di laut. Peyu dan
Dugong adalah herbivore pemakan utama dari lamun dan rumput laut (Soegiarto dan
polunin,1981).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Hidup Lamun


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lingkungan hidup Lamun yaitu
sebagai berikut.
2.2.1 Suhu
Suhu merupakan faktor pembatas yang sangat vital bagi biota air dan dapat
mempengaruhi proses biokimia, fisiologi dan tingkah laku ikan-ikan (Wooton, 1992 dalam
Merrayanti, 2000). Secara umum lamun menghendaki suhu perairan yang berkisar antara
20-36°C dengan suhu optimal bagi fotosintesis pada kisaran antara 28-30°C (Phillips dan
Menez, 1988 dalam Merryanto, 2000). Pada suhu 25-30°C dan keadaan cahaya jenuh,
maka hasil fotosintesa bersih meningkat dengan bertambahnya suhu dan menurun pada
suhu 35°C. Rasio antara fotosintesa dan respirasi lamun maksimum akan terjadi pada suhu
5°C dan menurun drastis bila suhu lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu tersebut (Marsh
et al., 1986).
Enhalus acoroides mampu mentolelir suhu tinggi, lamun ini masih hidup walau
terekspos pada saat surut terendah dengan suhu 39,6°C yang ditemukan di Ambon hal ini
diperkuat oleh penelitian Mc Millan (1984) di laboratorium, E. Acoroides yang terekspose
pada suhu 38°C selama 48 dan 72 jam tidak memperlihatkan kerusakan daun, dan sampai
120 jam hanya sedikit terjadi kerusakan daun. Fortes (1990) dalam kiswara (1994)
melaporkan bahwa biomassa lamun dipengaruhi oleh suhu. Biomassa lamun terendah
ditemukan pada suhu 19°C dan 36,8°C. peningkatan suhu 1°C dapat meningkatkan
produksi T. testudinum sebesar 0,091% dan syringodium filiformie sebesar 0,08% (Bulthuis,
1987).

2.2.2 Kekeruhan
Kekeruhan dan sedimentasi telah diidentifikasi oleh banyak penulis sebagai faktor
penting yang terkait dengan hilangnya padang lamun (Duarte, 1990). Sementara shepherd
et al., (1989) mengidentifikasi penyebab utama hilangnya padang lamun sebagai kurangnya
cahaya sampai ke permukaan fotosintesis tanaman, pelemahan ini dapat terjadi dalam
berbagai cara, sebagai contoh, peningkatan kekeruhan air-kolom membatasi ketersediaan
cahaya sebelum mencapai tanaman (Bulthis et al., 1987). Sebaliknya sedimentasi melapisi
daun dengan lumpur, mengurangi cahaya dipermukaan daun atau mengubur lamun dalam
kasus yang lebih ekstrim (Clarke 1987). Kecerahan perairan berhubungan langsung dengan

3 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
intensitas cahaya dan kekeruhan perairan. Cahaya merupakan faktor utama yang
menentukan pertumbuhan, produksi primer, biomassa dan penyebaran lamun pada perairan
subtropis. Posfat yang diserap oleh daun lamun dipengaruhi oleh cahaya sedangkan melalui
akar tidak dipengaruhi oleh cahaya (Brix dan Lingby, 1985).

2.2.3 Salinitas
Nilai salinitas bagi sebagian lamun bukan faktor pembatas, dan bahkan Halodule
mampu bertahan pada tingkat salinitas diatas 72‰. Sementara laju fotosintesa bersih
maksimal lamun terjadi pada tingkat salinitas 31‰ (Philips dan Menez, 1988 dalam
Merryanto, 200). Halodule pada daerah tropic dapat tumbuh pada salinitas 35-60‰,
sehingga jenis ini lebih tinggi resistennya pada salinitas yang tinggi dibandingkan dengan
jenis-jenis lamun lainnya (Merryanto, 2000). Menurut Ngangi (2003), Kisaran salinitas
optimal bagi spesies lamun adalah 10-40‰ optimal 35‰.
Pertumbuhan lamun yang optimal membutuhkan salinitas lebih kurang 35 ppt (Zieman
dalam Berwick, 1983), dan penurunan salinitas menyebabkan laju fotosintesa dan
pertumbuhan menurun (Ha,er dan Berwick, 1983).

2.2.4 Kedalaman
Distribusi kedalaman lamun tergantung dari hubungan beberapa faktor, yaitu
gelombang, arus, substrat, turbiditas, dan penetrasi cahaya. Pada daerah subtropis Zostera
tumbuh mulai surut terendah sampai ke dalaman kira-kira 10m (Phillips, 1974 dalam suku
Dinas perikanan dan Kelautan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi
DKI Jakarta, 2006). Pada daerah tropik Halodule tumbuh mulai dari daerah pasang surut
sampai kedalaman 14 m, sedangkan Thalassia dan Syringodium tumbuh dari surut terendah
sampai kedalaman 10-20 m. Thalasia dapat tumbuh sampai kedalaman 35 m pada perairan
yang terang dan bersih (Philips, 1960 dalam Suku Dinas Perikanan dan Kelautan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, 2006), sedangkan
pada perairan yang keruh lamun hanya dapat tumbuh dibawah 1 m (Thayer et al., 1975
dalam Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Serib
Provinsi DKI Jakarta, 2006).
Padang lamun dapat ditemukan pada zona intertidal sampai ke dalaman lebih dari 40
m (Erftemeijer, 1994), bahkan untuk kelompok halophilid dapat dijumpai pada kedalaman
90m (Den Hartog, 1970 dalam Hutomo, 1985). Penyebaran lamun terhadap kedalaman air
berbeda untuk tiap spesies. Kisaran kedalaman yang cocok bagi pertumbuhan lamun di P.
Lolot Papua New Guinea bervariasi antar spesie satu dengan spesies lamun yang
ditemukan diperairan lain, namun banyak memperlihatkan tumpang tindih (Mukai et al.,
1987).

4 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Kedalaman perairan dapat membatasi penyebaran suatu spesies lamun dan dapat
menentukan strategi pertumbuhannya. Spesies lamun yang bersifat pioneer seperti
cymodocea spp., halodule spp., syringodium spp. Cenderung tumbuh dibagian perairan
dangkal, sebaliknya spesies yang klimaks seperti Posidonia spp cenderung tumbuh pada
bagian perairan yang dalam karena hal ini berkaitan dengan rhizome dan kebutuhan
respirasi mereka (Duaret, 1990). Spesies yang mempunyai rhizoma kecil seperti Halophila
spp tunbuh pada perairan yang paling dalam karena mempunyai kebutuhan respirasi yang
lebih kecil dari spesies lamun yang memiliki rhizoma besar seperti Posidonia spp.
Kedalaman air juga akan menentukan kepadatan lamun, di Papua New Guinea
kepadatan lamun yang paling tinggi banyak ditemukan pada tempat-tempat yang dangkal
(50cm), sebaliknya pada tempat yang dalam (90-150 cm) kepadatan lamun semakin
menurun (Mukai et al., 1987).

2.2.5 Kecepatan Arus


Rendahnya kecepatan arus amat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
lamun ( Laevastu dan Hayes, 1981 dalam Merryanto, 2000). Kecepatan arus bagi spesies
lamun 0,5 m/detik (Ngangi, 2003).

2.2.6 Jenis Substrat


Padang lamun pada umumnya terdapat dibawah daerah pasang surut sampai ke
daerah dangkal dibawahnya. Komunitas lamun seperti itu tumbuh dengan baik pada
sedimen yang stabil, mendatar, terlindung dan terdiri dari pasir (bukan lumpur). Pada iklim
tropic, Cymodocea, Halodule, dan Syringodium ditemukan pada dasar lumpur, pasir dan
pecahan karang bersama-sama dengan Thalassia (Kennish, 1990 dalam Irawan, 2003).
Halophila ovalis dan halophila ovate ditemukan pada substrat lumpur-pasir sedangkan
Halophila spinulosa pada substrat pasir (Walker, 1989 dalam Irawan, 2003). Padang lamun
Sapa Segajah yang bersubstrat dasar lumpur berpasir dan pecah karang, ditemukan
vegetasi lamun yang terdiri dari Enhalus acorodies, Thalassia hemprichii dan Cymodocea
serrulata.

2.2.7 Derajat Keasaman (pH)


Rata-rata pH normal air laut adalah 7,8-8,2 dan bahkan di perairan tropis dapat
meningkat hingga 9,4 selama fotosintesis berlangsung (Philips dan Menez, 1988 dalam
Merryanto, 2000). Canter dan Hill (1981) dalam Merryanto (2000) menyebutkan bahwa
lingkungan perairan akan dianggap baik bila berada dalam toleransi ± 2 dari pH normal.
Sedangkan Swingle (1968) dalam Merryanto (2000), berpendapat bahwa batas toleransi pH
bagi ikan umumnya berkisar antara pH 4 dan pH 11, dan untuk mendukung kehidupan ikan

5 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
secara wajar diperlukan perairan dengan pH yang berkisar antara 5-9. Jadi, kisaran nilai pH
peraian ini masih dalam batas toleransi yang memungkinkan ikan dan biota air lain hidup
dan berkembang (Merryanto, 2000).

2.2.8 Posfat dan Nitrat


Lamun memperoleh nutrient (kecuali karbon) terutama dari air antar sedimen tetapi
juga dari kolom air (Maier dan Pregnall 1990). Respon fisiologis bervariasi diantara spesies
tergantung pada adaptasi terhadap konsidi lingkungan yang miskin ataupun kaya akan
unsur hara. Dalam perairan yang miskin hara, lamun dibatasi oleh nitrogen yang terbatas
dalam sedimen berpasir/ organic dan fosfor-terbatas dalam sedimen karbonat (Short 1987,
Short et al., 1990).
Lamun menyerap nitrogen terutama bergantung pada bentuk anorganik (yaitu
ammonium NH4 +) dan tingkat nitrat yang lebih rendah (NO3-) tapi setidknya beberapa
lamun dapat mengasimilasi bentuk organik seperti asam amino dan urea (Mc Millan, 1984).
Serapan nitrogen oleh akar dapat dibatasi oleh difusi dari air antar sedimen, yang
mengurangi kapasitas akar untuk memasok kebutuhan nutrient tanaman (Lee dan Dunton,
1999). Serapan dari kolom air bervariasi sesuai dengan kondisi lingkungan berkisar 30-90%
dari kebutuhan total nitrogen.
Lamun menyerap fosfor terutama melalui akar karena fosfor anorganik memiliki
kelarutan yang rendah dan mudah diabsorbsi oleh partikel (McRoy et.al., 1977). Seperti
dengan nitrogen, penyerapan fosfor tergantung pada difusi dari air antar sedimen (Lee dan
Dunton, 1999). Juga mirip dengan nitrogen, penyerapan oleh akar dan daun dapat berubah
sesuai dengan spesies dan kondisi lingkungan (Brix dan Lyngby 1985). Cahaya juga dapat
mempengaruhi serapan fosfor dalam lamun dengan beberapa spesies yang menunjukkan
serapan daun tertinggi selama priode fotosintesis sementara serapan akar tampaknya
sebagian besar tidak terpengaruh (McRoy et al 1977, Brix dan Lyngby, 1985).

6 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Kota Bontang


Menurut data dari Badan Pusat Statistika, dalam bukunya yang berjudul Bontang dalam
Angka Tahun 2017, menjelaskan bahwa Kota Bontang Kalimantan Timur merupakan salah
satu Kota di Provinsi dengan batas wilayah adalah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara : Kabupaten Kutai Timur
2. Sebelah Barat : Kabupaten Kutai Timur
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Kartanegara
4. Sebelah Timur : Selat Makasar
Adapun peta wilayah studi dapat dilihat pada gambar di bawah 3.8.
3.1.1 Kondisi Fisik Wilayah
Menurut Badan Pusat Statistika (2017), Kota Bontang terletak antara 117 o23’ Bujur
Timur – 117o38’ Bujur Timur serta diantara 0o01 Lintang Utara – 0o012’ Lintang Utara.
wilayah Kota Bontang didominasi oleh lautan yaitu dengan luas sebesar 338,54 km 2. Kota
Bontang memiliki wilayah daratan seluas 159,03 km 2 (29,70%) dari luas wilayah
keseluruhannya yaitu 497,57 km2. Kemudian kota Bontang merupakan wilayah yang berada
di dekat garis khatulistiwa sehingga kota ini beriklim tropis. Lalu, iklim tropis ternyata juga
dipengaruhi oleh angin Muson Barat yang berhembus dari bulan November-April,
sedangkan angin Muson Timur angin berhembus dari bulan Mei-Oktober. Selain itu suhu
udara rata-rata tertinggi sebesar 29,06OC yang terjadi pada bulan April, sedangkan suhu
udara rata-rata terendah mencapai 26,63OC yang terjadi pada bulan Oktiber. Lalu, rata-rata
kelembaban udara tertinggi yaitu sebesar 81,81% yang terjadi pada bulan Juni dan rata-rata
terendah sebesar 76,41% yang terjadi pada bulan Februari. Adapun rata-rata kecepatan
angin yaitu antara 115,57 km sampai dengan 241,76 km. Kemudian curah hujan rata-rata
selama tahun 2016 yaitu sebesar 162,62 mm3, dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak
12 hari hujan. Lalu, intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember mencapai
334,63 mm3.
3.1.2 Kependudukan
Menurut Badan Pusat Statistika (2017), adapun jumlah total penduduk pada tahun
selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu tahun 2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016 dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

7 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
168,000 166,868
166,000
163,651 163,326
164,000
Jumlah Penduduk (jiwa)
162,000
159,614
160,000
158,000
156,000 154,604
Kota Bontang
154,000
152,000
150,000
148,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Gambar 3. 1 Diagram Jumlah Penduduk Kota Bontang Selama 5 Tahun Terakhir


Sumber : Badan Pusat Statistika, 2013,2014,2015,2016, dan 2017

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk
Kota Bontang cenderung mengalami peningkatan. Dimana dari 5 (lima) tahun terakhir
tersebut, adapun perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Bontang
adalah sebagai berikut.

180000
160000
Jumlah Penduduk (jiwa)

140000 79571
74162 75974 77804
120000 72366
100000
80000 Perempuan
60000 Laki-Laki
79723 81718 83640 85522 87297
40000
20000
0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Gambar 3. 2 Diagram Jumlah Penduduk Kota Bontang Selama 5 Tahun Terakhir


Sumber : Badan Pusat Statistika, 2013,2014,2015,2016, dan 2017

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Bontang
didominasi oleh laki-laki. Dimana perbedaan antara jumlah penduduk perempuan dengan
penduduk laki-laki tidak terlalu signifikan.
3.1.3 Pola Ruang
Adapun pola ruang kota Bontang dapat dilihat pada gambar 3.5. berdasarkan gambar
tersebut dapat diketahui bahwa dari luas total daratan sebesar 159,03 km2, seluas 29,71 %
digunakan sebagai kawasan perindustrian PT Badak NGL.Co. lalu seluas 3,15% digunakan
sebagai kawasan perindustrian PT Pupuk Kaltim. Kemudian areal terbangun lainnya

8 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
memiliki total luas sebesar 4,04%. Lalu, 10,60% merupakan luas perairan permukaan.
Kemudian, 70,21% merupakan kawasan hutan lindung dan luas peruntukan kawasan
pertanian sebesar 11,96%. Secara keseluruhan, luas Kota Bontang mencapai 49.752,56 Ha,
dimana sebagian besar merupakan wilayah perairan, sementara luas wilayah daratan
sekitar 29% atau 14.870 Ha. Selain itu berdasarkan gambar 3.4 dapat dilihat juga
penggunaan lahan di sekitar pesisir Pulau Beras Basah Kota Bontang terdapat kawasan
padang lamun tersebut diperuntukan sebagai kawasan konservasi laut.
3.2 Gambaran Umum Padang Lamun Pantai Beras Basah Bontang
Kota Bontang merupakan salah satu kota yang terletak di daerah pesisir timur pulau
Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Dimana di sekitar kawasan
pesisir Kota Bontang tersebut terhampar berbagai macam ekosistem pesisir yang mana
salah satunya merupakan ekosistem padang lamun. Padang lamun yang tumbuh terhampar
di sepanjang pesisir Pantai Beras Basah Kota Bontang dan berasosiasi dengan terumbu
karang, menjadikan wilayah ini sebagai tempat tujuan berbagai jenis biota laut, seperti ikan
krustasea, moluska, dan cacing untuk melangsungkan siklus hidupnya, sehingga tidak heran
kawasan pesisir Kota Bontang merupakan kawasan potensial untuk menjalankan kegiatan
perikanan, seperti tambak, memancing, dan sebagainya.
Lamun atau seagrass merupakan satu-satunya vegetasi yang hidup berkelompok dan
mampu hidup terendam di laut dangkal dengan kedalaman dan kejernihan air laut yang
masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Menurut Bada Pusat Statistika dalam bukunya
yang berjudul Bontang Dalam Angka (2014), adapun luasan tutupan lamun di kawasan
pesisir Kota Bontang yaitu sebesar 13.990,8 hektar dengan beberapa jenis lamun yang
tumbuh dan berkembang di dalam ekosistem padang lamun tersebut adalah sebagai
berikut.
3.2.1 Kondisi Geomorfologi
Menurut Budiarsa (2015), menjelaskan bahwa Pantai Beras Basah Kota Bontang
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh pantai lainnya. Dimana pantai ini
memiliki pasir yang halus dengan ukuran butiran pasir mencapai 0,2-5 mm. Komposisi
pantai tersebut terdiri dari butiran pasir, pecahan cangkang moluska dan pecahan karnag
(gravel) dalam jumlah kecil. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait kondisi geomorfologi
pantai Pulau Beras Basah adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Kondisi Geomorfologi Pantai Pulau Beras Basah
Lokasi Ukuran Butiran Pasir (mm) Lebar Pantai (m) Kemiringan Pantai (o)
P1 0,2-0,8 27 20
P2 0,2-3 17 23
P3 0,4-5 18 15
P4 0,2-2 20 20
Sumber : Budiarsa, 2015

9 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Pulau Beras Basah merupakan
sebuah pulau kecil dengan luasan 1,2 hektar dimana pulau ini di kelilingi hamparan padang
lamun dan terumbu karang sehingga membentuk pantai pasir yang cenderung sempit
berkisar antara 17-27 m dengan kemiringan sedang 15-23 O. Selain itu menurut Yulianda
(2007), mengemukakan bahwa tipe pantai pada umumnya terbagi menjadi pantai datar
(<100O), landai (100O – 250O), dan curam (>250O). Dikarenakan kemiringan Pantai Beras
Basah ini berkisar antara 15-23O sehingga pantai ini termasuk ke dalam Pantai yang datar.
3.2.2 Kondisi Kualitas Perairan
Menurut Budiarsa (2015), kondisi perairan mempengaruhi tingkat pertumbuhan lamun,
adapun kondisi kualitas perairan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 2 Kondisi Kualitas Perairan Pantai Pulau Beras Basah
Lokasi
No Parameter Satuan
1 2 3 4
1. pH 7,25 7,25 7,23 7,25
O
2. Suhu C 30,3 30,3 30,3 30,3
3. Salinitas ppt 35 35 35 35
4. Kecerahan % 100 100 100 100
5. Kedalaman m 4 3 0,5 5,27
6. Kecepatan Arus m/s 0,06 0,06 0,06 0,06
7. Oksigen Terlarut (DO) ppm 5,7 5,8 7,8 8
Sumber : Budiarsa, 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pH air laut di pesisir Pulau Beras
Basah, Kota Bontang yaitu berkisar antara 7,23-7,25. Dengan Suhu rata-rata sebesar
30,3OC. Kemudian rataan salinitas perairan pantai Pulau Beras Basah yaitu sebesar 35 ppt.
Lalu tingkat kecerahan keseluruhan perairan pantai Pulau Beras Basah sebesar 100%
dengan kedalaman perairan dangkalnya berkisar antara 0,5-5,27 m. Adapun kecepatan arus
lautnya sebesar 0,06 m/s. Kemudian untuk oksigen terlarut, perairan pantai Pulau Beras
Basah memiliki oksigen terlarut berkisar antara 5,7-8 ppm. Adapun peta terkait kedalaman
perairan dan suhu sekitar Pulau Beras Basah dapat dilihat pada gambar 3.6 dan gambar
3.7.
3.2.3 Jenis Lamun
Menurut Harsono, dkk (2016), diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) jenis lamun yang
terdapat di perairan Pantai Beras Basah yaitu sebagai berikut.

10 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
35 33
31
30 29
26
25
20 21
20 18 Enhalus acoroides
16
Thalassia hempricii
15
Cymodoceaserrulata
10
6 7
5 4 3

0
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4
Gambar 3. 3 Kondisi Kualitas Perairan Pantai Pulau Beras Basah
Sumber : Harsono, dkk, 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa di Pulau Beras Basah terdapat
3(tiga) jenis padang lamun, meliputi Enhalus acaroides, Thalassia hempricii, dan Cymodace
aserrulata. Dari ketiga jenis lamun tersebut, adapun yang paling dominan di empat lokasi di
sepanjang perairan Pulau Beras Basah adalah Thalassia hempricii.

Gambar 3. 4 Ekosistem Lamun di Pulau Beras Basah


Sumber : http://www.kliksangatta.com/berita-3828-pemerintah-tutup-pulau-beras-basah-sebagai-lokasi-wisata.html

11 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
Gambar 3. 5 Peta Tata Guna Lahan di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : RTRW Kota Bontang 2012-2032

PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
12
Gambar 3. 6 Peta Suhu di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : Google earth,2018 dan Budiarsa, 2015

PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
13
Gambar 3. 7 Peta Kedalaman di Sekitar Pulau Beras Basah Kota Bontang
Sumber : Google earth,2018 dan Budiarsa, 2015

PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
14
Gambar 3. 4 Peta Administrasi Kota Bontang
Sumber: Survei Sekunder, 2018

15 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB IV
ANALISIS

4.1 Potensi dan Permasalahan


Adapun potensi dan permasalahan terkait ekosistem padang lamun di Pulau Beras
Basah adalah sebagai berikut.
4.2.1 Potensi
Menurut Badan Pusat Statistika dalam bukunya yang berjudul Bontang Dalam Angka
(2014), adapun luasan tutupan lamun di kawasan pesisir Kota Bontang yaitu sebesar
13.990,8 hektar dengan beberapa jenis lamun yang tumbuh dan berkembang di dalam
ekosistem padang lamun. Jenis lamun yang terdapat di Perairan Kota Bontang antara lain :
Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis,
Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii. Jenis lamun yang pesebarannya merata di
perairan Bontang ialah Enhalus sp dan Thallasia sp. Dengan luasan habitat lamun yang
besar tersebut Kota Bontang berpotensi untuk menjadi lokasi pembudidyaan beraneka
ragam biota laut seperti ikan ,krustasea,moluska hingga cacing dikarenakan fungsi dari
lamun ini sendiri yang berguna sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar,
dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini. Sehingga hal tersebut dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat
sekitar dan juga dapat meningkatankan perekonomian Kota Bontang karena dapat menjadi
salah satu kawasan tangkapan ikan bagi
nelayan local.
Selain sebagai kawasan budidaya ikan
dan jenis biota laut lainnya lamun juga
memiliki potensi lainnya yaitu penstabil
dasar perairan karena system
perakarannya yang dapat menangkap

Gambar 4. 1. Biota Laut yang Hidup di sedimen (trapping sediment), sebagai


Lamun pelindung pantai karena dapat meredam
Sumber : http://www-
balaidiklatperikanan.blogspot.co.id/2015/11/ arus laut sehingga tidak mudah terjadi
mengenal-tumbuhan-lamun.html
abrasi, penghasil oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup biota laut lainnya, dapat dijadikan sebagai bahan kerajinan
seperti keranjang bahkan kertas serta bahan obat-obatan tradisional.

16 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
4.1.2 Permasalahan
Karena keindahan alamnya, Pulau Beras Basah kini telah menjadi salah satu destinasi
wisata di Kalimantan Timur, khususnya Kota Bontang. Adapun jumlah kunjungan wisatawan
di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
1400000 1253327
1131906 1174626
1200000
Jumlah Wisatawan (orang)

1000000
808860
800000

600000 Wisatawan Asing


400000 Wisatawan Lokal

200000
20142 23768 24410 25264
0
2008 2009 2010 2011
Tahun

Gambar 4. 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kalimantan Timur


Sumber : http://www.kaltimprov.go.id/kabkota,2014 dan file:///C:/Users/MY-
COMPUTER/Downloads/S1-2014-299559-chapter1.pdf,2014

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan
jumlah wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Dimana mayoritas para
wisatawan tersebut mengunjungi sejumlah objek wisata andalan di Kalimantan Timur, salah
satunya Pulau Beras Basah tersebut. Akan tetapi dari tingginya jumlah wisatawan yang
masuk dan berkunjung ke Pulau Beras Basah tersebut berdampak pada kelestarian
ekosistem pesisir di Pulau Beras Basah, salah satunya yaitu ekosistem padang lamun.
Menurut penuturan dari Walikota Bontang, Neni Moerniani (2016) dalam acara press
conferrence di Rujab Walikota, jalan Awang Long, Kecamatan Bontang Utara, Rabu, 22 Juni
2016 malam, menjelaskan bahwa dengan membuka Pulau Beras Basah sebagai objek
wisata justru menyebabkan kondisi kawasan itu menjadi tidak terawat. Hal itu dikarenakan
banyak pengunjung yang datang untuk
diving, berenang, ataupun sekedar bermain
air di Pulau Beras Basah tersebut. Akibat
dari kegitan tersebut, banyak dari mereka
yang menginjak atau terinjak lamun
sehingga menyebabkan ekosistem lamun
menjadi rusak. Selain itu, akibat dari
Gambar 4. 3 aktivitas wisata tersebut juga menyebabkan
Wisatawan Berwisata di Pulau Beras Basah air menjadi keruh sehinga mengganggu
Sumber : http://www.klikbontang.com/images/img_
blog/61Pulau-cantik-Beras-Basah.jpg cahaya matahari untuk masuk ke dalam

17 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
perairan. Akibatnya, padang lamun di kawasan Pulau Beras Basah tersebut tidak dapat
melakukan fotosintesis yang memicu penurunan produktivitas padang lamun.
Kemudian, Beliau juga menjelaskan bahwa dahulu luasan Pulau Beras Basah
mencapai 8 hektar. Akan tetapi kini luasan Pulau Beras Basah hanya tersisa 7 hektar. Hal itu
dikarenakan adanya proses abrasi pantai yang menyebabakan degradasi lingkungan. Abrasi
pantai terjadi dikarenakan volume air laut yang semakin lama semakin meningkat.
Peningkatan volume air tersebut tentu disebabkan karena adanya efek dari pemanasan
global. Pemanasan global terjadi dikarenakan adanya peningkatan emisi karbon di lapisan
ozon. Peningkatan emisi karbon tersebut dipicu oleh tingginya aktivitas penggunaan lahan,
khususnya di sekitar kawasan Pulau Beras Basah, Kota Bontang. Dimana berdasarkan
gambar 3.4 dan keterangan dari Walikota Bontang, Neni Moerniani (2016), menjelaskan
bahwa Pulau Beras Basah terletak di sekitar kawasan perindustrian PT. Badak NGL.Co dan
PT Pupuk Kaltim. Emisi yang dikeluarkan setiap hari oleh kedua industri besar tersebut serta
aktivitas lainnya, seperti aktivitas transportasi dan aktivitas rumah tangga, tentu berdampak
pada peningkatan suhu bumi, yang kemudian memicu terjadinya perubahan iklim yang
ekstrim. Akibat perubahan iklim yang ekstrim tersebut yang menyebabkan volume air laut
meningkat.
Selain itu, akibat dari perubahan iklim yang ekstrim tersebut menyebabkan kondisi
cuaca menjadi tidak menentu. Salah satunya yang sering terjadi di wilayah pesisir adalah
ketika hujan tiba maka angin akan bertiup sangat kencang yang menyebabkan sejumlah
tumbuhan dan infrastruktur lainnya menjadi rusak. Melalui penuturan dari Walikota Bontang,
Neni Moerniani (2016), menjelaskan bahwa salah satu penyebab kerusakan lingkungan
pesisir, salah satunya Pulau Beras Basah
adalah dikarenakan bencana yang
ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Adapun
kondisi eksisting kawasan pesisir Pulau
Beras Basah setelah terdampak cuaca
ekstrim adalah sebagai berikut.

4.2 Rekomendasi
Berdasarkan penjelasan permasalahan Gambar 4. 4
di atas, adapun rekomendasi yang dapat Kondisi Pesisir Akibat Cuaca Ekstrim
Sumber :https://www.bontangpost.id/2017/03/
diterapkan dalam mencegah terjadinya 06/7767/duh-pengunjung-kecewa-lihat-kondisi-
dampak serius adalah sebagai berikut. beras-basah/

1. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa lokasi Pulau Beras Basah ini berada di
sekitar kawasan perindustrian PT. Badak NGL.Co dan PT Pupuk Kaltim sehingga perlu

18 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
melibatkan peran serta pemeritah, swasta, maupun masyarakat dalam mengelola objek
wisata Pulau Beras Basah agar kelestarian alamnya tetap terjaga.
2. Pemerintah Kota Bontang perlu menerapkan suatu kebijakan khusus terkait kawasan
konservasi laut yang ada di Kota Bontang, khususnya daerah Pulau Beras Basah. Hal
itu dilakukan sebagai payung hukum lingkungan pesisir apabila suatu saat terjadi
kerusakan atau perusakan lingkungan. Dengan demikian pihak terkait dapat
dipertanggungjawabkan perbuatannya sesuai peraturan yang berlaku.
3. Dalam mengelola kawasan wisata Pulau Beras Basah perlu dilakukan pembatasan
terhadap wialayh konservasi laut. Hal itu dilakukan agar pengunjung yang didominasi
oleh masyarakat awam tidak mengganggu dan merusak ekosistem pesisir yang ada di
sekitar Pulau Beras Basah tersebut.
4. Kemudian, perlu dilakukan pengajian ulang terkait objek wisata Pulau Beras Basah
tersebut terhadap tata guna lahan yang ada di sekitar kawasan Pulau Beras Basah. Hal
itu dilakukan agar aktivitas pariwisata tidak terganggu atau menggangu peruntukan yang
ada di sekitarnya.
5. Terkait abrasi. pemerintah, swasta, maupun masyarakat harus saling berkoordinasi
dalam upaya menjaga dan melestarikan wilayah pesisir Kota Bontang, khususnya
kawasan Pulau Beras Basah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah abrasi
pantai adalah dengan menanam mangrove dan melestarikan lamun mengingat salah
satu fungsi dari lamun ialah sebagai barrier atau penahan arus gelombang sehingga
tidak terjadi abrasi secara berlebihan.
6. Terkait potensi lamun yang dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan tangan dan
obat-obatan perlu adanya pengedukasian dari pihak pemerintah dan stakeholder terkait
agar potensi yang ada dapat diterapkan secara maksimal dan aman terutama bagi
pemanfataan lamun sebagai obat-obatan
7. Perlu dilakukan konservasi terhadap habitat lamun pada perairan Bontang untuk
menciptakan kembali habitat biota laut yang mulai terganggu.

19 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, adapun kesimpulan dari laporan ini adalah
sebagai berikut.
1. Pantai Beras Basah memiliki pasir yang halus dengan ukuran butiran pasir mencapai
0,2-5 mm. Komposisi pantai tersebut terdiri dari butiran pasir, pecahan cangkang
moluska dan pecahan karnag (gravel) dalam jumlah kecil, dengan PH berkisar
antara 7,23-7,25 dan suhu suhu rata-rata 30,3 OC dan dikategorikan sebagai pantai
landai dengan kemiringan 15-23O
2. Terdapat 3(tiga) jenis lamun di kawasan pantai Bontang, meliputi Enhalus acaroides,
Thalassia hempricii, dan Cymodace aserrulata yang berfungsi sebagai kawasan
budidaya ikan dan biota lainnya,penstabil dasar perairan,pelindung pantai dari arus
laut sehingga tidak mudah terjadi abrasi,serta penghasil oksigen bawah air.
3. Tingginya minat masyarakat akan pariwisata di pantai beras basah mengakibatkan
terancamnya ekosistem lamun dan juga biota laut lainnya karena terinjak dan
tercemar hal lainnya. Sehingga menyebabkan kerusakan laut seperti abrasi dan
berkurangnya kualitas hidup biota laut yang ada di kawasan pantai tersebut.
4. Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dilakukan pengajian ulang terkait objek
wisata Pulau Beras Basah tersebut terhadap tata guna lahan yang ada di sekitar
kawasan Pulau Beras Basah serta perlu adanya kerja sama dari setiap stakeholder
terkait baik dari pihak masyarakat, pemerintah dan swasta.

20 PENGANTAR LINGKUNGAN PESISIR – PADANG LAMUN DI PULAU BERAS BASAH KOTA BONTANG
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. file:///C:/Users/MY-COMPUTER/Downloads/S1-2014-299559-chapter1.pdf.


Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:20)

Badan Pusat Statistika. 2013. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.

Badan Pusat Statistika. 2014. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.

Badan Pusat Statistika. 2015. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.

Badan Pusat Statistika. 2016. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.

Badan Pusat Statistika. 2017. Bontang dalam Angka Tahun 2017. Kota Bontang.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kalimantan Timur. 2015. Shapefile Peta


Jenis Tanah. Kota Samarinda.

Bontangpost.com. 2017. “Duh… Pengunjung Kecewa Lihat Kondisi Beras Basah”.


https://www.bontangpost.id/2017/03/06/7767/duh-pengunjung-kecewa-lihat-kondisi-
beras-basah/. Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:10)

Klikbontang.com. 2016. “Pulau Cantik Beras Basah”.

http://www.klikbontang.com/images/img_blog/61Pulau-cantik-Beras-Basah.jp
Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:05)

Kliksangatta.com. 2016. “Pemerintah Tutup Pulau Beras Basah Sebagai Lokasi Wisata”.
http://www.kliksangatta.com/berita-3828-pemerintah-tutup-pulau-beras-basah-
sebagai-lokasi-wisata.html. Diakses pada tanggal 08 Mei 2018 (20:15)

Balaidiklatperikanan.blogspot.co.id. 2015. “Mengenal Lamun” .


http://www-balaidiklatperikanan.blogspot.co.id/ 2015/11/.Diakses pada tanggal 09
Mei 2018 (09.36)

Anda mungkin juga menyukai