Berbagi gagasan untuk sebuah perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan. Celotehan-celotehan aneh
dari sebuah kisah "Agak" Nyata.
SKIP TO CONTENT
HOME
BERITA SEMARANG
DOWNLOADS
BERITA NASIONAL
FEATURE
SUARA RAKYAT
ARTIKEL
Search for:
Popular Posts
Narakarya Pasca KMD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya, yait...
Tugas dan Wewenang Pengurus Komisariat
PENGURUS KOMISARIAT 1. Status Pengurus Komisariat Sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Bab II
Bagian VIII pasal 37 Angga...
PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM I. PENDAHULUAN 1.
Administrasi merupakan segenap penyelenggaraan ...
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X I SM A NEGERI 1 SEMARANG TAHUN P...
Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tekhnik Kancing Gemerincing Model pembelajaran kooperatif teknik
Kancing gemerincing dic...
Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
1.1 Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Model pembelajaran pencapaian konsep dikembangkan oleh
Bruner (Joyce, 2010:32). Bru...
METODE PENELITIAN FISIKA
B AB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode kualitatif , Jeni...
CONTOH NARAKARYA I
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN PENEMPUHAN NARAKARYA I DI GUGUS
DEPAN ................. PANGKALAN SMA N 1 SEMARANG TAHUN...
Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian
Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut
BSNP harus memiliki la...
Asas HMI: Memori dan Tafsir tentang Islam sebagai Asas HMI
Asas HMI: Memori dan Tafsir tentang Islam sebagai Asas HMI “Hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepada...
Recent Posts
Categories
guru
Hmi
influencing learning
pendidikan dan karier
Penelitian Tindakan Kelas
PTK
teori belajar
Pages
Beranda
Blog Archive
► 2016 (12)
▼ 2015 (240)
o ► December (4)
o ► November (29)
o ▼ October (10)
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
Contoh angket guru PTK
LEMBAR OBSERVASI TIPE HARLEN
Contoh Lembar Pengesahan PTK
CONTOH VALIDITAS INSTRUMEN OLEH VALIDATOR
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENIN...
METODOLOGI PEMAHAMAN NIK
o ► August (4)
o ► June (1)
o ► May (11)
o ► April (160)
o ► March (21)
Ads
Total Pageviews
0 33
1 62
2 57
3 41
4 91
5 33
6 40
7 35
8 99
9 74
10 68
11 71
12 43
13 43
14 30
15 63
16 56
17 38
18 43
19 33
20 13
21 24
22 23
23 38
24 49
25 38
26 38
27 28
28 46
29 43
131,586
Rhendi Van Pasaribu,S.Pd. Powered by Blogger.
Beranda
Translate
Blogroll
Blogger templates
Blogger news
Search This Blog
Search
PENELITIAN PTK
Oleh:
RHENDI VAN PASARIBU, S.Pd
NIM: 4201014002
PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya adalah ketika siswa didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,
tetapi mereka miskin aplikasi.Dengan pemberlakuan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan
pembelajaran scientific approachmaka siswa dituntut lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran fisika tidak dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran
berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Gejala
semacam ini merupakan gejala dari hasil proses pembelajaran. Pembelajaran di sekolah terlalu
menjejali otak siswa dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal dan tidak diarahkan untuk
membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki siswa (Wina
Sanjaya,2010:13)
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada
penguasaan sejumlah informasi/ konsep belaka. Penumpukan informasi/ konsep pada siswa didik
dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya
dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah saja (Trianto,2009:88). Tidak dapat
disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada
konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh siswa. Pentingnya
pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-
cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting adalah terjadinya belajar yang bermakna
(Trianto, 2009:91).
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif
yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses
belajar mengajar di kelas. Dengan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu
pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan penelitian tindakan kelas kekurangan atau
kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi untuk
selanjutnya dicari solusi yang tepat (Kunandar,2008:48).
Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai aktivitas pembelajaran di kelas XI MIA-
7 SMA Negeri 1 Semarang menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran konvensional. Hal inidilihat dari
kurangnya mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, kurangnya membaca buku siswa dan
LKS, rendahnya respon siswa dalam mengajukan pertanyaan, dan rendahnya aktivitas belajar
berkelompok.
Guru lebih aktif dari pada siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif.
Proses pembelajaran seperti ini berdampak pada hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar. Tidak tercapaian ketuntasan belajar ini karena siswa kurang mampu
menyelesaikan permasalahan sesuai tahapan penyelesaian soal.
Meninjau kembali hasil observasi, diperoleh temuan yaitu kurangnya aktivitas interaksi siswa
ke siswa atau siswa ke guru saat pembelajaran. Siswa kurang bertanya kepada guru, dan hanya
mendengarkan atau mencatat penjelasan guru tentang materi pelajaran. Dengan melihat kembali
hasil observasi, terlihat bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran, tingkat kosentrasi yang
kurang, serta motivasi yang kurang terhadap pembelajaran fisika.
Permasalahan tersebut meliputi aktivitas, sikap dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Hukum Gravitasi Newton mendorong guru untuk mengatasi masalah tersebut. Dari
hasil wawancara dengan guru, upaya yang telah dilakukan yaitu menggunakan proses pembelajaran
ceramah yang menyenangkan dan penerapan konsep pada soal. Hasil yang dicapai dari perlakuan
tersebut yaitu siswa terlihat tertarik dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan. Namun
lama kelamaan perhatian siswa semakin berkurang dan kembali lagi melakukan aktivitas yang tidak
terkait dengan pelajaran.
Meninjau kembali hasil observasi selama pembelajaran materi Hukum Gravitasi
Newton masalah utama yang muncul adalah kurangnya aktivitas belajar siswa saat pembelajaran
dengan metode ceramah. Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus akan
mengakibatkan proses pembelajaran terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar fisika
bukanlah kebutuhan, melainkan hanya tuntutan dari sekolah saja, karena siswa merasa tidak
mendapatkan makna dari pelajaran fisika yang dipelajarinya. Untuk mengantisipasi masalah ini, guru
perlu menemukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan
soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Untuk itu
peneliti mencoba pendekatan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dengan
pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Salah satu caranya adalah dengan menggunakan
modelproblem based learning (PBL).
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip
sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang
dicapai denganproblem based learning yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara
memecahkan masalah (proses) (Suyatno,2009:9). Pembelajaran yang dimulai dari masalah nyata
akan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi ajar sering kali tidak relevan dan tidak
bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan
materi ajar seringkali terlepas dari kejadian aktual dimasyarakat. Akibatnya siswa tidak dapat
menerapkan konsep yang dipelajarinya didalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih dari sekedar akumulasi pengetahuan, tetapi
merupakan perkembangan kemampuan dan strategi kognitif yang membantu siswa menganalisis
situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan kemampuan
memecahkan masalah merupakan hasil belajar yang paling tinggi (Suyatno,2009:9)
Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan fakta-fakta tentang aktivitas
belajar siswa, persoalan yang perlu diteliti yaitu mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran akibat diterapkannya model problem based learning (PBL). Sehubungan dengan hal
tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan model problem based learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri
1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/ 2016”.
B. Identifikasi Masalah
Fakta-fakta dari analisis situasi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Motivasi siswa yang rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Aktivitas belajar siswa yang kurang selama pembelajaran berlangsung.
3. Serta hasil belajar beberapa siswa yang masih dibawah nilai KKM
Dari fakta-fakta tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Model pembelajaran apa yang sesuai untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran fisika ?
2. Pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) banyak melibatkan siswa dalam
pembelajaran. Dapatkah pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) diterapkan
dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Aspek yang diteliti dalam penelitian ini sebatas untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswakelas XI MIA-7 SMA N 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran
2015/ 2016 pada pembelajaran materi Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Penerapan model problem based learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa Kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada
pembelajaran materi Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi ?
2. Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model Siswa Kelas XI MIA-
7 SMANegeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada pembelajaran materi
Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI MIA-
7 SMA Negeri 1 Semarang Semester GasalTahun Ajaran 2015/ 2016 pada pembelajaran materi
Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.
2. Untuk mengetahui berapa persen peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model Siswa
KelasXI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada
pembelajaranmateri Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, memberikan suasana belajar yang lebih variatif dan kondusif sehingga pelajaran tidak
hanya disampaikan dengan metode konvensional, dan diharapkan hal ini membawa dampak pada
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang lebih efektif
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dapat meningkatkan
mutu sekolah.
4. Bagi mahasiswa, menambah wawasan dan pengalaman terhadap kegiatan belajar mengajar dan
permasalahannya serta menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut di masa yang
akan datang.
G. Batasan Operasional
1. Aktivitas Belajar
Dalam penelitian ini, aktivitas belajar yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan fisik atau
mental siswa yang dilakukan secara sadar dalam bereaksi dengan lingkungannya hingga terjadinya
proses informasi dalam proses pembelajaran.
2. Hasil belajar adalah kemampuan atau pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan serta
keterampilan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar atau bentuk perolehan belajar
siswa yang dinilai setelah siswa melalui proses belajar mengajar suatu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Aktivitas Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi, namun merupakan berbuat, dan memperoleh pengalaman tertentu
sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Wina Sanjaya, 2010: 132). Pengalaman belajar baru dapat
dialami oleh siswa jika siswa dengan kesadaran sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Piaget
menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Oleh karena itu, agar siswa
dapat berpikir sendiri maka siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas secara
langsung (Sardiman, 2009: 100). Dalam hal kegiatan pembelajaran, Rogers menjelaskan bahwa
belajar menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh (Dimyati, 2009: 17). Oleh
sebab itu, orang yang belajar harus aktif sendiri.Tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak
mungkin terjadi. Berlangsungnya proses belajar terbentuk dari serangkaian aktivitas-aktivitas belajar
di dalamnya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahmad Rohani HM (1991: 6) yang menyatakan
bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun
psikis. Dengan demikian, aktivitas dalam proses belajar merupakan aktivitas yang jamak dan
majemuk.
Sekolah merupakan lingkungan belajar untuk mengembangkan aktivitas. Ada berbagai jenis
aktivitas yang dapat dilakukan siswa selama pembelajaran. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
mendengar dan mencatat. Dari hasil penelitian Diedrich dalam Ahmad Rohani HM (1991: 8),
disimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas
jiwa, antara lain:
a. visual activities; membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
dan sebagainya.
b. oral activities; menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.
c. listening activities; mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya.
d. writing activities; menulis: cerita, karangan, laporan, test, angket, menyalin dan sebagainya.
e. drawing activities; menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.
f. motor activities; melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun,
memelihara binatang dan sebagainya.
g. mental activities; menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidak terpisah satu sama lain dan saling berkaitan. Berbagai
aktivitas belajar yang dilakukan siswa, disadari atau tidak merupakan kegiatan pembelajaran itu
sendiri. Mustaqim (2008: 69) menyatakan bahwa belajar lebih berhasil jika tujuan belajar
berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
Menurut Umar Hamalik (2005:175-176), nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi siswa
yaitu sebagai berikut:
a. para siswa mancari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
c. memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
d. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
f. mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
g. pengajaran diselenggarakan secara realitis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan
berpikir kritis serta menghindarkan verbalitis.
h. pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diungkapkan bahwa aktivitas belajar merupakan
serangkaian kegiatan fisik atau mental siswa yang dilakukan secara sadar dalam bereaksi dengan
lingkungannya hingga terjadinya pemrosesan informasi dalam proses pembelajaran.
C. Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan khusus yang dinamakan hasil belajar.
Hasil belajar ialah merupakan pernyataan perbuatan belajar atau performance.
Hasil belajar adalah proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan rumusan tingkah laku
yang diharapakan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman lapangan (Nana
Sudjana,2005:22)
Hasil belajar terbagi menjadi tiga macam, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2)
pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita (Nana Sudjana,2005:29).
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar dan telah dinilai dalam jangka waktu tertentu (Usman,1997:73). Untuk mengukur hasil
belajar siswa, berarti guru harus memberikan penilaian dan evaluasi kepada siswa, dimana nilai
tersebut biasanya dalam bentuk angka atau huruf sebagai laporan pendidikan siswa.
Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang telah dicapai seseorang untuk mendapatkan suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai suatu pengalaman seseorang tersebut
dangan lingkungannnya (Slameto,2003:57). Hal ini juga dikuatkan oleh (Hamalik,1994,74) bahwa
hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan
belajar. Selanjutnya Keller memandang hasil belajar sebagai suatu keluaran dari suatu sistem
pemrosesan sabagai masukan yang berupa informasi. Sedangkan Romiszowski berpendapat bahwa
hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kenerja. Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan
yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang berupa informasi yang diterapkan
melalui perbuatan atau tingkah laku (Abdurrahman,1999:26).
Hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Menurut Bloom, yang dimaksud dengan ranah kognitif adalah segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
tertinggi yakni pengetahuan/ hafalan/ ingatan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis(analysis), sintetis (syinthesis) dan
penilaian (evaluation).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat digunakan untuk meramalkan penguasaan kognitif orang tersebut.
Ranah afektif ini digolongkan menjadi lima katagori, yakni (a) recciving yaitu menerima atau
memperhatikan, (b) respondingyakni menanggapi, (c) valuing yakni menilai atau menghargai,
(d) organization yakni mengatur dan mengorganisasikan, (e) characterization by value
complex yakni karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai kompleks.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil ranah
psikomotorik yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomorik ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam ranah psikomotorik, yakni (a)
gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketepatan, (f) gerakan ekspresif interpretatife (Bloom dalam Sudjana,1991:34).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau
pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai bentuk perolehan
belajar siswa yang dinilai setelah siswa melalui proses belajar mengajar suatu pokok bahasan atau
sub pokok bahasan tertentu. Hasil belajar juga merupakan kemampuan atau pengetahuan yang
berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, tingkat keberhasilan, serta perolehan belajar
siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar tentang pokok bahasan tertentu di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.
D. Tinjauan Keilmuan
1. Energi
a.
Energi kinetik
Gambar 1: perubahan posisi benda dengan kecepatan v
Energi kinetik adalah energi gerak yang diperoleh sebagai gerakan dari obyek, partikel, atau
seperangkat partikel. Sebuah obyek yang memiliki gerak, apakah itu gerak vertikal atau horizontal,
maka sebuah obyek tersebut berarti memiliki energi kinetik. Faktor yang mempengaruhi energi
kinetik adalah semakin berat sebuah obyek tersebut dan semakin cepat pula obyek tersebut bergerak
maka energi kinetik yang yang dimiliki obyek tersebut semakin besar. Ada banyak bentuk energi
kinetik antara lain yaitu : getaran (energi karena gerak getaran), rotasi (energi karena gerak rotasi
atau berputar), dan translasi (energi karena gerakan perpindahan dari satu lokasi ke lokasi
lain). Dalam hal ini benda yang bergerak tersebut dianggap rigid dan massanya tetap dan
kecepatanya konstan. Untuk benda yang sama, semakin besar kecepatnnya maka akan semakin besar
energi kinetiknya, sebaliknya semakin kecil kecepatannya maka semakin kecil energi kinetiknya.
Dengan demikian berkurang atau bertambahnya energi kinetik yang dimiliki suatu benda terlihat
dari kecepatan geraknya.
Dalam mekanika klasik energi kinetik dari sebuah titik objek (objek yang sangat kecil sehingga
massanya dapat diasumsikan di sebuah titik), atau juga benda diam, maka digunakan persamaan:
Keterangan:
Ada banyak contoh sederhana Energi Kinetik didalam praktek kehidupan kita sehari – hari
antara lain sebagai berikut ini : seseorang yang berjalan, bisbol yang dilempar, pensil yang jatuh
dari meja, dan partikel bermuatan dalam medan listrik juga merupakan contoh energi kinetik dan
masih banyak contoh- contoh yang lainnya.
Energi kinetik adalah kuantitas skalar, dan tidak memiliki arah. Tidak seperti kecepatan,
percepatan, gaya, dan momentum, energi kinetik dari suatu benda benar-benar dijelaskan oleh
besarnya saja. Seperti usaha dan energi potensial, satuan ukuran standar pengukuran untuk energi
kinetik adalah Joule.
b. Energi potensial gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukan atau
ketinggiannya. Energi potensial merupakan energi yang masih tersimpan atau tersembunyi pada
benda, sehingga mempunyai potensi untuk melakukan usaha. Misalnya, sebuah benda dengan
massam diangkat dari permukaan tanah sampai ketinggian h dari tanah.
Gambar 2. Energi potensial gravitasi benda pada ketinggian h
Apabila percepatan gravitasi bumi g, maka gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda
adalah . Jadi, usaha yang diperlukan untuk mengangkat benda setinggi h adalah:
Dengan demikian, benda yang berada pada ketinggian h mempunyai potensi untuk melakukan
usaha sebesar W. Dikatakan benda tersebut mempunyai energi potensial gravitasi, yang besarnya:
dengan:
Apabila benda mula-mula berada pada ketinggian h1, karena gaya beratnya benda
bergerak vertikal ke bawah hingga ketinggian h2 dari bidang acuan.
E. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Hasil
Kondisi Awal
Tindakan
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah model problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester
gasal tahun ajaran 2015/ 2016. Peningkatan aktivitas belajar antara lain terlihat dari meningkatnya
kegiatanberupa mengamati, bertanya, bereksperimen, asosiasi dan komunikasi, melakukan tugas
sesuai arahan guru, memusatkan perhatian dan melakukan tugas dengan teliti dan
meningkatnya hasil belajar siswa lebih dari 75% siswa mencapai KKM.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wina Sanjaya (2009: 26) penelitian
tindakan kelas diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester gasal
tahun ajaran 2015/ 2016. Pertimbangan digunakannya kelas ini sebagai subjek penelitian
dikarenakan kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Pertimbangan di atas mendasari harus dilakukannya tindakan perbaikan di kelas tersebut.
E. Desain Penelitian
Menurut Kemmis dan McTaggart yang dikutip oleh Depdiknas (2004:2), Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) meliputi empat alur (langkah), yaitu:(1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi. Meskipun alur penelitian tindakan kelas terdiri dari empat alur, namun
pada saat pengambilan data, langkah pelaksanaan tindakan dan observasi digabung menjadi satu
langkah. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar.5 Siklus PTK Model Kemmis & Mc Taggart
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI
MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester gasal tahun ajaran 2015/ 2016 pada materi Usaha dan Energi melalui
penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
sebagi berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini disusun perencanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Tindakan perencanaan penelitian meliputi:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan guru sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran.
b) Menyusun lembar kegiatan siswa (LKS) yang berfungsi sebagai petunjuk kegiatan yang akan dilakukan siswa dan
merupakan media belajar sebagai kelengkapan RPP
c) Menyusun lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa saat pembelajaran.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
e) Menyiapkan kamera atau alat perekam lain untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini didasarkan pada kondisi ril siswa
saat pembelajaran. Ketika pembelajaran sebelum tindakan dilakukan, aktivitas belajar siswa kurang.
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning. Siklus I membahas tentang Usaha. Siklus II membahas Energi.
Pembelajaran tiap siklus dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Selanjutnya, pembelajaran
yang telah dilakukan dianalisis untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran. Berdasarkan
hasil analisis dilakukan perbaikan untuk siklus selanjutnya, hingga diperoleh perkembangan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran.
Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan
merupakan upaya untuk mengumpulkan data. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh observer (guru
pamong dan teman sejawat).
3. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan diskusi dan analisis dengan guru dan observer mengenai hasil pengamatan yang
dilakukan selama pembelajaran. Hasil dari diskusi dan analisis pembelajaran digunakan sebagai pertimbangan
untuk merencanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan soal pre-test dan post-test.
a. Lembar Observasi Aktivitas Belajar
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi berisi indikator aktivitas belajar siswa yang meliputi:
3. Validasi Instrumen
a. Instrumen Penelitian
Validitas lembar observasi aktivitas belajar siswa diperoleh dari proses validasi yang dilakukan dosen dan observer.
Sedangkan validitas soal pre-test dan post-test diperoleh melalui proses validasi isi & ahli. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. (Suharsimi Arikunto, 1997: 64). Sedangkan menurut Nana Sudjana (2005: 13) validitas isi berkenaan
dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya, artinya tes tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi pada soal pre-test dan post-
test diperoleh dengan menyesuaikan indikator soal pre-test dan post-test dengan materi yang akan disampaikan
dan tujuan pembelajaran pada RPP.
b. Instrumen Pembelajaran
RPP dan LKS yang digunakan selama penelitian pembelajaran dilakukan proses validasi oleh dosen dan guru.
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain <g> sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Gain Score
g 0,30 Rendah
Gain score merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat kefektifan pembelajaran berdasarkan
skor pre-test dan post-test.
AUTHORUNKNOWN
DATE12:03 PM
COMMENTS2 COMMENTS
CATEGORIES
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Related Posts:
2 comments:
1.
2.