Anda di halaman 1dari 29

Fisikawan Sastra

Berbagi gagasan untuk sebuah perubahan yang lebih baik dalam dunia pendidikan. Celotehan-celotehan aneh
dari sebuah kisah "Agak" Nyata.
SKIP TO CONTENT
 HOME
 BERITA SEMARANG
 DOWNLOADS
 BERITA NASIONAL
 FEATURE
 SUARA RAKYAT
 ARTIKEL

Search for:
Popular Posts
 Narakarya Pasca KMD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia seutuhnya, yait...
 Tugas dan Wewenang Pengurus Komisariat
PENGURUS KOMISARIAT 1. Status Pengurus Komisariat Sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Bab II
Bagian VIII pasal 37 Angga...


PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM I. PENDAHULUAN 1.
Administrasi merupakan segenap penyelenggaraan ...
 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X I SM A NEGERI 1 SEMARANG TAHUN P...
 Model Pembelajaran Kancing Gemerincing
1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tekhnik Kancing Gemerincing Model pembelajaran kooperatif teknik
Kancing gemerincing dic...
 Model Pembelajaran Pencapaian Konsep
1.1 Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Model pembelajaran pencapaian konsep dikembangkan oleh
Bruner (Joyce, 2010:32). Bru...
 METODE PENELITIAN FISIKA
B AB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah
metode kualitatif , Jeni...
 CONTOH NARAKARYA I
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN PENEMPUHAN NARAKARYA I DI GUGUS
DEPAN ................. PANGKALAN SMA N 1 SEMARANG TAHUN...
 Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian
Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut
BSNP harus memiliki la...
 Asas HMI: Memori dan Tafsir tentang Islam sebagai Asas HMI
Asas HMI: Memori dan Tafsir tentang Islam sebagai Asas HMI “Hari ini Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepada...

Recent Posts
Categories
 guru
 Hmi
 influencing learning
 pendidikan dan karier
 Penelitian Tindakan Kelas
 PTK
 teori belajar

Pages
 Beranda

Blog Archive
 ► 2016 (12)
 ▼ 2015 (240)
o ► December (4)
o ► November (29)
o ▼ October (10)
 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM
 Contoh angket guru PTK
 LEMBAR OBSERVASI TIPE HARLEN
 Contoh Lembar Pengesahan PTK
 CONTOH VALIDITAS INSTRUMEN OLEH VALIDATOR
 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENIN...
 METODOLOGI PEMAHAMAN NIK
o ► August (4)
o ► June (1)
o ► May (11)
o ► April (160)
o ► March (21)

Ads
Total Pageviews

0 33
1 62

2 57

3 41

4 91

5 33

6 40

7 35

8 99

9 74

10 68

11 71

12 43

13 43

14 30

15 63

16 56

17 38

18 43

19 33

20 13

21 24

22 23

23 38

24 49

25 38

26 38

27 28

28 46

29 43

131,586
Rhendi Van Pasaribu,S.Pd. Powered by Blogger.
 Beranda

Translate

Diberdayakan oleh Terjemahan

Blogroll
Blogger templates
Blogger news
Search This Blog

Search

Copyright © 2019 Fisikawan Sastra | Powered by Blogger


Design by Automattic
Blogger Theme by NewBloggerThemes.com

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Standard
 SHARE THIS:
 FACEBOOK
 TWITTER
 GOOGLE+
 STUMBLE
 DIGG
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENELITIAN PTK

Oleh:
RHENDI VAN PASARIBU, S.Pd
NIM: 4201014002
PENDIDIKAN PROFESI GURU SM3T
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk
menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Akibatnya adalah ketika siswa didik lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,
tetapi mereka miskin aplikasi.Dengan pemberlakuan kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan
pembelajaran scientific approachmaka siswa dituntut lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran fisika tidak dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran
berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Gejala
semacam ini merupakan gejala dari hasil proses pembelajaran. Pembelajaran di sekolah terlalu
menjejali otak siswa dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal dan tidak diarahkan untuk
membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki siswa (Wina
Sanjaya,2010:13)
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada
penguasaan sejumlah informasi/ konsep belaka. Penumpukan informasi/ konsep pada siswa didik
dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya
dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah saja (Trianto,2009:88). Tidak dapat
disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada
konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh siswa. Pentingnya
pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-
cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting adalah terjadinya belajar yang bermakna
(Trianto, 2009:91).
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif
yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses
belajar mengajar di kelas. Dengan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas, maka mutu
pendidikan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
proses belajar mengajar di kelas harus selalu dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan penelitian tindakan kelas kekurangan atau
kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi untuk
selanjutnya dicari solusi yang tepat (Kunandar,2008:48).
Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai aktivitas pembelajaran di kelas XI MIA-
7 SMA Negeri 1 Semarang menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola pembelajaran konvensional. Hal inidilihat dari
kurangnya mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, kurangnya membaca buku siswa dan
LKS, rendahnya respon siswa dalam mengajukan pertanyaan, dan rendahnya aktivitas belajar
berkelompok.
Guru lebih aktif dari pada siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif.
Proses pembelajaran seperti ini berdampak pada hasil belajar siswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar. Tidak tercapaian ketuntasan belajar ini karena siswa kurang mampu
menyelesaikan permasalahan sesuai tahapan penyelesaian soal.
Meninjau kembali hasil observasi, diperoleh temuan yaitu kurangnya aktivitas interaksi siswa
ke siswa atau siswa ke guru saat pembelajaran. Siswa kurang bertanya kepada guru, dan hanya
mendengarkan atau mencatat penjelasan guru tentang materi pelajaran. Dengan melihat kembali
hasil observasi, terlihat bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran, tingkat kosentrasi yang
kurang, serta motivasi yang kurang terhadap pembelajaran fisika.
Permasalahan tersebut meliputi aktivitas, sikap dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Hukum Gravitasi Newton mendorong guru untuk mengatasi masalah tersebut. Dari
hasil wawancara dengan guru, upaya yang telah dilakukan yaitu menggunakan proses pembelajaran
ceramah yang menyenangkan dan penerapan konsep pada soal. Hasil yang dicapai dari perlakuan
tersebut yaitu siswa terlihat tertarik dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan. Namun
lama kelamaan perhatian siswa semakin berkurang dan kembali lagi melakukan aktivitas yang tidak
terkait dengan pelajaran.
Meninjau kembali hasil observasi selama pembelajaran materi Hukum Gravitasi
Newton masalah utama yang muncul adalah kurangnya aktivitas belajar siswa saat pembelajaran
dengan metode ceramah. Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus akan
mengakibatkan proses pembelajaran terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar fisika
bukanlah kebutuhan, melainkan hanya tuntutan dari sekolah saja, karena siswa merasa tidak
mendapatkan makna dari pelajaran fisika yang dipelajarinya. Untuk mengantisipasi masalah ini, guru
perlu menemukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan
soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Untuk itu
peneliti mencoba pendekatan pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dengan
pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Salah satu caranya adalah dengan menggunakan
modelproblem based learning (PBL).
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip
sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang
dicapai denganproblem based learning yaitu jawaban terhadap masalah (produk) dan cara
memecahkan masalah (proses) (Suyatno,2009:9). Pembelajaran yang dimulai dari masalah nyata
akan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi ajar sering kali tidak relevan dan tidak
bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan
materi ajar seringkali terlepas dari kejadian aktual dimasyarakat. Akibatnya siswa tidak dapat
menerapkan konsep yang dipelajarinya didalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih dari sekedar akumulasi pengetahuan, tetapi
merupakan perkembangan kemampuan dan strategi kognitif yang membantu siswa menganalisis
situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan kemampuan
memecahkan masalah merupakan hasil belajar yang paling tinggi (Suyatno,2009:9)
Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan fakta-fakta tentang aktivitas
belajar siswa, persoalan yang perlu diteliti yaitu mengenai peningkatan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran akibat diterapkannya model problem based learning (PBL). Sehubungan dengan hal
tersebut, akan dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan model problem based learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri
1 Semarang Tahun Pelajaran 2015/ 2016”.

B. Identifikasi Masalah
Fakta-fakta dari analisis situasi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Motivasi siswa yang rendah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Aktivitas belajar siswa yang kurang selama pembelajaran berlangsung.
3. Serta hasil belajar beberapa siswa yang masih dibawah nilai KKM
Dari fakta-fakta tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Model pembelajaran apa yang sesuai untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran fisika ?
2. Pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) banyak melibatkan siswa dalam
pembelajaran. Dapatkah pembelajaran dengan model problem based learning (PBL) diterapkan
dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah
Aspek yang diteliti dalam penelitian ini sebatas untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswakelas XI MIA-7 SMA N 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran
2015/ 2016 pada pembelajaran materi Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Penerapan model problem based learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Siswa Kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada
pembelajaran materi Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi ?

2. Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model Siswa Kelas XI MIA-
7 SMANegeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada pembelajaran materi
Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.

E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI MIA-
7 SMA Negeri 1 Semarang Semester GasalTahun Ajaran 2015/ 2016 pada pembelajaran materi
Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.
2. Untuk mengetahui berapa persen peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model Siswa
KelasXI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/ 2016 pada
pembelajaranmateri Hukum Gravitasi Newton, Usaha dan Energi.

F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, memberikan suasana belajar yang lebih variatif dan kondusif sehingga pelajaran tidak
hanya disampaikan dengan metode konvensional, dan diharapkan hal ini membawa dampak pada
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang lebih efektif
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dapat meningkatkan
mutu sekolah.
4. Bagi mahasiswa, menambah wawasan dan pengalaman terhadap kegiatan belajar mengajar dan
permasalahannya serta menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut di masa yang
akan datang.

G. Batasan Operasional
1. Aktivitas Belajar
Dalam penelitian ini, aktivitas belajar yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan fisik atau
mental siswa yang dilakukan secara sadar dalam bereaksi dengan lingkungannya hingga terjadinya
proses informasi dalam proses pembelajaran.
2. Hasil belajar adalah kemampuan atau pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan serta
keterampilan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar atau bentuk perolehan belajar
siswa yang dinilai setelah siswa melalui proses belajar mengajar suatu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan tertentu.

3. Model problem based learning (PBL)


Merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)


1. Pengertian model Problem Based Learning (PBL)
Menurut Soekamto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto,2009:23). Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Model Problem Based Learning (PBL) atau yang lebih sering dikenal dengan pembelajaran
berdasarkan masalah ini diangkat sebab ditinjau secara umum terdiri dari menyajikan situasi masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan
penyelidikan. Model Problem Based Learning(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni
penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata
(Trianto,2009:91).
Menurut pendapat Bruner bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu
konsekuansi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan
memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula
memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi
siswa (Trianto,2009:91). Problem based learning(pembelajaran berdasarkan masalah) merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir.Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang diperoleh untuk diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya
secara mandiri.
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan (Trianto,2009:91). Lingkungan memberi masukan
kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan
kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan
pembelajaran (Trianto,2009:92).
Menurut Ratumanan pembelajaran pembelajaran berdasarkan masalah problem based
learningmerupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan
menyusun pengetahuan mereka sendiri (Trianto,2009:92).
Menurut Arends problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto,2009:92).
Model problem based learning merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang
dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar. Model problem based
learning bercirikan penggunaan masalah dunia nyata. Model pembelajaran ini dapat digunakan
untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk
mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep penting. Pendekatan pembelajaran ini
mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa
mencapai keterampilan mengarahkan diri. Problem based learning penggunaanya di dalam tingkat
berpikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi masalah, termasuk bagaimana belajar
(Hamzah,2007:55).
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan
pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta
melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat pembelajaran di kelas dan melalui
latihan yang cukup (Hamzah,2007:57). Ini berarti bahwa model problem based learning hanya dapat
terjadi jika guru mampu menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran
gagasan, sehingga peran guru adalah sabagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan
penentu arah belajar siswa. Pada pelaksanaan model problem based learning, selain guru menjadi
penentu keberhasilaan pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan, dan
kurikulum turut berperan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (Hamzah,2007:69)
bahwa keberhasilan model problem based learning tergantung adanya sumber belajar bagi siswa,
alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan kurikulum,
menyediakan waktu yang cukup, apa lagi data yang diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru
dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
Jadi, model problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang
cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
2. Ciri-Ciri Model Problem Based Learning
Ciri-ciri model problem based learning menurut Arends (Trianto,2009:93) adalah sebagai
berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau
keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran
di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan autentik (nyata), menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun problem based learning mungkin berpusat pada
mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Jadi masalah yang diajukan
dalam problem based learning hendaknya mengaitkan berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan autentik. Problem based learning mengharuskan siswa melakukan penyelidikan
autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Problem based learning menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu juga dapat berupa laporan,
model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata tersebut dapat didemonstrasikan kepada
teman-temannya yang lainnya.
e. Kolaboratif. Problem based learningdicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang
lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
3. Sintaks Model Problem Based Learning
Menurut Ibrahim ada lima tahapan kegiatan pembelajaran berorientasi model problem based
learning, yaitu:
Tabel 2.1 Sintaks Problem Based Learning

Tahap Tingkah Laku Guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjela
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan mas
Tahap-1 memotivasis siswa untuk terlibat dalam pemec
Orientasi siswa pada masalah masalah yang dipilih.
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubu
Tahap-2 dengan masalah tersebut.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru mendorong siswa untuk mengumpu
Tahap-3 informasi yang sesuai, melaksanakan eksperi
Membimbing penyelidikan individu maupun untuk mendapatkan penjelasan dan pemec
kelompok masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, v
Tahap-4 dan model serta membantu mereka untuk be
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya tugas dengan temannya.
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan pr
masalah proses yang mereka gunakan.
Sumber: Ibrahim (dalam Trianto,2009:98)
4. Pelaksanaan Problem Based Learning
a. Tugas-tugas perencanaan
1) Penetapan tujuan
Model problem based learning dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran dan membantu siwa
menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja
diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
2) Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam problem based learning lebih suka member kesempatan dan keleluasaan
kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan
motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak
didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerja sama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan
tujuan kurikulum.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam problem based learning siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan,
dan dalam pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Oleh karena itu, tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah
menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan
pemecahan masalah.
b. Tugas perencanaan
1) Orientasi siswa pada masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik dalam
menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam problem based learning adalah dengan
menggunakan kejadian yang nyata dan menimbulkan masalah sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar


Pada model problem based learning dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama di antara
siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.
3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru membantu siwa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan
yang membantu mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapainya, siswa juga perlu diajarkan apa
dan bagaimana cara menyelidiki masalah yang benar. Selama tahap penyelidikan guru memberikan
bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktivitas siswa.
4) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir pengajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis
dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka
gunakan.
c. Lingkungan belajar dan tugas manajemen
Dalam model problem based learning, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan
peralatan dan hal ini biasanya dapat menyulitkan guru dalam pengelolaanya. Oleh karena itu, untuk
efektivitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaannya,
penyimpanan, dan pembagian bahan.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata karma, dan
sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan.
d. Penilaian dan Evaluasi
Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model problem based learning adalah
menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan siswa.
Tugas penilaian dan evaluasi yang sasuai untuk model problem based learning terutama
terdiri menemukan prosedur penilaian alternative yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan
siswa, misalnya dengan penilaian kinerja dan peragaan hasil. Penilaian kinerja dapat berupa
penilaian melakukan pengamatan, penilaian merumuskan pertanyaan, penilaian merumuskan sebuah
hipotesis dan sebagainya (Trianto,2009:102).

B. Aktivitas Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi, namun merupakan berbuat, dan memperoleh pengalaman tertentu
sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Wina Sanjaya, 2010: 132). Pengalaman belajar baru dapat
dialami oleh siswa jika siswa dengan kesadaran sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Piaget
menerangkan bahwa seseorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Oleh karena itu, agar siswa
dapat berpikir sendiri maka siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas secara
langsung (Sardiman, 2009: 100). Dalam hal kegiatan pembelajaran, Rogers menjelaskan bahwa
belajar menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh (Dimyati, 2009: 17). Oleh
sebab itu, orang yang belajar harus aktif sendiri.Tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak
mungkin terjadi. Berlangsungnya proses belajar terbentuk dari serangkaian aktivitas-aktivitas belajar
di dalamnya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ahmad Rohani HM (1991: 6) yang menyatakan
bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun
psikis. Dengan demikian, aktivitas dalam proses belajar merupakan aktivitas yang jamak dan
majemuk.
Sekolah merupakan lingkungan belajar untuk mengembangkan aktivitas. Ada berbagai jenis
aktivitas yang dapat dilakukan siswa selama pembelajaran. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
mendengar dan mencatat. Dari hasil penelitian Diedrich dalam Ahmad Rohani HM (1991: 8),
disimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas
jiwa, antara lain:
a. visual activities; membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
dan sebagainya.
b. oral activities; menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya.
c. listening activities; mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya.
d. writing activities; menulis: cerita, karangan, laporan, test, angket, menyalin dan sebagainya.
e. drawing activities; menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.
f. motor activities; melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun,
memelihara binatang dan sebagainya.
g. mental activities; menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan dan sebagainya.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidak terpisah satu sama lain dan saling berkaitan. Berbagai
aktivitas belajar yang dilakukan siswa, disadari atau tidak merupakan kegiatan pembelajaran itu
sendiri. Mustaqim (2008: 69) menyatakan bahwa belajar lebih berhasil jika tujuan belajar
berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
Menurut Umar Hamalik (2005:175-176), nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi siswa
yaitu sebagai berikut:
a. para siswa mancari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.
c. memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
d. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis.
f. mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru.
g. pengajaran diselenggarakan secara realitis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan
berpikir kritis serta menghindarkan verbalitis.
h. pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diungkapkan bahwa aktivitas belajar merupakan
serangkaian kegiatan fisik atau mental siswa yang dilakukan secara sadar dalam bereaksi dengan
lingkungannya hingga terjadinya pemrosesan informasi dalam proses pembelajaran.

C. Hasil Belajar
Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan khusus yang dinamakan hasil belajar.
Hasil belajar ialah merupakan pernyataan perbuatan belajar atau performance.
Hasil belajar adalah proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan rumusan tingkah laku
yang diharapakan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman lapangan (Nana
Sudjana,2005:22)
Hasil belajar terbagi menjadi tiga macam, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2)
pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita (Nana Sudjana,2005:29).
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar dan telah dinilai dalam jangka waktu tertentu (Usman,1997:73). Untuk mengukur hasil
belajar siswa, berarti guru harus memberikan penilaian dan evaluasi kepada siswa, dimana nilai
tersebut biasanya dalam bentuk angka atau huruf sebagai laporan pendidikan siswa.
Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang telah dicapai seseorang untuk mendapatkan suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai suatu pengalaman seseorang tersebut
dangan lingkungannnya (Slameto,2003:57). Hal ini juga dikuatkan oleh (Hamalik,1994,74) bahwa
hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan
belajar. Selanjutnya Keller memandang hasil belajar sebagai suatu keluaran dari suatu sistem
pemrosesan sabagai masukan yang berupa informasi. Sedangkan Romiszowski berpendapat bahwa
hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan
masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kenerja. Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan
yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar yang berupa informasi yang diterapkan
melalui perbuatan atau tingkah laku (Abdurrahman,1999:26).
Hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Menurut Bloom, yang dimaksud dengan ranah kognitif adalah segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
tertinggi yakni pengetahuan/ hafalan/ ingatan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis(analysis), sintetis (syinthesis) dan
penilaian (evaluation).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan
bahwa sikap seseorang dapat digunakan untuk meramalkan penguasaan kognitif orang tersebut.
Ranah afektif ini digolongkan menjadi lima katagori, yakni (a) recciving yaitu menerima atau
memperhatikan, (b) respondingyakni menanggapi, (c) valuing yakni menilai atau menghargai,
(d) organization yakni mengatur dan mengorganisasikan, (e) characterization by value
complex yakni karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai kompleks.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil ranah
psikomotorik yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomorik ini tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam ranah psikomotorik, yakni (a)
gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketepatan, (f) gerakan ekspresif interpretatife (Bloom dalam Sudjana,1991:34).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau
pengetahuan yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai bentuk perolehan
belajar siswa yang dinilai setelah siswa melalui proses belajar mengajar suatu pokok bahasan atau
sub pokok bahasan tertentu. Hasil belajar juga merupakan kemampuan atau pengetahuan yang
berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, tingkat keberhasilan, serta perolehan belajar
siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar tentang pokok bahasan tertentu di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.

D. Tinjauan Keilmuan
1. Energi
a.
Energi kinetik
Gambar 1: perubahan posisi benda dengan kecepatan v
Energi kinetik adalah energi gerak yang diperoleh sebagai gerakan dari obyek, partikel, atau
seperangkat partikel. Sebuah obyek yang memiliki gerak, apakah itu gerak vertikal atau horizontal,
maka sebuah obyek tersebut berarti memiliki energi kinetik. Faktor yang mempengaruhi energi
kinetik adalah semakin berat sebuah obyek tersebut dan semakin cepat pula obyek tersebut bergerak
maka energi kinetik yang yang dimiliki obyek tersebut semakin besar. Ada banyak bentuk energi
kinetik antara lain yaitu : getaran (energi karena gerak getaran), rotasi (energi karena gerak rotasi
atau berputar), dan translasi (energi karena gerakan perpindahan dari satu lokasi ke lokasi
lain). Dalam hal ini benda yang bergerak tersebut dianggap rigid dan massanya tetap dan
kecepatanya konstan. Untuk benda yang sama, semakin besar kecepatnnya maka akan semakin besar
energi kinetiknya, sebaliknya semakin kecil kecepatannya maka semakin kecil energi kinetiknya.
Dengan demikian berkurang atau bertambahnya energi kinetik yang dimiliki suatu benda terlihat
dari kecepatan geraknya.

Dalam mekanika klasik energi kinetik dari sebuah titik objek (objek yang sangat kecil sehingga
massanya dapat diasumsikan di sebuah titik), atau juga benda diam, maka digunakan persamaan:
Keterangan:

: energi kinetik translasi


: massa benda
: kecepatan linier benda

Ada banyak contoh sederhana Energi Kinetik didalam praktek kehidupan kita sehari – hari
antara lain sebagai berikut ini : seseorang yang berjalan, bisbol yang dilempar, pensil yang jatuh
dari meja, dan partikel bermuatan dalam medan listrik juga merupakan contoh energi kinetik dan
masih banyak contoh- contoh yang lainnya.
Energi kinetik adalah kuantitas skalar, dan tidak memiliki arah. Tidak seperti kecepatan,
percepatan, gaya, dan momentum, energi kinetik dari suatu benda benar-benar dijelaskan oleh
besarnya saja. Seperti usaha dan energi potensial, satuan ukuran standar pengukuran untuk energi
kinetik adalah Joule.
b. Energi potensial gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki oleh benda karena kedudukan atau
ketinggiannya. Energi potensial merupakan energi yang masih tersimpan atau tersembunyi pada
benda, sehingga mempunyai potensi untuk melakukan usaha. Misalnya, sebuah benda dengan
massam diangkat dari permukaan tanah sampai ketinggian h dari tanah.
Gambar 2. Energi potensial gravitasi benda pada ketinggian h
Apabila percepatan gravitasi bumi g, maka gaya yang diperlukan untuk mengangkat benda
adalah . Jadi, usaha yang diperlukan untuk mengangkat benda setinggi h adalah:
Dengan demikian, benda yang berada pada ketinggian h mempunyai potensi untuk melakukan
usaha sebesar W. Dikatakan benda tersebut mempunyai energi potensial gravitasi, yang besarnya:
dengan:

= energi potensial gravitasi ( J)


= massa benda (kg)
= percepatan gravitasi (m/s2)
= ketinggian benda (m)

Apabila benda mula-mula berada pada ketinggian h1, karena gaya beratnya benda
bergerak vertikal ke bawah hingga ketinggian h2 dari bidang acuan.

Gambar 3. Energi potensial benda yang mula-mula berada pada ketinggian h1

Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya berat adalah:


Sehingga usaha yang dilakukan oleh gaya berat merupakan selisih perubahan energi potensial benda
tersebut.
Dengan menggunakan gerak jatuh bebas, kecepatan benda setelah berada di ketinggian h, dapat
dicari dengan persamaan :
Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi untuk memindahkan benda dari
ketinggian h1 ketinggian h2 ditinjau dari titik acuan tertentu adalah :
Dari persamaan usaha tersebut, jika benda dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi (benda
bergerak keatas), usaha yang dilakukan bernilai positif ( ). Sebaliknya, jika benda dipindahkan
ketempat yang lebih rendah (benda bergerak kebawah), usaha akan bernilai negatif ( ).
Ketika benda bergerak keatas, energi potensial akhir lebih besar dari energi potensial awal yang
berarti ada penambahan energi. Penambahan energi didapatkan dengan mengubah energi kinetik
benda menjadi energi potensial. Inilah yang menyebabkan benda yang bergerak ke atas kecepatannya
makin berkurang. Sebaliknya ketika benda bergerak ke bawah, energi potensial akhir lebih sedikit
dari energi potensial awal. Ini terjadi karena sebagian energi potensial diubah menjadi energi kinetik.
Ini yang menyebabkan kecepatan benda yang bergerak turun, semakin besar.

E. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

 Pembelajaran didominasi peran aktif guru (teacher centered)


 Metode yang dipilih guru untuk membuat aktif siswa tidak efektif
 Pengalaman belajar langsung (dengan obyek nyata) yang dimiliki siswa kurang
 Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran

Tindakan

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran

Hasil

 Siswa dapat menerapkan 5M (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi)


 Hasil belajar meningkat
 Siswa dapat melakukan pembelajaran langsung (dengan obyek nyata)

Kondisi Awal

 Aktivitas siswa yang rendah


 Hasil belajar yang rendah
 Pengalaman belajar langsung (dengan obyek nyata) yang dimiliki siswa kurang

Tindakan

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran


Gambar.4 Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika di sekolah dibatasi oleh waktu dan beban materi yang harus disampaikan.
Hal tersebut menimbulkan kecenderungan guru untuk menggunakan metode ceramah dalam tiap
pembelajaranfisika. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang sesuai
dengan karakteristik materi yang disampaikan, ikut berpengaruh terhadap respon belajar siswa. Salah
satu pengaruh yang terlihat yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi kurang.
Dengan melihat karakteristiknya, fisika dipelajari dengan prinsip ‘menemukan dan
membuktikan’, tidak hanya ‘menerima’ suatu konsep. Pembelajaran dengan model Problem Based
Learning (PBL)menggunakan aturan tersebut, yaitu siswa menemukan suatu konsep pengetahuan
melalui serangkaian keterampilan proses. Melalui proses tersebut, siswa akan didorong untuk terlibat
secara langsung dan aktif dalam mempelajari suatu konsep materi pelajaran. Pembelajaran dengan
pendekatan ini juga akan mengasah keterampilan proses siswa. Seperti yang sudah diketahui bahwa
keterampilan proses merupakan bekal yang bisa digunakan untuk menemukan suatu konsep atau
pengetahuan.
Keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran akan meningkatkan aktivitas dan
hasil siswa dalam belajar. Diharapkan dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses, aktivitas
siswa dalam pembelajaran akan lebih berkembang. Selanjutnya siswa akan mengalami peningkatan
pemahaman pada materi yang sedang dipelajari.

F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah model problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester
gasal tahun ajaran 2015/ 2016. Peningkatan aktivitas belajar antara lain terlihat dari meningkatnya
kegiatanberupa mengamati, bertanya, bereksperimen, asosiasi dan komunikasi, melakukan tugas
sesuai arahan guru, memusatkan perhatian dan melakukan tugas dengan teliti dan
meningkatnya hasil belajar siswa lebih dari 75% siswa mencapai KKM.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wina Sanjaya (2009: 26) penelitian
tindakan kelas diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester gasal
tahun ajaran 2015/ 2016. Pertimbangan digunakannya kelas ini sebagai subjek penelitian
dikarenakan kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Pertimbangan di atas mendasari harus dilakukannya tindakan perbaikan di kelas tersebut.

C. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester gasal
tahun ajaran 2015/ 2016. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus - Oktober 2015.
D. Setting Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Data diperoleh
pada saat pembelajaran berlangsung.

E. Desain Penelitian

Menurut Kemmis dan McTaggart yang dikutip oleh Depdiknas (2004:2), Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) meliputi empat alur (langkah), yaitu:(1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi. Meskipun alur penelitian tindakan kelas terdiri dari empat alur, namun
pada saat pengambilan data, langkah pelaksanaan tindakan dan observasi digabung menjadi satu
langkah. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar.5 Siklus PTK Model Kemmis & Mc Taggart
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI
MIA-7 SMA Negeri 1 Semarang semester gasal tahun ajaran 2015/ 2016 pada materi Usaha dan Energi melalui
penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan
sebagi berikut:
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini disusun perencanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Tindakan perencanaan penelitian meliputi:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan guru sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran.
b) Menyusun lembar kegiatan siswa (LKS) yang berfungsi sebagai petunjuk kegiatan yang akan dilakukan siswa dan
merupakan media belajar sebagai kelengkapan RPP
c) Menyusun lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa saat pembelajaran.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
e) Menyiapkan kamera atau alat perekam lain untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hal ini didasarkan pada kondisi ril siswa
saat pembelajaran. Ketika pembelajaran sebelum tindakan dilakukan, aktivitas belajar siswa kurang.
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning. Siklus I membahas tentang Usaha. Siklus II membahas Energi.
Pembelajaran tiap siklus dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Selanjutnya, pembelajaran
yang telah dilakukan dianalisis untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran. Berdasarkan
hasil analisis dilakukan perbaikan untuk siklus selanjutnya, hingga diperoleh perkembangan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran.
Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan
merupakan upaya untuk mengumpulkan data. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh observer (guru
pamong dan teman sejawat).
3. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan diskusi dan analisis dengan guru dan observer mengenai hasil pengamatan yang
dilakukan selama pembelajaran. Hasil dari diskusi dan analisis pembelajaran digunakan sebagai pertimbangan
untuk merencanakan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan soal pre-test dan post-test.
a. Lembar Observasi Aktivitas Belajar
Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi berisi indikator aktivitas belajar siswa yang meliputi:

a. bertanya hal-hal terkait materi yang sedang dipelajari teman


b. mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat anggota lain
c. membantu anggota kelompok dalam melakukan percobaan
d. berdiskusi sebelum menjawab pertanyaan dalam LKS
e. mengerjakan tugas sesuai panduan/ arahan guru
f. memusatkan perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan
g. mengerjakan tugas dengan teliti

b. Soal Pre-test danPost-test


Soal pre-test dan post-test dibuat berdasarkan indikator pembelajaran dari tiap materi yang disampaikan dan berbentuk pilihan ga
2. Instrumen Pembelajaran
. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang digunakan sebagai instrumen pembelajaran berisi:
- Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam da
: jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya
: Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tek
2.1
hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dal
aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan
melaporkan, dan berdiskusi
: Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
2.2 implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
Menganalisis konsep usaha, konsep energi, hubungan usaha dan perubahan energi, dan huku
kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kejadian sehari-hari
3.3 : Indikator :
Pertemuan Kesatu
3.3.1 Menjelaskan perbedaan pengertian usaha dalam fisika dan usaha dalam kehidupan sehari-ha
3.3.2 Mendeskripsikan hubungan antara usaha, gaya, dan perpindahan
Pertemuan Kedua
3.3.3 Menghitung usaha dari grafik gaya sebagai fungsi jarak.
Pertemuan Ketiga
3.3.4 Menghitung besar energi potensial (gravitasi dan pegas)
Pertemuan Keempat
3.3.5 Menganalisis hubungan usaha dengan energi potensial
Pertemuan Kelima
3.3.6 Menghitung besar energi kinetik
Pertemuan Keenam
3.3.7 Menganalisis hubungan usaha dengan energi kinetik
Pertemuan Ketujuh
3.3.8 Merumuskan bentuk hukum kekekalan energi mekanik
3.3.9 Menganalisis hukum kekekalan energi dalam menyelesaikan permasalahan dalam kejadian
sehari-hari
Pertemuan kedelapan
3.3.10 Menghitung besar daya
Memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah terkait dengan konsep gaya, dan
kekekalan energi
4.3.1 Mengetahui pengaruh sudut antara gaya dan perpindahan terhadap usaha yang dilakukan
4.3.2 Menentukan besar energi potensial melalui percobaan
4.3.3 Menentukan besar energi kinetik melalui percobaan
4.3 4.3.4 Menentukan besar daya seseorang untuk melalui sebuah tangga

. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


LKS disusun berdasarkan rumusan kompetensi dasar 3.3, dan 4.3 sebagai arahan belajar siswa saat kegiatan
pembelajaran.

. Alat dan Bahan Percobaan


Alat dan bahan percobaan untuk pembelajaran disesuaikan dengan materi yang disampaikan, sehingga tiap
siklus memiliki alat dan bahan yang berbeda.

3. Validasi Instrumen
a. Instrumen Penelitian
Validitas lembar observasi aktivitas belajar siswa diperoleh dari proses validasi yang dilakukan dosen dan observer.
Sedangkan validitas soal pre-test dan post-test diperoleh melalui proses validasi isi & ahli. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan. (Suharsimi Arikunto, 1997: 64). Sedangkan menurut Nana Sudjana (2005: 13) validitas isi berkenaan
dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya, artinya tes tersebut mampu
mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi pada soal pre-test dan post-
test diperoleh dengan menyesuaikan indikator soal pre-test dan post-test dengan materi yang akan disampaikan
dan tujuan pembelajaran pada RPP.
b. Instrumen Pembelajaran
RPP dan LKS yang digunakan selama penelitian pembelajaran dilakukan proses validasi oleh dosen dan guru.

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah data kualitatif. Data kualitatif berupa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi pembelajaran di kelas. Data hasil observasi yang akan diambil adalah aktivitas belajar
siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan
model PBL. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi pengamatan aktivitas belajar siswa yang
telah disiapkan sebelumnya.
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan berisi hal-hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Rangkuman data yang ditulis
diantaranya yaitu situasi pembelajaran, interaksi antara guru-siswa dan antara siswa-siswa, serta aspek-aspek lain
selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Soal Pre-test dan Post-test
Soal pre-test dan post-test dibuat berdasarkan indikator pembelajaran dari tiap materi yang disampaikan dan
berbentuk pilihan ganda.
H. Teknik Analisa Data
Analisis data didasarkan pada hasil refleksi tiap siklus tindakan. Hal ini bermanfaat untuk perbaikan rencana
pembelajaran pada siklus selanjutnya.
1. Analisis Data Aktivitas Belajar
Pembelajaran dikatakan optimal bila ada peningkatan aktivitas belajar siswa setelah pemberian tindakan.
2. Analisis Hasil Pretest dan Posttest
Peningkatan prestasi belajar siswa dari hasil pre-test dan post-test dianalisis pada masing-masing siklus
menggunakan rumus normalisasi gain (Meltzer, David E., 2002: 3) sebagai berikut:
Keterangan:
= nilai rata-rata kelas
X maks = nilai maksimal tes

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain <g> sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Gain Score

Indeks Gain Interpretasi

g > 0,70 Tinggi

g > g  0,70 Sedang

g  0,30 Rendah

Gain score merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat kefektifan pembelajaran berdasarkan
skor pre-test dan post-test.

I. Kriteria Keberhasilan Penelitian


Penelitian ini dikatakan berhasil apabila aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran
fisika yang ditunjukan oleh Gain Score siswa yang memperoleh nilai lebih tinggi dari kriteria
ketuntasan minimal (KKM) SMA Negeri 1 Semarang. Siswa yang memperoleh nilai lebih tinggi
dari KKM dikatagorikan tuntas pada materi tersebut.

 AUTHORUNKNOWN
 DATE12:03 PM
 COMMENTS2 COMMENTS
 CATEGORIES

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
Related Posts:

 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2015/2016PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2015/20… Read More
← NEWER POSTOLDER POST →HOME

2 comments:

1.

Abdulah KondakhFebruary 3, 2017 at 9:09 PM


sayangnya ga ada daftar referensinya
Reply

2.

PurboriniMay 1, 2017 at 1:53 PM


dapat menanmbah pmahamna saya tentang model pembelajaran PBL.
Judul Buku referensinya apa saja ya mas Rendhi?
Terima kasih sebelumnya.
Reply
SUBSCRIBE TO: POST COMMENTS (ATOM)

Anda mungkin juga menyukai