Anda di halaman 1dari 2

http://www.hukumonline.

com/klinik/detail/cl2572/keadaan-memaksa-_-force-majeur

KEADAAN MEMAKSA / FORCE MAJEUR


Kami adalah pengusaha dibidang perhotelan di Bali. Akhir-akhir ini,terutama setelah Bomb Bali
tanggal 12 Oktober, omzet kami menurun drastis hingga perusahaan sering merugi. Yang ingin
kami tanyakan adalah bolehkah kami mengajukan PHK dengan alasan Force Majeur dan dengan
demikian pesangon yang diberikan adalah 1X Kepmen? Dan, dimanakah saya boleh
mendapatkan/ mencari definisi Pemerintah mengenai Force Majeur? Di situs:
www.library.yale.edu/~llicense/forcecls.shtml dijelaskan bahwa Force Majeur tidak harus
bencana alam maupun wars & riots namun juga dapat mencakup "performance failures of parties
outside control of the contracting party not caused by negligence" contoh: disrupsi servis telepon
dikarenakan kerusakan pada TELKOM; apakah di Indonesia juga diterapkan hal yang sama?
Saya terima kasih sekali atas adanya rubrik ini yang membantu orang awam seperti saya dapat
melakukan business. Terima kasih.

Jawaban :
Berdasarkan Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ("UUK"), pemutusan
hubungan kerja (PHK) yang disebabkan oleh inisiatif perusahaan, harus mendapatkan penetapan
dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (ps.151 (3) UUK); untuk sementara
hingga lembaga ini dibentuk, fungsi ini dijalankan oleh P4P/P4D), kecuali PHK yang disebabkan
karena pekerja/buruh yang bersangkutan berada dalam keadaan sakit keras yang berkepanjangan,
melakukan kesalahan berat, melakukan perbuatan pidana, mengundurkan diri, meninggal,
pensiun dan mangkir kerja (ps.158, 160, 162, 164, 166, 167 dan 168). Force majeure biasanya
merupakan alasan yang dipakai oleh sebuah perusahaan (ps.164 (1)) untuk mengadakan PHK.

Force majeure adalah kejadian atau keadaan yang terjadi diluar kuasa dari para pihak yang
bersangkutan, dalam hal ini perusahaan dan pekerja/buruh. Istilah yang digunakan dalam UUK
untuk force majeur adalah keadaan memaksa.

Namun UUK tidak menjelaskan lebih lanjut pengertian keadaan memaksa. Sepanjang yang kami
ketahui, force majeure biasanya merujuk pada tindakan alam (act of God), seperti bencana alam
(banjir, gempa bumi), epidemik, kerusuhan, pernyataan perang, perang dan sebagainya.

indakan pemerintah, termasuk juga perubahan regulasi, yang pada dasarnya diluar kuasa para
pihak, sudah menjadi anggapan umum merupakan bagian dari resiko berusaha. Sebaiknya (dan
seringkali juga) hal itu diatur secara tegas oleh para pihak (pihak perusahaan dan tenaga
kerja/buruh) dalam perjanjian, termasuk mekanisme penggantian kerugian atau tambahan beban
kewajiban yang timbul. Dasar pengaturan demikian tunduk pada kebebasan berkontrak (ps.1320
KUH Perdata).

Sedangkan akibat dari kejadian yang sepertinya diluar kuasa manusia sehubungan dengan
kegiatan ekonomi, misalnya krisis ekonomi Indonesia selama ini, yang mana ternyata
menimbulkan efek yang berbeda pada pelaku ekonomi --- maksudnya ada yang merugi dan
memperoleh keuntungan --- biasanya bukan dasar alasan yang kuat sebagai force majeure.
Dalam hal demikian, bagi pelaku yang merugi dapat meminta penyelesaian melalui mekanisme
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl2572/keadaan-memaksa-_-force-majeur

bi-partit dengan pihak terkait, atau bahkan meminta intervensi pemerintah, untuk keringan/
bantuan sehubungan dengan kerugiannya/ tambahan beban kewajiban yang ditanggungnya.

Mengenai PHK karena force majeure, UUK menetapkan bahwa pekerja/buruh berhak atas uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 (4).

Anda mungkin juga menyukai