Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

A. Pengertian
Vertigo pertama kali berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitive
merupakan ilusi bergerak, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh
yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya hal seperti ini jika sering terjadi
berulang-ulang akan menganggu kehidupan penderita (Junaidi, 2013).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin
dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya
subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada
penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering
tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009).
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menjadi masalah
bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar saja; hari
ini terjadi, besok hilang, namun ada kalanya vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa
bulan atau beberapa tahun. Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress,
mata lelah, dan makan atau minum tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional
dan tidak ada hubunganya dengan perubahan - perubahan organ di dalam otak. Otak
sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya vertigo tidak disebabkan
kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan ketegangan atau tekanan pada
selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di dalam kepala dapat menimbulkan rasa
sakit yang hebat dan ketika seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat
yang aman ketika gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera
(Junaidi, 2013).
Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit
penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak, penderita merasakan atau
melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan
dirinya bergerak, padahal tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu
kondisi anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu kehidupan
seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto, 2009).

B. Penyebab
vertigo merupakan suatu gejala, penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan
pada telinga bagian dalam, obat- obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak,
dan lain- lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam
telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya
sendiri (Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh
dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo (Marril
KA, 2012):
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat- obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional.
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere.
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis
multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau
keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah
ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri
basiler.

C. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami
kerusakan, yaitu :
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel
saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
D. Patofissiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII,
otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun
virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang
tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggu dan menimbulkan vertigo. Begitu pula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapatmenimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda- beda.
E. Pengkajian Keperawatan
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan, dll.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada pasien vertigo
keluhan utama yang dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta pusing.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan
adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang
dapat memicu vertigo.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak.
Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan
salisilat.
e. Riwayat Penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetic maupun tidak.
f. Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien terhadap keluarga dan data
spiritual klien.
g. Pola-Pola fungsi Kesehatan
§ Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga
mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa.
§ Pola nutrisi dan metabolisme
Adakah nausea dan muntah.
§ Pola eliminasi
Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak.
§ Pola tidur dan istirahat
Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak, berapa lama tidur klien, pada pasien vertigo
biasanya pasien mengalami gangguan tidur.
§ Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang, klien sering mengalami Letih, lemah,
Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari
dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
§ Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
§ Pola presepsi dan konsep diri
Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait dengan penyakitnya.
§ Pola sensori dan kognitif
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah mengalami penurunan panca indra.
§ Pola reproduksi seksual
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan pasangannya, apakah ada gangguan atau
tidak.
§ Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.
§ Pola tata nilai dan keyainan
Di kaji tentang agama yang di anut klien.

B. Pemeriksaan Fisik
1. Gambaran Umum
a. Kesadaran
Compos mentis, apatis, somnolen, stupor atau koma
b. Penampilan
Tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat.
c. TPRS
Meliputi BB, TB, Tekanan darah, suhu, nadi RR
2. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
a. Sistem integument
- Inspeksi : Di lihat warna kulit.
- Palpasi : kelembaban kulit, turgor kulit (normalnya kembali dalam 2detik)
b. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala, warna rambut
- Palpasi : kekuatan rambut (rontok/tidak), ada nyeri tekan
c. Leher
- Palpasi : ada pembesaran kelenjar getah beting dan kelenjar tyroid atau tidak
d. Muka
- Inspeksi :Bentuk muka, ekspresi muka
e. Mata
- Inspeksi : Biasanya pada pasien vertigo Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
f. Telinga
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris atau tidak, ada kotoran atau tidak
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
g. Hidung
- Inspeksi: Bentuk hidung, adanya secret atau tidak
- Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
h. Mulut dan Faring
- Inspeksi : mulut simetris atau tidak, kebersihannya
- Palpasi : ada nyeri tekan tidak, ada benjolan tidak
i. Thorax
- Inspeksi : ada retraksi dinding dada atau tidak
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris atau tidak
- Perkusi : bagaimana suara ketukannya
j. Paru
- Inspeksi : simetris atau tidak
- Palpasi : ada benjolan atau tidak
- Auskultasi : biasanya pada pasien vertigo Tidak ada weezing, rhonki
k. Jantung
- Auskultasi : Pada pasien vertigo S1 dan S2 tunggal
l. Abdomen
- Inspeksi : Dilihat bentuk abdomen
- Palpasi : pembesaran hati dan limpanya di kaji
- Auskultasi : bising usus

3. Sistem neurologi

a. Test nervus I (Olfactory)

§ Fungsi penciuman

§ Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang baunya
mudah dikenal seperti sabun, tembakau, kopi

§ Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.

b. Test nervus II ( Optikus)

§ Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang

§ Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran,
ulangi untuk satunya.

§ Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien memandang
hidung pemeriksa yang memegang pena warna cerah, gerakkan perlahan obyek
tersebut, informasikan agar klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut,
ulangi mata kedua.

c. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)

§ Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).

§ Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter kedalam tiap pupil
mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan
keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar.

§ Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata,
gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.
§ Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.

d. Test nervus V (Trigeminus)

§ Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan
bawah.

- Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.

- Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.

§ Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada
otot temporal dan masseter.

e. Test nervus VII (Facialis)

§ Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin
pahit. Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak
boleh menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.

§ Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum,
mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya
f. Test nervus VIII (Acustikus)

§ Fungsi sensoris : Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa
berbisik di satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.

§ Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat


melakukan atau tidak.

g. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)

§ N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di
test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi
M. Salivarius inferior.

§ N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak,


sensasi pharynx, tonsil dan palatum lunak.

§ Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan
tertarik keatas.

§ Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong
spatel, akan terlihat klien seperti menelan.

h. Test nervus XI (Accessorius)

§ Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus


dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya.

§ Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan -test otot trapezius.

i. Nervus XII (Hypoglosus)

§ Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan

§ Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)

§ Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk
menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

C. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Radiologi X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid, foto
vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).

b. Pemeriksaan Laboratorium dan EKG

c. Pemeriksaan lain-lain

- Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni, audiometrik nada
tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri, reflek stapedius, dan apabila ada fasilitas
dapat dilakukan BERA (atas indikasi).

- Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).


F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak- adekuatan relaksasi, metode
koping tidak adekuat.
3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan
mengingat.

G. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasopressor.
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
b. Tanda- tanda vital normal.
c. Klien tampak rileks.

Intervensi dan rasional :

1. Pantau tanda- tanda vital, intensitas/skala nyeri.


R : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
R : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
R : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam.
R : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
R : untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak- adekuatan relaksasi,


metode koping tidak adekuat.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.

Kriteria hasil :

a. Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.


b. Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
c. Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
d. Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang tepat.

Inter$ensi dan rasional :

1. Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.


R : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
R : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan
menjadi lebih tenang.
3. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang
diharapkan.
R : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan
klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang
dapat diajarkan.
R : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

3. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber informasi, kurang kemampuan
mengingat.

Tujuan : klien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur, dan proses
pengobatan.

Kriteria hasil :
1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.


R : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.
2. berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
3. Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
R : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang
penyakitnya.
4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5. Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normal.
R : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi, letak tubuh yang kurang baik.
6. Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan
faktor- faktor yang berhubungan.
R : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit
kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat
serangan.
H. Daftar Pustaka
Mardjono M. & Sidharta P., 2008. Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta
Marril KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 januari 2011. Diunduh tanggal 13 November
2015. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinial#a0217
Lumban Tobing. S.M,2003,Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Pitriono Zinbe.2013. Asuhan Keperawatan Vertigo
Wilkinson 2012.Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta
: EGC
Heru , Andriawan (2012) SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT VERTIGO DENGAN METODE
FORWARD DAN BACKWARD CHAINING.
Friedman, M. Marliyan. (2010) Buku Ajar Keperawatan : Riset, Teori dan Praktik. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC.
Junaidi, I. (2013) Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Nanda. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA North
American Nursing Diagnosis Asspciation NIC NOC.

Anda mungkin juga menyukai