KEROKAN
Dosen Pengampu : Ns. Umi Setyoningrum
KELOMPOK 2
ADITYA YOGA DESA
BAIQ MIRA NOVYANTI
HENDRA PRATAMA MUSLIM
KELAS A
SEMESTER II
ABSTRAK
A. White. N. E. Acupuncture Uji coba Mengevaluasi efek 1. Studi dipilih di mana orang dewasa 1. Osteoartritis Akupunktur yang memenuhi
Foster, M. treatment for terkontro akupunktur pada nyeri dan dengan nyeri lutut kronis atau Kronis kriteria pengobatan yang
chronic knee pain: a
Cummings l secara fungsinya pada penderita osteoarthritis lutut diacak untuk 2. Pengobatan memadai signifikan lebih
systematic review.
dan P. Rheumatology acak sakit lutut kronis. menerima pengobatan akupunktur atau akupunktur unggul daripada akupunktur
Barlas kontrol yang terdiri dari akupungur 3. Kelompok sham dan tanpa intervensi
sham (plasebo), perawatan sham control tambahan dalam rasa sakit dan
lainnya, Tidak ada intervensi tambahan (akupunktur funsi pada pasien dengan nyeri
(perawatan biasa), atau intervensi aktif. sham, tidak ada lutut kronis.
2. Ukuran hasil utama adalah nyeri dan intervensi
fungsi jangka pendek, dan validitas studi tambahan,
dinilai menggunakan modifikasi intervensi aktif)
instrumen yang sebelumnya diterbitkan.
D. PEMBAHASAN
Terapi non farmakologis untuk Osteoarthritis lutut semakin menarik
dan termasuk dalam rekomendasi pengobatan saat ini. Akupunktur, salah satu
yang paling umum digunakan ini, dapat dianggap sebagai bentuk stimulasi
sensorik, dan penggunaannya untuk menghilangkan rasa sakit didukung oleh
bukti mekanisme biologis untuk pengaruhnya (White A, 2007).
Terapi akupuntur merupakan salah satu terapi non farmakologis yang
dapat menurunkan nyeri. Teknik akupuntur adalah dengan cara menusuk
jarum di titik-titik tertentu yang disebut akupuntur point. Prinsip pengobatan
nyeri sendi menurut ilmu akupunktur tradisional adalah untuk memperlancar
aliran Ci dan Sie dan menghilangkan obstruksi pada meridian dan kolateral-
kolateralnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan penjaruman pada titik-titik
di sekitar persendian yang terkena atau titik ahse dan titik-titik pada meridian
yang melalui daerah nyeri. (Sumanto, 2013).
Terapi akupunktur akan merangsang reseptor sensorik di perifer.
Reseptor itu akan meneruskan rangsangan ke nukleus spinal basal di
substansia grisea medulla spinalis menghasilkan endorfin yang akan berikatan
dengan reseptor opiat di sel transmisi nyeri, sehingga terjadi penghambatan
presinaptik melalui penghambatan pelepasan substansi P oleh serabut saraf
halus tak bermielin (Dodik,dkk 2013)
Perangsangan substansia grisea periakuaduktus (periaqueductalgrey
matter) menghasilkan β endorfin yang selanjutnya akan mengaktifkan
nukleus raphe dan/atau nucleus retikular magnoselular. Dari kedua nukleus
itu dikirimkan impuls penghambat nyeri ke medulla spinalis melalui jaras
kaudal-retikular (funikulus dorsolateralis=descending inhibitory system).
Jaras kaudalretikuler yang berasal dari nucleus raphe adalah serabut
serotinergik, sedangkan yang berasal dan nucleus retikular magnoselular
adalah serabut norepinefrinergik. Di medulla spinalis kedua jenis serabut
saraf tersebut bersinapsis dengan serabut enkefalinergik yang juga melakukan
penghambatan presinaptik melalui penghambatan pelepasan substansi P oleh
serabut saraf halus tak bermielin (Dodik, dkk 2013).
Perangsangan hypothalamus menghasilkan endorfin yang berikatan
dengan reseptor opiat di substansia grisea periakuaduktus, nucleus
accumbens, amigdala, habenula, termasuk nukleus arcuatushipothalami yang
dikenal sebagai mesolimbic loop of analgesia sehingga terjadi central pain
relief. Perangsangan hipothalamus juga menghasilkan releasing factor yang
akan merangsang pelepasan endorfin dari hipofisis dan ACTH. Endorfin dan
hipofisis ini dilepaskan ke sirkulasi sistemik dan kembali ke otak serta
medulla spinalis setelah menembus blood-brain barrier untuk selanjutnya
berikatan dengan reseptor opiat di susunan saraf pusat. ACTH akan
merangsang pelepasan kortisol untuk menekan reaksi inflamasi. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa akupunktur analgesia mempunyai efek
merangsang jalur modulasi melalui pelepasan neurotransmiter inhibitori
terutama β-endorfin, dinorfin, serotonin, dan noradrenalin, enkefalin (Dodik,
dkk 2013).
Berdasarkan teori “gate control” menjelaskan juga penyaluran impuls
nyeri yang melewati gerbang nyeri yang terdapat pada daerah kornudorsalis
mengalami modifikasi nyeri, dimana didaerah ini akan dikeluarkan suatu
substansi yaitu ekerfalin yang menghambat pengeluaran substansi P.
Substansi P merupakan suatu substansi yang dikeluarkan oleh kornu dorsalis
jika terdapat impuls nyeri. Substansi ini berfugsi sebagai pencetus timbulnya
nyeri dan penyaluran/transmisi impuls nyeri dari jaras aferen menuju jaras
spinotalamus (Dodik, dkk 2013).
Kemudian impuls nyeri akan disalurkan melewati traktus
spinotalamus atau jalur ascenden kemudian akan berakhir pada bagian otak
tengah. Selanjutnya impuls ini akan menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirimkan kembali ke bawah yaitu pada kornu dorsalis medulla spinalis
atau sistem kontrol desendenyang bekerja dengan melepaskan
neuromodulator yang menghambat transmisi nyeri yaitu enkefalin. Enkefalin
ini yang akan menghambat substansi P pada kornu dosalis sehingga transmisi
impuls nyeri dapat dihambat. (Dodik, dkk 2013)
E. KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai sumber dari jurnal dan artikel ilmiah dapat
disimpulkan bahwa terapi akupunktur efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri dibandingkan dengan yang tidak menerima terapi akupunktur dan
perawatan alternative lainnya pada pasien yang menderita nyeri lutut
termasuk didalamnya yang terdiagnosis Osteoartritis maupun Rhemathoid.
DAFTAR PUSTAKA