Anda di halaman 1dari 9

INVENTARISASI BITUMEN PADAT

DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BARITO SELATAN,


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh :
Eko Budi Cahyono
Subdit Batubara

SARI

Daerah penyelidikan secara administrasi mencakup 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu


Kecamatan Dusun Tengah, Awang dan Petangkep Tutui., Kabupaten Barito Selatan, Propinsi
Kalimantan Tengah. Secara geografis berada pada koordinat 1o 45’ 00’’– 2o 00’ 00’’ Lintang Selatan
dan 115o 07’ 30’ – 115o 22’ 30’’ Bujur Timur dengan seluas kuranglebih 41625 Ha.

Morfologi Daerah Ampah secara umum adalah 25% dataran aluvial di sebelah Barat dan
75% perbukitan bergelombang di sebelah Timur daerah penyelidikan dengan kisaran ketinggian
antara 40 – 350 m di atas muka laut. Tahapan sungai yang ada bervariasi dari tahapan muda ke tua,
muda pada bagian hulu perbukitan dan tua pada daerah dataran atau muara sungai

Secara keseluruhan, Ampah dan sekitarnya termasuk ke dalam Cekungan/Sub Cekungan


Barito dalam suatu sistem bagian dari Cekungan Kutai. Batuan dasar dari Sub Cekungan Barito yang
terdiri atas batuan dasar PraTersier dalam Satuan Batuan Volkanik Kasale yang dikorelasikan
dengan Formasi Haruyan yang berumur Kapur Atas, dimana diatasnya diendapkan secara tidak
selaras Formasi Tanjung berumur Eosen yang kemudian diendapkan secara selaras Formasi Berai
dan Montalat yang berumur Oligo-Miosen, dan kemudian diatasnya diendapkan Formasi Warukin
yang berumur Miosen.

Setempat struktur geologi yang berkembang berupa sesar, lipatan, kelurusan dan kekar, yang
melibatkan batuan berumur PraTersier sampai Holosen. Arah umum sesar berarah Barat Laut –
Tenggara, yang terdiri atas sesar normal dan sesar geser menganan-mengiri yang melibatkan batuan
dasar berumur PraTersier-Miosen. Kemudian arah umum lipatan yang berkembang adalah Timur –
Barat.

Hasil penyelidikan di daerah Ampah dan sekitarnya meliputi 5 formasi, yaitu formasi
Warukin, Berai, Montalat, Tanjung dan Kasale. Sedangkan formasi pembawa bitumen padat di daerah
penyelidikan adalah Formasi Montalat, dengan kisaran tebal 1,2 – 4,85 m dan kisaran kemiringan
lapisan 9° - 25°. Bitumen padat di daerah penyelidikan berada dalam lapisan batuan serpih-batupasir
halus-lanauan yang bersifat gampingan, dengan warna abu-abu sampai coklatmuda, umumnya
terselang-seling tipis dengan batuan pengapitnya. Sedang lapisan yang terbukti adanya indikasi
bitumen padat (berdasarkan analisa laboratorium) berjumlah 5 lapisan.

1. PENDAHULUAN Pemerintah Nasional dan Swasta Asing


di beberapa daerah dalam kerangka
1.1 Latar Belakang penyediaan Informasi Sumber Daya
Dalam beberapa tahun ini telah Mineral di dalam Negeri. Sebagai
dilakukan berbagai macam penyelidikan sumber energi alternatif, maka Direktorat
komoditi sumber energi baik oleh Sumber Daya Mineral melakukan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 1


Inventarisasi Penyelidikan komoditi
alternatif Bitumen Padat. Untuk 1.5 Demografi, Iklim dan Tata Guna
memenuhi dan melengkapi informasi Lahan
tersebut, maka Direktorat Inventarisasi Daerah Penyelidikan sebagian 30%
Sumber Daya Mineral menyusun temasuk daerah transmigrasi yang
Program Inventarisasi Bitumen Padat berasal dari Suku Jawa/Sunda dan NTT
dalam Sub-Cekungan Barito, sesuai dan 70% lainnya berupa pemukiman
lembar Peta Rupa Bumi yang diterbitkan penduduk asli suku Dayak (Manyan-
oleh Bakosurtanal. Lawangan) dan Banjar.
Agama yang dianut umumnya
1.2 Maksud dan Tujuan adalah Agama Islam, Kristen Protestan,
Penyelidikan dimaksudkan untuk Katholik, Hindu Kaharingan dan
mempelajari keadaan geologi, khususnya sebagian kecil Budha.
yang menyangkut bitumen padat dalam Vegetasi yang ada berupa hutan
Sub-Cekungan Barito. Pekerjaan ini rawa, perkebunan karet, pertanian/sawah
terutama diarahkan agar dapat dan padang ilalang.
menentukan kecenderungan akumulasi Satwa yang ada meliputi satwa liar
endapan bitumen padat dan babi hutan, rusa, kera, ular, ikan sungai
penyebarannya secara lateral. Disamping dan burung, dengan beberapa hewan
itu potensi kuantitas dan kualitas dari peliharaan ayam, sapi, kambing, babi dan
smberdaya bitumen padat, guna itik.
mendukung program pemerintah, baik Iklim yang mempengaruhi adalah
pengadaan dan pemanfatannya nanti iklim tropis dengan suhu rata-rata
sebagai Sumber Energi. berkisar antara 27oC - 40oC, musim
hujan berkisar antara bulan Nopember -
1.3 Hasil Akhir yang Diharapkan Maret dengan curah hujan rata-rata 2350
Hasil yang di sajikan adalah berupa mm/tahun, sedangkan musim kemarau
Peta Sebaran Bitumen Padat yang berlangsung pada bulan April-Oktober.
dilengkapi dengan informasi teknis
geologi dan kualitas bitumen padat.
2. KEADAAN GEOLOGI
1.4 Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah yang akan diselidiki secara 2.1 Geologi Regional
administratif adalah Daerah Ampah, 2.1.1 Tatanan Tektonik
Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Daerah Ampah termasuk kedalam
Kalimantan Tengah, atau pada lembar Cekungan/Sub Cekungan Barito dalam suatu
1714-31 (AmpahKota) dan 1714-32 sistem bagian dari Cekungan Kutai.
(S.Tabalong Kiwa) menurut Standar Sub Cekungan Barito bagian Barat di
Peta Bakosurtanal dengan skala 1 : batasi oleh “Foreland Sunda”, sebelah Utara
50.000 dengan batas koordinat secara oleh Tinggian Kucing dan Tinggian
geografis menempati : Mangkalihat dan sebelah Timur dipisahkan
2o 00’ 00’’ – 1o 45’ 00’’ LS dan dengan Sub Cekungan Pasir oleh Tinggian
115 7’ 30’’ – 115o 22’ 30’’ BT
o
Meratus.
(Gambar 1).
Daerah ini dapat dicapai dengan 2.1.2 Stratigrafi Regional
transportasi darat dari kota Banjarmasin Batuan dasar dari Sub Cekungan
(Kalimantan Selatan) ke arah Utara Barito adalah batuan PraTersier yang termasuk
melalui Kandangan, Amuntai, dalam Satuan Batuan Volkanik Kasale yang
TamiangLayang + 200 km, kemudian dikorelasikan dengan Formasi Haruyan Yang
diteruskan ke kecamatan atau desa berumur Kapur Atas, dimana diatasnya
setempat di daerah penyelidikan dengan diendapkan secara tidak selaras Formasi
menggunakan angkutan pedesaan Tanjung berumur Eosen yang kemudian
melalui jalan-jalan desa di wilayah diendapkan secara selaras Formasi Berai dan
masing-masing.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 2


Montalat yang berumur Oligo-Miosen, dan sebelah Timur daerah penyelidikan dengan
diatasnya kemudian diendapkan Formasi kisaran ketinggian antara 40 – 350 m di atas
Warukin yang berumur Miosen. muka laut.
Berdasarkan hasil penyelidikan di Pola sungai umumnya adalah Trellis
lapangan formasi pembawa endapan bitumen pada daerah perbukitan, yang berupa anak-
padat adalah Formasi Montalat. anak sungai pendek dan sejajar dan Dendritik
pada daerah dataran, yang
umunya rawa dan aluvial.
Tahapan sungai yang ada
bervariasi dari tahapan
muda ke tua, muda pada
bagian hulu perbukitan
dan tua pada daerah
dataran atau muara sungai,
dengan tingkat erosi yang
heterogen (tua–muda)
berdasarkan profil dari
sungai yang melalui
batuan disekitarnya.

2.2.2 Stratigrafi
Stratigrafi daerah
penyelidikan tidak jauh
berbeda dengan stratigrafi
secara Regional, hanya
tidak dijumpai adanya
Formasi Dahor.
Secara berurutan
dan umum dari Barat ke
Timur, formasi yang ada adalah Aluvial,
2.1.3 Struktur Regional Warukin, Montalat, Berai, Kasale pada bagian
Sub Cekungan Barito mengalami dua tengah yang merupakan batuan Pra-Tersier
kali pengangkatan yaitu yang berumur Akhir dan Tanjung (sebagian kecil) pada bagian
Kapur dan pengangkatan yang berumur Akhir Timur.
Miosen. Hal ini menyebabkan dijumpainya Formasi Warukin, berumur Miosen,
ketidakselarasan-ketidakselarasan pada tatanan terdiri atas batupasir kuarsa, berbutir sedang-
stratigrafinya. Pengangkatan yang beumur kasar, kurang padat, setempat konglomeratan,
Akhir Kapur menyebabkan terjadinya batasan- mengnadung sisipan batulempung. Batulanau
batasan dari Cekungan Barito. Pengangkatan dan batubara.
yang berumur Akhir Miosen menyebabkan Formasi Montalat,berumur Oligosen,
terbentuknya beberapa antiklin pada Formasi terdiri atas batupasir kuarsa, berbutir halus-
Tanjung, Formasi Berai dan Formasi Warukin. sedang, berwarna kuning dan kelabu muda,
Proses Tektonik terakhir terjadi pada mengandung sisipan batulempung dan
kala Plio-Pleistosen yang menyebabkan batubara.
berbagai pola struktur di wilayah ini Formasi Berai, berumur Oligosen,
terangakat, terlipat dan terpatahkan. Sumbu- berupa batugamping berwarna kuning sampai
sumbu lipatan umumnya sejajar dengan kecoklatan, umunya berlapis dan padat serta
Tinggian Meratus. keras.
Endapan Aluvial, menempati bagian
2.2 Geologi Daerah Penyelidikan sepanjnag aliran sungai.
2.2.1 Morfologi Setempat pola struktur geologi di
Morfologi Daerah Ampah secara daerah penelitian terdapat 2 sesar utama yang
umum adalah 25% dataran aluvial di sebelah berada di tengah lembar peta peyelidikan,
Barat dan 75% perbukitan bergelombang di keduanya membentuk graben (ke bawah) yang

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 3


terbentuk akibat dua sesar normal. Sebelah tersingkap di permukaan dan tidak begitu
Barat terdapat sesar naik yang seragam, tebal. Secara korelasi didapatkan hasil 5
membuat formasi lapisan mengalami lapisan serpih bitumen dengan penamaan
pergesaran. Lapisan bitumen padat yang lapisan hasil korelasi yaitu (dari Timur-Barat)
terbentuk di bagian Barat dan Timur menjadi Lapisan 1a-1b, Lapisan 2a, Lapisan
terpengaruh oleh pola lipatan menunjam, 2b, Lapisan 3a dan Lapisan 3b (Keterangan
sebagai akibat adanya interaksi struktur global Lihat Lampiran Peta). Tetapi pada Lapisan 1a
pada daerah penyelidikan. Pola struktur yang dan Lapisan 1b merupakan satu jenis lapisan
terbentuk di daerah penyelidikan cukup yang sama, disebabkan karena lapisan tersebut
membawa pengaruh terhadap pola sebaran berada pada sisi sayap sinklin yang lain.
bitumen padat. Hasil dari korelasi tersebut
berdasarkan kesamaan fisik di singkapan di
2.2.3 Struktur lapangan dan analisa retorting dari
Berdasarkan literatur dan pengmatan laboratorium.
di lapangan, setempat struktur geologi yang Singkapan dapat diidentifikasi dari
berkembang berupa sesar, lipatan, kelurusan pengamatan di lapangan dengan menunjukkan
dan kekar, yang melibatkan batuan berumur adanya indikasi Bitumen Padat, hal ini terbukti
PraTersier sampai Holosen. dengan adanya aroma bitumen setelah dibakar.
Arah umum sesar berarah Barat Laut Dan untuk memastikan adanya bitumen
– Tenggara, yang terdiri atas sesar normal dan tersebut, maka hasil laboratorium perlu di
sesar geser menganan-mengiri yang lakukan.
melibatkan batuan dasar berumur PraTersier-
Miosen. Kemudian arah umum sumbu lipatan 3.3 Kadar dan Kualitas Bahan Galian
yang berkembang adalah Utara – Selatan. Untuk mengetahui kadar dan kualitas
bitumen padat harus dilakukan analisa
2.3 Indikasi Endapan Bitumen Padat laboratorium serta analisa retorting. Akan
Berdasarkan pengamatan literatur dan tetapi untuk mengetahui sementara kadar dan
referensi yang ada, serta hasil di lapangan, kualitas bitumen padat yang terkandung dalam
endapan bitumen padat menempati tidak jauh batuan secara megaskopis dapat dilakukan
dengan formasi pembawa batubara dan pada saat pengambilan conto dilapangan,
lingkungan pengendapan dimana endapan sehingga conto yang akan dianalisa dapat
bitumen padat tersebut dapat terbentuk dan memberikan hasil yang optimal.
terakumulasi dalam suatu lapisan batuan. Hal
ini berpengaruh besar terhadap perkembangan 3.3.1 Megaskopis
lateral sedimentasinya serta jumlah Secara umum di lapangan
kuantitasnya. Adanya arus yang relatif tenang 1.0 - 3.0 m. Secara megaskopis
dan mineral pembentuk bitumen sangat utama berada pada lapisan batu serpih-lanau
dalam proses pembentukannya, seperti contoh pasiran, abuabu-kecoklatan, berbutir
dengan dicirikannya adanya indikasi halus-sedang, pemilahan baik, sortir
Lamalginit dan Telalginit (‘Botryococcus ‘). baik-sedang, kemas tertutup, tersebar
beberapa mineral ikutan seperti pirit,
karbonan. Setempat adanya
3. HASIL PENYELIDIKAN interkalasi pasir dan lempung.

3.1 Geologi Endapan Bitumen Padat 3.3.2 Hasil Analisa Laboratorium


Hasil penyelidikan di lapangan Conto batuan sebagai hasil
mendapatkan beberapa singkapan yang penyelidikan lapangan kemudian akan
tersebar merata, dan umumya lapisan yang dipilih beberapa conto diantaranya
mengandung bitumen padat terdapat pada untuk dilakukan analisa laboratorium
Formasi Montalat. seperti analisa retorting dan analisa
3.2 Endapan Bitumen Padat petrografi.
Berbentuk lapisan secara lateral yang
umumnya berpola Barat Laut – Tenggara,

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 4


Analisa Retorting gampingan yang dianggap
mengandung bitumen, hasilnya dapat
Analisa retorting dilakukan
dilihat seperti pada Tabel Hasil
untuk mengetahui kuantitas minyak
Analisa Retorting dibawah ini. Dari
yang terkandung didalam batuan.
conto tersebut di atas, yang
Sebagai hasilnya paling tidak dapat
mengandung minyak hanya 5 sampel
diketahui kandungan minyak dalam
saja (KLM-07, KLM-8, KLM-09,
liter/ton, kandungan air dalam liter/ton
BTP-01 dan BTP-02). Kandungan
dan berat jenis minyak dalam
rata-rata yang dihasilkan adalah 5
gram/ton.
liter/ton, hanya conto KLM-07 yang
Hasil pengujian terhadap 10 terttinggi terdapat 10 liter/ton.
conto batuan yang terdiri dari serpih,
batupasir gampingan dan lanau-

Tabel Hasil Analisa Retorting Conto Bitumen Padat Daerah Ampah


KANDUNGAN
BERAT JENIS BATUAN BERAT JENIS KANDUNGAN
NO KODE AIR
(gr/ml) MINYAK (gr/ml) MINYAK (liter/ton)
(liter/ton)
1 KLM-01 2,3102 i.s. - 80
2 KLM-04 2,4721 i.s. - 25
3 KLM-05 2,1500 i.s. - 50
4 KLM-06 2,3550 i.s. - 45
5 KLM-07 1,9189 i.s. 10 60
6 KLM-08 2,3727 i.s. 5 30
7 KLM-09 2,1326 i.s. 5 20
8 KLM-10 1,9275 i.s. - 100
9 BTP-01 2,3071 i.s. 5 25
10 BTP-02 2,4297 i.s. 5 25

Analisa Petrografi
Analisa petrografi dilakukan Berdasarkan hasil analisa petrografi
dengan melalui sayatan poles dibawah terhadap 5 conto batuan hasil
mikroskop sinar pantul. Hasil analisa penyelidikan lapangan daerah Ampah,
ini paling tidak dapat digunakan batuan umumnya merupakan sedimen
antara lain : klastik halus yang terdiri dari
sbatulanau dan batulempung. Pada
ƒ Dapat mengetahui kandungan
umumnya mengandung material
maseral.
organik vitrinit yang cukup signifikan
ƒ Dapat mengetahui tingkat
antara 1.0 – 7.0 %, yang tersebar pada
kematangan suatu material
batuan maupun terakumulasi tipis
organik, dalam hal ini adalah
batubara “coal string”. Dari segi
tingkat kematangan generasi
kuantitas, besarnya kandungan vitrinit
hidrokarbon, yaitu melalui
memudahkan di dalam penentuan
reflektan vitrinite.
‘maturity’ material organik namun
ƒ Dapat digunakan untuk
proses pelapukan hadirnya vitinit yang
memperkuat hasil analisa
mempunyai nilai reflektan (Rv) yang
retorting.
rendah, sehingga pada beberapa
contoh batuan kisaran nilai reflektan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 5


vitrinit yang diperoleh besar. Hal 3.4 Sumberdaya Bitumen Padat
demikian biasanya ditunjukkan pula Perhitungan sumberdaya bitumen
oleh angka standar deviasi (>0.05 %) padat di daerah penyelidikan dilakukan
nilai rerata reflektan vitrinit serta plot berdasarkan hasil rekonstruksi masing-masing
histogram frekuensinya yang penyebaranya, dan kesinambungan lateral
cenderung memperhatikan dua berdasarkan kontrol strike dan dip-nya.
populasi vitrinit. Contoh batuan yang Berdasarkan hasil di atas, sumberdaya dibagi
dianalsis umumnya pada tingkat ‘early menjadi 5 lapisan yang masing-masing dapat
mature’, dengan kisaran Rv 0.40 –0.50 dijabarkan sebagai berikut :
%.
Lapisan 1a-1b: terdiri atas KLM-10,
Kandungan liptinit umumnya
KLM-09 dan KLM-08
rendah <0.4 %, kecuali contoh batuan
dengan panjang sebaran
KLM-09, mencapai sedikit lebih besar
mencapai 3150 m
dari 2.0 %. Jenis liptinit yang terutama
Lapisan 2a : terdiri atas BTP-02,
adalah kutinit, sedangkan jenis liptinit
BTP-01 dan RD-03
lain adalah sporinit, resinit dan
dengan panjang sebaran
lamalginit. Liptinit secara umum
mencapai 6150 m
memperlihatkan intensitas fuoresen
Lapisan 2b : terdiri atas KLM-06,
yang sedang, kuning jingga – lemah
KLM-07 dan KLM-01
jingga tua. Lamalginit merupakan
dengan panjang sebaran
jenis yang paling umum dijumpai, dan
mencapai 4000 m
hadir dalam jumlah rendah < 0.2 %.
Lapisan 3a : terdiri atas JH-A, JH-B
dan JH-C dengan panjang
3.3.3 Interpretasi sebaran mencapai 2650 m
Formasi Montalat merupakan Lapisan 3b : terdiri atas KLM-05 dan
formasi yang mengandung lapisan KLM-04 dengan panjang
bitumen, sehingga interpretasi sebaran mencapai 3400 m
terhadap endapan bitumen padat yang
terdapat pada lapisan batuan formasi Penghitungan sumberdaya bitumen
ini adalah juga berarah yang sama, dihitung berdasarkan luas daerah pengaruh
yaitu Barat Laut – Tengara dan yang ditentukan oleh beberapa parameter.
dikontrol oleh struktur geologi yang Batas sebaran bitumen padat ke arah lateral
ada. ditentukan 1000 m dari singkapan terluar yang
dapat dikorelasikan atau terdapat kondisi
Endapan bitumen padat yang geologi tertentu yang dapat menentukan
terdapat pada lapisan serpih dalam korelasi, sedangkan batas kemiringan ke arah
formasi ini terdiri atas 5 lapisan.
“downdip“ sampai kedalaman 100 m dari
Lapisan serpih yang lain tidak terdapat ketinggian singkapan.
kandungan bitumen, hal ini
berdasarkan analisa laboratorium.

Tabel Sumberdaya Bitumen Padat Daerah Penyelidikan


Lapisan Panjang (m) Dip rata-rata Tebal rata-rata (m) BD (gr/cm3) Jumlah (ton)
1a-1b 3150 13 4,55 2,144 13.660.251,600
2a 6150 9 2,67 2,348 24.646.316,903
2b 4000 35 1,13 2,195 1.729.743,304
3a 2650 35 1,16 2,300 1.232.651,753
3b 3400 7 1,21 2,311 7.801.349,982
Jumlah 9.814.062,708

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 6


3.5 Prospek dan Kendala pada daerah dataran atau muara sungai. Pola
Pemanfaatannya struktur regional mempengaruhi kondisi
Endapan bitumen padat yang terdapat geologi setempat dengan sedikit sekali
di daerah penyelidikan berdasarkan hasil pengaruh struktur lokal.
analisa laboratorium baik analisa retorting
maupun analisa petrografi menunjukkan hasil Rekonstruksi hasil penyebaran
yang sedang, tetapi pada Untuk conto serpih bitumen padat dapat disimpulkan bahwa
KLM-07 terdapat kandungan minyak yang daerah penyelidikan terdisi atas 5 lapisan
terbesar (10 liter/ton) pada batuan Batulanau- dengan jumlah sumberdaya 9.814.062,708 ton
batulempung,abuabu, coalyclay/karbonan tipis dengan ketebalan bervariasi antara 1,2 – 4,85
hitam yang berlokasi di Hulu Sungai Ganoto. meter, dengan kemiringan berkisar antara 9 –
25o. Penyebaran bitumen padat dikorelasikan
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan parameter lateral terluar sejauh 1000 m
sumberdaya bitumen padat sampai dengan
dan 100 m ke arah “downdip”.
kedalaman 100 meter dapat diketahui bahwa
sumberdaya bitumen padat yang terdapat di
Kendala Teknis yang dihadapi
daerah Ampah dan sekitarnya adalah
penyelidik adalah informasi penduduk yang
9.814.062,708 ton, dengan kisaran kadungan
kurang paham mengenai bitumen padat,
minyak 5-10 liter/ton. Hasil penyelidikan ini
sehingga temuan singkapan tidak mudah untuk
menunjukkan bahwa di daerah Ampah dan
diamati dan tidak menyeluruh, terlebih lagi
sekitarnya cukup mempunyai prospek untuk
akan keterdapatan adanya potensi bitumen
dikembangkan lebih lanjut.
padat secara megaskopis sulit untuk diyakini,
Pemanfaatan bitumen padat oleh karena analisa kualitatif sulit diamati di
mempunyai kendala diantaranya adalah lapangan.
perlunya proses pemisahan yang relatif lebih
rumit dibandingkan dengan minyak bumi yang Perlu dilakukan tahap penyelidikan
dikenal selama ini, sehingga untuk yang lebih detil dengan penambahan metoda
mendapatkannya tidak mudah dan memerlukan Sumur Uji/pemboran dangkal untuk
investasi cukup besar. Selain itu untuk melakukan analisa di lapangan yang lebih
mengenali endapan bitumen padat dilapangan akurat, mengingat kondisi daerah penyelidikan
cukup mengalami kesulitan, oleh karena yang bermorfologi dan kemiringannya yang
penduduk sekitar belum mengetahui relatif datar. Hal ini akan meningkatkan
keberadaan bitumen padat tersebut, sehingga keakuratan perhitungan dan analisa
hal ini merupakan kendala lainnya dalam usaha sumberdaya bitumen padat dengan lebih
pencarian endapan bitumen padat yang spesifik agar dapat mencapai hasil yang lebih
dianggap prospek. baik.

4. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Endapan bitumen padat daerah 1. Hadiyanto dan Dahlan Ibrahim (1993)


Ampah, Kabupaten Barito Selatan dan melakukan penyelidikan Batubara di
sekitarnya terdapat di dalam Sub-Cekungan daerah Ampah dan sekitarnya.
Barito, pada Formasi Montalat yang bersifat 2. Soetrisno, S. Supriatna, E. Rustandi, P.
pembawa bitumen pdat, yang diendapkan pada Sanyoto dan K. Hasan (1994) telah
umur Oligosen. memetakan Geologi daerah Buntok dan
sekitarnya dengan skala 1 : 250.000.
Morfologi yang tebentuk secara 3. Tarsis dan Eko Budi Cahyono (1999)
umum adalah dataran aluvial dan perbukitan Eksporasi Cekungan Batubara di daerah
bergelombang dengan kisaran ketinggian Haruai dan sekitarnya, Kab. Tabalong,
antara 40 – 350 m di atas muka laut. Tahapan Provinsi Kalimantan Selatan.
sungai yang ada bervariasi dari tahapabn muda
ke tua, muda bagian hulu perbukitan dan tua

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 7


Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
Gambar Lokasi Daerah Penyelidikan, Ampah, Kab. Barito Selatan, Prov. Kalteng

34 - 8
Peta Geologi Daerah Penyelidikan, Ampah, Kab. Barito Selatan, Prov. Kalteng

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 34 - 9

Anda mungkin juga menyukai