Anda di halaman 1dari 12

Biosorpsi Logam Berat Cr(VI) dengan Menggunakan Biomassa

Saccharomyces cerevisiae
Bayu Ramadhan1 dan Marisa Handajani2
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
1
Ramadhanbayu@ymail.com dan 2m.handajani@yahoo.com

Abstract : At present cheap and safe technology to bioremediation of heavy metal pollution
remains a major challenge in environmental biotechnology. Biosorption as a developing
technology has a promising category for that kind of technology. This research was conducted
to determine the potential of biomass as Saccharomyces cerevisiae biosorben to binding Cr
content of the metal ions present in solution. Research carried out by testing the processing
capabilities of the pH, the contact time, and the concentration of Cr metal variation. The
highesst removal rate of 45% was achieve with a qmax of 62,5 mg/g. The isotherm model is
close with isotherm model with linear value of 0,981. The process occur suspected as a
multilayer process.

Key Word : Biosorption, Chromium, Saccharomyces cerevisiae, adsorption Isotherm

Abstrak : Saat ini pengembangan teknologi pengolahan limbah yang mengandung logam
berat secara ekonomis dan aman menjadi tantangan dalam dunia bioteknologi lingkungan.
Biosorpsi sebagai teknologi yang sedang berkembang memiliki potensi sebagai teknologi yang
akan berkembang untuk menjawab tantangan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui potensi biomassa Saccharomyces cerevisiae sebagai biosorben untuk menyerap
kandungan ion logam Cr yang terdapat pada larutan. Penelitian dilakukan dengan menguji
kemampuan sorbsi pada variasi pH, waktu kontak, dan konsentrasi logam Cr. Penyisihan
tertinggi mencapai 45% dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 62,5 mg cr/g sorben.
Isoterm yang terbentuk mendekati isoterm freundlich dengan nilai kelianearan 0,981 dan
proses biosorpsi diduga terjadi pada berbagai lapisan.

Kata Kunci : Biosorpsi, Chromium, Saccharomyces cerevisiae, Isoterm adsorpsi


Pendahuluan

Salah satu logam berat yang merupakan sumber polusi dan perlu
dihilangkan dalam perairan adalah logam khromium (Cr). Pemanfaatan logam
ini banyak digunakan dalam industri penyepuhan logam, penyamakan kulit,
tekstil, pendinginan air, pulp serta proses pemurnian bijih. Menurut surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, baku mutu
air limbah yang boleh dialirkan ke air permukaan untuk Cr(VI) sebesar 0,05 –
1 mg/L, dan untuk Cr(total) sebesar 0,1-2mg/L. Secara umum, keuntungan
pemanfaatan mikroorganisme sebagai biosorben adalah (1) biaya operasional
rendah, (2) efisiensi dan kapasitas pengikatan logam tinggi, (3) lumpur yang
dihasilkan minimum, (4) memiliki mekanisnme desorpsi yang memungkinkan
recovery logam, (5) memiliki mekanisme regenerasi sehingga dapat
digunaknan kembali, (6) bahan bakunya banyak tersedia dan mudah didapat,
dan (7) tidak memerlukan tambahan nutrisi jika menggunakan mikroba yang
sudah mati (Gazso, 2001; Ahalya et al., 2004 dalam Krisnawati et al., 2007).
Beberapa contoh biosorben yang dapat digunakan dalam penanganan limbah
khromium adalah chitosan , serbuk gergaji,mikroalga , dan rumput laut serta
Saccharomyces cerevisiae (Krisnawati et al,2007).
Saccharomyces cerevisae sudah banyak diteliti berkaitan dengan
potensinya sebagai biosorben dan bioakumulator logam berat, diantaranya
karena memiliki persentase material dinding sel sebagai sumber pengikat
logam yang tinggi juga biomassa Saccharomyces cerevisiae mudah didapatkan
karena banyak digunakan dalam proses fermentasi., sedangkan kesetimbangan
biosoprsi dengan kondisi optimum untuk kadmium dilaporkan terjadi sebesar
35 mg/g sel (Hadi et al.,2003).
Bahan dan Metode
Pembuatan Kultur
Kultur Saccharomyces cerevisiae yang digunakan didapat dari kultur komersial
Laboratorium Mikrobiologi Insitut Teknologi Bandung. Untuk keperluan stok,
kultur disimpan pada lemari pendingin pada suhu 4oC
Pengayaan dilakukan dengan metode berikut :
Sebanyak 500 ml media cair Saboroud ditempatkan pada gelas erlemeyer 1000
ml. Kemudian Saccharomyces cerevisiae di inokulasi secara steril lalu di
tempatkan pada shaker berputar dengan kecepatan 100 rpm selama 2 minggu
pada suhu ruang rata-rata 25oC.

Pembuatan Biosorben
Kultur yang sudah siap dipisahkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan
8000 rpm selama 10 menit. Biomassa yang sudah terpisah dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 105 oC untuk mendapatkan biomassa kering.
Biomassa yang sudah kering Kemudian di tumbuk agar membentuk butiran-
butiran yang lebih kecil.

Pembuatan Larutan Logam


Larutan logam dibuat secara artificial dengan menggunakan potassium
dichromate (K2Cr2O7) pa. Sebanyak 564 mg garam K2Cr2O7 dicampurkan
kedalam 0,5 liter air distilasi tanpa penambahan asam untuk membuat larutan
Cr dengan konsentrasi 400 mg/L. Pengenceran dilakukan untuk mendapatkan
konsentrasi yang diperlukan untuk penelitian. Pengaturan asam dilakukan
dengan menggunakan asam HCl dan basa NaOH 1 N.

Pengujian Penyerapan Logam pada Variasi pH


Biomassa Saccharomyces cerevisiae kering sebanyak 0.5 gr dimasukkan
kedalam 100 ml larutan artificial mengandung Cr dengan konsentrasi 50 mg/l
dengan variasi pH 2, 3, 4, 5, dan 7. Larutan kemudian dikocok dengan shaker
pada kecepatan 150 rpm selama 120 menit. Larutan disentrifugasi pada 8000
rpm selama 10 menit untuk memisahkan supernatant dengan sorben .
Konsentrasi tersisa Cr didalam supernatan ditentukan dengan mengguanakan
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).

Pengujian Penyerapan Logam Pada Variasi Waktu Kontak dan Konsentrasi.


Biomassa Saccharomyces cerevisiae kering sebanyak 0.5 gr dimasukkan
kedalam 100 ml larutan artificial mengandung Cr dengan konsentrasi 10 mg/L
pada pH optimum. Larutan kemudian dikocok dengan shaker pada kecepatan
150 rpm pada beberapa variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit. Larutan
disentrifugasi pada 8000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan supernatan
dengan sorben. Konsntrasi tersisa Cr didalam supernatan ditentukan dengan
mengguanakan AAS. Uji juga dilakukan dengan waktu 120 menit dengan
variasi konsentrasi pada 2, 4, 6, 8, 10, dan 20 mg/L.

Penentuan Kandungan Cr tersisihkan


Penentuan kandungan logam Cr ditentukan dengan menggunakan AAS.
Penentuan persentase logam yang tersisihkan dihitung dengan persamaan :
% Penyisihan = [(Co – Ce) / Co] x 100%
dengan Co adalah konsentrasi awal larutan logam (mg/L), Ce adalah
konsentrasi setelah equilibirium (mg/L)

Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi di buat untuk menjelaskan bentuk interaksi yang terjadi antara
logam berat dengan sorben. Isoterm adsorpsi di buat dengan menggunakan data
pada pengujian penyerapan logam pada variasi konsentrasi. Persamaan yang
digunakan dalam pembuatan isoterm ini adalah :

• Isoterm Freudlich
Isoterm freundlich berlaku pada kondisi adsorpsi yang terjadi pada
berbagai lapisan, persamaan yang digunakan adalah,
S = Kf Cen
dengan Kf dan n merupakan konstanta. S merupakan banyaknya logam
yang terikat per gram sorben (mg/g)

• Isoterm Langmuir
Isoterm Langmuir berlaku untuk kondisi adsorpsi yang terjadi pada satu
lapisan, persamaan yang digunakan adalah,
 

S=


dengan qmax merupakan tetapan kapasitas adsorpsi maximum (mg/g) dan


Kads adalah konstanta energi ikatan (mg/L).

• Isoterm Linear
S = Kd Ce
dengan Kd adalah konstanta distribusi.

Hasil dan Pembahasan


Pengujian Penyerapan pada Variasi pH
pH merupakan parameter yang sangat penting dalam kemampuan
penyerapan logam oleh biomassa. Hal ini dikarenakan pH dapat mempengaruhi
kelarutan ion logam dalam larutan, kemampuan ion logam lain untuk mengikat
pada permukaan biomassa dan mempengaruhi muatan pada permukaan
biomassa selama reaksi berlangsung. Hasil pengujian pengaruh variasi pH
terhadap penyerapan terlihat seperti gambar 1.
35 50
30
40
Uptake (mg/g)

25
% Penyisihan

20 30
15 20
10
10
5
0 0
0 5 10
pH

Gambar 1. Pengaruh pH terhadap Persentase Penyisihan


Dari gambar 1, terlihat persentase penyisihan terbesar terjadi saat pH 3
sebesar 39,54%. Persentase penyisihan menurun saat pH menjadi lebih asam.
Pada kondisi keasaman lebih besar dari pH 3, kemampuan penyerapan logam
terus mengalami penurunan secara bertahap.
Penyerapan logam pada dinding sel terjadi akibat adanya berbagai
senyawa pembangun dinding sel seperti senyawa-senyawa polysaccharides dan
protein serta ligan-ligan ionik seperti asam karboksil, amino dan posfat .
Senyawa-senyawa ini yang dianggap sebagai komponen aktif dalam proses
biosopsi dengan membentuk senyawa kompleks dengan logam. Kerja
senyawa-senyawa ini sangat dipengaruhi oleh pH, karena pH dapat
mempengaruhi titik isolistrik permukaan biomassa. Pada pH rendah,
permukaan sel akan bermuatan negatif. Keadaan ini memfasilitasi terserapnya
ion logam Cr yang pada pH rendah berada dalam bentuk Cr2O72- dan CrO42-
(Tewari, 2005). Pada pH 3, diduga permukaan sel berada dalam keadaan paling
aktif sehingga memberikan persentase penyisihan yang paling tinggi. Hal ini
senada dengan penelitian oleh Kresnawaty, 2005 yang mendapatkan nilai pH
optimum pada Saccharomyces cerevisiae berada pada rentang pH 3 sampai 5
dengan nilai maksimum pada pH 4.
Pada pH rendah, reaksi hidrolitik dapat mengakibatkan berubahnya
komponen dan keadaan permukaan aktif sel. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan penyerapan yang dilakukan sorben terhadap logam. Sedangkan pada
pH tinggi, permukaan sel akan perlahan menjadi bermuatan negatif, sehingga
kekuatan untuk mengikat ion-ion Cr menjadi semakin kecil dan mengurangi
kemampuan penyerapan. Pada pH tinggi juga terjadi presipitasi ion Cr menjadi
Cr(OH)3 yang mengurangi kelarutan ion Cr pada larutan yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah ion Cr yang dapat diserap oleh permukaan sel walaupun
presipitasi Cr baru dominan terjadi pada kisaran pH 9 sehingga biosorpsi tidak
dapat lagi dilakukan pada pH diatas 9 (Saefudin, 2007).
Pengujian Penyerapan pada Variasi Waktu Kontak
Mengetahui pengaruh waktu kontak dengan kemampuan penyerapan
menjadi penting karena berpengaruh pada kapasitas pengolahan dan biaya
operasi pada aplikasi teknologi, atas alasan tersebut pengujian hanya dilakukan
hingga waktu kontak 120 menit. Hasil pengujian pengaruh perubahan waktu
kontak terhadap persentase penyerapan diperlihatkan pada gambar 2.
50 10
Uptake (mg Cr/g sorben)

40 8

% Penyisihan
30 6

20 4

10 2

0 0
0 50 100 150
Waktu (menit)

Gambar 2. Pengaruh Waktu terhadap Persentase Penyisihan Cr

Pada gambar 2, terlihat peningkatan persentase penyisihan seiring


semakin lamanya waktu kontak antara sorben dengan ion logam. Penyisihan
terbesar terjadi pada waktu kontak 120 menit dengan nilai 42,1%. Semakin
lama logam dikontakkan dengan permukaan sel, maka akan semakin banyak
permukaan sel yang menjadi aktif dan melakuakn penyerapan terhadap logam.
Sehingga meningkatkan kemampuan sorben dalam melakukan penyerapan
terhadap Cr. Peingkatan persentase penyisihan pada semua variasi waktu
kontak menunjukkan masih terdapat permukaan sel yang menjadi aktif dan
membentuk ikatan dengan logam.
Ferraz, 2005 melaporkan peningkatan persentase penyerapan yang
terjadi secara cepat pada waktu kontak antara 0 sampai 180 menit. Setelah itu
kemampuan penyisihan logam oleh biomassa menjadi menurun sampai
mendekati konstan. Pada kondisi konstan mengindikasikan tidak ada lagi
permukaan sel yang dapat menjadi aktif dan membentuk ikatan dengan logam.
Pengujian Penyerapan Pada variasi Konsentrasi
Pengujian pengaruh konsentrasi logam Cr dalam larutan di lakukan
dengan kisaran konsentrasi antara 2 sampai 20 mg/l. Pemilihan kisaran
konsentrasi pada konsentrasi rendah dikarenakan proses sorbsi diketahui
barjalan baik pada konsentrasi limbah yang tidak terlalu besar. Hasil pengujian
pengaruh variasi konsentrasi logam terhadap persentase ditunjukkan pada
gambar 3.

60 10

Uptake (mg Cr/g sorben)


50 8
% Penyisihan

40 6
30
4
20
10 2

0 0
0 10 20 30 0 50 100 150
Konsentrasi (mg/L) Waktu (menit)

Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi


Cr terhadap Persentase Penyisihan Cr terhadap kemampuan uptake

Melihat dari trend yang dibentuk, kemampuan penyerapan logam Cr


oleh biomassa terus berkurang seiring meningkatanya konsentrasi. Konsentrasi
penyerapan memeberikan nilai tertinggi pada konsentrasi terendah, yaitu 2
mg/L dan terus berkurang sampai konsentrasi terbesar pada pengukuran
sebesar 20 mg/L.
Penurunan kemampuan penyerapan ini dikarenakan pada konsentrasi
Cr tinggi semakin banyak logam yang tidak terserap karena keadaan
permukaan sel yang sudah mulai jenuh (Saefudin, 2007).

Isoterm Adsorpsi
Pembuatan isotherm adsorbs penting dilakukan karena dapat
memberikan gambaran yang representative terhadap hasil pengujian yang
dilakukan dan juga dapat menjadi dasar dalam pembuatan desain reaktor
kontinu.
Isoterm Freundlich
Isoterm freundlich merupakan persamaan empirik yang dikembangkan
berdasarkan adsorpsi multi lapisan. Analisis dengan menggunakan isoterm
freudlich dilakukan dengan melinearkan persamaan isoterm freundlich S = Kf
Cen menjadi persamaan linear Log S = log Kf + n Loc C. Model isoterm
freudlich untuk penyisihan Cr pada variasi konsentrasi 2 – 20 mg/l ditunjukkan
dalam gambar 4.
1,5 y = 0,8875x + 0,2589
R² = 0,9817
1
Log S

0,5

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Log Ce

Gambar 4. Isoterm Freundlich untuk penyisihan Cr pada konsntrasi 2 -20


mg/L
Model isoterm freundlich pada gambar 4 memiliki nilai kelinearan
0,981. Dari perhitungan didapatkan nilai n sebesar 0,887 dan nilai Kf sebesar
3,8759. Sehingga didapatkan persamaan isoterm freundlich :
S = 3,875 Ce 0,887

Isoterm Langmuir
Isoterm langmuir dikembangkan untuk proses adsorpsi monolayer
dengan kondisi luas area aktif teridentifikasi dengan persebaran yang sama.
Analisa isoterm langmuir dilakukan dengan membentuk persamaan linear
antara Ce/S dengan Ce. Nilai qmax dan Kads didapatkan dari kondisi slope
pada garis linear. Slope bernilai 1/qmax sedangkan perpotongan dengan sumbu
Ce/S bernilai 1/(qmaxKads). Model isoterm Langmuir berdasarkan data
variasi konsentrasi ditunjukkan pada gambar 5.
1
0,8 y = 0,0169x + 0,5609
R² = 0,6332
0,6

Ce/S
0,4
0,2
0
0 5 10 15
Ce

Gambar 5. Model Isoterm Langmuir logam Cr pada konsentrasi 2-20mg/L


Persamaan langmuir diatas memiliki nilai kelinearan 0,633. Nilai
kapasitas sorbsi maksimum sebesar 62,5 mg/g dan Kads 0,0285. Dari nilai
tersebut didaptkan persamaan isoterm langmuir, yaitu,
, 
S = , 

Isoterm Linear
Isoterm linear cocok digunakan dalam kisaran konsentrasi yang
memiliki rentang yang kecil dan relatif sempit serta konsentrasi logam yang
rendah. Isoterm linear juga sering teramati pada adsorpsi senyawa hidrofobik
pada permukaan organik (Stumm dan Morgan dalam Notodarmojo, 2005).
Isoterm linear digunakan dalam anailisa isoterm adsorpsi karena memiliki
karakteristik yang cocok dengan penelitian yang dilakukan. Model isoterm
linear dapat dilihat pada gambar 6.
20 y = 1,3835x
R² = 0,9651
15
10
S

5
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Ce

Gambar 6. Isoterm Linear adsorpsi logam Cr pada konsentrasi 2 – 20 mg/L


Isoterm linear diatas memiliki kelinearan 0,965 dengan nilai Kd sebesar
1,383. Konstanta Kd merupakan koefisien distribusi yang menggambarkan
banyaknya site pada permukaan partikel yang reaktif dalam bentuk fraksi
terhadap permukaan partikel. Semakin besar nilai Kd maka sorben memiliki
permukaan aktif yang lebih besar karena dapat menampung logam berat dalam
jumlah lebih besar per satuan luas permukaan. Persamaan isoterm linear untuk
kondisi ini menjadi,
S = 1,383 Ce
Dari ketiga isoterm yang dibuat, isoterm freundlich memiliki bentuk
yang paling merepresentasikan proses sorpsi yang terjadi. Hal ini menunjukkan
proses sorpsi terjadi pada beberapa lapisan pada sorben. Hal ini dapat terjadi
karena sorben kering dibuat dengan cara pemanasan pada oven dengan suhu
105oC. Proses ini diduga mengakibatkan berubahnya struktur lapisan pada
permukaan sel biomassa Saccharomyces cerevisae.

Kesimpulan

Biosorpsi ion logam berat Cr(VI) dengan menggunakan biomassa


Saccaheromyces cerevisiae yang dikeringkan memiliki potensi untuk
berkembang menjadi pengolahan alternatif untuk penyisihan logam berat. pH
optimum terjadi pada pH 3. Pola yang terbentuk adalah persentase penyisihan
yang semakin membesar seiring bertambahnya waktu kontak namun berkurang
bertambah besarnya konsentrasi logam dengan nilai penyisihan tertinggi
sebesar 45%. Analisa isoterm dilakukan dengan tiga persamaan isoterm, yaitu
Freundlich, Langmuir dan Linear. Hasil analisa menunjukkan qmax sebesar 62,5
mg/g. Isoterm yang mendekati bentuk isoterm fruendlich menunjukkan proses
sorbsi terjadi terjadi pada berbagai lapisan.
Daftar Pustaka

Kresnawaty, Irna dan Tri Panji, 2007. Biosorpsi logam Zn oleh biomassa
Saccharomyces cerevisiae. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia.

Sebastian, 2004. Adsorpsi Hg dengan Menggunakan Serbuk Kayu. Institut


Teknologi Bandung.

N, Saefudin dan A.Z Raziah, 2007. Removal of heavy metals from Industrial
Effluent Using Saccharomyces cerevisiae Immobilised. University Tenaga
Nasional Malaysia.

Tewari, N., P.Vasudevan dan N.K Guha, 2005. Study on Biosorption of Cr(VI)
by Mucor hiemalis. Biochemical Engineering Jurnal 185 – 92.

Wang, Jianlong, 2006. Biosorption of Heavy Metal by Saccharomyces


cerevisiae : A review. Laboratory of Environmental Technology Tsinghua
University. Beijing. Biotechnology Advances 427 -451

Ozer A, Ozer D, 2003. Comparative of the biosorption of Pb(II), Ni(II), and


Cr(VI) ions onto S.cerevisiae: determination of biosorption heats. J Hazard
Mater B 317 – 26.

Anda mungkin juga menyukai