Anda di halaman 1dari 4

Disinfektan

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari
disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan.
Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu,
konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting
dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas
disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10.

Jenis – jenis disinfektan

 Klorin

Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat . Kelebihan dari disinfektan ini adalah
mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga
cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.Kelemahan dari
disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah
(suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas
optimum disinfektan ini.[2] Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik
tertentu.

 Iodin

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala
kecil. Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih.
Salah satu senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor.
Sifatnya stabil, memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua
sel bakteri, namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi.
Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih
dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.

 Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya


termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi
60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan
yang terbuat dari karet atau plastik.

 Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil


pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Umumnya yang digunakan
adalah en:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida.
Amonium kuartener dapat digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, namun kurang
efektif terhadap bakteri gram negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran
(pengikat ion logam). Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada
permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah
terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan dari senyawa ini adalah
aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.

 Formaldehida

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar
8%[4]. Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi
tinggi namun tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan
pernapasan. Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas.
Formaldehida juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.

 Kalium permanganat

Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi
air. Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air.
Meskipun begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.

 Fenol

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam
air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk
minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan
dapat menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran
dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi
koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.

Antiseptik
Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit
dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik
digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan
pada jaringan hidup, daripada disinfektan.

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor,


misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan
komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik
tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal
seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi
protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}.Lama paparan antiseptik dengan banyaknya
kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
Jenis – jenis antiseptik

 Hidrogen peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun
tidak mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada
membrane mukosa. Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat
ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.

 Garam merkuri

Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat
digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat
membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit.[4]. Kelemahan dari senyawa
ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya
yang sangat kuat.[4].

Asam Borat

Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan.[4] Zat ini dapat digunakan secara
optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.[4]

Triclosan

Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur,
deodoran, dan lain-lain.[7] Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat
melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim.[7] Mekanisme kerja
triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan
kekuatan dan fungsinya.[7]

Sterilisasi

mematikan semua organisme termasuk bakteri,spora bakteri,kapang dan virus. Membunuh semua
organisme beserta sporanya serta mencegah organisme tersebut agar tidak kembali hidup.

A.Metode sterilisasi panas


Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan autoklaf atau pemanasan kering dengan oven.
sterilisasi uap tekanan tinggi :
metode sterilisasi yang efektif untuk mensterilkan instrumen dan alat- alat lain yang digunakan pada
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.(Gruendemann dan Mangun : 2001 )
sterilisasi panas kering (oven ). :
membutuhkan listrik terus-menerus, kurang efektif di daerah terpencil,digunakan pada benda-benda
gelas atau logam,karena akan melelehkan bahan lainnya.
B.Sterilisasi dengan cara penguapan
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena 2 alasan yaitu :
Pertama,,uap pekat adalah sebuah kendaraan energi termal yang sangat efektif.Kedua,,uap adalah
sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme bersifat protektif dan resistan gapat
dilemahkan oleh uap,sehingga terjadi koagulasi pada bagian mikroorganisme yang sensitif.
efektif,waktu sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia.kelebihan : paling
kekurangan terus-menerus, membutuhkan peralatan: membutuhkan sumber panas yang yang
butuh perawatan serius, bahan plastik tidak tahan suhutinggi.
C.Sterilisasi kimia
Digunakan apabila dengan sterilisasi panas kering atau sterilisasi tekanan tinggi akan merusak objek
tersebut atau peralatan tidak tersedia.
kelebihan begitu mudah: larutan glutyaraldehid dan formaldehid tidak dinonaktifkan oleh materi
organik, kedua larutan ini digunakan untuk instrumen yang tidak tahan sterilisasi panas ,seperti
leparoskop
tidak dapat dicampur dengan clorin karena memproduksi gas berbahaya.kekurangan :
glutaraldehid mahal harganya. Formaldehid

PENYIMPANAN :
Ditempatkan bersebelahan dengan atau dihubungkan ketempat sterilisasi berlangsung, disebuah
area yang terpisah dan tertutup dengan akses terbatas yang digunakan untuk menyimpan bahan
suplai pasien yang bersih dan steril.

MASA BERLAKU:
Masa berlakunya bahan-bahan (yaitu berapa lama instrumen masih dianggap steril ) setelah
sterilisasi berhubungan dengan kejadian.
Oleh karena itu masa berlakunya sterilisasi tergantung pada faktor-faktor berikut ini :
pembungkus atau wadah.kualitas
digunakan.berapa kali sebuah paket dipegang sebelum
berapa banyak orang yang telah memegang paket tersebut.
penutup debu plastik dan penyegelan.penggunaan

Pasteurisasi : suatu proses yang menggunakan panas basah untuk membunuh patogen yang tidak
membentuk spora,seperti mycobacterium tuberculosis dan salmonellae atau brucella sp.

Anda mungkin juga menyukai