Anda di halaman 1dari 2

NEOPLASMA DAN DEGENERATIF

SKENARIO I

Dokter... Apakah saya terkena kanker?

Seorang perempuan datang ke poliklinik karena sering mengalami fluor albus. Keluhan ini sudah
dialami sejak enam bulan yang lalu. Sudah beberapa kali berobat ke bidan dan diberi obat
metronidazol. Namun tidak kunjung sembuh. Dua tahun yang lalu sang suami pernah menderita
penyakit condyloma dan sudah pernah diobati. Perempuan ini takut karena dari hasil membaca
majalah salah satu keluhan yang dialaminya merupakan satu gejala penyakit kanker servik. Oleh
dokter yang memeriksa, perempuan ini kemudian dilakukan pemeriksaan VVP, pap's smear, dan IVA.
Dan diminta untuk datang lagi beberapa hari kemudian untuk penjelasan hasil pemeriksaan.
Beberapa hari kemudian perempuan ini datang ke dokter dan bertanya "dokter, apakah saya
menderita penyakit kanker?", dokter kemudian menjelaskan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa perempuan ini menderita Cervical Intraepithelial Neoplasia III atau Displasia servik berat.

TUMBUH KEMBANG

Skenario 1 :

Surat untuk Kolegaku......

Salah seorang dokter umum lulusan FK UMM di puskesmas daerah Pacitan menuliskan surat
kepada teman koleganya yang menjadi dosen di FK UMM, bunyi suratnya adalah sebagai berikut :

Kepada YTH Ts dr. Aliando di FKUMM.

Ass wr wb. Mohon bantuan dan konsul pasien saya.

Dua hari yang lalu saya mendapat pasien kiriman dari dinkes Pacitan yang ditemukan di dusun
terpencil daerah Pacitan. Anak tersebut laki-laki bernama Ocit 1 tahun berat badan 4,2 kg, tinggi
badan 62 cm. Dari wajahnya terlihat old man face, dan anemis. Vital sign : bradikardi, hipotermia.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan dermatosis berupa hiperpigmentasi dan deskuamasi,
hepatomegali, pitting oedem di daerah dorsum pedis, rambut kemerahan dan mudah dicabut. Saya
ingin merawat sendiri pasien saya karena dari dosen Tum-bang dulu kalau ada pasien dengan
kondisi seperti ini tidak boleh dirujuk (kecuali ada komplikasi) dan harus bisa menatalaksana
sendiri. Atas bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Wass wr wb.

NB : mohon saya diberi petunjuk cara pembuatan ReSoMal dan Formula untuk gizi pasien saya ini.
HEMATOLOGI-SISTEM LIMFATIK DAN ENDOKRIN

SKENARIO I

Tolong saya Dok......... Badan saya terasa lemah dan mudah capai.....

Sdr. X, perempuan, 20 tahun, adalah seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di kota Malang.
Sudah sebulan ini, dia merasa badannya terasa lemah, mudah capai, dan tidak kuat berolahraga
basket seperti biasanya. Teman-temannya mengamati bahwa dia terlihat pucat. Sdr. X
memeriksakan dirinya ke dokter di RS Universitas Muhammadiyah Malang. Dokter menyarankan
untuk dilakukan pemeriksaan Darah lengkap, dimana dengan pemeriksaan ini dapat mendeteksi
kadar hemoglobin, jumlah sel lekosit, jumlah sel trombosit, hitung jenis lekositnya, hematokrit, laju
endap darah, mean corpuscular hemoglobin (MCH), mean corpuscular volume (MCV), persentase sel
retikulosit, dan evaluasi hapusan darah tepinya.

BELAJAR HUMANIORA DAN ETIKA

SKENARIO 1

Belajar di Fakultas Kedokteran

Sita seorang perempuan usia 18 th, merasa senang setelah mendengar pengumuman bahwa dia
diterima di FK UMM. Orangtuanya pun merasa bangga terhadap prestasi Sita, apalagi Sita selama ini
menjadi langganan juara 1 di SMA-nya. Setelah menjalani pembelajaran di FK UMM selama beberapa
waktu, Sita mulai mengalami stress karena kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan tuntutan
strategi belajar dari murid SMA menjadi mahasiswa FK serta perubahan kurikulum menjadi
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan pendekatanProblem Based Learning (PBL). Sita juga
kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkunganbaru. Sita mengalami kesulitan melakukan
manajemen stress yang mengakibatkan dia malas belajar dan akhirnya nilai-nilai mata kuliahnya
menurun. Sedangkan sebagai mahasiswa FK Sita harus menggunakan cara belajar student-centered,
collaborative learning dan critical thinking yang merupakan cara adult learning dengan
menggunakan learning styles yang tepat untuk dirinya. Selain itu Sita perlu mengatasi konflik pribadi
yang dihadapinya dengan menggunakan koping stress yang konstruktif. Hal ini dilakukan untuk
mencapai kompetensi dokter sesuai Standard Kompetensi Dokter Indonesia 2012.

Anda mungkin juga menyukai