Anda di halaman 1dari 42

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil

pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian, yaitu ruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 sampai 5 April 2019 dengan jumlah

sampel sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai

berikut:

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

yang terletak di Jalan Palang Merah Indonesia No. 1 Kelurahan Sidodadi

Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. RSUD

Abdul Wahab Sjahranie merupakan salah satu dari 2 Rumah Sakit rujukan milik

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan Rumah Sakit rujukan

tertinggi di Kalimantan Timur yang berkedudukan di Kota Samarinda.

Diresmikan sebagai Rumah Sakit dengan nama RSUD Abdul Wahab Sjahranie

pada tanggal 22 Februari 1986, dimana sebelumnya bernama Lanschap Hospital

yang dibangun tahun 1933 pada zaman penjajahan Belanda. Fasilitas yang

36
tersedia di RSUD Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Farmasi, Ruang Rawat Inap, Fisioterapi, dan IGD 24 Jam. Untuk fasilitas

37
37

rawat jalan terdiri dari poliklinik, medical check-up, dan resume medis.

Fasilitas pemeriksaan penunjang terdiri dari Laboratorium Patologi Klinik,

Patologi Anatomi, Radiologi, Hemodialisa, CT-Scan, Instalasi Bedah Sentral,

CSSD, Farmasi, dan Gizi. Untuk Unit Rawat Inap terdapat beberapa ruangan yaitu

ruang Flamboyan, Seruni, Dahlia, Angsoka, Tulip, Melati, Anggrek, Cempaka,

Aster, Edelweis, Mawar, Bougenville, Teratai, ICU, ICCU, HCU, Stroke Centre,

dan Sakura.

Dalam penelitian ini dilakukan di ruang Flamboyan yaitu rawat inap kelas

tiga bagi laki-laki maupun perempuan dewasa yang diterima langsung dari IGD

maupun poliklinik. Kasus yang dirawat diruang Flamboyan meliputi kasus

penyakit ginjal kronik, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes mellitus, CHF,

dan sirosis hepatis. Adapun batasan-batasan ruang flamboyan yaitu sebagai

berikut: sebelah selatan terdapat Ruang Seruni, sebelah barat terdapat parkiran

Teaching Center Universitas Mulawarman, sebelah utara terdapat Ruang Melati

dan sebelah Timur terdapat kantin pengunjung. Bangunan pada ruang flamboyan

terdiri dari 1 ruang kepala ruangan, 2 ruangan perawat, 2 kamar mandi perawat, 1

ruang mahasiswa, 1 dapur, 1 mushola, 2 ruang tindakan, 1 gudang, 10 kamar tidur

dengan kapasitas 50 tempat tidur dengan 2 kamar mandi di setiap kamar tidur, 1

ruang isolasi dengan kapasitas 2 tempat tidur dan 2 kamar mandi.


38

4.1.2. Pengkajian

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Tn. S Tn. A
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Umur 49 tahun 60 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Tidak bekerja Tidak bekerja
Agama Islam Islam
Suku Jawa Kutai
Pendidikan Terakhir SLTP SLTP
Alamat Jalan Delima, Samarinda Jalan A. Yani, Samarinda
Diagnosa Medis CKD Stage V + anemia CKD Stage V + anemia
Nomor Register 01.00.98.62 40.90.16
Tanggal MRS 31 Maret 2019 2 April 2019
Tanggal Pengkajian 3 April 2019 3 April 2019

Interpretasi data:

Dari tabel 4.1 data anamnesis didapatkan bahwa kedua Pasien dalam biodata

ditemukan ada persamaan jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan

terakhir dan diagnosa medis yaitu CKD stage V + anemia.


39

Tabel 4.2 Hasil Riwayat Biodata Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Data Subjektif Pasien 1 Pasien 2


Keluhan utama Pasien mengatakan sesak napas. Pasien mengatakan sesak napas.
Riwayat penyakit Dulu pasien pernah bekerja Dulu pasien pernah bekerja di
sekarang sebagai tukang, saat bekerja perusahaan kayu, saat bekerja
pasien sering minum minuman pasien memiliki kebiasaan
berenergi, juga apabila merasa sering minum minuman
nyeri sering minum obat asam berenergi. Pasien mengatakan
mefenamat. Pasien didiagnosa didiagnosa dengan penyakit
dengan penyakit ginjal sejak ginjal sejak tahun 2014 dan
tahun 2018 dan baru mulai cuci sudah mulai cuci darah sejak
darah sejak 3 bulan yang lalu, tahun 2017. Awalnya hanya cuci
rutin 2 kali seminggu. Pasien darah satu kali sebulan, semakin
masuk rumah sakit pada tanggal lama semakin sering, hingga
31 Maret 2019 dengan keluhan kini cuci darah rutin dua kali
sesak napas tiba-tiba tetapi tidak seminggu. Masuk rumah sakit
ada nyeri dada. Keluhan dengan keluhan sesak napas
tambahan adalah kaki bengkak, sejak kemarin sore, sesak
batuk berdahak, lemas, dan dirasakan tiba-tiba saat
mual. Hasil pemeriksaan EKG beraktivitas tetapi tidak
tanggal 31 Maret 2019 adalah berkurang meskipun istirahat.
sinus rhythm serta pemeriksaan Pasien mengatakan tidak ada
foto toraks terdapat edema keluhan nyeri dada. Keluhan
pulmonum. Pada saat dikaji, lainnya adalah pasien sakit perut
hasil pemeriksaan tekanan darah karena selama seminggu tidak
180 / 80 mmHg, frekuensi bisa BAB. Saat di ruang IGD,
denyut nadi 60 kali permenit, tekanan darah pasien 160 / 80
frekuensi napas 24 kali mmHg, frekuensi denyut nadi 64
permenit, dan suhu tubuh 36,5℃ kali permenit, frekuensi napas
serta ditemukan edema pada 30 kali permenit, dan suhu tubuh
kedua ekstremitas bawah. 36,8℃. Hasil pemeriksaan foto
toraks ditemukan edema
pulmonum dan hasil
pemeriksaan elektrokardiogram
sinus rhythm. Telah diberikan
terapi lasix 20 mg jalur IV.
Kemudian pasien dipindahkan
ke ruang rawat inap Flamboyan.
Riwayat kesehatan Pasien pernah dirawat di rumah Pasien pernah dirawat tahun lalu
dahulu sakit tahun lalu dengan riwayat dengan riwayat penyakit ginjal,
penyakit ginjal kronik dan riwayat operasi pemasangan
anemia. Obat yang rutin double lumen catheter terakhir
dikonsumsi Amlodipine 1 x 10 pada tahun 2018, riwayat
mg, Candesartan 1 x 16 mg, penggunaan obat Amlodipine 1
CaCO3 2 x 1, dan asam folat 2 x x 10 mg, Allopurinol 1 x 100
1. Riwayat pemasangan double mg, dan asam folat 2 x 1. Tidak
lumen (cimino) 3 bulan lalu, dan ada riwayat alergi. Pasien rutin
40

Data Subjektif Pasien 1 Pasien 2


tidak ada riwayat alergi. Pasien hemodialisis dua kali seminggu.
rutin hemodialisis dua kali
seminggu.
Riwayat kesehatan Pasien mengatakan dari kakak Pasien mengatakan keluarganya
keluarga pasien yang pertama menderita tidak ada riwayat penyakit ginjal
PGK juga dan kakak kedua dan penyakit kronis atau
menderita kanker paru. penyakit lainnya.

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 4.2, ditemukan keluhan utama kedua pasien saat masuk Rumah

Sakit adalah sesak napas. Dari riwayat penyakit sekarang, kedua pasien sama-

sama memiliki kebiasaan minum-minuman berenergi sebelum sakit, lalu hasil

pemeriksaan foto toraks keduanya memiliki kesan edema pulmonum serta kedua

pasien memiliki hipertensi dan frekuensi napas di atas normal. Kedua pasien

sama-sama rutin mengonsumsi obat amlodipine 1 x 10 mg juga rutin cuci darah 2

kali seminggu.
41

Tabel 4.3 Hasil Pengkajian Pasien dengan PGK di RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Observasi Pasien 1 Pasien 2


Keadaan umum Posisi pasien semi-fowler, pasien Posisi pasien semi-fowler, pasien
terpasang alat medis IV catheter, terpasang alat medis IV catheter
syringe pump, dan cairan infus. tanpa cairan infus.
Kesadaran Kesadaran compos mentis & Kesadaran compos mentis & GCS
GCS E4M6V5 E4M6V5

Pemeriksaan tanda- TD: 180 / 80 mmHg TD: 170 / 90 mmHg


tanda vital
RR: 24 kali permenit RR: 28 kali permenit
N: 60 kali permenit N: 68 kali permenit
S: 36,5℃ S: 36,7℃
MAP: 113 mmHg MAP: 117 mmHg
Kenyamanan / Tidak ada nyeri. Tidak ada nyeri.
nyeri
Status fungsional / 1. Mengendalikan rangsangan 11. Mengendalikan rangsangan
aktivitas dan defekasi (BAB): skor 2 defekasi (BAB): skor 2
mobilitas Barthel (mandiri) (mandiri)
indeks
2. Mengendalikan rangsang 12. Mengendalikan rangsang
berkemih (BAK): skor 2 berkemih (BAK): skor 2
(mandiri) (mandiri)
3. Membersihkan diri (cuci 13. Membersihkan diri (cuci
muka, sisir rambut, sikat muka, sisir rambut, sikat
gigi): skor 2 (mandiri) gigi): skor 2 (mandiri)
4. Penggunaan jamban masuk 14. Penggunaan jamban masuk
dan keluar (melepaskan, dan keluar (melepaskan,
memakai, celana, memakai, celana,
membersihkan, menyiram): membersihkan, menyiram):
skor 2 (mandiri) skor 2 (mandiri)
5. Makan: skor 2 (mandiri) 15. Makan: skor 2 (mandiri)
6. Berubah sikap dari 16. Berubah sikap dari berbaring
berbaring ke duduk: skor 3 ke duduk: skor 3 (mandiri)
(mandiri)
17. Berpindah/berjalan: skor 3
7. Berpindah/berjalan: skor 3 (mandiri)
(mandiri)
18. Memakai baju: skor 2
8. Memakai baju: skor 2 (mandiri)
(mandiri)
19. Naik turun tangga: skor 2
9. Naik turun tangga: skor 2
42

Observasi Pasien 1 Pasien 2


(mandiri) (mandiri)
10. Mandi: skor 2 (mandiri) 20. Mandi: skor 2 (mandiri)

TOTAL: 20 (mandiri) TOTAL: 20 (mandiri)

Interpretasi data:

Dari tabel 4.3, ditemukan kedua pasien sama-sama dalam posisi semi-fowler,

memiliki kesadaran compos mentis (GCS 15), hipertensi, dispneu, tidak merasa

nyeri, dan memiliki skor Barthel indeks 20 (mandiri).


43

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien dengan PGK di RSUD AWS

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


Pemeriksaan kepala dan Finger print di tengah frontal Finger print di tengah frontal
leher terhidrasi. Kulit kepala terhidrasi. Kulit kepala
bersih, tidak ada ketombe dan bersih, tidak ada ketombe dan
kepala dan rambut tidak ada lesi. Penyebaran tidak ada lesi. Penyebaran
rambut merata berwarna rambut merata berwarna
hitam, tidak mudah patah, hitam dan putih (uban), tidak
tidak bercabang, dan tidak mudah patah, tidak
ada kelainan. bercabang, dan tidak ada
kelainan.
Mata Mata lengkap, simetris kanan Mata lengkap, simetris kanan
dan kiri, kornea mata jernih dan kiri, kornea mata jernih
kanan dan kiri. kanan dan kiri. Konjungtiva
anemis dan sklera tidak
Konjungtiva anemis dan ikterik Kelopak
sklera tidak ikterik. Kelopak mata/palepebra tidak ada
mata/palepebra tidak ada pembengkakan. Adanya
pembengkakan. Adanya reflek cahaya pada pupil dan
reflek cahaya pada pupil dan bentuk isokor kanan dan kiri,
bentuk isokor kanan dan kiri, iris kanan kiri berwarna
iris kanan kiri berwarna hitam, tidak ada kelainan.
hitam, tidak ada kelainan.
Hidung Ada pernapasan cuping Ada pernapasan cuping
hidung, posisi septum nasal hidung, posisi septum nasal
di tengah, lubang hidung di tengah, lubang hidung
bersih, tidak ada sekret, bersih, tidak ada sekret,
tulang hidung dan septum tulang hidung dan septum
nasi tidak ada pembengkakan nasi tidak ada pembengkakan
dan tidak ada polip. dan tidak ada polip.
Mulut & lidah Keadaan mukosa bibir Keadaan mukosa bibir
berwarna pucat, gigi geligi berwarna pucat, gigi geligi
lengkap tanpa karies, lidah lengkap tanpa karies, lidah
berwarna merah muda, tonsil berwarna merah muda, tonsil
ukuran normal, dan uvula ukuran normal, dan uvula
letak simetris di tengah. letak simetris di tengah.
Telinga Pinna telinga elastis, kanalis Pinna telinga elastis, kanalis
bersih, membran timpani bersih, membran timpani
utuh dengan cahaya politser utuh dengan cahaya politser
(+), pasien dapat mendengar (+), pasien dapat mendengar
dengan baik. dengan baik.
Leher Kelenjar getah bening tidak Kelenjar getah bening tidak
teraba, tiroid tidak teraba, teraba, tiroid tidak teraba,
posisi trakea di tengah, dan posisi trakea di tengah, dan
44

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


tidak ada kelainan. tidak ada kelainan.
Pemeriksaan thorak Pasien mengeluh sesak Pasien mengeluh sesak
sistem pernapasan napas, batuk produktif napas, tidak ada batuk, tidak
dengan warna lendir ada penggunaan WSD.
a. Inspeksi kekuningan dan konsistensi
kental, tidak ada penggunaan a. Inspeksi: bentuk dada
b. Palpasi simetris, frekuensi
WSD.
c. Perkusi pernapasan 28 kali
a. Inspeksi: bentuk dada permenit, irama napas
d. Auskultasi simetris, frekuensi teratur, pola pernapasan
pernapasan 24 kali dispneu, ada pernapasan
permenit, irama napas cuping hidung, tidak ada
teratur, pola pernapasan penggunaan otot bantu
dispneu, ada pernapasan pernapasan, usaha napas
cuping hidung, tidak ada dengan posisi setengah
penggunaan otot bantu duduk, menggunakan nasal
pernapasan, usaha napas kanul 5 liter permenit.
dengan posisi setengah
duduk, kadang-kadang b. Palpasi: vokal fremitus
pasien menggunakan nasal meningkat, ekspansi paru
kanul 4 liter permenit. simetris di kedua sisi, tidak
ada kelainan.
b. Palpasi: vokal fremitus
normal teraba simeris, c. Perkusi: perkusi paru
ekspansi paru simetris di terdengar redup di kedua
kedua sisi, tidak ada lobus.
kelainan. d. Auskultasi: suara napas
c. Perkusi: perkusi paru vesikuler, terdengar suara
sonor. tambahan ronkhi.

d. Auskultasi: suara napas


vesikuler, terdengar suara
tambahan ronkhi.
Pemeriksaan jantung Tidak ada keluhan nyeri Tidak ada keluhan nyeri
dada. dada.
a. Inspeksi dan palpasi
a. Inspeksi: iktus kordis tidak a. Inspeksi: iktus kordis tidak
b. Perkusi batas jantung tampak, toraks simetris, tampak, toraks simetris,
c. Auskultasi CRT lebih dari 2 detik, CRT kurang dari 2 detik,
tidak ada sianosis. tidak ada sianosis.
b. Palpasi: iktus kordis teraba b. Palpasi: iktus kordis teraba
dan akral dingin. dan akral hangat.
c. Perkusi: basic jantung c. Perkusi: basic jantung
berada di ICS II dari lateral berada di ICS II dari lateral
ke media linea parasterna ke media linea parasterna
sinistra, pinggang jantung sinistra, pinggang jantung
berada di ICS III dari linea berada di ICS III dari linea
45

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


parasternal kiri, apeks parasternal kiri, apeks
jantung berada di ICS V jantung berada di ICS V
dari linea midklavikula dari linea midklavikula
sinistra. sinistra.
d. Auskultasi: bunyi jantung I d. Auskultasi: bunyi jantung I
normal dan regular, bunyi normal dan regular, bunyi
jantung II normal dan jantung II normal dan
regular, tidak ada bunyi regular, tidak ada bunyi
jantung tambahan. jantung tambahan.
Pemeriksaan abdomen Berat badan pasien 58 kg, Berat badan pasien 65 kg,
tinggi badan 160 cm, IMT tinggi badan 170 cm, IMT
a. Inspeksi 22,7 kg/m2, kategori normal. 22,5 kg/m2, kategori normal.
b. Auskultasi BAB 3 hari sekali, terakhir Mengeluh tidak bisa BAB
BAB 2 hari yang lalu, lancar selama satu minggu
c. Palpasi konsistensi keras, diet padat, terakhir, konsistensi keras,
jenis diet nasi rendah protein diet padat, jenis diet bubur
d. Perkusi
(60 gram) rendah garam rendah protein, nafsu makan
(RPRG), nafsu makan baik, porsi makan habis.
menurun, porsi makan habis
¼ porsi (3 sendok makan). a. Inspeksi: bentuk abdomen
datar, tidak terlihat
a. Inspeksi: bentuk abdomen bayangan vena, tidak ada
datar, tidak terlihat benjolan/masa, tidak ada
bayangan vena, tidak ada luka operasi, dan tidak ada
benjolan/masa, tidak ada drain.
luka operasi, dan tidak ada
drain. b. Auskultasi: peristaltik usus
2 kali permenit.
b. Auskultasi: peristaltik usus
4 kali permenit. c. Palpasi: abdomen tegang,
tidak ada nyeri tekan, titik
c. Palpasi: abdomen tegang, McBurney tidak ada nyeri,
tidak ada nyeri tekan, titik tidak ada massa, hepar,
McBurney tidak ada nyeri, lien, dan ginjal tidak
tidak ada massa, hepar, teraba.
lien, dan ginjal tidak
teraba. d. Perkusi: tidak ada asites,
pada ginjal tidak ada nyeri
d. Perkusi: tidak ada asites, ketuk.
pada ginjal tidak ada nyeri
ketuk.
Pemeriksaan neurologis Memori panjang, pasien Memori panjang, pasien
dapat mengulang informasi dapat mengulang informasi
yang disebutkan perawat, yang disebutkan perawat,
bahasa baik, kognitif baik, bahasa baik, kognitif baik,
orientasi baik (orang, tempat, orientasi baik (orang, tempat,
dan waktu), saraf sensori baik dan waktu), saraf sensori baik
(dapat merasakan nyeri (dapat merasakan nyeri
46

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


tusuk, perubahan suhu dan tusuk, perubahan suhu dan
sentuhan). Terdapat refleks sentuhan). Terdapat refleks
fisiologis patella, achilles, fisiologis patella, achilles,
bisep, trisep dan bisep, trisep dan
brachioradialis. Tidak brachioradialis. Tidak
ditemukan adanya refleks ditemukan adanya refleks
patologis Babinsky, patologis Babinsky,
Brudzinsky, maupun Kernig. Brudzinsky, maupun Kernig.
Pasien tidak memiliki Pasien tidak memiliki
keluhan pusing, istirahat / keluhan pusing, istirahat /
tidur selama 7 jam perhari, tidur selama 7 jam perhari,
dan tidak ada dirasakan dan tidak ada dirasakan
gangguan tidur. gangguan tidur.
Pemeriksaan saraf kranial: Pemeriksaan saraf kranial:
a. N I (olfaktorius): a. N I (olfaktorius):
penciuman baik, dapat penciuman baik, dapat
membedakan bau-bauan. membedakan bau-bauan.
b. N II (optikus): jarak b. N II (optikus): jarak
pandang baik. pandang baik.
c. NIII (okulomotorius): c. NIII (okulomotorius):
adanya reflek rangsangan adanya reflek rangsangan
pada pupil pada pupil
d. N IV (troklearis): bisa d. N IV (troklearis): bisa
menggerakkan bola mata menggerakkan bola mata
ke atas dan ke bawah ke atas dan ke bawah
e. N V (trigeminus): tidak ada e. N V (trigeminus): tidak ada
kesulitan mengunyah kesulitan mengunyah
f. N VI (abdusen): bisa f. N VI (abdusen): bisa
menggerakan bola mata ke menggerakan bola mata ke
kanan dan ke kiri kanan dan ke kiri
g. N VII (facialis): g. N VII (facialis):
pengecapan terhadap rasa- pengecapan terhadap rasa-
rasa baik rasa baik
h. N VIII (vestibulo- h. N VIII (vestibulo-
troklearis): pendengaran troklearis): pendengaran
baik. baik.
i. N IX (glosofaringeus): i. N IX (glosofaringeus):
tidak ada nyeri telan. tidak ada nyeri telan.
j. N X (vagus): bisa j. N X (vagus): bisa
mengucap “ah” dan mengucap “ah” dan
menelan saliva. menelan saliva.
47

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


k. N XI (assesorius): bisa k. N XI (assesorius): bisa
mengangkat bahu dan mengangkat bahu dan
menoleh dengan adanya menoleh dengan adanya
tahanan. tahanan.
l. NXII (hipoglosus): bisa l. NXII (hipoglosus): bisa
menjulurkan, menjulurkan,
menggerakkan lidah ke menggerakkan lidah ke
kanan dan ke kiri. kanan dan ke kiri.
Pemeriksaan sistem Bersih, keluhan kencing saat Bersih, keluhan kencing saat
perkemihan SMRS oliguria, kemampuan SMRS anuria, kemampuan
berkemih spontan tanpa alat berkemih spontan tanpa alat
bantu, produksi urin ±1250 bantu, produksi urin ±500
ml/hari, warna kuning jernih, ml/hari, warna kuning jernih,
bau khas urine, tidak ada bau khas urine, tidak ada
pembesaran dan nyeri tekan pembesaran dan nyeri tekan
pada kandung kemih, balance pada kandung kemih, balance
cairan -386 ml/hari. cairan -334 ml/hari.
Pemeriksaan Pergerakan sendi bebas, tidak Pergerakan sendi bebas, tidak
muskuluskeletal ada kelainan ekstermitas, ada kelainan ekstermitas,
(ekstremitas) dan tidak ada kelainan tulang tidak ada kelainan tulang
integumen belakang, tidak ada fraktur, belakang, tidak ada fraktur,
tidak menggunakan traksi, tidak menggunakan traksi,
tidak ada kompartemen tidak ada kompartemen
syndrome, kulit kemerahan, syndrome, kulit kemerahan,
turgor kulit kurang, turgor kulit kurang,
Kekuatan otot: Kekuatan otot:

5 5 5 5

5 5 5 5

Tidak ada luka. Tidak ada luka.


Terdapat edema pada Tidak ada edema pada
ekstremitas bawah: ekstremitas.
RU: 0 Penilaian risiko dekubitus
rendah (skor 16).
RL: +1
LU: 0
LL: +1
Penilaian risiko dekubitus
rendah (skor 16).
48

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


Sistem endokrin Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, tidak ada kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ditemukan bening, tidak ditemukan
tanda trias DM, tidak ada tanda trias DM, tidak ada
kondisi kaki DM. kondisi kaki DM.

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan pada kedua pasien terdapat penggunaan pernapasan

cuping hidung, keadaan mukosa bibir pucat, mengeluh sesak, frekuensi pernapasan di

atas normal, dispneu, menggunakan alat bantu napas nasal kanul, dan terdengar suara

napas tambahan ronkhi. Kedua pasien juga memiliki keluhan sulit BAB, konsistensi

feses keras, bising usus di bawah normal, abdomen tegang, dan balance cairan setelah

diberikan terapi diuretik pada angka minus (-).


49

Tabel 4.5 Hasil Anamnesis, Pemeriksaan Penunjang, dan Terapi Pasien PGK

Tindakan Pasien 1 Pasien 2


Pengkajian spiritual sebelum Sering Kadang-kadang
sakit
Pengkajian spiritual selama sakit Sering Kadang-kadang
Pemeriksaan penunjang Laboratorium tanggal 1 Laboratorium tanggal 2
April 2019: April 2019:
1. Leukosit: 6,15 1. Leukosit: 6,27
Laboratorium 103/µL 103/µL
Nilai normal: 2. Eritrosit: 2,79 106/µL 2. Eritrosit: 4,38
1. Leukosit: 4,8 - 10,8 10 /µL3 106/µL
3. Hemoglobin: 7,5
2. 6
Eritrosit: 4,7 - 6,1 10 /µL g/dL 3. Hemoglobin: 11,3
g/dL
3. Hemoglobin: 14 - 18 g/dL 4. Hematokrit: 22,1%
4. Hematokrit: 36,1%
4. Hematokrit: 37 - 54 % 5. PLT: 82 103/µL
5. PLT: 164 103/µL
5. 3
PLT: 150 - 450 10 /µL 6. Ureum: 86,9 mg/dL
6. Glukosa sewaktu: 88
6. Glukosa sewaktu: 70 - 140 7. Creatinine: 9,1 mg/dL
mg/dL mg/dL
7. Albumin: 4,2 mg/dL
7. Albumin: 3,5 - 4,5 mg/dL 8. Natrium: 147
mmol/L 8. Ureum: 107,8 mg/dL
8. Ureum: 19,3 - 49,2 mg/dL
9. Kalium: 3,6 mmol/L 9. Creatinine: 17,3
9. Creatinine: 0,7 - 1,3 mg/dL mg/dL
10. Chloride: 106
10. Natrium: 135 - 155 mmol/L mmol/L 10. Natrium: 141
mmol/L
11. Kalium: 3,6 - 5,5 mmol/L
11. Kalium: 4,5 mmol/L
12. Chloride: 98 - 108 mmol/L
12. Chloride: 101
mmol/L
Obat yang diterima 1. Amlodipine 1 x 10 1. Amlodipine 1 x 10
mg / oral mg / oral
2. Candesartan 1 x 16 2. Allopurinol 1 x 100
mg / oral mg / oral
3. CaCO3 2 x 1 gr / oral 3. Asam folat 2 x 1 /
oral
4. Asam folat 2 x 1 /
oral 4. Furosemide 3 x 20
mg / IV

5. Ceftriaxone 2 x 1 gr /
50

Tindakan Pasien 1 Pasien 2


IV
6. Furosemide 10 mg /
jam (syringe pump)

Interpretasi data:

Dari tabel 4.5 ditemukan bahwa kedua pasien memiliki nilai eritrosit, hemoglobin,

dan hematokrit kurang dari normal. Kedua pasien juga memiliki nilai ureum dan

creatinine lebih dari nilai normal. Dari obat yang diterima, kedua pasien sama-

sama mendapatkan terapi obat Amlodipine, asam folat, dan Furosemide.


51

4.1.3. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.6 Daftar Diagnosa Keperawatan Pasien dengan PGK di RSUD AWS

Pasien 1 Pasien 2
No Tanggal Diagnosa Tanggal Diagnosa
Ditemukan Keperawatan Ditemukan Keperawatan
1 3 April 2019 D.0003 Gangguan 3 April 2019 D.0003 Gangguan
pertukaran gas pertukaran gas
berhubungan berhubungan
dengan perubahan dengan perubahan
membran membran
alveolus-kapiler alveolus-kapiler

Data subyektif: Data subyektif:


- Pasien - Pasien
mengatakan ia mengatakan ia
merasa sesak merasa sesak
napas napas
- Pasien Data obyektif:
mengatakan - Frekuensi
kakinya pernapasan 28
bengkak kali permenit
Data obyektif: - Terdengar bunyi
- Frekuensi napas tambahan
pernapasan 24 ronkhi
kali permenit - Terdapat
- Terdengar bunyi pernapasan
napas tambahan cuping hidung
ronkhi - Warna kulit
- Terdapat pucat
pernapasan - Hasil
cuping hidung pemeriksaan
- Edema pada foto toraks
ekstremitas edema
bawah +1 pulmonum
- Warna kulit
pucat
- Hasil
pemeriksaan
foto toraks
edema
pulmonum
2 3 April 2019 D.0009 Perfusi 3 April 2019 D.0009 Perfusi
perifer tidak perifer tidak
efektif efektif
berhubungan berhubungan
dengan penurunan dengan penurunan
konsentrasi konsentrasi
52

Pasien 1 Pasien 2
No Tanggal Diagnosa Tanggal Diagnosa
Ditemukan Keperawatan Ditemukan Keperawatan
hemoglobin hemoglobin
Data subyektif: Data subyektif:
- -
Data obyektif: Data obyektif:
- Nilai - Nilai
hemoglobin 7,5 hemoglobin
g/dL 11,3 g/dL
- Pengisian - Warna kulit
kapiler (CRT) pucat
lebih dari 2
detik
- Akral teraba
dingin
- Warna kulit
pucat
3 3 April 2019 D.0022 3 April 2019 D.0022
Hipervolemia Hipervolemia
berhubungan berhubungan
dengan gangguan dengan gangguan
mekanisme mekanisme
regulasi regulasi

Data subyektif: Data subyektif:


- Pasien - Pasien
mengatakan ia mengatakan ia
merasa sesak merasa sesak
napas napas
- Pasien - Pasien
mengatakan mengatakan
kakinya selama di rumah
bengkak ia tidak ada
- Pasien buang air kecil
mengatakan (anuria)
kencingnya Data obyektif:
sedikit selama - Frekuensi
di rumah pernapasan 28
Data obyektif: kali permenit
- Terdapat edema - Terdengar bunyi
pada bagian napas tambahan
ekstremitas ronkhi
bawah dengan - Kadar
nilai +1 hemoglobin dan
- Frekuensi hematokrit
pernapasan 24 menurun
kali permenit - Hasil
- Terdengar bunyi pemeriksaan foto
napas tambahan toraks edema
53

Pasien 1 Pasien 2
No Tanggal Diagnosa Tanggal Diagnosa
Ditemukan Keperawatan Ditemukan Keperawatan
ronkhi pulmonum
- Kadar
hemoglobin dan
hematokrit
menurun
- Hasil
pemeriksaan
foto toraks
edema
pulmonum
4 3 April 2019 D.0049 Konstipasi 3 April 2019 D.0049 Konstipasi
berhubungan berhubungan
dengan dengan
ketidakcukupan ketidakcukupan
asupan cairan asupan cairan

Data subyektif: Data subyektif:


- Pasien - Pasien
mengatakan mengatakan
sudah tidak sudah tidak
BAB selama 3 BAB selama 1
hari terakhir minggu terakhir
- Pasien - Pasien
mengatakan mengatakan
BAB nya BAB nya keras
memang sering dan sedikit
tidak lancar - Pasien
- Pasien mengatakan
mengatakan mengejan untuk
sering lama di BAB
toilet karena Data obyektif:
BAB nya keras - Peristaltik usus
- Pasien menurun (2 kali
mengatakan permenit)
mengejan untuk - Abdomen
BAB tegang
Data obyektif:
- Peristaltik usus
menurun (4 kali
permenit)
- Abdomen
tegang
54

4.1.4. Perencanaan

Tabel 4.7 Perencanaan Keperawatan Pasien dengan PGK di RSUD AWS

Dx Tanggal Diagnosa Intervensi


Tujuan dan Hasil
Kep Ditemukan Keperawatan Keperawatan
1 3 April 2019 D.0003 Setelah dilakukan 1.1. Monitor
Gangguan tindakan keperawatan frekuensi, irama,
pertukaran gas selama 3 x 24 jam, kedalaman dari
berhubungan diharapkan pertukaran upaya napas
dengan gas kembali normal 1.2. Monitor pola
perubahan dengan kriteria hasil: napas
membran - Tidak ada dispneu 1.3. Monitor
alveolus- - Frekuensi kemampuan
kapiler pernapasan 16-20 batuk efektif
kali permenit 1.4. Monitor adanya
- Frekuensi denyut produksi sputum
nadi 60-100 kali 1.5. Auskultasi bunyi
permenit napas
- Tidak ada terdengar 1.6. Monitor hasil x-
bunyi napas
ray toraks
tambahan
1.7. Berikan oksigen
- Tidak ada
tambahan, jika
pernapasan cuping
perlu
hidung
- Pola napas normal
(reguler)
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada
penurunan
kesadaran
- Mendemons-
trasikan batuk
efektif
2 3 April 2019 D.0009 Perfusi Setelah dilakukan 2.1. Periksa sirkulasi
perifer tidak tindakan keperawatan perifer
efektif selama 3 x 24 jam, 2.2. Identifikasi
berhubungan perfusi perifer kebiasaan pola
dengan kembali efektif makan
penurunan dengan kriteria hasil: 2.3. Identifikasi
konsentrasi - 90/60 mmHg - pemeriksaan
hemoglobin 160/100 mmHg laboratorium
- CRT < 2 detik yang diperlukan
- Akral hangat 2.4. Identifikasi
- Turgor kulit baik rencana transfusi
- Nilai hemoglobin 2.5. Monitor hasil
10-12 g/dL (khusus laboratorium
pasien PGK) yang diperlukan
- Tidak ada edema
55

Dx Tanggal Diagnosa Intervensi


Tujuan dan Hasil
Kep Ditemukan Keperawatan Keperawatan
perifer 2.6. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum, selama,
dan setelah
transfusi
2.7. Monitor reaksi
transfusi
2.8. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet
terhadap
kesehatan
2.9. Berikan NaCl
0,9% 50-100 mL
sebelum transfusi
2.10. Jelaskan tujuan
dan prosedur
transfusi
2.11. Jelaskan tanda
dan gejala
reaksi transfusi
yang perlu
dilaporkan
3 3 April 2019 D.0022 Setelah dilakukan 3.1. Periksa tanda
Hipervolemia tindakan keperawatan dan gejala
berhubungan selama 3 x 24 jam, hipervolemia
dengan hipervolemia 3.2. Identifikasi
gangguan berkurang atau tidak penyebab
mekanisme terjadi lagi dengan hipervolemia
regulasi kriteria hasil: 3.3. Monitor intake
- Tidak ada dispneu dan output cairan
- Tidak ada edema 3.4. Monitor tanda-
- Tidak terdengar tanda vital
suara napas 3.5. Batasi asupan
tambahan cairan dan garam
- Balance cairan
3.6. Ajarkan cara
seimbang
mengukur dan
mencatat asupan
dan haluaran
cairan
3.7. Kolaborasi
pemberian
diuretik
4 3 April 2019 D.0049 Setelah dilakukan 4.1. Periksa tanda
Konstipasi tindakan keperawatan dan gejala
berhubungan selama 3 x 24 jam, konstipasi
dengan konstipasi teratasi 4.2. Identifikasi
ketidakcukupa dengan kriteria hasil: faktor risiko
56

Dx Tanggal Diagnosa Intervensi


Tujuan dan Hasil
Kep Ditemukan Keperawatan Keperawatan
n asupan cairan - BAB tidak < 2 kali konstipasi
seminggu 4.3. Anjurkan minum
- Pengeluaran feses air hangat
lancar 4.4. Jelaskan jenis
- Konsistensi feses makanan yang
lunak membantu
- Peristaltik usus 5- mengatasi
30 kali permenit konstipasi
- Tidak perlu 4.5. Kolaborasi
mengejan saat pemberian obat
defekasi pencahar
- Tidak ada distensi
abdomen
57

4.1.5. Pelaksanaan

Tabel 4.8 Pelaksanaan Tindakan pada Pasien 1 PGK di RSUD AWS

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
1 3 April
2019
08.00 1.1 Menghitung RR = 24 kali permenit
frekuensi, irama, Irama reguler, kedalaman normal
kedalaman dari
upaya napas
08.03 1.2 Melihat pola Pola napas pasien dispneu
napas
08.06 1.4 Menanyakan Pasien mengatakan ia sudah
apakah pasien ada batuk berdahak beberapa hari
batuk berdahak terakhir, dengan konsistensi
kental
08.09 1.3 Menanyakan Pasien berkata ia bisa batuk tapi
apakah pasien bisa merasa kurang tuntas karena
batuk sebentar saja pasti ada dahak lagi
08.12 1.5 Mengauskultasi Terdapat bunyi napas tambahan
bunyi napas ronkhi di kedua lobus
08.15 1.6 Melihat hasil foto Hasil foto toraks pada tanggal 31
toraks pasien Maret 2019 terdapat kesan edema
pulmonum
08.18 1.7 Memberikan Pasien mau menggunakan nasal
pasien oksigen kanul
dengan nasal kanul
flow 4 L/m
08.21 2.1 Memeriksa CRT > 2 detik, akral dingin, kulit
sirkulasi perifer pasien pucat, konjungtiva anemis
08.24 2.2 Menanyakan Pasien mengatakan ia hanya
kebiasaan pola menghabiskan 3 sendok makan
makan pasien dari porsi makanan yang
diberikan
08.27 3.1. Memeriksa tanda Pada pemeriksaan fisik,
dan gejala ekstremitas bawah pasien pitting
hipervolemia edema dengan nilai +1, dan pada
hasil CT-scan ditemukan edema
pulmonum
08.30 3.2. Mengidentifikasi Kemungkinan penyebab
penyebab hipervolemia pasien adalah
hipervolemia intake cairan yang terlalu banyak
08.33 4.1. Memeriksa tanda Pasien mengatakan sudah 3 hari
dan gejala konstipasi tidak BAB, bising usus 4 kali
permenit
58

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
08.36 2.3 Memeriksa hasil Hemoglobin 7,5 g/dL
pemeriksaan
laboratorium
hemoglobin terbaru
08.45 2.4 Memeriksa Pasien ada rencana transfusi 2
apakah pasien kantong darah PRC hari ini
memiliki rencana
transfusi darah
09.00 2.9. Memasang NaCl Telah terpasang IV catheter dan
0,9% 50-100 mL IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
sebelum transfusi
09.03 2.10. Menjelaskan Pasien dan keluarga mengerti
tujuan dan prosedur
transfusi
09.15 2.6. Memantau TD: 180 / 80 mmHg
tanda-tanda vital RR: 24 kali permenit
sebelum transfusi N: 60 kali permenit
S: 36,5℃
09.18 2.11 Menjelaskan Pasien dan keluarga mengerti.
tanda dan gejala
reaksi transfusi yang
perlu dilaporkan
09.30 2.7. Memantau reaksi Tidak ada reaksi alergi selama
transfusi transfusi
10.00 2.6. Memantau TD: 180 / 80 mmHg
tanda-tanda vital RR: 22 kali permenit
selama transfusi N: 64 kali permenit
S: 36,7℃
10.05 3.6. Mengajarkan Pasien mengerti dan mau
cara mengukur dan melakukannya.
mencatat asupan dan
haluaran cairan
10.10 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 10 mg/jam
melalui syringe
pump
11.00 2.6. Memantau TD: 170 / 60 mmHg
tanda-tanda vital RR: 22 kali permenit
setelah transfusi N: 60 kali permenit
S: 36,7℃
2 4 April
2019
08.00 1.1 Menghitung Pasien mengatakan sudah tidak
frekuensi, irama, sesak lagi
kedalaman dari RR: 20 kali permenit
upaya napas Irama reguler
Kedalaman normal
59

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
08.03 3.3 Monitor intake Pasien berkata ia hanya minum
dan output air putih 600mL, tidak ada cairan
infus terpasang, 2 kolf PRC
400mL, syringe pump furosemide
24mL, dan dari makanan 50mL.
Untuk haluaran urinnya sebanyak
800mL, IWL 580mL.
Intake: 1052mL
Output: 1380mL
BC: -328mL
08.06 3.4. Mengukur tanda- TD: 160/80mmHg
tanda vital N: 72 kali permenit
RR: 20 kali permenit
T: 36,7℃
08.09 1.4. Monitor adanya Pasien mengatakan batuknya
produksi sputum berkurang

10.00 2.8. Menjelaskan Pasien berkata tidak suka


tujuan kepatuhan diet makanan rumah sakit tetapi akan
terhadap kesehatan mencoba untuk
untuk menghabiskannya.
mempertahankan
nutrisi yang adekuat
10.10 3.5. Membatasi Pasien mengatakan hanya minum
asupan cairan dan 600mL air sehari dan makan
garam makanan dari rumah sakit saja.
3 5 April
2019
08.30 3.3. Menanyakan Pasien berkata ia minum air putih
intake dan output 600mL, tidak ada cairan infus
cairan terpasang, syringe pump
furosemide 24mL, dan dari
makanan 105mL. Untuk haluaran
urinnya sebanyak 450mL, IWL
580mL.
Intake: 729mL
Output: 1030mL
BC: -301mL
08.35 3.4.Mengukur tanda- TD: 160/90mmHg
tanda vital N: 68 kali permenit
RR: 20 kali permenit
T: 36,5℃
10.00 4.3. Menganjurkan Pasien mengerti dan mau
minum air hangat melakukannya.
untuk melancarkan
pengeluaran feses
60

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
10.10 4.4 Menjelaskan Pasien berkata ia akan makan
jenis makanan yang buah-buahan untuk melancarkan
membantu mengatasi BAB nya.
konstipasi
11.00 4.5 Kolaborasi Pasien dibantu oleh istrinya
pemberian obat dalam pemberian obat
pencahar suppositoria dulcolax, tidak lama
kemudian pasien BAB dengan
warna hitam dan konsistensi
lunak.
61

Tabel 4.9 Pelaksanaan Tindakan pada Pasien 1 PGK di RSUD AWS

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
1 3 April
2019
09.25 1.1 Menghitung RR = 28 kali permenit
frekuensi, irama, Irama reguler dan kedalaman
kedalaman dari normal
upaya napas
09.27 1.2 Melihat pola Pola napas pasien dispneu
napas
09.29 1.4 Menanyakan Pasien mengatakan ia tidak ada
apakah pasien ada batuk
batuk berdahak
09.32 1.5 Mengauskultasi Terdapat bunyi napas tambahan
bunyi napas ronkhi di kedua lobus
09.34 1.6 Melihat hasil foto Hasil foto toraks pada tanggal 2
toraks pasien April 2019 terdapat kesan edema
pulmonum
09.36 1.7 Memberikan Pasien saat ini menggunakan
pasien oksigen dengan nasal kanul
nasal kanul flow 5
L/m
09.38 2.1 Memeriksa CRT < 2 detik, akral hangat, kulit
sirkulasi perifer pasien terlihat pucat, konjungtiva
merah muda
09.40 2.2 Menanyakan Pasien mengatakan ia
kebiasaan pola makan menghabiskan makanannya
pasien
09.42 3.1. Memeriksa tanda Pada pemeriksaan fisik, tidak
dan gejala ditemukan adanya pitting edema
hipervolemia dan edema anasarka, dan pada hasil
CT-scan ditemukan edema
pulmonum
09.44 3.2. Mengidentifikasi Kemungkinan penyebab
penyebab hipervolemia pasien adalah
hipervolemia intake cairan yang terlalu banyak
09.46 4.2. Memeriksa tanda Pasien mengatakan sudah satu
dan gejala konstipasi minggu tidak BAB, bising usus 3
kali permenit
09.50 2.3 Memeriksa hasil Hemoglobin 11,3 g/dL
pemeriksaan
laboratorium
hemoglobin terbaru
09.52 2.4 Memeriksa Pasien tidak ada rencana transfusi
apakah pasien karena pada pasien PGK minimal
memiliki rencana Hemoglobin dengan nilai < 8,0
transfusi darah g/dL yang akan mendapatkan
62

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
transfusi.

09.55 3.6. Mengajarkan cara Pasien mengerti dan mau


mengukur dan melakukannya.
mencatat asupan dan
haluaran cairan
17.00 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 20 mg (1 ampul)
melalui IV catheter
2 4 April
2019
08.00 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 20 mg (1 ampul)
melalui IV catheter
08.15 1.1 Menghitung Pasien mengatakan sudah tidak
frekuensi, irama, sesak lagi
kedalaman dari RR: 24 kali permenit
upaya napas Irama reguler
Kedalaman normal
08.18 3.3 Monitor intake Pasien berkata ia hanya minum
dan output air putih 600mL, tidak ada cairan
infus terpasang, furosemide 6mL,
dan dari makanan 210mL. Untuk
haluaran urinnya sebanyak
550mL, IWL 650mL.
Intake: 816mL
Output: 1200mL
BC: -384mL
08.20 3.4. Mengukur tanda- TD: 170/80mmHg
tanda vital N: 80 kali permenit
RR: 24 kali permenit
T: 36,9℃
10.30 2.8. Menjelaskan Pasien berkata ia akan mencoba
tujuan kepatuhan diet makan lebih sehat di rumah nanti.
terhadap kesehatan
untuk
mempertahankan
nutrisi yang adekuat
10.40 3.5. Membatasi Pasien mengatakan hanya minum
asupan cairan dan 600mL air sehari dan makan
garam makanan dari rumah sakit saja.
17.00 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 20 mg (1 ampul)
melalui IV catheter
3 5 April
2019
63

Tanggal / Tindakan
No Evaluasi Tindakan Paraf
Jam Keperawatan
08.00 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 20 mg (1 ampul)
melalui IV catheter

08.05 3.3. Menanyakan Pasien berkata ia minum air putih


intake dan output 600mL, tidak ada cairan infus
cairan terpasang, furosemide 6mL, dan
dari makanan 105mL. Untuk
haluaran urinnya sebanyak
400mL, IWL 650mL.
Intake: 711mL
Output: 1100mL
BC: -389mL
08.10 3.4.Mengukur tanda- TD: 160/80mmHg
tanda vital N: 76 kali permenit
RR: 22 kali permenit
T: 36,7℃
10.30 4.3. Menganjurkan Pasien mengerti dan mau
minum air hangat melakukannya.
untuk melancarkan
pengeluaran feses
10.40 4.4 Menjelaskan Pasien berkata ia akan makan
jenis makanan yang makanan yang dapat melancarkan
membantu mengatasi BAB nya.
konstipasi
11.30 4.5 Kolaborasi Pasien dibantu oleh anaknya
pemberian obat dalam pemberian obat
pencahar suppositoria dulcolax, tidak lama
kemudian pasien BAB dengan
warna hitam dan konsistensi
keras.
17.00 3.7 Memberikan Obat masuk dengan lancar
diuretik furosemide dengan dosis 20 mg (1 ampul)
melalui IV catheter
64

4.1.6. Evaluasi

Tabel 4.10 Evaluasi Tindakan pada Pasien 1 PGK di RSUD AWS

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
Rabu, D.0003 S:
3 April Gangguan - Pasien mengatakan sesaknya berkurang
2019 pertukaran gas O:
Jam berhubungan - RR: 20 kali permenit
17.00 dengan - Masih terdengar bunyi napas tambahan ronkhi
perubahan A:
membran Masalah gangguan pertukaran gas teratasi sebagian
alveolus-kapiler P:
Lanjutkan intervensi
1.1.Monitor frekuensi, irama, kedalaman dari
upaya napas
1.3.Monitor kemampuan batuk efektif
1.5.Auskultasi bunyi napas
D.0009 Perfusi S: -
perifer tidak O:
efektif - Nilai hemoglobin terbaru 8,4 g/dL
berhubungan - CRT > 2 detik
dengan - Warna kulit pucat
penurunan A:
konsentrasi Masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
hemoglobin sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2.8.Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap
kesehatan
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan kakinya masih bengkak
berhubungan - Pasien mengatakan sesaknya berkurang
dengan O:
gangguan - Edema ekstremitas bawah +1
mekanisme - RR 20 kali permenit
regulasi - Tidak terdengar ronkhi
A:
Masalah hipervolemia teratasi sebagian
P:
3.3.Monitor intake dan output cairan
3.4.Monitor tanda-tanda vital
3.5.Batasi asupan cairan dan garam
3.7 Kolaborasi pemberian diuretik
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan masih belum ada BAB
berhubungan O:
dengan - Peristaltik usus 3 kali permenit
65

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
ketidakcukupan - Abdomen tegang
asupan cairan A:
Masalah konstipasi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
4.3.Anjurkan minum air hangat
4.4 Jelaskan jenis makanan yang membantu
mengatasi konstipasi
4.5 Kolaborasi pemberian obat pencahar
Kamis, D.0003 S:
4 April Gangguan - Pasien mengatakan tidak sesak lagi
2019 pertukaran gas O:
Jam berhubungan - RR: 20 kali permenit
17.00 dengan - Tidak terdengar bunyi napas tambahan ronkhi
perubahan A:
membran Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
alveolus-kapiler P:
Hentikan intervensi
D.0009 Perfusi S: -
perifer tidak O:
efektif - Nilai hemoglobin terbaru 8,4 g/dL
berhubungan - CRT > 2 detik
dengan - Warna kulit pucat
penurunan A:
konsentrasi Masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
hemoglobin sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
2.8.Anjurkan mematuhi diet yang telah diberikan
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan bengkak kakinya
berhubungan berkurang
dengan O:
gangguan - Edema ekstremitas bawah +1
mekanisme A:
regulasi Masalah hipervolemia teratasi sebagian
P:
3.3.Monitor intake dan output cairan
3.4.Monitor tanda-tanda vital
3.7 Kolaborasi pemberian diuretik
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan masih belum ada BAB
berhubungan O:
dengan - Peristaltik usus 4 kali permenit
ketidakcukupan - Abdomen tegang
asupan cairan A:
Masalah konstipasi belum teratasi
P:
66

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
Lanjutkan intervensi
4.3.Anjurkan minum air hangat
4.4 Jelaskan jenis makanan yang membantu
mengatasi konstipasi
4.5 Kolaborasi pemberian obat pencahar
Jumat, D.0009 Perfusi S: -
5 April perifer tidak O:
2019 efektif - CRT > 2 detik
berhubungan - Warna kulit pucat
dengan A:
penurunan Masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
konsentrasi sebagian
hemoglobin P:
Lanjutkan intervensi
2.8.Anjurkan mematuhi diet yang telah diberikan
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi
berhubungan O:
dengan - RR 20 kali permenit
gangguan - Tidak terdengar ronkhi
mekanisme A:
regulasi Masalah hipervolemia teratasi
P:
Hentikan intervensi
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan sudah BAB setelah diberi
berhubungan obat pencahar
dengan - Pasien mengatakan BAB nya berwarna gelap
ketidakcukupan dengan konsistensi keras
asupan cairan O:
- Peristaltik usus 10 kali permenit
A:
Masalah konstipasi teratasi
P:
Hentikan intervensi
67

Tabel 4.11 Evaluasi Tindakan pada Pasien 2 PGK di RSUD AWS

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
Rabu, D.0003 Gangguan S:
3 April pertukaran gas - Pasien mengatakan masih sesak
2019 berhubungan O:
Jam dengan perubahan - RR: 26 kali permenit
17.00 membran - Masih terdengar bunyi napas tambahan
alveolus-kapiler ronkhi
A:
Masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1.1.Monitor frekuensi, irama, kedalaman dari
upaya napas
1.5.Auskultasi bunyi napas
D.0009 Perfusi S: -
perifer tidak O:
efektif - CRT < 2 detik
berhubungan - Warna kulit pucat
dengan A:
penurunan Masalah perfusi perifer tidak efektif belum
konsentrasi teratasi
hemoglobin P:
Lanjutkan intervensi
2.8.Jelaskan tujuan kepatuhan diet terhadap
kesehatan
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan masih sesak
berhubungan O:
dengan gangguan - RR 26 kali permenit
mekanisme - Terdengar ronkhi
regulasi A:
Masalah hipervolemia belum teratasi
P:
3.3.Monitor intake dan output cairan
3.4.Monitor tanda-tanda vital
3.5.Batasi asupan cairan dan garam
3.7 Kolaborasi pemberian diuretik
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan masih belum ada BAB
berhubungan O:
dengan - Peristaltik usus 3 kali permenit
ketidakcukupan - Abdomen tegang
asupan cairan A:
Masalah konstipasi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
4.3.Anjurkan minum air hangat
68

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
4.4 Jelaskan jenis makanan yang membantu
mengatasi konstipasi
4.5 Kolaborasi pemberian obat pencahar
Kamis, D.0003 Gangguan S:
4 April pertukaran gas - Pasien mengatakan sesaknya berkurang
2019 berhubungan O:
Jam dengan perubahan - RR: 22 kali permenit
17.00 membran - Tidak terdengar bunyi napas tambahan
alveolus-kapiler ronkhi
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1.1.Monitor frekuensi, irama, kedalaman dari
upaya napas
1.5.Auskultasi bunyi napas
D.0009 Perfusi S: -
perifer tidak O:
efektif - CRT < 2 detik
berhubungan - Warna kulit pucat
dengan A:
penurunan Masalah perfusi perifer teratasi
konsentrasi P:
hemoglobin Hentikan intervensi
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan sesaknya berkurang
berhubungan O:
dengan gangguan - RR 22 kali permenit
mekanisme - Tidak terdengar ronkhi
regulasi A:
Masalah hipervolemia teratasi sebagian
P:
3.3.Monitor intake dan output cairan
3.4.Monitor tanda-tanda vital
3.7 Kolaborasi pemberian diuretik
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan masih belum ada BAB
berhubungan O:
dengan - Peristaltik usus 2 kali permenit
ketidakcukupan - Abdomen tegang
asupan cairan A:
Masalah konstipasi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
4.3.Anjurkan minum air hangat
4.4 Jelaskan jenis makanan yang membantu
mengatasi konstipasi
69

Hari/ Diagnosa
Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Jam Keperawatan
4.5 Kolaborasi pemberian obat pencahar
Jumat, D.0003 Gangguan S:
5 April pertukaran gas - Pasien mengatakan sesaknya berkurang
2019 berhubungan O:
dengan perubahan - RR: 20 kali permenit
membran - Tidak terdengar bunyi napas tambahan
alveolus-kapiler ronkhi
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
P:
Hentikan intervensi
D.0009 Perfusi S: -
perifer tidak O:
efektif - CRT < 2 detik
berhubungan - Warna kulit pucat
dengan - Hasil hemoglobin terakhir 11,3 g/dL
penurunan A:
konsentrasi Masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi
hemoglobin P:
Hentikan intervensi
D.0022 S:
Hipervolemia - Pasien mengatakan tidak sesak lagi
berhubungan O:
dengan gangguan - RR 20 kali permenit
mekanisme A:
regulasi Masalah hipervolemia teratasi
P:
Hentikan intervensi
D.0049 S:
Konstipasi - Pasien mengatakan sudah BAB setelah
berhubungan diberi obat pencahar
dengan - Pasien mengatakan BAB nya berwarna
ketidakcukupan gelap dengan konsistensi lunak
asupan cairan O:
- Peristaltik usus 7 kali permenit
A:
Masalah konstipasi teratasi
P:
Hentikan intervensi
70

4.2. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada

pasien 1 dan 2 dengan kasus Penyakit Ginjal Kronis yang telah dilakukan sejak

tanggal 3 - 5 April 2019 di ruangan Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda.

Pada pengkajian sistem pernapasan pasien 1, pasien mengatakan ia

merasa sesak napas tanpa nyeri dada dan juga pasien mengalami batuk berdahak.

Hasil observasi penulis, pasien bernapas dengan napas cuping hidung. Pada

auskultasi paru, terdengar bunyi napas tambahan ronkhi dan hasil pemeriksaan

foto toraks ditemukan kesan edema pulmonum. Pasien mengeluh pusing.

Kemudian pada pasien 2, pasien juga memiliki keluhan utama sesak napas tanpa

nyeri dada, tetapi tidak disertai dengan batuk. Saat pemeriksaan fisik, terlihat

pernapasan cuping hidung dan auskultasi paru terdengar bunyi napas tambahan

ronkhi. Pasien juga memiliki kesan edema pulmonum saat difoto toraks. Pasien 2

juga memiliki keluhan pusing.

Hal ini sesuai teori menurut Pradesya (2015) yang menyebutkan penyakit

gagal ginjal kronik menimbulkan berbagai kondisi patologis klinis pada tubuh.

Salah satu kondisi patologis yang umum terjadi karena penyakit ini yaitu

terjadinya edema paru yang disebabkan kombinasi penumpukan cairan (karena

kenaikan tekanan intravaskuler atau penurunan intravaskuler) pada alveoli

sehingga terjadi gangguan pertukaran gas secara progresif yang mengakibatkan


71

hipoksia yang dapat mengancam jiwa. Menurut Damayanti dkk (2015),

manifestasi edema paru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan

suara ronkhi.

Berdasarkan pendapat penulis, terhadap kesamaan dan kesenjangan antara

kasus peneliti temukan dengan teori yang dikemukakan pada pasien Penyakit

Ginjal Kronis dengan gangguan pertukaran gas, yaitu dispnea dan suara ronkhi

pada kedua pasien serta penumpukan sputum dan batuk pada pasien 1.

Evaluasi pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan selama 2 hari adalah

pasien mengatakan tidak sesak lagi, RR: 20 kali permenit, tidak terdengar bunyi

napas tambahan ronkhi. Maka masalah gangguan pertukaran gas teratasi. Evaluasi

pada pasien 2 setelah dilakukan tindakan selama 3 hari adalah pasien mengatakan

sesaknya berkurang, RR: 20 kali permenit, dan tidak terdengar bunyi napas

tambahan ronkhi. Maka masalah gangguan pertukaran gas teratasi.

Masalah selanjutnya adalah perfusi perifer tidak efektif berhubungan

dengan penurunan konsentrasi hemoglobin. Pada pasien 1, masalah ini ditunjang

dengan nilai hemoglobin 7,5 g/dL, pengisian kapiler (CRT) lebih dari 2 detik,

akral teraba dingin, dan warna kulit pucat yang merupakan tanda dari penyakit

anemia. Pada pasien 2, masalah perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin juga terjadi. Hal ini ditunjang dengan data

nilai hemoglobin 11,3 g/dL dan warna kulit pucat.

Hal ini sesuai dengan teori Suhardjono (2009), yang menyatakan bahwa

anemia terjadi pada 80-90% pasien PGK, terutama bila sudah mencapai stadium
72

III. Anemia terutama disebabkan oleh defisiensi Erythropoietic Stimulating

Factors (ESF). Kemudian menurut National Kidney Foundation (2002), dalam

keadaan normal 90% eritropoietin (EPO) dihasilkan di ginjal tepatnya oleh

juxtaglomerulus dan hanya 10% yang diproduksi di hati. Eritropoietin

mempengaruhi produksi eritrosit dengan merangsang proliferasi, diferensiasi dan

maturasi prekursor eritroid. Keadaan anemia ini terjadi karena defisiensi

eritropoietin yang dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon hipoksia lokal

akibat pengurangan parenkim ginjal fungsional. Lalu menurut Sukandar (2006),

faktor lain yang dapat menyebabkan anemia pada PGK adalah defisiensi besi,

defisiensi besi, defisiensi vitamin, penurunan masa hidup eritrosit yang

mengalami hemolisis, dan akibat perdarahan. Tanda dan gejala yang ditunjukkan

antara lain lemas, kelelahan, sakit kepala, masalah dengan konsentrasi, pucat,

pusing, kesulitan bernapas atau sesak napas, dan nyeri dada.

Menurut penulis, antara teori dan pengkajian yang telah didapatkan dari

pasien sudah sesuai, karena tanda dan gejalanya sama, antara lain pasien yang

merasa lemas, kulit pucat, sering pusing, dan juga data tambahan yaitu capillary

refill time (CRT) < 2 detik serta konjungtiva anemis yang biasanya paling awal

diperiksa untuk menentukan apakah pasien memiliki kemungkinan anemia atau

tidak.

Evaluasi pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan selama 3 hari adalah

CRT > 2 detik, warna kulit pucat, dan hasil pemeriksaan hemoglobin terbaru 8,4

g/dL. Maka masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi sebagian dan belum

tercapai dalam 3 hari pelaksanaan. Evaluasi pada pasien 2 setelah dilakukan


73

tindakan selama 3 hari adalah CRT < 2 detik, warna kulit pucat, dan hasil

hemoglobin terakhir 11,3 g/dL. Maka masalah perfusi perifer tidak efektif teratasi.

Masalah ketiga yaitu hipervolemia dialami oleh pasien 1 dengan tanda

dan gejala yang ditunjukkan adalah pasien mengatakan ia merasa sesak napas,

frekuensi pernapasan 24 kali permenit, terdengar bunyi napas tambahan ronkhi,

terdapat pernapasan cuping hidung, edema pada ekstremitas bawah +1, warna

kulit pucat, dan hasil pemeriksaan foto toraks edema pulmonum. Kemudian untuk

pasien 2, tanda dan gejala yang ditemukan adalah pasien mengatakan ia merasa

sesak napas, frekuensi pernapasan 28 kali permenit, terdengar bunyi napas

tambahan ronkhi, terdapat pernapasan cuping hidung, warna kulit pucat, dan hasil

pemeriksaan foto toraks edema pulmonum.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Doenges (2014), hipervolemia

ditandai dengan penurunan output, oliguria, peningkatan tekanan darah,

peningkatan CVP (Central Venous Pressure), edema, peningkatan berat badan

dalam waktu singkat, edema pulmonal, perubahan pada status mental,

kegelisahan, penurunan hemoglobin/hematokrit, dan ketidakseimbangan

elektrolit.

Menurut penulis, terdapat kesamaan teori dan evidence pada pasien PGK

dengan masalah hipervolemia, karena kedua pasien mengalami penurunan output

pada saat sebelum masuk RS (sebelum diberikan diuretik), peningkatan tekanan

darah, edema ekstremitas, edema pulmonal, dan juga penurunan


74

hemoglobin/hematokrit. Saat dikaji kedua pasien telah diberikan terapi diuretik,

oleh karena itu balance cairan pasien bernilai (-) dan outputnya pun bertambah.

Evaluasi pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan selama 3 hari adalah

pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi, RR 20 kali permenit, tidak terdengar

ronkhi, edema berkurang kurang dari nilai +1. Maka masalah hipervolemia

teratasi. Evaluasi pada pasien 2 setelah dilakukan tindakan selama 3 hari adalah

pasien mengatakan tidak sesak lagi dan RR 20 kali permenit. Maka masalah

hipervolemia teratasi.

Kemudian masalah terakhir pada pasien adalah konstipasi berhubungan

dengan ketidakcukupan asupan cairan. Pada pasien 1, pasien mengatakan sudah

tidak BAB selama 3 hari terakhir, BAB nya memang sering tidak lancar, sering

lama di toilet karena BAB nya keras, dan harus mengejan untuk BAB. Pada

pemeriksaan abdomen juga ditemukan peristaltik usus menurun (4 kali permenit)

dan abdomen tegang ketika ditekan. Lalu pada pasien 2, pasien mengatakan sudah

tidak BAB selama 1 minggu terakhir, BAB nya keras dan sedikit, harus mengejan

untuk BAB, perutnya terasa penuh serta pada pemeriksaan fisik peristaltik usus

menurun (2 kali permenit), dan abdomen tegang.

Walaupun hal ini tidak sesuai dengan masalah keperawatan yang ada

mengenai PGK, akan tetapi kedua pasien yang penulis teliti sama-sama memiliki

keluhan konstipasi. Menurut penulis, hal ini kemungkinan terjadi karena asupan

cairan yang kurang, terutama karena pasien PGK harus membatasi asupan

cairannya agar tidak memperberat kerja ginjal serta tidak berakibat edema. Akan
75

tetapi pembatasan cairan ini juga berakibat pada konstipasi karena, berdasarkan

teori Kant dan Graubard (2010), salah satu faktor yang mempengaruhi proses

defekasi adalah asupan cairan. Air memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai

media eliminasi sisa metabolisme. Hal ini didukung dengan teori Potter dan Perry

(2006) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi air adalah sebagai penghancur

makanan. Pendapat penulis tentang hal ini adalah, karena pasien PGK memiliki

keharusan untuk membatasi asupan cairannya, maka makanan yang dikonsumsi

tidak seimbang dengan asupan cairan yang seharusnya masuk untuk membantu

menghancurkan dan melumatkan makanan.

Evaluasi pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan selama 3 hari adalah

pasien mengatakan sudah BAB setelah diberi obat pencahar, pasien mengatakan

BAB nya berwarna gelap dengan konsistensi keras, dan peristaltik usus 10 kali

permenit. Maka masalah konstipasi teratasi. Evaluasi pada pasien 2 setelah

dilakukan tindakan selama 3 hari adalah pasien mengatakan sudah BAB setelah

diberi obat pencahar, pasien mengatakan BAB nya berwarna gelap dengan

konsistensi lunak, dan peristaltik usus 7 kali permenit. Maka masalah konstipasi

teratasi.

Dari keempat masalah di atas, dapat diketahui bahwa pada kedua pasien,

3 masalah yaitu gangguan pertukaran gas, hipervolemia, dan konstipasi telah

teratasi, sedangkan masalah perfusi perifer tidak efektif hanya dapat teratasi

sebagian. Menurut penulis, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu penelitian,

sehingga masalah perfusi perifer tidak efektif ini tidak dapat diatasi sepenuhnya,

terutama karena masalah ini memang membutuhkan waktu yang panjang agar
76

terpenuhi sesuai kriteria hasil, mengingat nilai hemoglobin tidak mudah untuk

ditingkatkan dan juga pada pasien CKD tidak memiliki hormon eritropoietin yang

cukup untuk merangsang pembentukan sel darah merah sehingga sangat

diperlukannya pasokan sel darah merah dari luar tubuh.

Anda mungkin juga menyukai