Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. K DENGAN DIAGNOSA


MEDIS HIPERTIROID DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN …….

DOSEN PENGAMPU : IRIENE KUSUMA WARDANI., M.KEP., NERS

DISUSUN OLEH :

SUMENDHE HAYUNING SUKMARANI


201702033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2020
Kasus 1
Seorang wanita multipara berusia 42 tahun, G4P3 dengan hipertiroid datang
dengan penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Usia
kehamilan 20 minggu. Sebelumnya pasien mengeluhkan palpitasi, demam,
berkeringat, tremor, diare dan sesak nafas. Pasien telah dikenal menderita Graves
Disease sejak 2 tahun lalu dan mendapat propylthiouracil (PTU) dan propranolol.
Pasien tidak pernah putus obat hingga pasien dirawat, kecuali propranolol
dihentikan sejak 5 bulan yang lalu karena kehamilan pasien. Kakek dari pasien
memiliki 2 istri. Pasien merupakan cucu dari istri pertama. Dua orang sepupu
pasien, dua anak dan satu cucu dari istri kedua kakek pasien juga menderita
hipertiroid. Berdasarkan pemeriksaan fisik, pasien tampak delirium, dengan
tekanan darah 110/50 mmHg, nadi 115 kali/menit, dan suhu 38,4oC. Pada
pemeriksaan mata tampak Rosenbach dan Enroth. Tanda oftalmopati Graves
adalah NOSPEC 1. Berdasarkan palpasi kelenjar tiroid, ukuran 9 x 5 x 2 cm,
difus, dan simetris. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kardiomegali dan
hepatomegali. Skor index Wayne adalah 22 (hipertiroid) dan Skor Burch dan
Wartofsky adalah 60 (krisis tiroid). Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kadar hormon tiroid bebas (FT4) 43,49 pmol/L, tyroidstimulating hormone (TSH)
0,1 UIU/mL dan peroksida anti-tiroid (anti-TPO) 0,31 IU/mL (negatif).
Pemeriksaan USG tiroid menunjukkan struma diffusa. Hasil konsul dengan bagian
obstetri dan ginekologi menyimpulkan denyut jantung janin dan USG
fetomaternal normal dan tidak terdapat kelainan ginekologi. Selain itu, hipertiroid
dan krisis tiroid ditegakkan sebagai diagnosis. Terdapat kemungkinan Hipertiroid
Familial Non-autoimun merupakan diagnosis pada pasien ini karena pasien
memiliki riwayat keluarga dan hasil negatif pada pemeriksaan antiTPO. Setelah
diagnosis krisis tiroid ditegakkan dengan skor Burch dan Wartofsky, pasien
dirawat di ruang HCU. Pasien mendapat terapi 600 mg PTU dan diikuti dengan
200 mg PTU empat kali sehari. Propanolol 40 mg sehari, deksametason 40 mg
sehari melalui intravena dan Iodin Lugol juga diberikan pada pasien ini empat kali
sehari.
PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 20 Juni 2019 Jam : 10.10


Tanggal MRS : 20 Juni 2019 No RM : XXX33

Diagnosa masuk : Hipertiroid

1. Identitas pasien
Nama : Ny. K
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Smgng brt No XX
Penanggung jawab : Tn. P (Suami)

2. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama : Sebelumnya pasien mengeluhkan palpitasi, demam,
berkeringat, tremor, diare dan sesak nafas.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan penurunan kesadaran
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Riwayat penyakit dahulu : Pasien telah dikenal menderita Graves Disease
sejak 2 tahun lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga : Dua orang sepupu pasien, dua anak dan satu
cucu dari istri kedua kakek pasien juga menderita hipertiroid.
5. Riwayat penyakit psikososial : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
psikososial.
6. Riwayat alergi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi

3. Pola pemenuhan kebutuhan dasar


1. Pola Nutrisi
Di rumah : Keluarga pasien mengungkapkan dirumah ia makan 3x
sehari dan sangat suka dengan makanan asin
Di RS : Pasien diberikan diit tinggi protein rendah natrium
2. Pola Eliminasi
Di rumah : Keluarga pasien mengungkapkan BAK 3x sehari,
sedangkan saat pasien BAB 5x sehari
Di RS : Pasien dipasang kateter no 14 dan sering di lihat , bila
urine bag sudah terisi segera dibuang dan diukur urinenya.
3. Pola aktivitas dan Istirahat
Di rumah : Keluarga pasien mengungkapkan selama di rumah pasien
merasa kelelahan serta diikuti sesak nafas dan tremor ketika beraktivitas
berat.
Di RS : Pasien tidak mampu melakukan aktifitas dan kebutuhan
dasar secara mandiri serta pasien tidak dapat tidur nyenyak karena sesak,
tremor, serta terpasang infus dan syring pump pasien merasa tidak
nyaman.
4. Pola hygiene perseorangan
Di rumah : Pasien mampu melakukan aktifitas dan kebutuhan dasar
secara mandiri
Di RS : Pasien mendapatkan bantuan total dan pasien tidak
mampu melakukan aktifitas dan kebutuhan dasar secara mandiri

4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Delirium dengan dengan tingkat ketergantungan Parsial
Care.
2. B1 Breath : Frekwensi nafas 30 x/mnt, pola nafas cepat, suara nafas ronkhi
dan wheezing, pasien batuk dan sekret tidak dapat keluar, pasien
mengalami sianosis, terdapat penggunaan otot bantu nafas, terjadi retraksi
dada berat, pasien menggunakan O2 5 Lpm, SpO2 97%
0
3. B2 Blood : Suhu 36,7 C, tekanan darah 189/ 102 mmHg, nadi 98 x/
menit, suara jantung Lup-dup, S1-S2-S2 tunggal, jelas terdengar di ICS 4-
5, nadi teraba kuat, irama nadi regular, akral hangat
4. B3 Brain : Kesadaran Komposmentis GCS E4V5M6, pupil isokor
3cm/3cm reaksi cahaya +/+.
5. B4 Bledder : oleh keluarga diberi kondom kantong plastik untuk
menampung urine dan sering di lihat , bila urine sudah keluar segera
diganti dengan kondom kantong plastik yang baru, sebayak 500 cc, warna
kuning jernih.
6. B5 Bowel : Pasien BAB 1x konsistensi lembek, abdomen supel, bising
usus 10x/menit
7. B6 Bone dan integument : pasien mengalami kelemahan pada ekstrimitas
kiri

5. Pemeriksaan penunjang
6. Terapi
Psien mendapatkan terapi 600 mg PTU dan diikuti dengan 200 mg PTU empat
kali sehari. Propanolol 40 mg sehari, deksametason 40 mg sehari melalui
intravena dan Iodin Lugol juga diberikan pada pasien ini empat kali sehari.

Anda mungkin juga menyukai