Anda di halaman 1dari 18

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar,
dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu
dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau
mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung
volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar
dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume. Mengukur dapat
dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena
atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi
jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini
kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola
tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut. Pentingnya
besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat
membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati
suatu gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat
dari hasi pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil
pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan. Dengan salah satu argument
di atas, setelah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas
pengukuran dalam fisika, untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran
yang akurat dan dapat dipercaya.
2

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang
2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca /timbangan)
3. Mengukur besaran volume dengan berbagai cara
3

II TINJAUAN PUUSTAKA

A. Pengertian Pengukuran

Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil.


Dalam kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan
panjang pensil. Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan.
Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran,
sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap
untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang
berlainan disebut satuan tidak baku. (Any Winarsih, dkk. 2008)

B. Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat


badan adalah massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan
massa berbeda. Berat badan dapat kita tentukan dengan menggunakan
alat timbangan berat badan. Misalnya, setelah ditimbang berat badanmu 50 kg
atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah
sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan.
Panjang dan massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah
ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas. Besaran fisika
dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran
pokok.
4

Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu
bersifat tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan
tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan
para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem satuan yang digunakan dalam dunia
pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang
dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram
Second) yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).

Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat
dalam Tabel berikut.

Tabel 2.1 besaran pokok


Besaran pokok Satuan SI Singkatan
Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Suhu Kelvin K
Kuat arus listrik Ampere A
Intensitas cahaya Candela Cd
Jumlah zat Kilo mol Kmol
waktu Detik S

Tabel 2.2 besaran turunan


Besaran turunan Penjabaran dari besaran Satuan
pokok
Luas Panjang x lebar m²
Volume Panjang x lebar x tinggi m³
Massa jenis Massa/ volume Kg/m³
Kecepatan Perpindahan/ waktu m/s
Percepatan Kecepatan/ waktu m/s²
Gaya Massa x percepatan Newton
usaha Gaya x perpindahan Joule
(Teguh Sugiyarto. 2008)
5

C. Pengukuran Benda

1). Dengan Menggunakan Mistar

Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita


lumrah menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar
sesuai dengan skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar
milimeter) dan ada mistar yang skala terkecilnya cm (mistar centimeter).
Mistar yang sering kita gunakan biasanya adalah mistar milimeter. Dengan
kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1 milimeter dan mempunyai
ketelitian 1 milimeter atau 0,1 cm..Ketika mengukur dengan menggunakan
mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat yang tepat,
yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini ditarik dari titik
yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda
yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar
atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah
terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang biasa disebut kesalahan
paralaks. (anonym,2014)

Gambar 2.1 mistar

2). Dengan Menggunakan Jangka Sorong

Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm


diperlukan jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi
pengukuran, yaitu: Pengukuran panjang bagian luar benda. Pengukuran
panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran kedalaman lubang dalam
6

benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:


Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang
yang disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang
geser), yang memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier.
Rahang tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm.
Sedangkan pada rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10
bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau
vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala
nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama
adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong adalah
0,1 mm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila
diukur sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak
antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat
berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini
kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau
0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih
antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur
tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 c

Gambar 2.2 jangka sorong


7

3). Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup

Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm


atau 0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama
dari mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada
silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat
garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan
satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm.
Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau
silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50
= 0,01 mm atau 0,001 cm. Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur
panjang benda dengan mikrometer sekrup, bidal diputar sehingga benda
dapat diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros hampir
menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi
agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran
akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai
menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti. (Pribadi
Jumran ,2014)

Gambar 2.3 mikrometer sekrup


8

4). Neraca Ohauss

Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau


timbangan yang bekerja atas dasar prinsip tuas. Jenis neraca yang umum
digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan
sebagainya. Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser. Neraca
Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam
praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan
neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar
tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan
atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan ,namun sebelumnya pastikan
semua anting pemberat nya terletak tepat pada angka nol di masing-masing
lengan (MusthofaAbi Hamid,2009).
9

III METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. Mistar

Gambar 3.1 Mistar

2. Jangka Sorong

Gambar 3.2 Jangka Sorong


3. Kertas
10

Gambar 3.3 Kertas


11

4. Neraca Pegas

Gambar 3.4 Neraca Pegas

5. Koin

Gambar 3.5 Koin

6. Kawat Tembaga

Gambar 3.6 Kawat Tembaga

7. Kubus

Gambar 3.7 Kubus


12

8. Gelas Ukur

Gambar 3.8 Gelas Ukur


9. Kelereng

Gambar 3.9 Kelereng

10. Batu Kerikil

Gambar 3.10 Batu Kerikil

11. Air
13

Gambar 3.11 air

B. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran Panjang
a). Mengukur panjang batang kayu
1). Mengukur panjang batang kayu dengan mistar sentimeter
2). Melakukan pengukuran
3). Mengulangi dengan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat ke tabel pengamatan
5). Mengganti mistar centimeter dengan mistar millimeter lalu ulangi
langkah diatas

b). Mengukur Diameter Manik-manik


1). Mengukur diameter manic-manik dengan mikrometer sekrup
2). Melakukan pengukuran oleh orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapat pada tabel data
5). Mengulangi langkah diatas dengan menggunakan jangka sorong
14

c). Mengukur tebal kertas


1). Mengukur tebal kertas dengan mikrometer sekrup
2). Melakukanpengukuranoleh orang yang berbeda
3). Melakukan 5 kali pengukuran
4). Menuliskan data yang didapatcpada table data pengamatan
5). Mengulangi langkah dengan menggunakan jangka sorong

2. Mengukur Massa

a). Mengukur massa benda dengan neraca pegas


1). Menimbang massa benda/koin dengan cara mengaitkan pada neraca
pegas
2). Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu tulis pada table data
pengamatan
3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda
4). Mengulangi langkah dengan kawat tembaga dan kertas

b). Mengukur massa benda dengan neraca lengan


1). Menimang benda/koin dengan cara meletakkan di lengan neraca
2). Melihat nilai yang tertera pada neraca, lalu tulis pada tabel data
pengamatan
3). Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda
4). Mengulangi langkah dengan kawat tembaga dan kertas

3. Mengukur volume

a). Mengukur volume kelereng secara matematis

1). Mengukur kelereng dengan menggunakan jangkas orong, lakukan oleh

orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali pengulangan

2). Menghitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volum benda


3). Menulis data yang di dapat pada table data pengamatan
15

IV DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Praktikum

Adapun data-data yang diperoleh dalam melakukan praktikum adalah sebagai


berikut:
1. Pengukuran Panjang
Tabel 4.1 hasil pengukuran panjang batang kayu (L)
Pengukuran ke Denga mistar Dengan mistar
centimeter (L ± ∆L) milimeter (L ± ∆L) mm
Cm
1 0,9 cm 10 mm
2 1 cm 10 mm
3 1 cm 10 mm
4 1 cm 10 mm
5 1 cm 10 mm
Rata-rata 0,98 cm 10 mm
Ketidakpastian
0,032 0
pengukuran
Error 3,26% 0%
16

Tabel 4.2 hasil pengukuran tebal kertas (T)


Pengukuran ke Dengan mistar Dengan jangka sorong
(T ± ∆T) Cm ( T± ∆T) mm
1 0,01 cm 0,1 mm
2 0,01 cm 0,1 mm
3 0,01 cm 0,1 mm
4 0,01 cm 0,1 mm
5 0,01 cm 0,1 mm
Rata-rata 0,01 cm 0,1
Ketidakpastian
0 0
pengukuran
Error 0% 0%

2. Pengukuran Massa
Tabel 4.3 hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas
Pengukuran ke Benda/koin Kawat Tembaga Kertas
( m ± ∆m) gr ( m ± ∆m) gr ( m ± ∆m) gr
1 0,1 gr 0,5 gr 0,1 gr
2 0,1 gr 0,4 gr 0,1 gr
3 0,1 gr 0,5 gr 0,1 gr
4 0,1 gr 0,4 gr 0,1 gr
5 0,1 gr 0,4 gr 0,1 gr
Rata-rata 0,1 0,044 0,1 gr
Ketidakpastian 0
0 0,048
pengukuran
Error 0% 10% 0%

3. Pengukuran volume

Tabel 4.4 hasil pengukuran volume kelereng secara matematis


17

Pengukuran ke Diameter Volume ( πD²)


(D ± ∆D) gr ( D ± ∆D) gr
1 16, 315 mm 836,315 mm
2 16,2 mm 824,061 mm
3 16,3 mm 834,226 mm
4 16,15 mm 818,982 mm
5 16,2 mm 824,061 mm
Rata-rata 16,234 827,529

Ketidakpastian
pengukuran 0,06 6,193
Error 0,3% 0,74%

Tabel 4.5 hasil pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur


Pengukuran ke Vair semula Vair sesudah Volume ∆V
(V ± ∆V) ( V ± ∆V) gr (Vair sesudah – Vair
gr semula)
(V ± ∆V) gr
1 50 ml 51 ml 1 ml
2 50 ml 51 ml 1 ml
3 50 ml 51 ml 1 ml
4 50 ml 51 ml 1 ml
5 50 ml 51 ml 1 ml
Rata-rata 50 ml 51 ml 1 ml
Ketidakpastian 0
0 0
pengukuran
Error 0% 0% 0%
18

DAFTAR PUSTAKA

Any Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Istiyono, Edi.2004.Fisika untuk SMA Kelas X.Jakarta : Intan Pariwara.

Kamajaya.2007.Cerdas Belajar Fisika. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Teguh Sugiyarto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII.

Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai