Anda di halaman 1dari 17

Pada dahulu kala tinggalah sebuah keluarga disebuah desa.

Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan seorang


gadis remaja dengan nama Bawang Putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup bahagia. Kendati
ayah Bawang Putih hanyalah seorang pedagang biasa, namun mereka bisa hidup dengan sangat rukun
dan sentosa hingga pada suatu hari ibu Bawang Putih sakit parah yang akhirnya meninggal dunia.

Bawang Putih sangat berduka dengan meninggalnya ibunda tercintanya itu, begitu juga dengan.ayahnya,
ia merasakan duka yang sangat mendalam harus menerima kenyataan itu. Cibiran, gosip dan ejekan dari
warga seakan tak pernah sekalipun berhenti yang membuat duka ayah dan Bawang Putih semakin
dalam.

Dialog drama Bawang Merah & Bawang Putih

BABAK 1

(suara Ayam jantan berkokok), suasana pedesaan yang asri dengan kehidupan dan pertanian yang kaya
di negeri itu, semua warga desa seperti biasanya bergegas ke lahan pesawahan).

(Dari kejauhan tampak seorang ibu membawa bakul sangat terburu-buru berlari hingga tergopoh-gopoh
dan tersungkur).

Ibu 1 : (Gubrak...tersungkur dan bakulnya terjatuh diantara para petani yang sedang beraktifitas, ia
berteriak dengan mengarahkan tangan isyarat untuk berkumpul) Ibu..ibu..Bapak bapak hooooooy... Mak
ci punya gosip terhangat seperti rasa wedang, sedap seperti rasa rendang dan hebos seperti gajah
terbang. Kalian tahu kan keluarga Bawang sedang berbela sungkawa tetapi firasat saya tak lama lagi
ayahnya bawang putih yang tampan nan rupawan bakalan tertarik mungkin sama salah satu dari kita
janda teralemong cemong sekampoang.

Ibu 2 : (Menepuk pundak Ibu 1) wush... jangan ngawur kamu, baru juga kemarin ibundanya meninggal.
Jangan mengada-ngada mak ci bahaya, berita zaman now memang nampaknya semakin membeludak
dan itu salah satunya dari kau mak ci.

Ibu 1 :Hidup ini perlu dinikmati mak, salah satunya yang dengan bergosip alemong kesana kemari yang
penting jadi trending topik terus dapet followers banyak beuhhh... jadi sosialita aku. Kau ni mak memang
sirik terus sama aku maklum janda tercantik macam aku memang mengundang banyak kesirikan.
(Mengibaskan rambutnya dan mengepakkan kipas yang dibawanya).

Ibu 3 : (sambil mendekat pada kumpulan ibu-ibu) Eh mak ci biang gosip memang kau ni janda? Bukannya
suamimu masih ada, terakhir aku lihat suamimu marah-marah dekat kandang bebek sambil berteriak
"Bebek payah bebek lemah" itu suamimu atau suami para bebek mak ?
Ibu 1 : (Tersenyum merayu) Hehhh Mak Aku kan janda kembang, kembang tujuh rupa tujuh benua tujuh
saudera tujuh .....

(sebelum ibu 1 menyelesaikan perkataannya, suaminya yang dari tadi berada tepat dibelakang dirinya
menjewer telinga istrinya tersebut)

Ibu 1 : Adduhh..duh (sambil menengok kebelakang dengan telinga yang dijewer) eh Suamiku.cintaku...
(sambil tersenyum)

Suami 1 : (dengan kesal) Tadi kau cakap kau janda ? mau kau aku tinggalkan macam ternak bebek yang
mati sebab aku tak beri makan ?

Ibu 1 : (sambil tersipu dan menahan sakit) Ampun suamiku, pangeranku rajaku segalanya bagiku tadi aku
bergurau saja sayang.....

Suami : (Sambil menjewer telinga istrinya itu ia bergegas pulang) Sudah bubar semuanya bukannya
bercocok tanam mencari rizki malah bergurau ria di sawah tak berfaedah !

(kemudia semua bubar dan melanjutkan aktifitasnya)

BABAK 2

(Suasana haru masih menyelimuti keluarga bawang putih)

Bawang Putih: Ayah, kenapa sih ibu harus pergi meninggalkan kita dengan begitu cepatnya?

Ayah: Ini memang sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, nak.

Bawang Putih: Ya, sudah lah, yah.. memang sudah menjadi ketentuan yang maha kuasa, aku sih yes aja
Yah.

Ayah: Yah, tepat anakku. Biarlah, ini memang sudah ditentukan-Nya.

Di desa itu terdapat seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang
Putih meninggal ibu Bawang Merah sering menyempatkan diri untuk berkunjung kerumah Bawang Putih.
Ibu Bawang Merah sering membawakan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya, membantu Bawang
Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan.

Ibu Bawang Merah: Bawang Putih... ini saya bawakan makanan untuk kamu (Berlaga seperti malaikat
yang suci).
Bawang Putih: Iya, terima kasih banyak bu sudah membawakan makanan untuk Bawang Putih, kebetulan
bawang belum makan dari tadi baru minum saja.

Ibu Bawang Merah: Ya, sama-sama, ibu cuman nggak pengen lihat kamu kurang makan. Y

nanti kau makan yeu rendang buatan mak ci ini(sambil tersenyum manis), kalau gitu ibu pamit pulang
dulu, kasian bawang merah ka rumah sendirian.

Ayah Bawang Putih: Bu, nitip salam ya buat Bawang Merah.(Sambil mengedipkan mata)

Ibu Bawang Merah: Iya, nanti aku sampaikan ke Bawang Merah.(Membalas kedipan matanya).

Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati membuat ayah
Bawang Putih kepikiran untuk menikahi ibu Bawang Merah. Dengan meminta pertimbangan dari Bawang
Putih, kemudian ayah Bawang Putih menikah dengan ibu Bawang Merah.

Ayah Bawang Putih: Bawang Putih, andai saja ayah menikahi dengan ibu Bawang Merah, apakah kamu
setuju, nak, ayah harap kamu setuju sebab ayah masih muda ayah yakin ayah masih laku. Kebetulan ayah
sudah undang ibunda bawang merah ka mari, dek kemari lah (memerintahkan ibu bawang merah dan
bawang merah untuk segera masuk ke dalam rumah)

Bawang Putih: Aku hanya ngikut kemauan ayah, kalau ayah memang menginginkannya, kenapa aku
harus menghalanginya. Lagian ibu Bawang Merah itu kan baik hati.

Ayah Bawang Putih: Baiklah nak kalau begitu, terimakasih atas izin kamu. Bagaimana denganmu Bawang
Merah? apakah kamu juga setuju?

Bawang Merah: Aku juga setuju (sembari memainkan rambut dan berlaga kecantikan) , ibu setuju juga
kan (menepuk pundak ibunya)?

Ibu Bawang Merah: uuuuuuh ya jelas endorse Ibu mau eh maksudnya, ibu juga setuju dengan niatan
ayah Bawang Putih untuk menikahi ibu, lagian ibu bosan menjanda hampir setengah abad.

Ayah Bawang Merah : Kalau begitu, kita segerakan saja pernikahan ini ya dek ? (bertanya pada bunda
bawang merah ) bagaimana kalau besok ?

Ibunda Bawang Merah : Baiklah saya setju engku, kalau begitu saya dan bawang merah pamit pulang
untuk mempersiapkan pernikahan nanti.(bergegas pulang )

(Esok harinya pernikahan berlangsung yang dihadiri oleh penghulu dan kedua mempelai bersama para
anak dan wali)
Penghulu : Ini pengantinnya kemana, kenapa yang duduk disini hanya saya saja? (Kebingungan sebab
kedua mempelai belum juga hadir didepan penghulunya)

(beberapa menit kemudian Ayah bawang berjalan perlahan menghampiri pak penghulu).

Ayah Bawang : Maaf Pak saya telat. (Tertunduk )

Penghulu : Maaf maaf kamu niat nikah atau tidak ! kalau tidak biar saya saja yang nikah .

( dari kejauhan terdengar suara Ekhhhmmmmmmm dari seorang ibu yang merupakan istri dari penghulu
tersebut)

Penghulu : hehehe ok ok silahkan segera duduk ! Baiklah berhubung kedua mempelai sudah ada sudah
lengkap dengan para walinya, maka acara aqad nikah ini saya buka dengan ucapan Basmallah.

(Para hadirin mengucap Bismillahirahmanirrahim)

Penghulu : Saya Nikahkan ananda Ayah bawang Putih dengan Ibunda Bawang merah binti Bawang
Polong dengan maskawin seperangkat alat shalat dan emas 1 gram dibayar tunai.

Ayah : Saya terima nikahnya ibunda bawang merah binti bawang polong dengan maskawin tersebut
dibayar tunai.

Penghulu : Bagaimana para saksi syah...???

Saksi dan keluarga : SYAHHHHH!!!! (Musik pernikahan)

Penghulu : baiklah selamat menikmati malam pertama dan jika Ayah bawang butuh bantuan ekstra saya
siap membantu untuk menggantikaan. (dengan mata genit )

Acara pun selesai dan para tamu pulang.

Pada malam harinya, seusai pesta pernikahan selesai. Ayahanda bawang putih dan ibunda bawang
merah sedang beristirahat. Namun, nampaknya ibunda bawang merah sedang merencanakan sesuatu
hingga ia menaruh racun pada minuman yang ia berikan kepada ayah bawang putih.

Dari sudut kamar ibunda bawang merah sedang membatkan minuman racun untuk ayah bawang
putih.

Ayah Bawang Putih : Dek, kemarilah duduk ka sini.

Ibunda bawang merah : Ia engku, sekejap. Ini saya buatkan minuman spesial untuk engk(mendekat dan
memberikan minuman tersebut).

Ayah : Minuman apa ini ?


Ibunda : (dengan tersenyum) ini hanya minuman kuat biasa saja, bukankah engku ini sudah tua, engku
pasti sangat butuhkan minuman ini.

Ayah : wah.. perhatian betul kau ni dek. Baiklah saya akan minum.

(setelah beberapa saat meminum ramuan itu, ibunda bawang merah merayu kepada ayahanda bawang
putih )

Ibunda : Engku kemarilah! Kita kan penganttin baru, tak baik lah jauhan macam ni.

Ayahanda : Baiklah dek (mendekati ibunda bawang merah)

Ibunda : biar saya bukakan jas engku ini, pasti engku kegerahan.

Sesaat setelah bercakap-cakap layaknya pengantin baru, tiba-tiba saja ayahanda bawang putih merasa
ada yang tidak beres dan merasa kesakitan.

Ayah : Ddek, minuman apa yang kau berikan, kenapa badan ni rasanya sakit semua (menahan rasa sakit).

Ibu : Itu minuman kuat biasa , minuman biasa saja. Engku ni mungkin sudah sakit parah. (berpura-pura
panik)

Ayah : (kesakitan dan terbaring lemah)

: ( penik dan memanggil bawang merah serta bawang putih ) bawang merah, bawang putih kemari, ayah
kalian sakit sekarat ka sini.

Bawang puith dan bawang merah berlarian menuju bilik itu.

Bawang Putih : Bundo, ayah kenapo bisa macam ni (menangis didekat ayahnya)Ibu : Bundo pun tak tahu
kenapo, pasalnya mungkin ayahando ini sudah punyo penyakit serius.Ayah: (terbaring lemah dan batuk
terus menerus) Bawang Putih, sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi. Penyakit ayah tidak mungkin bisa
disembuhkan lagi, ayah sudah berobat ke berbagai klinik dari yang resmi sampai yang tidak resmi tetap
penyakit ayah membandel dan susah untuk disembuhkan.

Bawang Putih: Ayah, Putih mohon sama ayah, jangan tinggalin Putih , yah! Putih akan sama siapa lagi,
putih belum menikah putih masih jomblo dan putih ga mau sampai harus ditinggal ayah, putih mohon
yah?

Ayah: Maafkan ayah, nak. Jika ayah pergi, kamu baik-baik saja ya ada ibumu dan kakakmu yang akan
mengurus serta menjagamu, kamu hormati dan turuti semua perintah ibu dan kakakmu, nak.
Bawang Putih: Iya, putri akan menuruti perintah ibu juga perintah kakak, putih sayang ayah (menangis
tersedu dan memeluk ayahnya)..

Ayah: Bu, aku titip Putih ya? Tolong jagain Putih, dan aku mohon ibu bisa menganggap dia seperti anak
ibu sendiri.

Ibu Bawang Merah: Ya, baik ayah, ayah jangan tinggqalkan kami .

Bawang merah : Ayah.. kenapa ayah secepat ini ninggalin merah, merah baru saja merasakan punya ayah
lagi ayaaaahhhh.... (menangis dan memeluk ibunya)

Bawang Putih: Ayah.. jangan tinggalkan Putih, yah! (Bawang Putih bercucuran air mata).

Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa dan bertindak semena-mena terhadap Bawang
Putih. Bawang Putih seperti menjadi buruh Bawang Merah dan ibunya.

Ibu : hahahahahaha akhirnya, aku bisa menyingkirkan ayahanda bawang putih yang tua bangka tu. Mulai
sekarang tak da satupun orang ka kampung ni yang bisa menandingi kekayaan kekuasaan saya
hahahaha... saya kaya hara kaya benda kaya segalanya saya berkuase dikampung ni hahaha.

merah : hahahaha (ikut tertawa)

Ibu : diam kau ni betuah sajo diam. Cukup bundo yang tertawa macam ni .

Ibu: (mengatur dengan menunjuk semua sudut rumah sembari mengipas-ngipaskan kipas yang
dibawanya) Bawang Putih, nanti kamu harus bangun sebelum adzan Subuh. Kamu harus persiapkan air
mandi dan sarapan untuk ibu dan Bawang Merah. Terus kamu harus memberi makan pada ternak, lalu
menyiram di kebun, dan mencuci baju ke sungai. Sesudah itu, kamu lekas menyetrika baju, dan
membersihkan rumah, paham? (bergegas pergi )

Putih: Ya, Putih mengerti, ibu. (Melangkahkan kaki )

Bawang Merah : (dengan wajah sombong dan mendorong bawang putih ke lantai ) Heh Putih sekarang
ayahmu udah mati, kamu harus nurut sama aku dan ibu, kamu harusnya bersyukur aku dan ibu masih
sudi buat rawat kamu.

Bawang putih : (Tersungkur dan menahan rasa sakit ) Ia kak, aku mengerti tapi kenapa perlakuan
kakakdan ibu sekarang jadi berbeda.

Merah : (wajah kesal dan mendorongkan kepala bawang putih) kenapa, kenapa banyak tanya ya kamu.
Kesel aku jadinya lihat wajah kamu yang so' kecantikan. Nih ngaca (mendorong wajah putih ) wajah kamu
gak seberapa dibanding aku jangan so' polos deh . muak aku lihat wajah kamu .(Bergegas meninggalkan
bawang putih )

(Bawang putih mennangis tersedu dan coba meraih foto ayahnya yang telah tiada.
Bawang putih : (menangis tersed) Ayaah ....Putih kangen ayah, putih selalu menuruti apapun keinginan
ibu dan kakak tetapi putih tidak pernah diperlakukan layaknya anak dan saudara . Putih kangen ayah .
(menangis tersedu)

Meskipun diperlakukan seperti seorang pembantu, namun Bawang Putih selalu mengerjakan perintah
Ibu Bawang Merah. Dia berharap suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya seperti anak kandungnya
sendiri.

BABAK 3

Pada pagi itu, seperti biasa Bawang Putih membawa timba berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Sambil bernyanyi kecil Putih menyusuri jalan setapak dipinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya, di
perjalanan putih banyak menemui warga yang sedang beraktifitas, tak sengaja dia memergoki para ibu-
ibu dan pedagang bubur ayam yang sedang membicarakan keadaan dirinya dan keluarganya, secara
mengendap-endap putih mencoba untuk menguping pembicaraan mereka.

Ibu 4 : Eh Mak ci tadi subuh sebelum ke surau aku lihat si Bawang putih disuruh-suruh sama emak
barunya, ih mak bener ternyata gosip itu ! (Sambil menyilang kaki dan bersolek manja)

Ibu 5 : Hoalaaaah Mak ci, jangan sembarang berucap nanti kau kualat! Kebanyakan makan

nampaknya mak ci ini (Sambil duduk dan menyilang kaki)

Abang : Ambooy hoalah gosip sip sip uhh..... ( menghampiri dan duduk secara gemulai ).

Abang: Stttttttttttttttttt.... (bergaya seperti banci) biasanya emak tiri memang galak alamahoy, kasihan
mungkin nasib si nona bakalan berubah jadi si babu hahaha.

Ibu 4 : eh mak, memang biasanya seperti itu ibu tiri. Cinta bapaknya tak sudi rawat anaknya. Harusnya
sebelum memilih itu harus memilah apalagi ini untuk jadi istri. Macam memilih kain jahitan harus
diutamakan dibanding corak.

Abang : (Bersilang kaki dan bersolek manja ) Nah benar kau cakap mak, maka dari itu saya ogah buat cari
suami, lelaki semuanya jahat.

Ibu 5 : (Keheranan ) Heh Bang kau ini lakikan ? cemaneu kau dapat suami kau harusnya cari istri keu.

(Tiba-tiba Bawang Putih terpeleset dari tempat persembunyiannya dibalik pohon, semua mata terpanah
dan obrolan gosip terhangat itu seketika terhenti).

(Bawang Putih tak menghiraukan ucapan ibu-ibu tadi, ia berjalan dengan air mata yang membasahi
pipinya)
(setibanya di sungai, Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor milik ibu dan kakak tirinya yang
dibawanya. Merasa terlalu keasyikan, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya
hanyut terbawa arus. Lebih parahnya lagi baju yang hanyut itu merupakan baju kesayangan ibu tirinya.
Saat menyadari hal itu, Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk menemukan baju itu).

Bawang Putih: Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika tidak, ibu
pasti akan sangat marah sama aku.

Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, Bawang Putih akhirnya tidak berhasil
menemukan baju kesayangan ibu tirinya itu. Dengan wajah putus asa dia mencoba menelpon dan
berbicara terus terang pada ibundanya

Bawang Putih: hallo, Bu, Putih mau minta maaf sama ibu. Maafkan Putih bu, baju ibu hanyut terbawa
arus.

Ibu: Terbawa arus? Dasar kamu ceroboh, bodoh ! Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari
baju itu sampai ketemu ! Ingat, kamu tidak boleh pulang ke rumah jika belum menemukan baju itu,
paham?

Dengan segala keterpaksaan, Bawang Putih terpaksa harus menuruti keinginan ibu tirinya. Dia kembali
menyusuri sungai tempat dimana dia tadi mencuci. Setelah sekian lama mencari, Bawang Putih tak juga
menemukan baju itu. Bawang Putih terus berusaha mempertajam pandangannya dan lebih teliti lagi
untuk menemukan baju itu.

Bawang Putih bertemu dengan seorang wanita paruh baya dan menanyakan sesuatu kepada orang
tersebut.

Bawang Putih: Bi.. bi.. bi.. !

Bibi: Ya, ada apa nak?

Putih: Mau nanya bi, apakah bibi melihat baju merah hanyut terseret arus lewat sini? Saya harus
menemukan baju itu bi, dan harus segera membawanya pulang.

Bibi: Tadi sih saya lihat nak, kalau kamu mengejarnya kamu harus cepat-cepat! mungkin kamu bisa
menemukan baju itu, kalau masih tidak ketemu, kamu bisa buka pake GPS.

Bawang Putih: Oh begitu Baiklah bi, terimakasih banyak ya, bi!

Bibi: Iya, sama-sama, ingat nak GPS bukan GPU.


BABAK 3

Hari sudah beranjak gelap, Bawang putih masih terus menyusuri aliran sungai berharap baju milik ibu
tirinya segera ditemukan, namun suasana menjadi semakin mencekam, suara serigala dan kuntilanak
seolah menyelimuti dan mendekati. Bawang Putih nampak gelisah dan merasa resah. Tiba-tiba dari
kejauhan dia melihat bayangan wanita dengan wajah yang menyeramkan.

(Penampakan hantu itu rupanya ada dua sosok, bawang putih sangat merasa ketakutan)

Kunti : (dengan mendekat dan ingin menakuti ) Hihihihihihihihihihihihi ada cewek tuh

Pocong (Meloncat-loncat dan mendekat) Hohohohohohohohoh ayo kita ganggu dia.

Kunti dan pocong menakuti dari berbagai penjuru dengan bebrbagai gaya hantu.

(Bawang putih merasa ketakutan dan akhirnya dia mencoba untuk menyetel sebuah lagu berharap hantu
itu pergi dan ia bisa bergegas mencari kembali baju ibu tirinya tersebut)

Hantu dan bawang putih berjoged ria, hingga akhirnya ada seorang nenek/kakek yang mendekat karena
mendengar suara kegggaduhan.

Kakek/nenek : Asstaghfirullah,,, kalian hantu tak berduit kalau ingin dugem sana di bioskop!

Bawang Putih : Maaf kek/nek bukan bioskop tapi diskotik.

Kakek/nenek : Nah iya maksudnya itu, sudah kalian para arwah pasaran eh penasaran lebih baik kalian
pergi atau saya akan nyanyikan lagu eta terangkanlah.

(sang kakek/nenek itu pun mengusir hantu tersebut dengan tongkat kayu yang dibawanya)

Nenek/kakek bersama bawang putih bergegas pergi dari hutan tersebut.

Nenek: Kamu siapa nak? Kenapa kamu malam-malam begini keluyuran ditengah hutan?

Bawang Putih : Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang dibawah arus
sungai dan sekarang kemalaman, apa boleh saya n, nek?

Nenek: Tentu, tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,
baiklah aku akan mengembalikannya sama kamu, tapi kamu harus menemeni nenek disini selama
seminggu, karena sudah lama nenek tidak ngobrol sama siapapun, bagaimana apa kamu setuju?
Bawang Putih: Baiklah nek kalau begitu, saya akan menemani nenek selama satu minggu, asalkan nenek
tidak jenuh sama aku.

Selama satu minggu Bawang Putih pun tinggal bersama nenek itu. Setiap hari Bawang Putih membantu
nenek itu untuk mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Nenek itu pun merasa sangat senang sampai
akhirnya genap sudah satu minggu. Nenek itu memanggil Bawang Putih

Nenek: Nak, sudah satu minggu kamu tinggal digubuk nenek dan nenek senang sekali karena kamu anak
yang sangat rajin dan berbakti. Karena itu, sesuai janji nenek sebelumnya kamu boleh membawa pulan
baju ibu kamu, dan satu lagi kamu boleh memilih salah satu dari labu kuning ini sebagai hadiah dari
nenek.

Bawang Putih: Jangan nek, nenek tidak usah memberiku hadiah.

Nenek: Sudahlah, ambil saja Bawang Putih.

Bawang Putih: Ya sudah, kelau begitu Putih memilih yang kecil, nek.

Nenek: Kenapa kamu memilih yang kecil nak kenapa tidak yang besar, jumbo, super jumbo dan ekstra
jumbo (dengan menunjukkan beragam ukuran dan bentuk, ekspresi yang centil dan menggoda ; muncul
musik cita citata perawan atau janda sembari berjoged ria) ?

Bawang Putih: Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek.

Nenek itu pun tersenyum lebar dengan gigi yang separuh hilang dan separuh hitam (sambil melambaikan
tangan dengan energic dan mengedip-kedipkan mata dengan cepat)...

Babak ke 4

Ibu : kemana si bawang putih ni, sudah satu minggu tak ada balik pula. Bertuah sajo ni budamacam tak
terdidik. Tak pulang-pulang tak nampak batang hidungnya pun. (dengan ekspresi kesal dan marah ).

Beberapa saatkemudia bawang putih muncul dan Bawang Putih segera menyerahkan baju merah milik
ibu tirinya itu.

Bawang Putih: Ibu, ini baju ibu sudah aku temukan. (Dengan wajah yang bahagia)
Ibu: Mana? Loh kok baju saya jadi kusut dan sobek seperti ini. Kamu bodoh sekali ini baju kesayangan
saya. (Mendorong Bawang putih hingga tersungkur)

Bawang Putih: Maaf Bu, tapi putih sudah berusaha keras hingga baju ini bisa putih temukan. Putih hanya
ingin membuat ibu senang .

Ibu : Baju sobek dan tak layak pakai seperti ini, gembel pun enggan buat memakainya. Kamu memang
bodoh tak becus mengerjakan apapun! (Marah besar)

(Terdengar suara ribut , Bawang merah pun datang menghampiri)

Bawang Merah : Duh ada apa si bu pagi-pagi sudah teriak-teriak ganggu merah aja.

Ibu : uuuh maaf sayang (membelai rambut bawang merah ) ! ibu kesal pada si bawang putih bodoh ini,
kerja apapun dia ga becus baju kesayangan ibu sampai jadi sobek seperti ini.(Menunjukkan baju)

Bawang Merah : (mengambil baju ibunya) Ya ampun ibu inikan baju mahal, ibu baayar baju ini kredit pula
2 tahun baru lunas. Bawang putih memang keterlaluan kamu (Mendorong dan menjambak rambutnya).

Bawang Putih : Aduh ka sakit, maafin bawang putih. Putih tidak sengaja. Baju itu tadinya hanyut terbawa
sungai.(Merengek dan memohon)

Bawang merah : Sakit sakit (semakin menjambak rambut putih ) nih yah gara-gara kamu tidur aku jadi
kurang puas, baju ibu jadi rusak kayak gini. Jijik aku ke kamu (melepaskan jambakkannya dan
mengibaskan rambut).

Bawang merah : Yuk mah kita tinggalin aja si putih bodoh ini . jijik banget aku lihat wajahnya.

( merah bersma ibunya pergi meninggalkan bawang putih diruangan itu)

Setelah itu, Bawang Putihpun pergi ke dapur untuk membelah labu kunin yang didapatnya, betapa
terkejutnya Bawang Putih ketika labu yang terbelah itu ternyata berisi emas permata yang sangat banyak
sekali.

Bawang Putih: Haaah... emas.(berteriak kegirangan), aku dapat emas permata.

Bawang Merah dan ibunya pun langsung merebut emas dan Permata tersebut dari Bawang Putih.

Bawang Merah: He.., kamu dapat emas dan permata ini darimana? kok bisa-bisanya dapat emas permata
sebanyak ini?(merampas emas yang dibawa bawang putih)

: Dapat darimana kamu, Putih ? jangan-jangan kamu maling? Oh atau diam diam kamu simpan harta
warisan ayah kamu itu(melotot )

Bawang Putih: Emas itu aku dapat dari...(menjawab dengan gugup dan penuh rasa takut.
Bawang Merah: Darimana? Ayo ngomong kamu! (Menjenggung kepala putih)

Bawang Putih: Tidak ibu, ibu dan kakak salah paham terhadapku kemarin Pas aku sedang mencari baju
ibu yang hanyut terbawa arus yang kemudian kemalaman terus aku menginap dirumah seorang nenek
yang gubuknya berada pinggir sungai, dan aku disuruh untuk menemaninya selama satu minggu. Setelah
itu, aku diberi hadiah ini yang ternyata berupa emas permata setekag aku belah.

Usai mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah pun berencana untuk melakukan hal yang sama,
tapi kali ini Bawang Merah yang berniat melakukannya.

Ibu: Bawang Merah, kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak malang ini.pakaianmu harus
lusuh dan kamu harus mau untuk nyuci disungai.(

Bawang Merah: ih ibu apaan sih ogah aku nyuci disungai. Lagian mana pantas aku berpakaian lusuh aku
kan cantik aku gak mau pokoknya titik
Ibu : heh Merah aku ini ibumu kamu harus menuruti apapu perintah ibu, lagian ini berkaitan dengan
emas, kita bisa jadi juragan emas dikampung ini.dan jadi orang terkaya/(dengan wajah yang sumringah)

Bawang Merah: ok aku mau, tapi emas itu harus dibagi rata 50:50.

Ibu : Baiklah sekarang segera kamu bergegas ambil cucian yang kotor dan pergi kesungai.

Merah pu menuruti perintah ibunya, dan berjalan meuju sungai sesampainya disungai, Merah pun
secara sengaja menghanyutkan bajunya ke sungai, setelah itu dia lantas menuju rumah nenek tersebut.

Bawang Merah : Wah bajunya hanyut (pura-pura panikdan mengejar)

(Merah berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir sungai)


Bawang Merah : Duh gatel badanku, mana panas lagi. Ini nenek tua yang diceritain si putih kok gak
kelihatan-kelihatan batang hidungnya.(menyusuri jalan setapak tersebut)

Bawang Merah : (Menyusuri jalan) Eh itu ada nenek-nenek, mungkin nenek itu yang dimaksud si bawang
putih.( menghampiri nenek-nnek tersebut)

Bawang Merah: Nek, nek... nenek lihat baju yang hanyut, tidak?

Nenek: Nenek tau, tapi kamu harus menemaniku selama sehari semlam disini baru setelah itu nenek
akan kasih tau keberadaan baju mu,bagaimana?

Bawang Merah: Ya, baiklah nek. (dengan wajah yang penuh keterpaksaan )

Selama satu hari satu malam lamanya Bawang Merah selalu bermalas-malasan, jika ada yang dikerjakan
pasti hasilnya tidak sesuai keinginan nenenk itu karena dikerjakan dengan malas-malasan.
Akhirnyanenek membolehkan Bawang Merah untuk pulang.
Nenek : Bawang merah, waktumu untuk menemani nenek sudah habis, kamu boleh pulang.

Bawang Merah: Bukannya mestinya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena sudah mau menemani
nenek selama satu minggu?

Nenek: Oh, ya nenek lupa sekali...ayo kemari dan silahkan kamu memilih salah satu dari labu itu.

Bawang Merah: (Bawang Merah pun mengambil yang besar, dan langsung pergi meninggalkan gubuk
nenek itu.) uh akgirnya tujuanku tercapai tidak sia-sia aku sampai harus bermalam digubuk reod seperti
itu.

Ketika sampai di rumah, Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan
labu yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan minta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih
untuk pergi ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya.
Bawang Merah : Ibu aku dapat apa yang ibu minta yey, tapi (berbisik dan menyampaikan bahwa bawang
putih tidak boleh tahu apalagi mengambil bagian emasnya).

Ibu: heh Bawang Putih mentang- mentang si merah sudah menyelesaikan tugas mencuci kamu malah
enak malas-malasan baju kotor dibelakang sudah banyak, sana kamu pergi ke sungai cuci baju-baju yang
kotor.

Bawang Putih: Iya, bu saya akan cucikan tapi, bukannya ibu selalu kecewa setiap kali Putih mencucikan
baju ibu.

Ibu : oh jadi sekarang kamu berani melawan saya !( menjewer telinga bawang putih )

Bawang Putih : Baiklah bu aku akan pergi , tolong lepaskan telinga putih bu sakit.

Kemudian Bawang Putih bergegas pergi.


Hingga Bawang Putih pergi, mereka membelah labu tersebut, namun

Bawang Merah : ayo bu kita buka merah sudah tidak sabar.

Ibu: ayo nak...

Saat di buka tiba-tiba saja labu tersebut meledak seperti bom (duaaaarrrrr) seketia bawang merah dan
ibunya terpental dan tidak sadarkan diri. Dari kejauhan suara ledakan itu membuat bawang putih kaget
dan segera bergegas kembali kerumah, namun yang didapati rumah beserta ibu dan kakaknya sudah
luluh lantak dan tidak bisa diselamatkan lagi.

Sesaat setelah kejadian itu bawang putih dari jauh berlari dan mendekati jasad ibu serta kakaknya
dia menangis tersedu tiada henti, sang nenek tua yang bersama bawang putih menyampaikan
pesan.Nenek : Itu lah balasan bagi orang yang serakah, dan mengahardik anak yatim, semua perbuatan
pasti akan ada balasannnya meskipun kecil dan tak terasa semua akan dipertanggung jawabkan

Anda mungkin juga menyukai