Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MENEJEMEN PASIEN TENGGELAM DI SUMUR

DI SUSUN OLEH :

KARINA NOVITA SARI

P1337420517080

ANTASENA 2

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D3 KEPERAWATAN MAGELANG

2019
PEMBAHASAN

1. Definisi tenggelam

Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas

(asfiksia) disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernapasan. Istilah

tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban

dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam jiwa.

Pada peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus

tenggelam di air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada dibawah permukaan

air maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam.

Berdasarkan pengertian tersebut maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat

terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam wastafel atau ember

berisi air. (buku UNDIP) Pada mayat yang ditemukan terbenam dalam air, perlu

pula diingat bahwa mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk kedalam

air.

Tenggelam (Drowning) adalah Proses atau pengalaman gangguan respirasi

akibat tenggelam dalam air. (Szpilman dkk, 2012)


Tenggelam (Drowning) adalah Kematian makhluk hidup karena terendam

air. (Lee dkk).

2. Penyebab dan manifestasi klinis

Seseorang mengalami tenggelam bisa kapan saja, adapun penyebab dan

menifestasi klinis menurut Levin (1993) terdapat banyak penyebab tenggelam

antara lain adalah :

1. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan

2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan

(hipoksia)

3. Jatuh kedalam sumur saat menggali/ pengurasan sumur

4. Kurangnya persiapan dan pengetahuan dalam proses penggalian atau

pengurasan sumur

5. Kelalaian orang tua dalam menjaga anak untuk tidak bermaindi sekitar

sumur.

6. Percobaan bunuh diri

7. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang

Menurut Levin (1993) beberapa manifestasi klinis tenggelam antara lain :

a. Koma

b. Peningkatan edema paru

c. Kolaps sirkulasi

d. Hipoksemia
e. Asidosis

f. Timbulnya hiperkapnia

3. Siapa saja yang melakukan pertolongan untuk korban tenggelam

Seseorang yang mengalami tenggelam membutuhkan pertolongan secara

cepat. Semua orang berhak untuk memberikan pertolongan kepada orang

yang mengalami kecelakaan tenggelam, namun harus mengetahui langkah

langkah memberikan pertolongan kepada seseorang yang tenggelam

4. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam

Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat

terjadi pada keadaan near drowing yakni :

a. Perubahan Pada Paru-Paru

Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dsn 80-90%

pada korban hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat

mempengaruhi perjalanan klinis penderita. Isi lambung, organisme

patogen, bahan kimia toksis dan bahan asing lain dapat memberikan

cedera pada paru dan menimbulkan obstruksi jalan nafas.

b. Perubahan Pada Kardiovaskuler

Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan

bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis

saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada

fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam

sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial

(PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.


c. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat

Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ

tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena

iskemik otak. Iskemik otak dapat berlanjut akibat hipoksia, reperfusi

dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema selebral.

Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan.

Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2-3 menit setelah apnea dan

hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4-10 menit setelah

anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8-10

menit anoksia.

d. Perubahan Pada Ginjal.

Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi

biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria,

hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan

mengakibatkan tubulur nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat,

asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.

e. Perubahan Cairan dan Elektrolit

Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi

selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan

intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan

perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat

menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahan cairan karena

tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan


hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak.

Sedangkan apirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan

hipervolemia dan hipermatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena

kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas (Ronald, 2002).

5. Cara pertolongan penyelamatan pasien tenggelam di dalam sumur

Seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai faktor penyebab

seseorang tenggelam dalam sumur kebanyakan proses kematian

yang terjadi karena sesak nafas ini sering juga disebut sebagai

keracunan gas. Paru-paru yang dalam proses bernafas seharusnya

memperoleh pasokan oksigen (O2) tetapi akan menyerap gas lain

dan yang paling berbahaya adalah amonia atau karbon monoksida

(CO). Amonia atau metana dapat berada dalam lubang sumur

sebagai gas alam yang mungkin terjadi karena terjadinya

dekomposisi alami dari dalam tanah. Gas CO muncul sebagai salah

satu dari gas buangan mesin pompa air akibat pembakaran bahan

bakar yang tidak sempurna.

Apabila mesin pompa air dimasukkaan dan diaktifkan di

dalam lubang sumur, tentu saja otomatis akan mengurangi jumlah

udara segar dalam sumur untuk proses pembakaran itu. Pada waktu

bersamaan hasil pembakaran akan menghasilkan gas buangan

seperti CO2, gas hidrokarbon dan terutama CO, dan akibatnya

adalah gas-gas inilah yang akan terhirup oleh orang yang ada di

dalam lubang sumur. CO akan masuk dalam sistem pernafasan dan


terkait darah dalam paru-paru mengakibatkan orang lemas. Setelah

lemas mungkin akan terjatuh dalam sumur dan berlanjut dengan

kematian. Jika tidak segera memperoleh pertolongan.

Terkait dengan situasi kejadian berupa lubang sumur yang

sempit dan memiliki kedalaman tertentu, maka kejadian sering

berakibat lebih lanjut dengan meminta korban tambahan. Kematian

yang terjadi secara beruntun dengan memakan lebih dari satu orang

korban tersebut adalah karena upaya pertolongan korban pertama

yang dilakukan karena sembrono.

Hal ini terjadi karena orang melihat korban pertama terjatuh

maka dia akan muncul rasa panik dan reflek untuk segera

memberikan pertolongan tanpa berfikir panjang. Sementara gas di

dalam lubang sumur masih ada dan belum memungkinkan orang

untuk bernafas secara normal. Situasi yang terjadi tentu saja si

penolong juga akan mengalami kondisi yang sama dan kesulitan

bernafas. Jika terus berturut-turut mungkin saja dapat sampai 2,3

atau 4 orang yang ikut jadi korban. Untuk itu pihak yang berada di

atas lubang sumur harus waspada jika mengalami kejadian seperti

itu sebelum melakukan langkah pertolongan yang tepat untuk

menolong korban pertama yang berada di dalam lubang sumur.

Langkah pertolongan yang mungkin dapat dilakukan antara

lain adalah melalui langkah-langkah berikut :


1. Semprotkan udara ke dalam sumur sehingga mengusir gas dari

dalam lubang. Jika kesulitan untuk mencari udara dari pompa,

semprotkan air dalam jumlah mencukupi ke dalam lubang

sumur dalam bentuk spray. Langkah ini cukup membantu

menambahkan udara segar ke dalam lubang sumur selain

mengusir gas-gas beracun keluar dari dalam lubang.

2. Jika ada mesin pompa diesel yang sebelumnya digunakan di

dalam sumur, hendaknya diambil terlebih dahulu dan biarkan

sumur untuk beberapa waktu atau terus semprotkan air ke

dalam lubang sumur.

3. Orang yang menolong dan akan turun ke bawah jangan

sendirian. Saat dia turun harus diikat ke tubuhnya dan ada

orang yang menjaga. Jika merasa lemas segera minta untuk

diangkat ke atas kembali dan menunggu beberapa saat lagi

untuk boleh turun ke bawah lagi.

4. Panggil petugas penyelamatan dari dinas kebakaran atau rumah

sakit.

6. Manajemen Gawat Darurat Pasien Tenggelam Dalam Sumur

a. Bantuan Hidup Dasar

Penanganan A (airways) B (breathing) C (circulation) merupakan hal

utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama pada perbaikan jalan

napas dan oksigenasi buatan, namun imobilisasi servikal perlu


dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat. Cedera servikal

biasanya jarang terjadi pada korban tenggelam, pada korban yang

mengalami penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban

tenggelam dapat dilakukan pada saat korban masih berada di dalam

air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah mengamankan diri

penyelamat, lalu korban, karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak

perlu terjun ke dalam sumur untuk menyelamatkan korban. Namun,

jika tidak bisa penyelamat harus terjun dengan alat bantu dan

pengaman, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan

penyelamatan.

b. Penilaian pernapasan

Dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah

Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada

Listen, yaitu mendengarkan suara napas

Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hempusan napas

Penanganan pertama pada korban yang tidak sadarr dan tidak bernapas

dengan normal dapat di lakukan langkah-langkah seperti

a. Head tild-chin lift,

b. Jaw thrust

c. Heimlich maneuver

d. Suction

e. Pasang OPA atau NPA


Setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu

pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara

pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose,

mouth to mask, dan mouth to neck stoma.

Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian

napas bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas

buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan

dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup

hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian

napas buatan dilanjutkan hinggan 10-15 kali selama 1 menit. Jika

korban tidak sadar dan tenggelam selama <5 menit, pernapasan

buatan dilanjutkan. Kompresi dada diindikasikan pada korban yang

tidak sadar dan tidak dan tidak bernapas dengan normal, karena

kebanyakan korban tenggelam mengalami henti jantung akibat dari

hipoksia. Pemberian kompresi ini dilakukan di atas tempat yang

datar dan rata dengan rasio 30:2. Namun, pemberian kompresi

instrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena

tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko

muntah dan aspirasi. Selama proses pemberian napas, regurgitasi

dapat terjadi, baik regurgitasi air dari paru maupun isi lambung.

Hal ini normal terjadi, namun jangan sampai menghalangi tindakan

ventilasi buatan. Korban dapat dimiringkan dan cairan

regurgitasinya dikeluarkan.
c. Bantuan hidup lanjut

Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat

kejadian merupakan hal yang sangat penting karena beratnya

cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji dengan cermat

pada saat pertolongan diberikan.

Pastikan keadekuatan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi. Cedera

lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi

ditentukan berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis.

Pasien dengan gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan

perubahan tingkat kesadaran untuk dihospitalisasi, perhatian harus

difokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung.

Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi edema serebri

merupakan hal yang sangat penting dan berhubungan langsung

dengan hasil akhir.

Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian

oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukakan

dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung oksigen. 1 oksigen

yang diberikan memiliki saturasi 100%. Jika setelah pemberian

oksigen ini, keadaan korban belum membaik, dapat dilakukan

intubasi trakeal.
KESIMPULAN

Definisi tenggelam (drawning) adalah kematian yang disebabkan oleh inspirasi

cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke

dalam cairan.

Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat terjadi

pada keadaan near drowning yakni : perubahan pada paru-paru, perubahan pada

kardiovaskuler, perubahan pada susunan saraf pusat, perubahan pada ginjal,

perubahan cairan dan elektrolit.

Pada pasien tenggelam disumur langkah pertolongan yang mungkin dapat

dilakukan antara lain adalah melalui langkah-langkah berikut :


1. Semprotkan udara ke dalam sumur sehingga mengusir gas dari dalam

lubang.

2. Jika ada mesin pompa diesel yang sebelumnya digunakan di dalam sumur,

hendaknya diambil terlebih dahulu dan biarkan sumur untuk beberapa

waktu atau terus semprotkan air ke dalam lubang sumur.

3. Orang yang menolong dan akan turun ke bawah jangan sendirian.

4. Panggil petugas penyelamat dari dinas kebakaran atau rumah sakit

Sedangkan manajemen gawat darurat pasien tenggelam dalam

sumur :

 Bantuan Hidup Dasar : Penanganan A (airways) B (breathing) C

(circulation) merupakan hal utama yang harus dilakukan.

 Penilaian pernapasan : dilakukan dengan tiga langkah

Look, listen dan feel.

 Bantuan hidup lanjut


DAFTAR PUSTAKA

Arofah, d.N.(2009).PEMATERI TEMA PENANGANAN KORBAN PASCA

TENGGELAM (KONDISI HENTI JANTUNG DAN NAPAS) DALAM

KEGIATAN PELATIHAN KORBAN PASKA TENGGELAM PADA LIFE

GUARD. NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT, 1-5.

Onyekwelu, E. (2008). Drowing and Near drowning. Internet Journal of Healt.

Internet Journal of Healt,8(2).

Ronald, C. (2002). Ronald, C. Drowing and near drowning: International Child

Health Care . A practical manual for hospitals worldwide: 541

Tahir, I. (2010,januari 24). Aspek K3 Pada Proses Pengurasan Sumur.

Anda mungkin juga menyukai