Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah penyakit neurodegeneratif yang serius yang
menyebabkan kelemahan otot, kecacatan, dan akhirnya menyebabkan kematian yang
dikarenakan oleh degenerasi dari motor neuron di korteks motorik primer, batang otak dan
medula spinalis. 1
ALS adalah istilah yang digunakan untuk sebuah sindrom neurodegeneratif yang ditandai
dengan degenerasi progresif dari motor neurone. Bagaimanapun juga, ALS merupakan istilah
yang digunakan dalam praktek klinis modern untuk menunjukkan bentuk paling umum dari
penyakit, Klasik (Charcot) ALS. Sindrom lain yang terkait dengan degenerasi motor neuron
meliputi, cerebral Progresif bulbar (PBP), atrofi otot Progresif (PMA), Primer lateral sclerosis
(PLS), Flail lengan sindrom (Vulpian-Bern-Hardt sindrom), sindrom kaki Flail
(Pseudopolyneuritic bentuk) dan ALS dengan multi-sistem keterlibatan (misalnya, ALS-
Demensia). Lord Russell Otak diusulkan Motor jangka. 2
Kejadian (rata-rata 1,89 per 100.000 / tahun) dan prevalensi (rata-rata 5,2 per100, 000)
relatif seragam di negara-negara Barat, meskipun fokus dari frekuensi yang lebih tinggi terjadi
di Pasifik Barat. Usia rata-rata onset untuk ALS sporadis adalah sekitar 60 tahun. 3
Penyebab ALS tidak diketahui, walaupun 5-10% dari kasus bersifat familial. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ALS dapat mempunyai mekanisme biologis yang sama dengan
penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, dan penyakit neurodegenerative lain. Dalam bentuk
klasik, ALS mempengaruhi motor neuron di 2 tingkat atau lebih yang mempersarafi beberapa
daerah tubuh. Ini mempengaruhi lower motor neuron yang berada di cornu anterior dari
sumsum tulang belakang dan batang otak, jaras kortikospinalis upper motor neuron yang
berada di gyrus precentral, dan sering prefrontal motor neuron yang terlibat dalam perencanaan
aktivitas upper dan lower motor neuron. 1
Pada penyakit ini susunan somatosensorik sama sekali tidak terganggu. Maka dari itu,
manifestasinya terdiri atas gangguan gerakan, yang memperlihatkan tanda-tanda kelumpuhan
UMN dan LMN secara bersamaan. Oleh karena itu, hiperefleksia, klonus dan reflex patologis
dapat ditemukan secara berdampingan dengan atrofi otot dan arefleksia pada satu penderita
yang sama. 3
Bentuk klasik dari ALS sporadis biasanya dimulai sebagai disfungsi atau kelemahan di
satu bagian tubuh dan menyebar secara bertahap dalam bagian tubuh itu dan kemudian ke
seluruh tubuh. Kematian ditemukan akibat kegagalan ventilasi, rata-rata 3 tahun setelah
timbulnya kelemahan fokal. Jika neuron motor hanya lebih rendah yang terlibat, penyakit ini
disebut atrofi otot progresif (PMA). Ketika hanya neuron motor atas yang terlibat, penyakit ini
disebut amyotrophic lateral primer (PLS). 1
Diagnosis ALS terutama secara klinis. Pengujian Electrodiagnostic memberikan kontribusi
untuk akurasi diagnostic. ALS adalah penyakit yang fatal, dengan kelangsungan hidup rata-
rata 3-5 tahun. Aspirasi pneumonia dan komplikasi medis dari imobilitas berkontribusi
terhadap morbiditas pada pasien dengan ALS. Meskipun ALS tidak dapat disembuhkan, ada
pengobatan yang dapat memperpanjang kualitas hidup, sehingga diagnosis penting untuk
pasien dan keluarga. 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi

I. Upper motor neuron 4

Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong dalam kelompok
UMN. Berdasarkan perbedaan anatomi dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam
susunan pyramidal dan ekstrapiramidal.

a. Susunan pyramidal 4

Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau
melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron tersebut
merupakan penghuni girus presentralis. Oleh karena itu, maka girus tersebut
dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lintasan ke-V dan masing-masing
memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu. Yang berada di korteks motorik yang
menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki
dan tungkai bawah. Neuron-neuron korteks motorik yang dekat dengan fisura lateralis
serebri mengurus gerak otot laring, farings dan lidah. Penyelidikan dengan
elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan tubuh dapat
dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal
dengan homunculus motorik.

Dari bagian mesial girus presentralis (=area 4= korteks motorik) ke bagian lateral
bawah, secara berurutan terdapat peta gerakan kaki, tungkai bawah, tungkai atas,
pinggul, abdomen/toraks, bahu, lengan, tangan jari-jari, leher, wajah, bibir, otot pita
suara, lidah dan otot penelan. Yang menarik perhatian adalah luasnya kawasan peta
gerakan tangkas khusus dan terbatasnya kawasan gerakan tangkas umum. Melalui
aksonya neuron korteks motorik menghubungi motorneuron yang membentuk inti
motorik saraf cranial dan motoneuron di kornu anterior medulla spinalis.
Askon-akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar-kortikospinal. Sebagai berkas
saraf yang kompak mereka turun dari korteks motorik dan di tingkat thalamus dan
ganglia basalis mereka terdapat diantara kedua bangunan tersebut. Itulah yang disebut
dengan kapsula interna, yang dapat dibagi dalam krus anterior dan krus posterior. Sudut
yang dibentuk kedua bagian interna itu dikenal sebagai genu. Penataan somatotopik
yang telah dijumpai pada korteks motorik ditemukan kembali di kawasan kapsula
interna mulai dari genu sampai seluruh kawasan krus posterius.

Di tingkat mesensefalon serabut-serabut itu berkumpul di 3/5 bagian tengah


pedunkulus serebri dan diapit oleh daerah serabut-serabut frontopontin dari sisi medial
dan serabut-serabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Di pons serabut-serabut
tersebut diatas menduduki pes pontis, diamana terdapat inti-inti tempat serabut-serabut
frontopontin dan parietotemporopontin berakhir. Maka dari itu, bangunan yang
merupakan lanjutan dari pes pontis mengandung hanya serabut-serabut kortikobulbar
dan kortikospinal saja. Banguna itu dikenal sebagai piramis dan merupakan bagian
ventral medulla oblongata.

Sepanjang batang otak, serabut-serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan


mereka (di dalam pedunkulus serebri, lalu di dalam pes pontis, dan akhirnya di
piramis), untuk menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di motoneuron
saraf kranial motorik (n.III, n.IV, n.V, n.VI, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII) atau
interneuronnyadi sisi kontralateral. Sebagian dari serabut kortikobulbar berakhir di inti-
inti saraf kranial motorik sisi ipsilateral juga.

Di perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, serabut-serabut


kortikospinal sebagian besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal lateral
(=traktus piramidalis lateralis), yang berjalan di funikulus posterolateralis
kontralateralis. Sebagian dari mereka tidak menyilang tapi melanjutkan perjalanan ke
medulla spinalis di funikulus ventralis ipsilateral dan dikenal sebagai jaras
kortikospinal ventral atau traktus piramidalis ventralis. Kawasan jaras piramidalis
lateral dan ventral makin ke kaudal makin kecil, karena banyak serabut sudah
mengakhiri perjalanan. Pada bagian servikal disampaikan 55% jumlah serabut
kortikospinal, sedangkan pada bagian torakal dan lumbosakral berturut-turut mendapat
20% dan 25%. Mayoritas motoneuron yang menerima impuls motorik berada di
intumesensia servikalis dan lumbalis, yang mengurus otot-otot anggota gerak atas dan
bawah.

b. Susunan ekstrapiramidal 4

Susunan ekstrapiramidal terdiri atas komponen-komponen, yakni : korpus striatum,


globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, substansia nigra, formatio
retikularis batang otak, serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area
4,6 dan area 8. Komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh
akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang
melingkar, yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan
penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit
dinamakan sirkuit striatal.

Secara sederhana, lintasan sirkuit itu dapat dibedakan dalam sirkuit striatal utama
(principal) dan 3 sirkuit striatal penunjang (asesorik). Susunan tersebut terintegrasi
dalam susunan sensorik dan motorik, sehingga memiliki system input dan output.

Data dari dunia luar yang masuk dalam sirkuit striatal adalah terutama impuls
asenden non-spesifik yang disalurkan melalui “diffuse ascending reticular system” atau
lintasan spinotalamik multisinaptik dan impuls proprioseptik yang diterima oleh
serebelum. Tujuan lintasan pertama ialah nuclei intralaminares talami. Data yang
diterima oleh serebelum disampaikan ke thalamus juga (melalui brakium
konyungtivum). Inti thalamus yang menerimanya ialah nucleus ventralis lateralis
talami dan nucleus ventralis anterior talami. Kedua lintasan yang memasukan data
eksteroseptif itu dikenal sebagai system “input” sirkuit striatal.

System output sirkuit striatal adalah lintasan yang menyalurkan impuls hasil
pengolahan sirkuit striatal ke motoneuron. Impuls yang telah diproses di dalam sirkuit
striatal dikirim ke area 4 dan area 6 melalui globus palidus dan inti-inti talamik dan
pesan-pesan striatal itu disampaikan kepada nucleus ruber, formation retikularis untuk
akhirnya ditujukan ke motoneuron. Akson-akson dari neuron lapisan V korteks area 4
turun ke batang otak di dalam kawasan jaras frontopontin dan menuju ke nucleus ruber
dan sel-sel saraf di formasio retikularis. Serabut-serabut rubrospinal menghubungi baik
alfa maupun gamma motoneuron yang berada di intumesensia servikalis saja.
Sedangkan serabut-serabut retikulopinal, yang sebagian besar multisinaptik, sehingga
lebih pantas dijuluki serabut retikulo-spino-spinal, menuju ke alfa dan gamma
motoneuron bagian medulla spinalis di bawah tingkat servikal.

Di tingkat kornu anterius terdapat sirkuit “gamma loop” yaitu hubungan neuronal
yang melingkari alfa motoneuron “muscle pindle”- gama/alfa motoneuron. Melalui
system “gamma loop” itu tonus otot disesuaikan dengan pola gerakan tangkas yang
diinginkan.

II. Lower Motor Neuron4

Neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir ke


sel otot skeletal dinamakan “lower motor neuron” (LMN), untuk membedakannya dari
UMN. Maka dari itu LMN dengan aksonnya dinamakan oleh Sherrington “final common
path” impuls motorik. LMN menyusun inti-inti saraf otak motorik dan inti-inti radiks
ventralis saraf spinal. Dua jenis LMN dapat dibedakan. Yang pertama dinamakan α-
motoneuron. Ia berukuran besar dan menjulurkan aksonnya yang tebal ke serabut
ekstrafusal. Yang lain dikenal sebagai γ-motoneuron, ukurannya kecil, aksonnya halus dan
mensarafi serabut otot intrafusal.

Dengan perantaraan kedua macam motoneuron itu, impuls motorik dapat


mengemudikan keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap
gerakan tangkas. Tiap motoneuron menjulurkan hanya satu akson. Tetapi pada ujungnya
setiap akson bercabang-cabang. Dan setiap cabang mensarafi seutas serabut otot, sehingga
dengan demikian setiap akson dapat berhubungan dengan sejuimlah serabut otot.

Sebuah motoneuron dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafinya merupakan satu
kesatuan motorik atau unit motorik (=motor unit). Tugas motoneuron hanya menggalakan
sel-sel serabut otot sehingga timbul gerak otot. Motorneuron-motorneuron hanya bekerja
sebagai pelaksana bawahan belaka. Jika mereka dibebaskan dari pengaruh sistem piramidal
dan ekstrapiramidal, maka mereka masih dapat menggalakan sel-sel serabut otot, tetapi
corak gerakan otot yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak dan lagipula sifatnya tidak
tangkas. Gerakan otot tersebut bersifat reflektorik dan kasar serta massif.

Bilamana terjadi suatu kerusakan pada motoneuron, maka serabut-serabut otot yang
tergabung dalam unit motoriknya tidak dapat berkontraksi, kendatipun impuls motorik
masih dapat disampaikan oleh system pyramidal dan ekstrapiramidal kepada tujuannya.

Gambar 1. Jaras UMN dan LMN

B. Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)


1. Definisi
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit motor neuron yang
mempengaruhi saraf sel otot rangka. Sebuah jaringan saraf membawa pesan dari otak,
menuruni tulang belakang dan keluar ke berbagai bagian tubuh. Termasuk dalam jaringan
ini adalah motor neuron yang membawa pesan ke otot-otot rangka. Pada ALS kemampuan
sel saraf semakin berkurang dan akhirnya mati. Akibatnya, otot rangka tidak menerima
sinyal saraf yang mereka butuhkan untuk berfungsi dengan baik dan atrofi otot-otot secara
bertahap karena kurangnya penggunaan dan paralisis. 5
ALS dapat didefinisikan sebagai gangguan neurodegenerative ditandai dengan
kelumpuhan otot progresif mencerminkan degenerasi MNS di korteks motorik primer,
batang otak, dan sumsum tulang belakang. "Amyotrophy" mengacu pada atrofi serat otot,
menyebabkan kelemahan otot yang terkena dan fasikulasi. "Sklerosis lateral" mengacu
pada pengerasan saluran kortikospinalis anterior dan lateral sebagai MNS di daerah-daerah
yang menurun fungsinya dan digantikan oleh gliosis. 6
ALS adalah gangguan neurologis yang fatal
yang menyebabkan kelemahan, atrofi, kelumpuhan, dan kegagalan pernafasan akhirnya
karena degenerasi selektif neuron bertanggung jawab untuk gerakan volunter. 7
ALS juga dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig, yang penyakit neuromuskuler
progresif cepat yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel saraf di otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini menyebabkan hilangnya kontrol saraf dari otot-otot volunter, sehingga
degenerasi dan atrofi otot. Akhirnya otot-otot pernapasan yang terpengaruh yang
menyebabkan kematian dari ketidakmampuan untuk napas. 8

2. Epidemiologi
Sekitar 5.600 orang di Amerika Serikat yang didiagnosis dengan ALS setiap tahun.
Kejadian tahun adalah 2-3 per 100.000 penduduk, hal ini 5 kali lebih tinggi dari penyakit
Huntington dan sama dengan multiple sclerosis. Diperkirakan bahwa sebanyak 16.000
orang Amerika mungkin memiliki penyakit ini pada waktu dekade tertentu. Insiden ALS
lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan rasio laki-perempuan secara
keseluruhan 2:1 Setelah usia 65-70 tahun, kejadian gender yang sama. Onset ALS dapat
terjadi dari tahun-tahun remaja ke tahun 80-an, namun puncaknya usia saat onset terjadi
55-75 tahun. Rata-rata usia onset ALS sporadis adalah 65 tahun, usia rata-rata onset ALS
familial adalah 46 tahun. 1

3. Etiologi
Ada tiga jenis ALS: sporadis, familial, dan Guamian. Bentuk yang paling umum
adalah sporadis. Sejumlah kecil kasus yang diwariskan kelainan genetik (familial). 8

 ALS karena kelaian genetic (familial)


Disebabkan oleh cacat genetik pada superoksida dismutase, enzim antioksidan yang
terus menerus menghilangkan radikal bebas yang sangat beracun, superoksida.
 Penyebab ALS sporadis dan Guamian tidak diketahui. Beberapa hipotesis telah
diusulkan termasuk:
 Toksisitas Glutamat
 Stres Oksidatif
 Disfungsi mitokondria
 Penyakit autoimun
 Penyakit Infeksi
 Paparan bahan kimia beracun
 Logam berat seperti timbal, merkuri, aluminium, dan mangan
 Defisiensi kalsium dan magnesium
 Metabolisme Karbohidrat
 Defisiensi factor pertumbuhan

4. Klasifikasi
Klasifikasi Motor Neuron Desease (MND): 9
 Amyotrophic lateral sclerosis(ALS)
 Progressive lateral sclerosis(PLS)
 Progressive muscular atrophy(PMA)
 Keterlibatan batang otak (Bulbar)
- Pseudobulbar palsy
- Progressive bulbar palsy
Tabel 1. Perbedaan gejala pada tiap-tiap tipe MND 10

Tipe Degenerasi UMN Degenerasi LMN


ALS Terdapat Terdapat
PLS Terdapat Tidak terdapat
PMA Tidak terdapat Terdapat
Progresif bulbar Tidak terdapat Terdapat, pada bagian
palsy bulbar
Pseudobulbar Terdapat, pada bagian Tidak terdapat
palsy bulbar
Sedangkan pada ALS sendiri terdapat 2 tipe: 9
A. Familial
ALS familial ditandai dengan adanya riwayat dalam keluarga dan atau analisis
genetic gen yang cacat yang telah terbukti berhubungan dengan penyakit. ALS
familial terdiri 5-10% dari ALS total
B. Sporadik
90-95% sisanya yang tidak diketahui penyebabnya sehingga disebut sebagai sporadik

2
5. Patofisiologi
Jalur molekuler yang tepat menyebabkan degenerasi motor neuron dalam ALS tidak
diketahui, tetapi sebagai dengan penyakit neurodegenerative lain, kemungkinan untuk
menjadi interaksi yang kompleks antara berbagai mekanisme patogenik selular yang
mungkin tidak saling eksklusif ini termasuk:
1. Faktor Genetik
ALS sporadis dan familial secara klinis dan patologis serupa, sehingga ada
kemungkinan memiliki patogenesis yang sama. Walaupun hanya 2% pasien penderita
ALS memiliki mutasi pada SOD1, penemuan mutasi ini merupakan hal penting pada
penelitian ALS karena memungkinkan penelitian berbasis molekular dalam
pathogenesis ALS. SOD1, adalah enzim yang memerlukan tembaga, mengkatalisasi
konversi radikals superoksida yang bersifat toksik menjadi hidrogen peroksida dan
oksigen. Atom tembaga memediasi proses katalisis yang terjadi. SOD1 juga memiliki
kemampuan prooksidasi, termasuk peroksidasi, pembentukan hidroksil radikal, dan
nitrasi tirosin. Mutasi pada SOD1 yang mengganggu fungsi antioksidan menyebabkan
akumulasi superoksida yang bersifat toksik. Hipotesis penurunan fungsi sebagai
penyebab penyakit ternyata tidak terbukti karena ekspresi berlebihan dari SOD1 yang
termutasi (di mana alanin mensubstitusi glisin pada posisi 93 SOD1 (G93A)
menyebabkan penyakit pada saraf motorik walaupun adanya peningkatan aktivitas
SOD1. Oleh karena itu, mutasi SOD1 menyebabkan penyakit dengan toksisitas yang
mengganggu fungsi, bukan karena penurunan aktivitas SOD1
2. Excitotoxicity
Ini adalah istilah untuk cedera neuronal yang disebabkan oleh rangsangan glutamat
berlebihan diinduksi dari reseptor glutamat postsynaptic seperti reseptor permukaan sel
NMDA dan reseptor AMPA. Stimulasi berlebih ini dari reseptor glutamat diduga
mengakibatkan masuknya kalsium ke dalam neuron besar, yang menyebabkan
terbentuknya oksida nitrat meningkat dan dengan demikian kematian neuronal. Tingkat
glutamat dalam CSF yang meningkat pada beberapa pasien dengan ALS . Elevasi ini
telah dikaitkan dengan hilangnya sel transporter asam amino rangsang glial EAAT2 .
3. Stres Oksidatif
Stres oksidatif telah beberapa lama dikaitkan dengan neuro degeneratif dan
diketahui bahwa akumulasi reactive oxygen species (ROS) menyebabkan kematian sel.
Seperti mutasi pada enzim superoxide dismutase anti-oksidan 1 (SOD1) gen dapat
menyebabkan ALS, ada ketertarikan yang signifikan dalam mekanisme yang
mendasari proses neurodegenerative di ALS. Hipotesis ini didukung oleh temuan dari
perubahan biokimia yang mencerminkan kerusakan radikal bebas dan metabolisme
radikal bebas yang abnormal dalam jaringan sampel CSF dan pasca mortem pasien
ALS .
4. Disfungsi mitokondria
Kelainan morfologi mitokondria dan biokimia telah dilaporkan pada pasien ALS.
Mitokondria dari pasien ALS menunjukkan tingkat kalsium tinggi dan penurunan
aktivitas rantai pernapasan kompleks I dan IV, yang melibatkan ketidakmampuan
metabolisme energi.
5. Gangguan transportasi aksonal
Akson motor neuron dapat mencapai hingga satu meter panjangnya pada manusia,
dan mengandalkan sistem transportasi intraseluler yang efisien. Sistem ini terdiri dari
sistem transportasi anterograde (lambat dan cepat) dan retrograde, dan bergantung pada
molekul 'motor', kompleks kinesin protein (untuk anterograde) dan kompleks dynein-
dynactin (untuk retrograde) . Pada pasien dengan ALS ditemukan, mutasi pada gen
kinesin diketahui menyebabkan penyakit saraf motorik neurodegenerative pada
manusia seperti paraplegia spastik turun temurun dan penyakit Tipe 2A Charcot-Marie-
Tooth. Mutasi di kompleks dynactin menyebabkan gangguan motor neuron yang lebih
rendah dengan kelumpuhan pita suara pada manusia.
6. Agregasi neurofilamen
Neurofilamen protein bersama-sama dengan Peripherin (suatu protein filamen
intermediet) ditemukan di sebagian besar neuron motorik aksonal inklusi ALS pasien.
Sebuah isoform beracun peripherin (peripherin 61), telah ditemukan menjadi racun
bagi neuron motorik bahkan ketika diekspresikan pada tingkat yang sederhana dan
terdeteksi dalam korda spinalis pasien ALS tetapi tidak kontrol
7. Agregasi protein
Inklusi Intra-sitoplasma adalah ciri dari ALS sporadis dan familial. Namun, masih
belum jelas, apakah pebentukkan agregat langsung menyebabkan toksisitas selular dan
memiliki peran kunci dalam patogenesis, jika agregat mungkin terlibat oleh produk dari
proses neurodegenerasi, atau jika pembentukan agregat mungkin benar-benar menjadi
proses yang menguntungkan dengan menjadi bagian dari mekanisme pertahanan untuk
mengurangi konsentrasi intracellular dari racun protein
8. Disfungsi inflamasi dan kontribusi sel non-syaraf
Meskipun ALS bukan gangguan autoimunitas primer atau disregulasi imun, ada
bukti yang cukup bahwa proses inflamasi dan sel non-syaraf mungkin memainkan
peranan dalam patogenesis ALS. Aktivasi sel mikroglial dan dendritik adalah patologi
terkemuka di ALS manusia dan tikus transgenik SOD1. Non-sel saraf diaktifkan
menghasilkan sitokin inflamasi seperti interleukin, COX-2, TNFa dan MCP-1, dan
bukti upregulation ditemukan dalam CSF atau spesimen sumsum tulang belakang
pasien ALS atau dalam model in vitro .
9. Defisit dalam faktor-faktor neurotropik dan disfungsi jalur sinyal
Penurunan tingkat faktor neurotropik (misalnya CTNF, BDNF, GDNF dan IGF-1)
telah diamati dalam pasien ALS pasca-mortem dan di dalam model in vitro. Pada
manusia, tiga mutasi pada gen VEGF yang ditemukan terkait dengan peningkatan
risiko mengembangkan ALS sporadis, meskipun metaanalisis ini oleh penulis yang
sama gagal untuk menunjukkan hubungan antara haplotype VEGF dan meningkatkan
risiko ALS pada manusia. Proses akhir dari kematian sel neuron dalam ALS diduga
mirip jalur kematian Sel terprogram (apoptosis). Penanda biokimia apoptosis terdeteksi
dalam tahap terminal pasien ALS.

Gambar 3. Patofisiologi ALS


6. Gejala
Gejala-gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain tapi sebagian memiliki
keluhan:
Tabel 2. Gejala-gejala ALS 11
Disfungsi UMN Disfungsi LMN Gejala emosional

- Kontraktur - Kelemahan otot - Tertawa dan


- Disartria - Fasikulasi. menangis
- Disfagia - Atrofi. involunter
- Dispneu - Kram otot - Depresi
- siallorhea - Hiporefleks
- Spastisitas. - flasid
- Reflek tendon yang - Foot drop
cepat atau menyebar - Kesulitan bernafas.
abnormal.
- Adanya reflek
patologis.
- Hilangnya ketangkasan
dengan kekuatan
normal

Tabel 3. Hubungan keluhan terhadap lokas kerusakan motor neuron 11


Pseudobulbar
(penyebab lain
Medulla Lesi UMN termasuk stroke) spastisitas lidah
Disartria
refleks meningkat
emosi yang labil
inkoordinasi fungsi menelaan
dan bernapas

Lesi UMN
dan LMN Disartria
Disfagia
jaw jerk refleks meningkat
Lesi LMN Palsy bulbar atrofi dan fasikulasi lidah
Disfagia
Traktur
kortikospinal Lesi UMN kelemahan yang spastic
refleks meningkat
Kekakuan
respon plantar ekstensor
kornu
anterior Lesi LMN Kelemahan yang flasid
fasikulasi otot
kelemahan otot diafragma dan
otot interkostalis

Progresifitas penyakit dengan peningkatan kelemahan dan lebih banyak otot yang
terpengaruh . Ketika kelemahan telah menyebar ke batang tubuh, ucapan, menelan dan
bernafas menjadi terganggu. Akhirnya dukungan ventilator diperlukan. Kematian biasanya
hasil dari komplikasi tidak aktif atau dari kelumpuhan otot-otot yang mengontrol
pernapasan. 5
Gejala ALS bervariasi dari satu orang ke orang lain sesuai dengan kelompok otot
yang dipengaruhi oleh penyakit. Tersandung, menjatuhkan barang, kelelahan abnormal
pada lengan dan / atau kaki, meracau bicara, kesulitan dalam berbicara keras, tak terkendali
tertawa atau menangis, dan kram otot dan berkedut semua gejala ALS. ALS biasanya
dimulai pertama di tangan dan akan menyebabkan masalah dalam berpakaian, mandi, atau
tugas-tugas sederhana lainnya. Ini bisa berkembang menjadi lebih pada satu sisi tubuh dan
umumnya berjalan ke tangan atau kaki. Jika mulai pada kaki, berjalan akan menjadi sulit.
ALS juga dapat mulai di tenggorokan, menyebabkan kesulitan menelan. Orang yang
menderita ALS tidak kehilangan kemampuan mereka untuk melihat, mendengar,
menyentuh, mencium, atau rasa. kandung kemih dan otot-otot mata orang tersebut tidak
terpengaruh, tidak pula dorongan seksual dan fungsi. Penyakit tidak mempengaruhi pikiran
seseorang. 8
Kelemahan dapat dimulai di kaki, tangan, lengan proksimal, atau oropharinx
(dengan berbicara cadel atau kesulitan menelan) disatria. Seringkali tangan dipengaruhi
pertama, biasanya asimetris. Gaya berjalan terganggu karena karakteristik otot-otot yang
lemah dan footdrop, meskipun otot-otot proksimal kadang-kadang dipengaruhi pertama.
Atau, gangguan gaya berjalan spastik mungkin terjadi. Perlahan kelemahan menjadi lebih
parah dan berbagai bagian tubuh mulai terpengaruh. Spasme otot (dikaitkan dengan
hipersensitivitas otot) dan penurunan berat badan (yang dihasilkan dari kombinasi otot
yang mengecil dan disfagia) adalah gejala karakteristik. Respirasi biasanya terpengaruh
terlambat tapi, kadang-kadang mungkin merupakan manifestasi awal atau bahkan yang
pertama. Pernapasan terganggu oleh paresis otot interkostalis dan diafragma, atau disfagia
dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonitis, yang dapat terjadi akhirnya Sensasi klinis
tidak terpengaruh, nyeri dan parestesia yang diperbolehkan dengan diagnosis ini, kecuali
ada penyakit komplikasi, (misalnya neuropati diabetes) dan fungsi kandung kemih
terhindar. Nyeri bukan merupakan gejala awal tetapi mungkin terjadi kemudian ketika
anggota tubuh bergerak. 6
Tanda LMN harus jelas untuk diagnosis yang valid. Fasikulasi mungkin terlihat
pada lidah meskipun tanpa disartia. Jika terdapat kelemahan dan otot batang tubuh yang
mengecil fasikulasi biasanya sudah mulai terlihat.refleks tendon mungkin meningkat atau
menurun. Kombinasi dari reflex yang berlebihan degan tanda Hoffman pada tangan dengan
lemah dan otot yang fasikulasi sebenarnya merupakan tnda yang patognomonik dari ALS
( kecuali untuk sidrom motor neuropati). Tanda tegas kelainan umn adalah babinsky dan
klonus. Kelainan berjalan yang spastic dapat terlihat tanpa tanda lmn pada kaki, kelemahan
pada kaki mungkin tidak ditemukan, tetapi inkoordinasi terbukti dengan kecanggungan dan
kejanggalan dalam penampilan ketika bergerak.6
Nucleus motorik nervus cranial terlibat dalam disartria, fasikulasi lidah dan
pergerakan yang terganggu dari uvula. Kelemahan wajah khususnya pada otot mentalis
tetapi ini biasanya tidak menonjol. Disartria dan disfagia disebabkan oleh lesi umn
(pseudobulbay palsy) dibuat jelas oleh pergerakkan dari uvula yang lebih kuat pada
persarafan dari pada kemauan, sehingga uvula tidak dapat bergerak dengan baik. Tetapi
respon yang kuat terlihat pada faringeal atau gag reflek. Manifestasi umum dari
pseudobulbar palsy adalah emosional yang labil dengan tertawa yang wajar atau lebih
sering, menagis dapat dianggap keliru sebagai reaksi depresi karena diagnosis, lebih baik
dianggap sebagai pelepasan fenomena reflex yang kompleks yang terlibat dalam ekspresi
emosional. Kematian diakibatkan karena kegagalan pernapasan, pneumonitis aspirasi, atau
emboli pulmo setelah immobilitas yang panjang 6

7. Diagnosis

Tabel 4. El Escorial Federasi Dunia Neurology Kriteria Untuk Diagnosis ALS 11


(1750(1750)
Diagnosis ALS membutuhkan kehadiran
1. Tanda-tanda degenerasi lower motor neuron (LMN) dengan pemeriksaan klinis,
elektrofisiologi atau neuropathologic.
2. Tanda-tanda degenerasi upper motor neuron (UMN) dengan pemeriksaan
klinis, dan
3. Tanda-tanda penyebaran yang progresif dalam wilayah atau ke daerah lain,
bersama-sama dengan tidak adanya
4. Bukti elektrofisiologi proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda-
tanda LMN dan / atau degenerasi UMN, dan
5. Neuroimaging bukti proses penyakit lain yang mungkin menjelaskan tanda-
tanda klinis dan tanda elektrofisiologi
Kategori diagnostik klinis pasti pada kriteria klinis saja
A. Pasti ALS
 Tanda UMN dan LMN sedikitnya pada tiga bagian tubuh
B. Kemungkinan besar ALS
 Tanda UMN dan LMN setidaknya pada 2 bagian tubuh, dengan beberapa
tanda UMN pada bagian rostral terhadap tanda LMN
C. Kemungkinan besar ALS – Didukung Laboratorium
 Tanda klini disfungsi UMN da LMN hanya pada satu bagian tubuh. Selain
itu ada pada elektromiografi terdapat tanda degenerasi yang aktif dan kronis
pada minimal 2 ekstremitas
D. Kemungkinan ALS
 Tanda klinis dari disfungsi UMN dan LMN ditemukan secara bersamaan
pada satu bagian, atau tanda UMN ditemukan pada 2 atau lebih bagian
tubuh.

 Tanda UMN : Klonus, tanda babinsky, tidak ada refleks kulit perut, hypertonia,
kehilangan ketngkasan
 Tanda LMN : atrofi, kelemahan. Jika hanya fasciculation: pencarian dengan EMG
untuk denervasi aktif
 Bagian saraf: bulbar, leher rahim, dada dan lumbosakral

Dapat juga menggunakan kriteria lain dari World Federation of Neurology (WFN)
,dimana harus terdapat: 13
- Bukti adanya lesi UMN
- Bukti adanya lesi LMN
- Bukti adanya progresifitas
Dalam menggunakan kriteria WFN, ada 4 regio yang harus diketahui:
o Bulbar : Otot wajah, mulut, tenggorokan.
o Cervical : Otot belakang kepala, leher, bahu, pundak, ekstrimitas atas.
o Thoracic : Otot dada dan abdomen, dan bagian tengah dari otot spinal.
o Lumbosacral : Otot belakang bagian pundak bawah, paha, dan ekstrimitas bawah

Amyotrophic lateral sclerosis sulit untuk mendiagnosa sejak awal karena hal itu
mungkin tampak mirip dengan beberapa penyakit neurologis lainnya. Tes untuk
mengesampingkan kondisi lain mungkin termasuk. Para dokter ahli setelah neurologis hati-
hati pemeriksaan, dengan adanya tanda-tanda UMN dan LMN di segmen anatomi sama
dengan asimetris lokalisasi mampu mencurigai diagnosis ALS. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan antara lain : 12

1. Elektrofisiologi
Terutma untuk mndeteksi adanya lesi LMN pada daerah yang terlibat. Dan untuk
menyingkirkan proses penyakit lainnya. Sangat penting untk diingat bahwa
pemeriksaan fisik neurofisiologi yang digunakan untuk mendiagnosis ALS dan
kelainan neurofisiologi yang sugestif saja tidak cukup untuk mendiagnosis tanpa
dukungan klinis. 12
a. Konduksi saraf motorik dan sensorik
Konduksi saraf diperlukan untuk mendiagnosis terutama untuk mendefinisikan dan
mengecualikan gangguan lain dari saraf perifer, neuromuscular junction, dan otot
yang dapat meniru atau mengacaukan diagnosis ALS. 12
b. Elektromiografi konvensional 12
Konsentris jarum elektromiografi (EMG) memberikan bukti disfungsi LMN yang
diperlukan untuk mendukung diagnosis ALS, dan harus ditemukan dalam
setidaknya dua dari empat daerah SSP: otak (bulbar / neuron motor tengkorak),
leher rahim, toraks, atau lumbosakral sumsum tulang belakang (anterior tanduk
motor neuron). Untuk daerah batang otak itu sudah cukup untuk menunjukkan
perubahan dalam satu EMG otot (misalnya lidah, otot-otot wajah, otot rahang).
Untuk wilayah sumsum tulang belakang, dada itu sudah cukup untuk menunjukkan
perubahan EMG baik dalam otot paraspinal pada atau di bawah tingkat T6 atau di
otot perut. Untuk daerah leher rahim dan sumsum tulang belakang lumbosakral
setidaknya dua otot dipersarafi oleh akar yang berbeda dan saraf perifer harus
menunjukkan perubahan EMG. 12
Kriteria El-Escorial yang telah direvisi mengharuskan bahwa kedua bukti
denervasi aktif atau sedang berlangsung dan denervasi parsial kronis diperlukan
untuk diagnosis ALS, meskipun proporsi relatif bervariasi dari otot ke otot.
Tanda-tanda denervasi aktif terdiri dari:
1.potensi fibrilasi
2. gelombang positif tajam
Tanda-tanda denervasi kronis terdiri dari:
1. Motor unti potensi besar durasi meningkat dengan peningkatan proporsi
potensi polyphasic, amplitudo seringkali meningkat.
2. mengurangi gangguan pola dengan tingkat menembakkan lebih tinggi
dari 10 Hz (kecuali ada komponen UMN signifikan, dalam hal laju
pembakaran mungkin lebih rendah dari 10 Hz).
3. potensi unit motor stabil.
Potensi fasciculation sangat penting untuk menemukan karakteristik
ALS, meskipun mereka dapat dilihat pada otot yang normal (fasikulasi
jinak) dan tidak muncul di semua otot pasien ALS. Dalam fasikulasi
jinak morfologi dari potensi fasciculation normal, sedangkan pada
potensi fasciculation terkait dengan perubahan neurogenik ada
morfologi abnormal dan kompleks tajam positif
c. Transcranial magnetic stimulation dan pusat konduksi motorik
Stimulasi magnetik transkranial (TMS) memungkinkan evaluasi non-invasif jalur
motor kortikospinalis, dan memungkinkan deteksi lesi UMN pada pasien yang
tidak memiliki tanda-tanda UMN. Motor amplitudo, ambang batas kortikal, waktu
konduksi motorik pusat dan periode diam dapat dengan mudah dievaluasi dengan
menggunakan metode ini. Tengah konduksi motorik waktu (CMCT) sering sedikit
lama untuk otot-otot setidaknya satu ekstremitas pada pasien ALS. 12
d. Elektromiografi kuantitatif 12
Motor unit number estimation (Mune) adalah teknik elektrofisiologi khusus yang
dapat memberikan perkiraan kuantitatif dari jumlah akson yang mempersarafi otot
atau kelompok otot. Mune terdiri dari sejumlah metode yang berbeda (incremental,
titik rangsangan ganda, lonjakan-dipicu rata-rata, F-gelombang, dan metode
statistik), dengan masing-masing memiliki keunggulan spesifik dan keterbatasan.
Meskipun kurangnya metode tunggal yang sempurna untuk melakukan Mune,
mungkin memiliki nilai dalam penilaian hilangnya secara progresif akson motorik
dalam ALS, dan mungkin memiliki penggunaan sebagai ukuran titik akhir dalam
uji klinis
2. Neuroimaging
Dilakukan MRI kepala/tulang belakang untuk menyingkirkan lesi structural
dandiagnosis lain pada pasien yang dicurigai ALS (tumor,spondylitis, siringomielia,
strokebilateral, dan MS) 12
3. Biopsi otot dan neuropatologi
terutama dilakukan pada pasien dengan presentasi klinis yang tidak khas,
terutamadengan lesi UMN yang tidak jelas. Biosi digunakan untuk menyingkirkan
adanyamiopati, seperti inclusion body myositis. 12
4. Pemeriksaan lab lainnya
Ada beberapa pemeriksaan lain yang dapat dianggap wajib dalam pemeriksaan dari
pasien ALS. Tes laboratorium klinis yang mungkin abnormal dalam kasus dinyatakan
khas ALS meliputi: 6
 Enzim otot (kreatin kinase serum [yang tidak biasa di atas sepuluh kali batas atas
normal], ALT, AST, LDH)
 serum kreatinin (terkait dengan hilangnya massa otot rangka)
 Hypochloremia, bikarbonat meningkat (terkait dengan gangguan pernapasan
lanjutan)

8. Komplikasi
1. Sistem pernapasan
Diafragma dan otot respirasi lainnya selalu terpengaruh, dan kebanyakan pasien
meninggal karena koplikasi pernapasan. Hal ini terjadi terutama dari ketidakmampuan
pasien untuk bernapas karena kelemahan otot pernafasan. Pada pasien dengan
kelemahan bulbar, aspirasi sekresi atau makanan dapat terjadi dan pneumonia, karena
itu, manajemen pernafasan diperlukan dalam perawatan komprehensif pasien dengan
ALS. Rutin mengukur kapasitas vital dalam posisi duduk dan telentang. Paling sering,
pengukuran berbaring menurun sebelum pengukuran duduk. Gravitasi membantu
14
dalam menurunkan diafragma sebagai sudut pasien kecenderungan meningkat.
Kelemahan pernafasan berlangsung, pasien telah meningkatkan kesulitan dengan
gerakan diafragma ketika telentang karena penghapusan efek ini dari gravitasi. Hal ini
menyebabkan hipoventilasi alveolar dan desaturasi oksihemoglobin utama. Kesulitan
tidur dapat menjadi gejala pertama hipoventilasi. Pasien harus dipertanyakan tentang
kebiasaan tidur secara rutin, dan jika gangguan tidur mengembangkan, mengukur
kapasitas penting duduk dan terlentang. Selain itu, melakukan monitoring saturasi
oksigen semalam untuk menilai hipoksemia malam dan kebutuhan untuk ventilasi
14
tekanan positif intermiten malam noninvasif (IPPV).

9. Diagnosis banding
1. Penyakit Motor Neuron Lainnya 14
a. Primary lateral sclerosis (UMN saja)
b. Progressive muscular atrophy (LMN saja)
c. Progressive bulbar palsy
2. Abnormalitas anatomi/ sindrom kompresi:

- Tumor medulla spinalis

Tumor medula spinalis dapat manifestas kelemahan ekstremitas, mati rasa,


dan tanda-tanda lesi UMN

- Syringomyelia

Sirinomyelia adalah gangguan perkembangan yang dikarakteristikkan dengan


adanya kavitas abnormal karena dilatasi dari kanal central pada korda spinalis.
Kavitas ini berasal dari regio midservikal tetapi dapat memanjang ke atas ke
medulla (memproduksi siringobulbia) atau turun ke regio torakal dan lumbal.
Kavitas membesar perlahan selama beberapa tahun. Sindrom klinik yang
dikarakteristikkan bercampur antara gangguan sensorik dan motorik.
Kerusakan bagian ventral dari central gray mengarah pada tanda LMN
,kelemahan, atrofi, fasikulasi dari otot tangan intrinsic, hilangnya reflkes lengan
selalu terjadi. Tanda UMN pada ekstremitas bawah terjadi dengan
memanjangnya kavitas ke traktus kortikospinal . Siringobulbia dapat
menyebabkan paralisis pita suara, diastria, nistagmus, kelemahan lidah dan
sindrom horner.

- Cervical spondylosis

Bisa dijumpai kombinasi lesi UMN dan LMN pada otot- otot ekstremitas
superior. Biasanya disertai gangguan sensoris. Meskipun myelopathy serviks
spondilosis yang berat kadang-kadang dapat menyebabkan kebingungan
dengan MND, terutama jika ada spastisitas dan hyperrefexia di tungkai bawah
dalam hubungannya dengan atrofi otot dan fasikulasi pada tungkai atas, tidak
mungkin menyebabkan fasikulasi luas, dan kelemahan .15 Kelemahan anggota
gerak yang progresif, asimetris, gabungan tanda-tanda UMN dan LMN pada
lengan , paraparesis spastik, kadang-kadang fasikulasi di lengan.12

3. Infeksi :

- Lyme disease

Manifestasi neurologis penyakit Lyme meliputi meningitis dan


polyradiculoneuropathy. Tahap kedua dan ketiga penyakit Lyme yang terkait
dengan perubahan neurologis yang dapat menyebabkan neuropati, motor
aksonal rendah. Penyakit Lyme disebabkan oleh bakteri spirochete (Borrelia
burgdorfere). Abnormalitas pada akar saraf terjadi pada stadium awal maupun
akhir dari penyakit. Gejalanya berupa kelemahan, gangguan sensorik dan
hiporefleks pada bagain yang dipengaruhi akar saraf tersebut.

- Myelopati HIV

Mielopati yang berhubungan dengan infeksi HIV biasanya terlihat pada


stadium kemudian dari penyakit. Hal ini dikaakteristikkan dengan ganggua
berjalan (gait) denga gangguan sensorik, ganggua sfingter dan reflex yang
cepat. Pada mielopati HIV juga terdapat tanda UMN dan LMN. Neuropati
perifer (kerusakan akson) merupakan tanda klinik dari HIV. 8

16
4. NM Junction

- Myasthenia gravis

Merupakan suatu penyakit autoimun yang didapat dan mengganggu transmisi


neuromuscular pada neuromuscular junction akibat kekurangan / kerusakan
reseptor Ach. Keluhan yang khas kelemahan otot setelah/sesaat digunakan dan
membaik setelah istirahat. Gejala inisisasi (fokal, otot bulbar, otot ekstremitas,
otot mata  diplopia, ptosis. Miastenia gravis juga dapat menyebabkan
kelemahan pada otot pernapasan. Tidak terdapat fasikulasi dan tanda
kelemahan UMN.

5. Endokrin : 16

- Hipertiroid

Manfetasi neurologi dari hipertiroidisme bervaariasi termasuk perubaha


status mental, kejang, abnormalitas gerak seperti tremor dan korea, gangguan
mata, lemah, atrofi, fasikulasi.disamping itu, pasien dengan hipertiroidisme
pada umumnya memiliki reflex tendon dalam yang cepat , da beberapa pasien
memilik kerusakan dari traktus kortikospinal dan tanda babinski. Pasien dengan
hipertiroidisme dapat berkembang berkombinasi dengan klemahan dan tanda
UMN yang menyerupai ALS. Tentu saja kebanyakan pasien dengan
hipertiroidisme memiliki bukti toksik goiter, ansietas, dan insomnia yang bias
dibedakan dengan ALS. Hal ini penting untuk dinyatakan, bagaimanapun juga
pada pasien tua dengan hipertiroidismedapat bermanifestasi dengan apatis dan
depresi yang disebut apatis hipertiroidisme.

- Hiperparatiroidisme

Manifestasi neurologi pasien dengan hiperparatiroid pada umumnya terkait


dengan hiperkalsemia, hipofosfatemia, dan peningkatan kadar hormone
paratiroid da terdiri dari perubahan status mental seperti lethargi, bingung, dan
akhirnya koma.ketika hiperkalemia tidak berat atau akut namun kelemahan dan
kelelahan mungkin muncul sebagai gejala pada hiperparatiroid primer. Jarang
gejala pasien berkembang dari miopati. Jarang hiperparatiroid dan ALS terjadi
bersamaan pada pasien, kemungkinan itu meningkat jika peningkatan kadar
hormon paratiroid berkontribusi pada perkembangan motor neuron sindrom.
Hiperkalsemia dan peningkatan level paratiroid hormone namun dapat
membantu membedakan antara penyakit endokrin ini dengan ALS.
Tabel diagnosis banding ALS 18
10. Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
I. Terapi kausatif 17
a. Antagonis Glutamat :
 Riluzole, Lamotrigine, dextrometrophan, gabapentin, rantai asam amino
b. Antioksidan
 Vitamin E, Asetilsistein, Selegiline, Creatine, Selenium, KoEnzim Q10
c. Neutrotropik factor
 Derivat factor neutrotropik, insulin like growth factor
d. Imunomodulator
 Gangliosides, interfero, plasmaaresis, intravena immunoglobulin
e. Anti viral
 Amantadine, tilorone
II. Terapi simptomatik 12
Simtomatik Obat

Keram Karbamazepin, phenitoin

Spastisitas Baclofen, tizanidine, dantrolen

Peningkatan sekresi saliva Atropine, Hyoscine hydrobromide ,


Hyoscine butylbromide, Hyoscine
scopoderm, Glycopyrronium, Amitriptyline

Sekresi persisten dari saliva Carbocisteine , Propranolol, Metoprolol


dan bronchial
Laryngospasm Lorazepam

Pain Analgesic Non-steroidal, Opioids

Emosi yang labil Tricyclic antidepressant, Selective serotonin-


reuptake inhibitor, Levodopa,
Dextrometorphan and quinidine
Depression Amitriptyline, Citalopram

Insomnia Amitriptyline, Zolpidem

Anxietas Lorazepam

B. Non medikamentosa 8
1. Physical terapi
Salah satu efek samping dari penyakit ini adalah spasme atau kontraksi otot yang
tidak terkontrol. Terapi fisik tidak dapat mengembalikan fungsi otot normal, tetapi
dapat membantu dalam mencegah kontraksi yang menyakitkan otot dan kekuatan
otot dalam mempertahankan normal dan fungsi. Terapi fisik harus melibatkan
anggota keluarga, sehingga mereka dapat membantu menjaga terpai ini untuk
pasien ALS.
2. Terapi bicara
Terapi wicara juga dapat membantu dalam mempertahankan kemampuan
seseorang untuk berbicara. Terapi menelan juga penting, untuk membantu masalah
menelan ketika makan dan minum. Perawatan ini membantu mencegah tersedak.
Disarankan kepada pasien pasien mengatur posisi kepala dan posisi lidah. Pasien
dengan ALS juga harus mengubah konsistensi makanan untuk membantu menelan.

3. Terapi okupasi
Agar pasien dapat melakukan aktifitas / kerja sehari-hari lebih mudah tanpa bantuan
orang lain.
4. Terapi pernapasan
Ketika kemampuan untuk bernapas menurun, seorang terapis pernafasan yang
dibutuhkan untuk mengukur pernapasan kapasitas. Tes ini harus dilakukan secara
teratur. Untuk membuat bernapas lebih mudah, pasien tidak boleh berbaring
setelah makan. Pasien tidak boleh makan makanan terlalu banyak, karena mereka
dapat meningkatkan tekanan perut dan mencegah perkembangan diafragma. Ketika
tidur, kepala harus ditinggikan 15 sampai 30 derajat supaya organ-organ perut
menjauh dari diafragma. Ketika kapasitas pernapasan turun di bawah 70%, bantuan
pernapasan noninvasif harus disediakan. Hal ini melibatkan masker yang terhubung
ke ventilator mekanis. Ketika kapasitas bernapas jatuh
di bawah 50%, permanen hook-up untuk ventilator harus dipertimbangkan.

11. Prognosis
ALS adalah penyakit yang fatal. Hidup rata-rata adalah 3 tahun dari onset klinis
kelemahan. Namun, kelangsungan hidup yang lebih panjang tidak langka. Sekitar 15% dari
pasien dengan ALS hidup 5 tahun setelah diagnosis, dan sekitar 5% bertahan selama lebih
dari 10 tahun. Kelangsungan hidup jangka panjang dikaitkan dengan usia yang lebih muda
saat onset, laki-laki, dan anggota tubuh daripada bulbar onset gejala. Laporan Langka
remisi spontan ada. 1
Penyakit motorneuron yang terbatas seperti PMA,PBP, PLS yang tidak
berkembang menjadi ALS klasik memiliki progresifitas yang lebih lambat dan
kelangsungan hidu yang lebih panjang. 1

Anda mungkin juga menyukai