Salah seorang Penyuluh Agama Islam PNS Kecamatan Ngawe, Ibrahim menyatakn
bahwasosialisasi dan program pemberantasan buta huruf Al Qur'an merupakan tanggung
jawab Kementerian Agama yang dilakukan oleh Penyuluh Agama Islam.
"Pemberantasan buta huruf Al Quran merupakan salah satu dari 8 bidang yang harus dikuasi
oleh penyuluh agama Islam Kementerian Agama bersama dengan seluruh komponen
penyuluh dalam upaya pembinaan umat akan intensif dalam melaksanakan program ini",
tandas Ibrahim.
Bentuk program pemberantasan buta huruf Al Quran yaitu sosialisasi pada pendidikan anak
usia dini, pada TK sebagai pembentuk generasi bangsa, penyuluh akan secara bergiliran
mengadakan pembinaan dan penyuluhan untuk selalu mengarahkan peserta didik agar selalu
belajar dan terus belajar dalam baca tulis Al Quran.
Karena, anak usia dini akan lebih cepat dalam menyerap dan memahami khususnya huruf Al
Quran. Kegiatan ini Dalam upaya membumikan dan meningkatkan kecintaan serta
memahami isi dari kandungan Al Quran, Kementerian Agama sebagai lembaga yang
mempunyai tugas dibidang pembinaan umat.
Selain anak usia dini yang menjadi sasaran pembinaan, orang tua juga menjadi target untuk
bisa membaca Al Quran, dan ini merupakan sebuah tantangan bagi penyuluh.
Hal senada dikatakan Dwi Nurhayati Kepala TK ABA Kahuman I Ngawen, program
pemberantasan huruf Al Quran ini harus, wajib dan penting sekali bagi generasi umat, dan
wajib diterapkan di TK ini.
"Kami ingin sekali pembinaan dari Kementerian Agama melalui penyuluh agama untuk bisa
memberikan bantuan guru BTQ (Baca Tulis Quran) pada 30 TK di Kecamatan Ngawen
secara bergiliran," pintanya.
Diharapkan dengan bantuan penyuluh agama, program-program yang telah diterapkan di TK
akan lebih matang dan lebih baik, sehingga proses pembelajaran baca tulis Al Quran lebih
efektif, cepat, dan mudah dipahami.(nardi_aj/Wul)
Masyarakat buta aksara Alquran di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan hasil riset Perguruan
Tinggi Ilmu Quran (PTIQ), sekitar 65 persen masyarakat Indonesia masih buta aksara
Alquran, terutama di daerah pedesaan atau wilayah pelosok (Republika, 18/01/2018).
Fakta ini patut menjadi perhatian umat muslim Indonesia, karena Alquran adalah kitab suci
yang berisi petunjuk hidup (way of life) setiap muslim dalam mengarungi hidup ini.
Barangsiapa menjadikan Alquran sebagai kompas hidupnya, maka ia akan selamat dan
bahagia. Sebaliknya, muslim yang tidak mengenal dan tidak mengamalkan Alquran akan
celaka hidupnya. Membaca Alquran adalah satu di antara pengamalan Alquran itu sendiri.
Berikut adalah sebab-sebab buta aksara Alquran masih tinggi, dan bagaimana cara
mencegahnya. Pertama, paradigma orang tua terhadap agama yang keliru, khususnya alquran
sebagai kitab suci umat Islam. Membaca Alquran dianggap tidak penting bagi seorang
muslim sehingga tidak menuntut anak untuk belajar membacanya. Bisa jadi orang tua lebih
cemas anaknya tidak bisa membaca huruf latin daripada tidak bisa membaca Alquran.
Orang tua lebih fokus pada memilih sekolah atau madrasah favorit atau unggul daripada
memilih guru mengaji atau Taman Pendidikan Alquran (TPA). Padahal membaca Alquran
merupakan kunci utama untuk menghafal ayat-ayatnya. Menghafal beberapa ayat-ayat
Alquran diperlukan saat shalat. Demikian juga bacaan-bacaan dalam shalat memerlukan
keterampilan membaca huruf Arab bahkan harus dihafal.
Membaca Alquran berbeda dengan membaca buku, majalah, koran, dan sosial media.
Pembacanya akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Paradigma orang tua
terhadap Alquran harus diubah sehingga anak-anak mereka wajib terampil membaca
Alquran.
Kedua, profesi guru mengaji di mata masyarakat. Pendirian TPA bertujuan mulia mengajar
anak-anak sekitar mengaji. TPA biasanya menyatu dengan masjid, musola, rumah pribadi,
atau memiliki bangunan sendiri. Di tengah kebutuhan hidup yang serba mahal saat ini, berapa
banyak guru-guru mengaji di TPA atau di rumah-rumah pribadi yang masih bertahan?
Jika ada kesempatan mendapatkan pekerjaan selain guru mengaji, mereka pasti akan
meninggalkannya. Apa sebab? Gaji guru mengaji sangat kecil. Di TPA tempat saya tinggal
saat ini, satu bulan anak membayar 20.000 rupiah. Anak-anak mengaji sore selama lima hari
dalam seminggu. Bandingkan dengan biaya kursus Bahasa Inggris di English First (EF) untuk
anak-anak. Biayanya satu jutaan perbulan. Kursus dua sampai tiga kali dalam seminggu.
Belum biaya antar-jemputnya.
Faktor utamanya kembali kepada orang tua. Meski biaya resminya 20.000 rupiah perbulan
misalnya, mereka harus membayar lebih agar guru-guru mengaji memperoleh pendapatan
yang layak. Jika para orang tua sepakat dengan ini maka profesi guru mengaji akan menjadi
pilihan banyak orang, termasuk anak-anak muda bahkan yang sarjana.
Kecuali itu, pengelola TPA harus mulai melakukan inovasi untuk menarik minat masyarakat.
Contoh, menyediakan fasilitas bermain dan tempat mengaji yang bersih dan nyaman,
kemudian melakukan sosialisasi intensif ke masyarakat. Fasilitas yang memadai, nyaman,
dan bersih, memungkinkan TPA menarik biaya bulanan yang wajar, yang cukup membayar
guru-guru sesuai Upah Minimum Regional (UMR).
Ketiga, kekurangan penyuluh agama. Meski demikian, mereka bisa terlibat sebagai agen
perubahan kecintaan masyarakat terhadap Alquran. Penyuluh agama bekerjasama dengan
TPA mensosialisasikan gerakan cinta Alquran. Mereka bisa menjadi konsultan atau mitra
strategis pengembangan TPA di setiap desa dan kecamatan.
Penyuluh agama bisa memetakan kemampuan baca-tulis Alquran anak-anak di desa tertentu
melalui riset. Melalui riset ini juga bisa diketahui akar masalah, faktor pendukung, dan faktor
penghambat lemah-tidaknya kemampuan baca-tulis Alquran di wilayah tertentu. Melaui riset
bisa dihasilkan rekomendasi dan jalan keluar masalah buta aksara Alquran.
Keempat, perhatian pemerintah daerah. Pembangunan sumber daya manusia sama penting
dengan pembangunan fisik daerah, seperti jalan, jembatan, gedung sekolah, dan gedung
perkantoran. Para pejabat daerah di Indonesia seharusnya prihatin jika banyak warganya yang
tidak bisa baca-tulis Alquran.
Kemampuan baca-tulis Alquran harus menjadi program prioritas setiap daerah. Misalnya,
Pemda mengalokasikan dana untuk membayar tunjangan guru-guru mengaji. Prinsipnya sama
dengan tunjangan profesi guru dan dosen. Bekerjasama dengan Kementerian Agama, Pemda
mendata dan memberikan Nomor Induk Khusus (NIK) kepada guru mengaji. Dengan
demikian bisa dihitung dengan cermat berapa kebutuhan dana yang perlu disiapkan oleh
masing-masing daerah. Pemerintah pusat menyiapkan payung hukum program ini.
Kelima, implementasi kurikulum agama di madrasah dan sekolah masih lemah. Kemampuan
membaca Alquran harus jadi perhatian guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Dasar
(SD). Jika ada siswa yang belum bisa atau belum lancar membaca Alquran harus diberikan
guru khusus. Membaca Alquran setiap hari di sekolah dan madrasah harus dijadwalkan
sehingga menjadi budaya.
Selain untuk melancarkan bacaan siswa, tadarus juga akan membentuk sifat mencintai
Alquran sejak dini. Kehadiran gawai, games, dan sosial media (Facebook, Instragram,
WhatsApp), tidak boleh mengalahkan keutamaan anak-anak membaca Alquran.
Kurikulum agama di sekolah dan madrasah perlu diperhatikan karena masih ada misalnya
mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang belum bisa membaca Alquran. Ini
kelalaian dari orang tua dan guru. Keluarga muslim dan guru agama harusnya fokus pada
Alquran. Jangan sampai Alquran hanya menjadi pajangan di rumah dan sekolah karena
generasi muslim tidak pandai membacanya.
Tantangan sesungguhnya umat muslim abad ini adalah melahirkan generasi pembaca dan
pencinta Alquran di satu sisi, dan menjadikan membaca Alquran sebagai budaya pada sisi
yang lain. Kemudian, yang lebih utama tentu adalah bagaimana umat muslim mengamalkan
nilai-nilai Alquran dalam hidup keseharian. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang
madani (civil society).
Masyarakat madani adalah masyarakat yang tidak menolak kemajuan sains dan teknologi,
bahkan menjadi pengembang ilmu pengetahuan, tetapi pada saat yang sama tetap tidak
meninggalkan Alquran. Masyarakat madani adalah masyarakat yang membudayakan
membaca Alquran di rumah, di kantor, di stasiun, di bandara, dan di mana pun karena
mencari keseimbangan hidup dunia dan akhirat.
Menurutnya, gerakan massal tersebut bisa disponsori oleh Kementrian Agama RI dan
Pemerintah Daerah. Mereka melatih guru ngaji untuk mengajari baca-tulis Alquran.
Kemudian, guru ngaji yang sudah dilatih disebarkan ke berbagai daerah.
"Jadi harus berupa gerakan massal, karena kalau tidak begitu tidak mungkin bisa diatasi,"
ujarnya.
KH Didin yang juga Anggota Dewan Pertimbangan MUI dan Guru Besar Institut Pertanian
Bogor (IPB) menegaskan, pelajaran baca-tulis Alquran harus menjadi perhatian utama di
sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP dan SMA termasuk kampus-kampus. Menurutnya,
libatkan juga pesantren-pesantren untuk memberantas buta aksara Alquran. Misalnya, saat
musim libur sekolah, para siswa dimasukkan ke pesantren untuk belajar baca-tulis Alquran.
Berdasarkan hasil riset Institut Ilmu Alquran, masyarakat di kota sudah banyak yang bisa
baca-tulis Alquran. Tapi, masyarakat di kampung banyak yang belum bisa baca-tulis
Alquran. Menurut KH Didin, hal ini terjadi karena sekarang semangat beragama di kota lebih
tinggi daripada di kampung. Sebab, orang semakin intelek semakin perlu agama.
"Terjadi perubahan yang luar biasa, di kota semangat beragamanya tinggi, masjid-masjid di
kota penuh, malah yang kosong di kampung," ujarnya.
Al Quran merupakan kitab suci bagi umat Islam, dalam Al Quran tersebut
terdapat petunjuk, pedoman dan tuntunan bagi umat Islam di dalam
berperilaku, beribadah dan berhubungan dengan sesama manusia dan
hubungan dengan Allah. Tuntunan dalam Al Quran tersebut akan
menghantarkan umat Islam menuju kehidupan, kebahagiaan dan
keselamatan di dunia dan di akhirat.
Kegiatan BTA ini dibimbing oleh 2 (dua) guru dan 1 (satu) tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan. Bapak Asep Ruslan selaku tokoh
masyarakat yang peduli terhadap pendidikan agama di lingkungan sekolah.
Sedangkan pembimbing dari sekolah adalah Bapak Alim Aziz
Saputro,S.Pd.I, dan Bapak Eko Agus Widodo, S.Pd.
Ditambahkan Pak Alim. "bahwa kegiatan BTA ini tidak hanya melalui
ketrampilan membaca dan menulis Al Quran saja, akan tetapi peserta didik
digembleng pula untuk dapat menghapal surat-sural pendek sebagai satu
proses pembelajaran untuk dapat menghasilkan generasi Islam yang cinta
akan Al Quran dan memiliki kompetensi menghafal Al-Quran dengan baik.”
Kepala sekolah SMP Negeri 3 Kare adalah Ibu Endah Murtiningsih, S.Pd.
Selaku Kepala sekolah, Beliau mempunyai berbagai macam program untuk
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Kare. Pada program BTA
ini, Beliau mempunyai target bahwa siswa siswi SMPN 3 Kare harus dapat
membaca Al Quran sampai akhir tahun 2017. Beliau berharap di awal
tahun 2018 dapat mencetak siswa-siswi SMP Negeri 3 Kare dengan
standar bisa baca Al Quran dan hafal juz ke-30.
"Alhamdulillah baru satu bulan dimulai kegiatan BTA, antusias siswa siswi
dalam mengikuti kegiatan sudah terlihat jelas." lanjut Ibu Endah
Murtiningsih, S Pd. Beliau menjelaskan bahwa kegiatan BTA tersebut
bertujuan untuk memberantas buta huruf Al-Quran.
Demikian diungkap Rektor Perguruan Tinggi Istitut Ilmu Alquran (PTIIQ) Jakarta, Prof
Nazaruddin Umar, belum lama ini. Menanggapi itu, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama
(Kemenag) RI Muhammadiyah Amin mengatakan, bahwa tidak semua daerah di Indonesia
memiliki tingkat buta aksara Alquran yang masih tinggi. Namun, memang tingginya jumlah
tersebut terjadi di daerah tertentu atau di wilayah pelosok.
Muhammadiyah lantas menuturkan penyebab masih tingginya jumlah buta aksara Alquran di
wilayah pelosok. Salah satunya, belum banyak hafiz Alquran yang menyentuh hingga
wilayah pelosok untuk mengajarkan Alquran.
Umumnya, kata dia, para hafiz Alquran tidak kembali ke kampung halaman mereka untuk
mengajar Alquran setelah menjadi penghafal Alquran di kota. Alasan ekonomi ataupun upah
yang kecil, bisa jadi alasan mereka tidak kembali ke kampung.
Di samping itu, menurutnya, biasanya penghafal Alquran mendapatkan tempat atau masjid di
kota yang ditempati untuk dia menjadi imam di sana. "Hal inilah yang menyebabkan tidak
adanya generasi yang bisa mengajarkan Alquran. Umumnya, yang masih ada di kampung
adalah guru mengaji tradisional atau para orang tua yang mengajarkan mengaji," kata
Muhammadiyah, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (18/1).
Namun jika tidak ada guru mengaji, biasanya anak-anak akan pulang ke rumah dan tidur.
Sedangkan orang tuanya, kata Muhammadiyah, juga tidak bisa mengajarkan mengaji. Hal
inilah yang menjadi salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat Islam saat ini.
Muhammadiyah mengatakan, tidak seimbangnya antara jumlah penyuluh agama Islam dan
guru-guru TPA dengan pengetahuan dasar Alquran dengan jumlah masyarakat Islam di
Indonesia. Salah satu fungsi penyuluh agama adalah untuk mengajarkan mengaji.
Dia mengatakan, anak-anak yang sudah seharusnya mengaji, tidak masuk pada posisi untuk
belajar mengaji lantaran tidak ada guru di sana. "Inilah kemudian yang menjadi perjuangan
Kemenag, khususnya bimas Islam, untuk menambah jumlah penyuluh agama dalam hal
pemberantasan buta aksara Alquran," lanjutnya.
Terkait hal ini, Muhammadiyah mengatakan, Kemenag sudah memiliki kebijakan untuk
menempatkan delapan penyuluh agama di setiap kecamatan. Namun yang menjadi masalah,
adapula dalam satu kecamatan yang memiliki lebih dari 10 desa. Sehingga, ada desa yang
tidak tersentuh oleh penyuluh agama untuk mengajarkan Alquran.
"Karena itu, yang menjadi tantangan Kemenag adalah masih banyak dibutuhkannya jumlah
penyuluh agama. Terutama, bidang yang menangani pemberantasan buta aksara Alquran,"
katanya.
Kemenag, dikatakannya, melakukan perekruitan penyuluh agama dengan anggaran yang bisa
ditampung. Karena anggaran yang sangat kecil, jumlah penyuluh agama terpaksa dikurangi
dari 75.313 orang menjadi 45 ribu orang.
Pengurangan itu, menurutnya, dilakukan karena honor penyuluh agama yang dinaikkan oleh
Kemenag. Sebelumnya, penyuluh agama Kemenag diberikan honor hanya sebesar Rp 300
ribu per bulan. Angka itu kemudian dinaikkan menjadi Rp 500 ribu per bulan.
"Padahal, dibutuhkan banyak penyuluh agama. Penyuluh agama hanya berjumlah 45 ribu
orang. Sedangkan umat Islam di Indonesia berjumlah sekitar 217 juta," ujarnya.
Dalam hal ini, Kemenag terus berjuang di Komisi 8 DPR untuk menambah jumlah penyuluh
agama dan meningkatkan honor mereka dari Rp 500 ribu paling tidak menjadi Rp 1 juta.
Selain itu, Muhammadiyah mengatakan, buta aksara Alquran bisa disebabkan karena
kurangnya mushaf yang diproduksi oleh pemerintah. Meskipun, ia mengatakan, bahwa
penyebabnya karena hal ini tidaklah signifikan.
Dia mengatakan, kurangnya mushaf yang diedarkan oleh Kemenag bisa dimaklumi. Karena
pada 2015, percetakan Alquran milik Kemenag berhenti beroperasi sejak diresmikannya pada
2008. Pada 2016, Kemenag hanya mencetak 35 ribu Alquran. Sedangkan tahun ini, Kemenag
mencetak 170 ribu Alquran.
"Terkait ini, Kemenag membutuhkan dana tambahan untuk menambah jumlah penyuluh
agama dan untuk mencetak mushaf Alquran yang lebih banyak," ujarnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi objektif kerukunan umat beragama yang ada di
Kelurahan Malino Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa sampai saat ini masih hidup rukun,
tidak ada percekcokan antar umat beragama, kerukunan hidup beragama masih tetap terpelihara
dengan baik. Namun, jika melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, masih ada masyarakat yang
tidak peduli dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan penyuluh agama Islam
Langkah-langkah yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam di Kelurahan Malino Kecamatan Tinggi
Moncong Kabupaten Gowa adalah: 1) Melakukan komunikasi dakwah, 2) Menebar Toleransi, 3)
Melakukan dialog antar pemeluk agama. Hambatan yang dialami penyuluh agama Islam di Kelurahan
Malino Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa adalah: 1) Sulit dikumpulkan dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan, 2) kedudukan sosial masyarakat, 3) Tidak aktifnya lembaga yang
menaungi kerukunan antar umat beragama. Implikasi dari penelitian ini adalah bagi pemerintah
diharapkan pengaktifan kembali lembaga kerukunan agama, mendukung baik secara material dan
non material dalam mewujudkan dan memelihara kerukunan umat beragama di Kelurahan Malino
dan bagi para penyuluh lebih aktif lagi dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Kerukunan umat beragama
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Media komunikasi adalah jembatan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan. Mereka menggunakan berbagai jenis media mulai dari yang konvensional (media
cetak & audio visual), hingga media online (internet, jejaring sosial seperti facebook, twitter,
line, instagram, dll). Dalam sebuah materi penyampaian media konvensional dibutuhkan
keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan yang unggul. Sedangkan media sosial sangat
mudah digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang
dibutuhkan hanyalah gadget dan koneksi internet. Media sosial merupakan alat penyampaian
informasi yang efektif dan efisien karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringannya
bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pembimbing,
penyuluh, ataupun da’i karena merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau
masyarakat. Media sosial sperti blog, facebook, twitter, youtube, line, instagram, dll.
memiliki sejumlah manfaat dan lebih cepat dari media konvensional.
Dengan adanya media sosial memudahkan para penyuluh, pembimbing, da’i, bahkan
motivator yang ingin menyampaikan pemahaman berbagai hal mengenai keagaamaan dan
salah satunya mengenai keluarga sakinah. Pada zaman yang modern ini banyak sekali mad’u
dari berbagai lapisan masyarakat yang sudah jarang melihat siaran televisi mengenai
tausiyah, atau acara motivasi, bahkan pendengar siaran radio lebih senang mendengar lagu-
lagu terbaru dari berbagai aliran musik. Untung saja disini peran media sosial sangat
membantu dalam pemberian penyampaian keagaamaan. Telah banyak akun-akun dakwah
islamiyah di berbagai blog, line, facebook, twitter, instagram dan situs lain yang tentunya
memberikan edukasi mengenai bagaimana membangun keluarga sakinah. Apalagi
menyampaikannya pada anak zaman sekarang sangat perlu memberikan pengertian atau
pemahaman dengan cara yang inovatif seperti tweet-tweet, video instagram, video youtube,
tausiyah singkat yang menyayat hati kaum muslimin biasanya anak muda sekarang menyebut
kata “baper” bawa perasaan ketika membaca gambar yang kontennya kata-kata mutiara
mengenai pernikahan dan ini merupakan salah satu kegemaran anak muda sekarang untuk
menyimpan gambar tersebut. Disini saya mensurvai akun twitter, line, dan instagram versi
saya dalam penyampaian bimbingan penyuluhan maupun motivasi mengenai keluarga
sakinah.
B. PEMBAHASAN
a. Media
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan
dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling
umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media
sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi,
kemudian terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
Jejaring sosial terbesar antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet.
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam
waktu yang cepat dan tak terbatas.
b. Penyuluhan
Menurut Ibrahim, et.al (2003:1-2), Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang berarti “obor”
atau “pelita” atau “yang memberi terang”. Dengan penyuluhan diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila
terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu.
Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi
mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi
perubahan dari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang
diciptakan.
c. Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri
secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan
guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
d. Motivasi
Menurut Weiner (1990), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang
membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat
kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
e. Keluarga Sakinah
Menurut Zaitunah Subhan (2004 : 6) Istilah ”keluarga sakinah” merupakan dua kata yang
saling melengkapi, kata sakinah sebagai kata sifat, yaitu untuk menyifati atau menerangkan
kata keluarga. Keluarga yang tenang, tenteram bahagia dan sejahtera. Dengan demikian
bahwa keluarga sakinah dapat berarti keluarga yang tangguh dan di dalamnya setiap anggota
menemukan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Keluarga sakinah tidak lain adalah keluarga
yang bahagia lahir batin, penuh diliputi cinta kasih mawaddah wa rahmah.
Media baru menyatukan semua yang dimiliki media lama, jika surat kabar hanya dapat dibaca
dalam media kertas, radio hanya dapat didengar, televisi hanya menyatukan audio dan visual.
Melalui internet semua itu dapat disatukan baik tulisan, suara dan gambar hidup. Pengguna
internet kini dapat membaca tulisan melalui blog, website, dapat mendengar radio melalui
radio internet, dapat menonton siaran berita melalui live streaming atau mengunduh atau
mendownload video. Dengan kata lain, semua karateristik khas masing-masing Old Media
dapat disatukan dalam dunia New Media.[1]
Salah satu bentuk dari keberadaan New Media adalah fenomena munculnya Social Network
(jejaring sosial). Mengapa disebut jejaring sosial oleh karena ternyata aktivitas sosial tidak
hanya dapat dilakukan di dalam dunia nyata (real) tetapi juga dapat dilakukan di dunia maya
(unreal). Setiap orang dapat menggunakan jejaring sosial sebagai sarana berkomunikasi,
membuat status, berkomentar, berbagi foto dan video layaknya kita berada dalam lingkungan
sosial. Hanya saja medianya yang berbeda. Ada banyak jejaring sosial, namun kali ini hanya
beberapa saja jejaring sosial yang cukup familiar antara lain: Blog, Facebook, Twitter, Line,
Instagram, dan Youtube.
Menurut penelitian Overdrive (ovrdrv.com), suatu lembaga riset pemasaran, jenis aplikasi
medsos sedikitnya telah mencapai 240 aplikasi yang menawarkan ratusan cara
berinteraksi.[2]
Aplikasi berbagi video tentu sangat efektif untuk menyebarkan beragam program penyuluh
atau pembimbing dalam pemberian Bimbingan Keluarga Sakinah. Program tersebut dapat
berupa motivasi-motivasi kepada para pemuda untuk mempersiapkan dan memahami agar
mereka mampu mengaplikasikan bagaimana keluarga sakinah itu untuk mereka jalani nanti.
Aplikasi berbagi video tentu sangat efektif untuk menyebarkan beragam program BP4
misalnya. Sejauh ini, dari beragam aplikasi video sharing yang beredar setidaknya ada tiga
program yang perlu diperhatikan, terkait dengan jumlah user dan komunitas yang telah
diciptakan yakni akni YouTube, Vimeo dan DailyMotion.
Setidaknya ada tiga aplikasi berbagi jaringan sosial yang menonjol dan banyak penggunanya
di Indonesia, khususnya untuk tipe ini. Yakni Facebook, Google Plus, serta Path. karena
penggunaannya yang luas, banyak organisasi dan komunitas membuat akun aplikasi ini untuk
melancarkan program, misi dan visinya.
Para pengguna aplikasi berbagi jaringan profesio nal umumnya terdiri atas kalangan
akademi, mahasiswa, para peneliti, pegawai pemerintah dan pengamat. Dengan kata lain,
mereka adalah kalangan kelas menengah Indonesia yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan opini masyarakat. Sebab itu, jenis aplikasi ini sangat cocok untuk
mempopulerkan dan menyebarkan misi penyuluh atau pembimbing. Ini juga efektif untuk
menyebarkan dan mensosialisasikan peraturan-peraturan lainnya mengenai keluarga sakinah.
Sejumlah aplikasi jaringan profesional yang cukup populer di Indonesia antara lain LinkedIn,
Scribd dan Slideshare.
Aplikasi jaringan berbagi foto sangat populer bagi masyarakat Indonesia. Sesuai karakternya,
aplikasi ini lebih banyak menyebarkan materi komunikasi sosial yang lebih santai, tidak
serius, kadang-kadang banyak mengandung unsur-unsur aneh, eksotik, dan lucu. Sebab
itulah, penyebaran program penyuluh atau pembimbing mengenai terciptanya keluarga
sakinah.juga efektif dilakukan lewat aplikasi ini. Tentu saja, materi yang disebarkan juga
harus menyesuaikan karakter aplikasi ini. Beberapa aplikasi yang cukup populer di Indonesia
antara lain Pinterest, Picasa, Flickr dan Instagram.
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh
dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya
orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus
informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya
media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki
media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran
dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media.
Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan sosial media dengan jaringan
internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan
dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas bisa
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai
model content lainnya.
Namun di balik keunggulan pasti ada kelemahannya, dalam media sosial banyak sekali
oknum-oknum yang menyalahgunakan media sosial ini, bahkan sering kali banyak orang
yang justru saling membully bahkan lebih parahnya lagi sampai menghina sebuah agama dan
memakai akun palsu untuk menjatuhkan nama baik seseorang. Kelemahan yang lainnya
ketika tidak ada kuota untuk akses internet maka dari itu tidak akan bisa mengakses informasi
yang terbaru atau terjadi saat ini.
Media yang berbeda-beda mewakili pesan yang berbeda-beda. Media juga menciptakan dan
mempengaruhi cakupan serta bentuk hubungan-hubungan dan kegiatan-kegiatan manusia.
Pengaruh media telah berkembang dari individu ke masyarakat. Dengan media, setiap bagian
dunia dapat dihubungkan menjadi desa global. Inilah yang kemudian dikenal dengan teori
determinisme teknologi (Mc Luhan): “Seseorang percaya bahwa semua perubahan kultural,
ekonomi, politik dan sosial secara pasti berlandaskan pada perkembangan dan penyebaran
teknologi.”[3]
Kehadiran internet dewasa ini yang hampir mendominasi seluruh kegiatan manusia, bahkan
internet bukan hanya tempat mencari informasi tetapi bisa menjadi salah satu bagian penting
dalam pemberian bimbingan, penyuluhan dan motivasi kepada khalayak. Disini kita sebagai
penyuluh harus bisa memanfaatkan kadaan dan situsai zaman sekarang, melihat masyarakat
yang kini semakin ahli dalam menggali informasi maka kita harus cerdas untuk memasukan
materi-materi dakwah mengenai Bimbingan Keluarga Sakinah agar terciptanya pasangan-
pasangan baru yang ingin menikah menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah
sesuai harapan dan keinginan kita semua. Sehingga masyarakat Indonesia menjadi aman
tentram dan sejahtera. Aamiin.
Peran media sosial online dalam penyuluhan keluarga sakinah akhir-akhir ini berkembang
sangat baik dan lebih inovatif, bisa kita lihat dalam akun-akun yang memberikan penyuluhan,
bimbingan dan tentunya motivasi-motivasi yang sangat membangun dalam memberikan
pemahaman mengenai bagaimana agar pernikahan kita menjadi keluarga sakinah mawaddah
warahmah yang tentunya di ridhai oleh Allah SWT.
Dari berbagai jenis media jejaring sosial yang kini sangat di gandrungi oleh masyarakat
membuktikan bahwa peran media sangat baik dalam penyampaian-penyampaian materi
mengenai bimbingan keluarga sakinah. Dari hasil yang telah diperoleh beberapa hari kemarin
banyak sekali orang-orang yang mengikuti akun berisikan motivasi-motivasi menarik yang
memberi edukasi sehingga menciptakan perubahan yang baik bagi kaum remaja masa kini.
Banyak sekali artikel di blog, video di youtube, postingan-postingan facebook, line, tweet
twitter, meme dan video di instagram mengenai bimbingan keluarga sakinah sehingga kita
dapat mengambil hikmah dari apa yang telah diposting mereka. Disini ada beberapa daftar
akun beserta jumlah pengikutnya yang mem-posting dakwah tausiyah dan materi motivasi
mengenai keluarga sakinah. Disini ada beberapa sebagian akun yang sering mem-posting
tentang menikah yang berisikan motivasi menjadi keluarga sakinah:
Facebook Line
Nikah.com id: menujunikah
Nikah Berkah id: nikahasik
Ini hanya sebagian akun dari banyaknya akun di jejaring sosial media, dilihat dari banyaknya
pengikut akun tersebut, bisa terlihat begitu banyaknya masyarakat yang memperhatikan dan
menyimak apa yang disampaikan dalam postingan-postingan yang sangat banyak pula. Maka
ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi seorang penyuluh, pembimbing maupun
motivator dalam penyampaian pesan-pesan agama mengenai Bimbingan Keluarga Sakinah.
Salah satu tweet dari @MenujuNikah “Kicauan seorang istri ibarat air, dan suami ibarat
sponnya. Menyerap semua air, supaya tidak berceceran dimana-mana.”
C. Kesimpulan
Media sosial online dalam penyuluhan keluarga sakinah akhir-akhir ini berkembang dengan
sangat baik dan lebih inovatif. Karena kehadiran internet ini yang hampir mendominasi
seluruh kegiatan manusia, bahkan internet bukan hanya tempat mencari informasi tetapi bisa
menjadi salah satu bagian penting dalam pemberian bimbingan, penyuluhan dan motivasi
kepada khalayak. Apalagi menyampaikannya pada anak zaman sekarang sangat perlu
memberikan pengertian atau pemahaman dengan cara yang inovatif melalui tweet-tweet di
twitter, meme dan video di instagram, video youtube, tausiyah singkat di line, dan juga akan
membantu bagi masyarakat yang mungkin sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak bisa datang
pada acara bimbingan, atau tak sempat menonton tausiyah di tv ataupun mendengar di radio,
maka media sosial merupakan cara terbaik untuk menjangkau masyarakat.
Pemberian arahan dan materi mengenai penyuluhan keluarga sakinah sangat penting untuk
diberikan kepada masyarakat agar terwujudnya keluarga yang bahagia dunia akhirat dan
mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan adanya media sosial ini maka masyarakat akan lebih
mudah mengakses dengan cepat informasi-informasi mengenai apapun bahkan mengenai
bimbingan keluarga sakinah. Apalagi masyarakat bisa mencari tips-tips keluarga sakinah
melalui video di youtube ataupun jaringan sosial lainnya. Jadi disini seorang penyuluh atau
pembimbing harus lebih cerdas dalam memanfaatkan media sosial untuk memudahkan dalam
penyampaian materi keagamaan dengan cara yang lebih menarik dan tidak membosankan,
agar apa yang disampaikan mampu diterima dengan baik dan segera diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.