Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH PROSES INDUSTRI KIMIA

SYNTHETIC RUBBER

Disusun Oleh :

Yani Putri Armelia (21030111140169)


Anissa Rizky Cesaria (21030113140174)
Yulianto Triyono Hadi (21030113120041)
Hana Nikma Ulya (21030113120050)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Karet Sintetis


Karet sintetis berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua
tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetis terdapat di pasaran dunia.
Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga karet sangat bervariasi.
Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat membantu
dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi
penggunaannya. Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia
dalam jumlah besar di pasaran dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan
manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan, sangat dirasakan
keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi.
Pengembangan karet sintetis sesudah perang dunia kedua lebih banyak
ditujukan untuk memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki
oleh karet alam, antara lain karet tahan minyak, karet tahan panas, dll.

1.2. Karet Alam dan Karet Sintetis


Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon
karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia
(sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh
lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Hevea
Brasiliensis (Euphorbiaceae) yang senyawa utamanya poli-cis-isoprena
yang mengandung jejak kotoran seperti protein, kotoran dll. Meskipun
bersifat sangat baik dalam hal kinerja mekanik, namun karet alam sering
kalah dengan karet sintetis tertentu, terutama yang berkaitan dengan
stabilitas termal dan kompatibilitas dengan produk minyak bumi.
Karet sintetis dibuat dengan polimerisasi berbagai berbasis minyak
bumi ynag dalam bentuk awal berupa monomer. Jenis karet sintetis yang
paling umum adalah Stirena-Butadiena (SBR) yang berasal dari
kopolimerisasi Stirena dan 1,3 Butadiena. Karet sintetis lainnya dibuat dari
Isoprena (2 methil & 1,3 Butadiena).Monomer ini dapat dicampur dalam
berbagai proporsi untuk di kopolimerisasikan guna menghasilkan produk
dengan berbagai sifat fisik, mekanik, dan kimia. Monomer dapat diproduksi
murni, penambahan additif dapat dikontrol guna memberikan sifat yang
optimal.

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui bahan baku yang terdapat pada synthetic rubber
2. Mengetahui sifat dan karakteristik synthetic rubber
3. Mengetahui kegunaan synthetic rubber
4. Mengetahui proses pembuatan synthetic rubber

1.4 Manfaat Makalah


1. Dapat mengetahui bahan baku yang terdapat pada synthetic rubber
2. Dapat mengetahui sifat dan karakteristik synthetic rubber
3. Dapat mengetahui kegunaan synthetic rubber
4. Dapat mengetahui proses pembuatan synthetic rubber
PEMBAHSAN

2.1. Bahan Baku Karet Sintetis


Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis,
sehingga produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini
mendorong negaranegara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan
produksi karet sintetik. Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang
Dunia I, yaitu polidimetil butadiena (karet metil). Produksi karet ini terhenti
saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik dilakukan dalam tahun 1926,
juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat dengan cara
polimerisasi butadiena dengan menggunakan natrium sebagai pencepat
(accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan
dewasa ini karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan
karet dunia.
Karet sintetis, atau polimer, merupakan jenis elastomer buatan yang
dihasilkan melalui sintesis dari produk sampingan minyak bumi. Elastomer
sendiri adalah bahan dengan mekanik (materi) properti yang dapat mengalami
deformasi (pembentukan kembali) jauh lebih elastis di bawah tekanan dari
sebagian besar bahan dan masih bisa kembali ke ukuran sebelumnya tanpa
deformasi permanen.
Karet sintetis yang paling banyak digunakan adalah styrene-
butadiene rubber (SBR). Elastomer lain yang sering digunakan dalam
pembuatan karet sintetis adalah polybutadiene, polyethylene-propylene, karet
butil, neoprene, karet nitril, dan polyisoprene.

2.2. Sifat Karet Sintetis


Karet sintetis memiliki sifat dan karakteristik yang bermacam-macam sesuai
dengan elastomer penyusunnya. Misalnya pada NBR (Nitril Butadiene
Rubber) dan EPDM (Ethylene Propylene Diene Monomer), sifat tersebut
antara lain:
a. Tahan terhadap pelarut, oli dan bahan bakar karena memiliki gugus
siano nitril (𝐶 ≡ 𝑁).
b. Memiliki struktur rantai molekul yang tidak teratur.
c. Tidak akan terbentuk kristalin saat diregang.
d. Tahan lama.
e. Stabil pada suhu tinggi ataupun rendah.
f. Daya tahan yang bagus terhadap uap dan air.
g. Sangat tahan terhadap cuaca, ozon, oksigen, berbagai bahan kimia.
h. Tidak boleh dipakai jika terjadi kontak terus-menerus dengan produk
yang mengandung petroleum.
i. Mempunyai sifat tahan listrik yang baik dan stabil terhadap radiasi.
2.3. Kegunaan dan Spesifikasi Produk Karet Sintetis
Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam 2(dua) kelompok
utama,yaitu :
1. Kegunaan Umum
Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban
pneumatik. Contoh: karet SBR (Styrene Butadiene Rubber), BR
(Butadiene Rubber), IR (Isoprene Rubber) atau PolyIsoprene Rubber.

2. Kegunaan Khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet
yang tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh : karet-karet IIR, CR
(Chloroprene Rubber / Neoprene), NBR (Nitrile Butadiene Rubber),
EPR (Ethylene Propylene Rubber)

a. Kegunaan Umum
 SBR (Styrene Butadiene Rubber)
SBR merupakan jenis karet yang paling banyak diproduksi
dan dipergunakan. memiliki ketahanan abrasi, tahan panas, dan
elastisitas rendah, namun bila tidak ditambahkan bahan penguat,
maka kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan
Vulkanisir Karet Alam.

Gambar 1. SBR (Styrene Butadiene Rubber)

 BR (Butadiene Rubber)
Dibandingkan dengan SBR, material BR lebih lemah.
Daya lekat lebih rendah dan pengolahannya juga lebih sulit.
Secara umum, BR jarang sekali digunakan. Untuk membentuk
suatu barang, maka biasanya BR dicampur dengan Karet
Alam atau SBR.

Gambar 2. BR (Butadiene Rubber)


 IR (Isoprene Rubber) atau PolyIsoprene Rubber
Jenis karet ini mirip dengan Karet Alam, walau tidak
identik secara keseluruhan, karena sama-sama
merupakan Polymer Isoprene. Dibandingkan dengan Karet
Alam, IR memiliki bahan yang lebih murni & Viskositasnya
lebih mantap.

Gambar 3. IR (Isoprene Rubber) atau PolyIsoprene Rubber

b. Kegunaan Khusus
 IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
Sering juga disebut Butyl Rubber. Memiliki sedikit ikatan
rangkap sehingga lebih tahan terhadap oksigen dan
ozone. IIR juga dikenal Kedap Gas. Dalam proses
vulkanisasinya, jenis ini lebih lambat matang sehingga
memerlukan Bahan Pemercepat dan Belerang. Karena sifatnya
tersebut, maka dalam pengolahannya, IIR tidak baik bila
dicampur dengan Karet Alam atau Sintetis lainnya. IIRyag
divulkanisasi dengan Damar Felonik membuatnya lebih tahan
pelapukan dan suhu tinggi.

Gambar 4. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)


 NBR (Nitrile Butadiene Rubber)
Merupakan Jenis Karet Sintetis Kegunaan Khusus yang
paling banyak dipergunakan. Sifatnya yang paling terkenal
adalah tahan minyak, yang disebabkan oleh adanya
kandungan Akrilonitrile didalamnya. Semakin besar
kandungan Akrilontrile-nya, maka daya tahan terhadap minyak,
lemak dan bensin juga semakin tinggi namun elastisitasnya
semakin berkurang. Kekurangannya adalah Jenis ini sulit di-
plastisasi dan untuk mengatasinya, maka pilihlah NBR yang
memiliki Viskositas awal yang sesuai dengan
keinginan. NBR juga memerlukan tambahan bahan penguat dan
pelunak Senyawa Ester.

Gambar 5. NBR (Nitrile Butadiene Rubber)

 CR (Chloroprene Rubber / Neoprene)


CR memiliki sifat tahan minyak, namun dibandingkan
dengan NBR, ketahanannya masih kalah. CRjuga memiliki sifat
tahan oksigen dan ozon di udara, bahkan terhadap api atau panas
sekalipun. Dalam proses pembuatannya, CR tidak dicampur
dengan belerang namun menggunakan Magnesium Oksida, Seng
Oksida dan bahan pemercepat tertentu. Terkadang Minyak
Bahan Pelunakjuga ditambahkan untuk proses pengolahan yang
baik.

Gambar 6. CR (Chloroprene Rubber / Neoprene)

 EPR (Ethylene Propylene Rubber)


EPR sering juga disebut dengan EPDM karena tidak hanya
menggunakan Monomer Ethylene dan Propylene pada proses
polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM.
Dapat ditambahkan belerang pada proses Vulkanisasinya.
Adapun bahan Pengisi dan Pelunak yang ditambahkan tidak
berpengaruh terhadap daya tahannya. EPR bersifat tahan sinar
matahari, ozone dan pengaruh cuaca lainnya, namun memiliki
kekurangan dalam daya lekat.

2.4. Proses Pembuatan Karet Sintetis


a. Polimerization
Polimerisasi ialah merupakan proses awal dari pembuatan karet
sintetik, pada tahap ini ada tiga motode yang digunakan yaitu
emulsion, microemulsion, and suspension polymerization. Proses ini
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar sekelas Du Pont, Dow,
GE, Ausimont, Daikin and Dyneon.

b. Isolation
Pada tahap ini, backbone polymers diisolasi, dikeringkan, dan
dibersihkan. Setelah tahap ini, maka polimer tersebut sudah siap untuk
diolah oleh compounder.

c. Compounding (mixing)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam
menentukan sifat – sifat tambahan dari suatu polimer/karet. Karena
pada tahap inilah compounder meracik resepnya untuk menghasilkan
bahan baku yang sesuai keinginannya/pesanan. Pengalaman dan
pengetahuan compounder pada tahap ini sangat krusial untuk
menghasilkan material yang berkualitas.

d. Extrusion/Forming/Premolding
Setelah selesai di mixing, maka material yang masih berbentuk
lembaran dibentuk lagi menyerupai produk akhir supaya dapat dengan
mudah diproses pada molding nantinya. misalnya untuk O-Ring,
material tersebut dibentuk menyerupai kabel panjang.

e. Molding
Proses inilah yang menentukan akan berbentuk seperti apakah
produk akhir. dengan kombinasi panas dan tekanan yang sesuai, maka
akan didapat produk akhir yang sempurna.

f. Flash Removal
Setelah dari proses molding, biasanya pada produk masih
terdapat sisa-sisa material yang menempel, pada tahap ini sisa-sisa
tersebut dipisahkan sehingga didapat produk akhir yang sesusai
dengan cetakan.
g. Post Curing
Terkadang pada tahap molding tidak semua proses kimia dapat
terjadi dengan sempurna, sehingga untuk menghabiskan sisa-sisanya
dilakukan proses curing.

h. Finishing & Inspection


Setelah selesai diproses, maka produk akhir hendaknya
dibersihkan dan dilakukan pengetesan apakah sudah sesuai dengan
harapan atau tidak.

i. Cleaning
Semua proses telah selesai dan produk akhir yang didapat telah
sempurna, maka produk tersebut dicuci bersih dari kotoran-kotoran
yang mungkin menempel pada proses produksi sebelumnya.

j. Packaging
Setelah produk akhir sudah bersih, dan siap untuk
dikirim/disimpan. sebaiknya dimasukan kemasan agar tidak
terkontaminasi dari lingkungan luar.

2.5. Blok Diagram


a. Gambar

Gambar 6. Gambar proses pembuatan karet sintetis


b. Diagram Blok

Polymerization Isolation Compounding

Flash Removal Molding Extrusion

Post Curing Finishing & Cleaning


Inspection

Packaging

Gambar 7. Diagram blok proses pembuatan karet sintetis

2.6. Flow Sheet Proses Pembuatan Karet Sintetis (SBR)

Gambar 8. Flowsheet pembuatan SBR


PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Karet sintetis, atau polimer, merupakan jenis elastomer buatan yg
dihasilkan melalui sintesis dari produk sampingan minyak bumi.
2. Sifat dan karakteristik dari karet sintetis dipengaruhi oleh elastomer
penyusunnya.
3. Setiap jenis karet sintetis memiliki spesifikasi dan kegunaan masing-
masing.
4. Tahapan proses produksi karet sintetis dimulai dari polimerization,
isolation, compounding (mixing), extrusion/forming/premolding,
molding, flash removal, post curing, finishing and inspection, cleaning
dan packaging.
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Sudradjat. 2006. Pengaruh Radiasi Gamma terhadap Sifat Fisik Karet Sintetis
Nitril Butadiene Rubber Vulkanisat. Risalah Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop
dan Radiasi
Sidabutar, Victor Tulus Pangapoi. 2014. Karakteristik Sifat Fisik Elastomer NBR dsn
EPDM untuk Pembuatan Seal / O-Ring untuk Suku Cadang Otomotif. Jakarta:
Kementerian Perdagangan RI
Pabrik Karet Santo Rubber. Karet EPDM. Diakses dari
http://www.industrikaret.com/karet-sintetis/karet-epdm/ pada 13 Desember
2014
CV. Sumantry. Proses Pembuatan Karet Sintetik. Diakses dari
http://www.sumantry.com/artikel/65-proses-pembuatan-karet-sintetik pada 10
Desember 2014
Matondang, WM. 2010. Penentuan Kadar Amoniak (NH3) pada Lateks Kompon
terhadap Benang Karet di PT. Industri Karet Nusantara. Universitas Sumatera
Utara

Anda mungkin juga menyukai