012kimia PDF
012kimia PDF
Oleh :
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Abstraksi
P
engolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian
yang sangat penting dalam proses pengolahan limbah cair. Namun dalam
suatu sistem pengolahan limbah cair yang lengkap sebenarnya proses yang
terjadi meliputi ketiga proses, yaitu fisika, kimia dan biologi. Bahkan pada proses
fisika dan biologi pun didalamnya sering terjadi proses kimia secara bersamaan.
Untuk menanggulangi bahan pencemar anorganik, proses kimia umumnya menjadi
dominan dalam proses pengolahan limbah.
39
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Limbah tidak hanya diproduksi oleh pabrik atau industri, tetapi masyarakat
juga merupakan penghasil limbah yang jumlahnya secara umum jauh lebih besar
dari pada jumlah limbah industri. Dengan demikian semakin banyaklah masalah
pencemaran yang sulit ditanggulangi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah
limbah yang dibuang bebas ke alam lingkungan kita. Sebagai contoh, limbah cair
yang dibuang dan masuk ke badan air tanpa pengolahan yang sesuai dengan
standar yang berlaku.
Sayangnya hal ini tidak diikuti dengan ketentuan dan penegakkan hukum
yang tegas. Di lain pihak pemerintah belum cukup menyediakan fasilitas dan sarana
pengolahan limbah yang memadai. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya untuk
menanggulangi masalah pencemaran limbah, pemerintah dan masyarakat harus
bersama berpartisipasi aktif dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia
(human resource quality), khususnya bagi mereka yang terlibat dalam program-
program penanggulangan pencemaran limbah.
Secara umum limbah cair dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah
cair domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah limbah cair yang
keluar dari perumahan, gedung/tempat usaha/pertokoan dan perkantoran.
Sementara itu limbah cair industri adalah limbah cair yang keluar dari industri/pabrik.
Selama bertahun-tahun berbagai metode pengolahan air limbah telah banyak
dikembangkan.
40
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Pada bab berikut akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair yang
khusus dengan proses kimia. Proses-proses yang akan dibahas adalah proses yang
telah umum diterapkan di instalasi-instalasi pengolahan limbah cair. Juga akan
ditampilkan teori-teori yang mendasari terjadinya setiap proses pengolahan serta
peralatan-peralatan yang umum digunakan.
41
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
BAB 2
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DENGAN PROSES KIMIA
P
engolahan limbah cair secara kimia yang sering diterapkan adalah
disinfeksi, pengendapan materi terlarut (presipitasi), koagulasi (destabilisasi)
koloid, oksidasi dan ion exchange. Proses disinfeksi pada industri,
umumnya untuk menghambat pertumbuhan micro-organisme dalam pipa-pipa, pada
industri makanan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Proses presipitasi pada
industri untuk pelunakan air, penghilangan besi dan penghilangan ion terlarut seperti
PO4-3 dan logam berat. Koagulasi diterapkan untuk destabilisasi partikel koloid yang
umumnya juga terdapat pada air limbah. Oksidasi kimia seperti khlorinasi dan
ozonisasi, diterapkan untuk menghilangkan atau memecah ion-ion seperti Fe+2, Mn+2
dan CN-.
2.2. Disinfeksi
42
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
2.2.1. Khlorinasi
Apabila khlor dalam bentuk gas ditambahkan ke dalam air limbah, akan terjadi
2 reaksi yaitu reaksi hidrolisa dan reaksi ionisasi. Pada reaksi hidrolisa terbentuk
hipokhlorit (HOCl) dan pada reaksi ionisasi terbentuk ion (OCl-). Reaksi
keseimbangannya sebagai berikut:
43
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Sisa khlor didefinisikan sebagai jumlah (HOCl) dan OCl- , biasanya digunakan
pula sebagai ukuran keefektifan khlor. Jumlah sisa khlor sebagai standar pada
sistem penyediaan air adalah 0,5 – 1,0 gr/m3. Sisa khlor dapat digunakan pula
sebagai ukuran jumlah khlor yang masih ada. Dari ketiga bentuk hasil reaksi, bentuk
(HOCl) merupakan bentuk yang paling efektif sebagai disinfektan.
44
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Breakpoint khlorinasi adalah angka pada saat jumlah khlor cukup untuk
menghasilkan sisa khlor bebas. Terdapat 4 tahap yang terlibat dalam hal ini, yaitu:
Tahap 1 : zat-zat yang mudah teroksidasi, yaitu Fe2+, H2S dan zat-zat organik
bereaksi terlebih dahulu menghasilkan khlorida.
Tahap 2 : terbentuk senyawa chloramine dan chloroorganik
Tahap 3 : penambahan khlor selanjutnya akan mengoksidasi senyawa-senyawa
di tahap 2, menghasilkan N2O, khlorida, dan N2, reaksinya sebagai berikut :
2.2.2. Ozonisasi
Ozon (O3) adalah suatu bentuk allotropik oksigen yang diproduksi dengan
cara melewatkan oksigen kering atau udara dalam suatu medan listrik (5000 –
20.000 V; 50 – 500 Hz). Ozon bersifat tidak stabil, merupakan gas berwarna biru
yang sangat toksik dengan bau seperti rumput kering. Ozon adalah oksidator kuat
yang sangat efisien untuk disinfeksi. Sebagaimana oksigen, kelarutan ozon dalam air
cukup rendah dan karena sifatnya yang tidak stabil maka disinfeksi dengan ozon
tidak memberikan residu (sisa).
45
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Pengolahan disinfeksi dengan ozon jauh lebih mahal dari pada disinfeksi
dengan khlor, namun ozon memberi keuntungan yaitu dapat menghilangkan warna.
Dalam hal ini pengolahan air dengan filtrasi dan ozonisasi dapat menghasilkan
kualitas air yang setara dengan proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi.
Oleh karena ozon tidak memberikan sisa, maka dalam sistem distribusi tidak akan
terdapat ozon sehingga akan timbul masalah dengan adanya pertumbuhan kembali
mikroorganisme yang disertai masalah bau dan warna. Pertumbuhan mikro-
organisme dalam sistem perpipaan dapat diatasi dengan penambahan khlor dosis
rendah setelah proses ozonisasi. Pada pengolahan limbah industri ozon dapat
digunakan untuk mengoksidasi zat-zat yang non-biodegradable.
1. Tipe plate dengan elektroda datar dan isolator gelas (glass dielectrics);
2. Tipe tabung dengan elektroda silinder koaksial (cylindrical electrodes coaxial)
dan isolator gelas silinder.
Berbagai bentuk radiasi dapat dijadikan disinfeksi yang efektif. Radiasi ultra
violet (UV) telah bertahun-tahun digunakan untuk pengolahan air skala kecil. Reaksi
disinfeksi UV pada panjang gelombang sekitar 254 nm merupakan radiasi yang
sangat kuat apabila organisme benar-benar terpapar oleh radiasi. Oleh karena itu
penting sekali untuk mencapai kekeruhan serendah-rendahnya agar adsorpsi UV
oleh senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam aliran dapat berlangsung
merata. Air yang akan didisinfeksi dialirkan diantara tabung sinar merkuri dan tabung
46
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
reflektor yang dilapisi metal dengan waktu pemaparan beberapa detik, namun energi
yang diperlukan cukup tinggi yaitu sekitar 10 – 20 watt/m3/jam. Keuntungan disinfeksi
dengan UV antara lain : pemeliharaan minimum, tidak menimbulkan dampak bau
dan rasa, tidak menimbulkan bahaya apabila terjadi overdosis. Sedangkan
kelemahannya antara lain: tidak memiliki residu disinfeksi, biaya mahal dan
memerlukan klarifikasi air lebih sempurna.
2.3. Presipitasi
47
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-
logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi
penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk penggunaan rumah
tangga maupun untuk penggunaan industri. Bagi air rumah tangga tingkat
kesadahan yang tinggi mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun
jadi kurang efektif akibat salah satu bagian dari molekul sabun diikat oleh unsur
Ca/Mg. Bagi air industri unsur Ca dapat menyebabkan kerak pada dinding peralatan
sistem pemanasan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan industri,
dan disamping itu dapat menghambat proses pemanasan. Kesadahan dapat
dihilangkan dengan dua cara yaitu melalui proses presipitasi dengan kapur dan soda
abu ( Na2CO3) atau disebut juga proses kapur soda, dan melalui sistem ion
exchange.
48
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Tahap 1 :
Tahap 2 :
49
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Tahap 1 :
MgCl2 CaCl2
+ Ca(OH)2 ⇄ Mg(OH)2 ↓ +
MgSO4 CaSO4
Tahap 2 :
CaCl2 NaCl
+ Na2CO3 ⇄ CaCO3 ↓ +
CaSO4 Na2SO4
50
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
2 F- + Ca2+ ⇄ CaF2 ↓
2.4. Koagulasi
51
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
2.4.1. Koagulan
Alum merupakan bahan koagulan yang banyak dipakai untuk pengolahan air
karena harganya murah, flok yang dihasilkan stabil serta cara pengerjaannya mudah.
Garam aluminium Sulfat jika ditambahkan kedalam air dengan mudah akan larut dan
bereaksi dengan HCO3- menghasilkan aluminium hidroksida yang mempunyai
muatan positip. Sementara itu partikel-parikel koloidal yang terdapat dalam air baku
biasanya bermuatan negatip dan sukar mengendap karena adanya gaya tolak
menolak antar partikel koloid tersebut. Dengan adanya hidroksida aluminium yang
bermuatan positip maka akan terjadi tarik menarik antara partikel koloid yang
bermuatan negatip dengan partikel aluminium hidroksida yang bermuatan positip
sehingga terbentuk gumpalan partikel yang makin lama makin besar dan berat dan
cepat mengendap.
52
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Aluminium sulfat atau alum, diproduksi dalam bentuk padatan atau dalam
bentuk cair. Alum ini banyak dipakai karena harganya relatip murah dan efektif untuk
air baku dengan kekeruhan yang tinggi serta sangat baik untuk dipakai bersama-
sama dengan zat koagulan pembantu. Dibandingkan dengan koagulan dari garam
besi, alum tidak menimbulkan pengotoran yang serius pada dinding bak. Salah satu
kekurangannya yakni flok yang terjadi lebih ringan dari pada flok yang dihasilkan
koagulan garam besi dan selang pH operasi lebih sempit yakni 5,5 - 8,5. Alum padat
mempunyai berat jenis sekitar 1,62 dan dalam bentuk butiran kasar mempunyai
berat jenis semu (apparent density) + 0,5. Sedangkan untuk butiran halus
mempunyai berat jenis semu 0,6 - 0,7. Alum padat umumnya dipakai dalam bentuk
larutan dengan konsentrasi 5 - 10 % untuk skala kecil dan untuk skala besar 20 - 30
%.
53
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
54
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Secara komersial Ferro sulfat diproduksi dalam bentuk kristal berwarna hijau
atau butiran (granular) untuk pembubuhan kering dengan kandungan Fe(S04) kira-
kira 55 %. Ferro Sulfat bereaksi dengan alkalinitas alami tetapi dibanding reaksi
-
antara alum dengan HCO3 , lebih lambat. Biasanya digunakan bersama-sama
dengan kapur (lime) untuk menaikkan pH, sehingga ion ferro terendapkan dalam
bentuk ferri hidroksida, Fe(OH)3 . Ferrous Sulfate ini kurang sesuai untuk
menghilangkan warna, akan tetapi sangat baik untuk pengolahan air yang
mempunyai alkalinitas, kekeruhan dan DO yang tinggi. Kondisi pH yang sesuai yakni
antara 9,0 - 11,0.
Proses ini biasanya lebih murah dibandingkan dengan alum, tetapi penggunaan dua
macam bahan mengakibatkan prosesnya lebih sulit. Disamping itu pengolahan air
dengan menggunakan ferro sulfat dan kapur dapat memperbesar kesadahan air.
5. Chlorinated Copperas
Cara ini merupakan metode lain dari penggunaan ferro sulfat sebagai
koagulan. Dalam proses ini khlorine ditambahkan untuk mengoksidasi ferro sulfat
menjadi ferri sulfat. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Secara teoritis 1,0 lb khlorine dapat mengoksidasi 7,8 lb copperas. Tetapi untuk
mendapatkan hasil yang baik pembubuhan khlorine biasanya sedikit berlebih dari
kebutuhan teoritis.
55
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Ferri khlorida dan ferri sulfat merupakan bahan koagulan dengan nama
dagang bermacam-macam. Dapat bereaksi dengan bikarbonat (alkalinitas) atau
kapur. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Keuntungan dari koagulan garam ferric antara lain, yakni proses koagulasi
dapat dilakukan pada selang pH yang lebih besar, biasanya antara pH 4 - 9. Flok
yang terjadi lebih berat sehingga cepat mengendap, serta efektif untuk
menghilangkan warna, bau dan rasa.
56
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Pada saat kekeruhan air baku tinggi, misalnya setelah hujan, pada saat
musim dingin ataupun pada saat permintaan produksi meningkat, maka jika
memakai zat koagulan saja sering kali pembentukan flok kurang baik. Untuk
mengatasi hal tersebut yaitu dengan memakai koagulan pembantu sehingga
pembentukan flok berjalan dengan lebih baik.
Pemilihan jenis zat koagulan pembantu harus dapat menghasilkan flok yang
baik / stabil dan tidak berbahaya ditinjau dari segi kesehatan. Disamping itu juga
harus ekonomis serta pengerjaannya mudah. Sebagai bahan koagulan pembantu
yang sering dipakai, yakni silika aktif (activated silic acid) dan sodium alginat (sodium
alginic acid). Pada keadaan biasa/normal dosis silika aktif yakni 1 - 5 ppm sebagai
SiO2 dan untuk sodium alginat yakni antara 0,2 - 2 ppm.
Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air dengan saringan pasir cepat,
proses koagulasi sangat penting agar partikel koloid yang sulit mengendap tadi dapat
digumpalkan sehingga membentuk grup partikel yang lebih besar dan berat yang
dengan cepat dapat diendapkan atau disaring. Untuk itu perlu bak koagulasi untuk
mendapatkan proses koagulasi yang efektif.
57
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Proses koagulasi dibagi menjadi dua tahap. Pertama yaitu koagulasi partikel-
partikel kotoran menjadi flok-flok yang masih halus/kecil dengan cara pengadukan
cepat segera setelah koagulan dibubuhkan. Tahap ini disebut dengan pencampuran
cepat dan prosesnya dilakukan pada bak pencampur cepat (mixing basin). Tahap
selanjutnya adalah proses pertumbuhan flok agar menjadi besar dan stabil, yaitu
dengan cara pengadukan lambat pada bak flokulator. Proses tersebut dinamakan
flokulasi. Dengan demikian untuk proses koagulasi-flokulasi diperlukan dua buah bak
yakni untuk bak pencampur cepat dan bak flokulator.
Bak pencampur cepat harus dilengkapi dengan alat pengaduk cepat agar
bahan kimia (koagulan) yang dibubuhkan dapat bercampur dengan air baku secara
cepat dan merata. Oleh karena kecepatan hidrolisa koagulan dalam air besar, maka
diperlukan pembentukan flok-flok halus dari koloid hidroksida yang merata dan
secepat mungkin sehingga dapat bereaksi dengan partikel-partikel kotoran
membentuk flok yang lebih besar dan stabil. Untuk itu diperlukan pengadukan yang
cepat. Ada dua cara pengadukan yang dapat dipakai, yaitu pengadukan dengan
energi yang ada dalam air itu sendiri dan pengadukan dengan energi yang didapat
dari luar.
Dapat dilakukan dengan cara aliran dalam bak/kolam dengan sekat horizontal
maupun vertikal (baffled flow type). Atau dapat juga dengan membuat aliran turbulen
dalam sistem perpipaan dengan kecepatan aliran di atas 1,5 m/detik. Selain cara
tersebut di atas dapat juga dilakukan dengan Parshall flume ataupun dengan cara
menyemprotkan melalui lubang-lubang kecil (nozzle).
58
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Cara yang paling umum dipakai yaitu dengan flush mixer yang berupa motor
dengan alat pengaduk berupa baling-baling (propeler) maupun paddle, dengan
kecepatan rotasi lebih kecil 1,5 m/detik. Waktu pengadukan standar antara 1 - 5
menit. Cara yang lain yaitu dengan mendifusikan koagulan ke dalam air baku dengan
pompa difusi (diffusion pump).
Pada pengolahan air limbah industri, sering dijumpai kandungan sianida yang
biasanya terdapat pada buangan industri ekstraksi emas dan perak atau pada
-
industri pelapisan logam. Ion sianida (CN ) bersifat racun, oleh karena itu harus
dihilangkan terlebih dahulu sebelum buangan dialirkan ke perairan terbuka atau
badan air.
Metode yang umum dipakai adalah oksidasi dengan Cl2 atau NaOCl. Apabila
digunakan Cl2, perlu ditambahkan NaOH, reaksinya adalah sebagai berikut :
59
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Reaksi diatas berlangsung pada keadaan pH alkali yaitu antara 8,5 dan 11. Apabila
pH lebih kecil dari 7, cyanate terhidrolisa sebagai berikut :
Penambahan Cl2 pada pH sedikit basa terjadi oksidasi CNO- menjadi N2 dan CO2,
reaksinya sebagai berikut :
Bahan penukar ion pada awalnya menggunakan bahan yang berasal dari
alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit. Zeolit biasa digunakan untuk
menghilangkan kesadahan dan menghilangkan ion amonium. Zeolit yang digunakan
untuk pelunakan adalah aluminosilicates komplek dengan ion bergeraknya ion
sodium. Untuk penghilangan amonium digunakan zeolit clinoptilolite, disamping itu
terdapat pula zeolit sintetis.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih
efektif yang disebut resin penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari
partikel cross-linked polystyrene. Sistem penukar ion biasanya diterapkan pada
proses pelunakan air dan proses demineralisasi.
60
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Reaksi penukar ion untuk zeolit dan resin adalah sebagai berikut :
Ca+2 Ca+2
Na2 Z + Mg+2 → Mg+2 Z + 2 Na+
Fe+2 Fe+2
61
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
2.6.1. Regenerasi
Ca Ca
R + 2 NaCl → Na2R + Cl2
Mg Mg
62
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 3
PERTIMBANGAN DALAM DISAIN
UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH
U
ntuk menentukan desain unit instalasi pengolahan air limbah di suatu
wilayah diperlukan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
o Periode desain
o Daerah layanan
o Pemilihan lokasi
o Pemilihan proses
o Pemilihan peralatan
o Analisa ekonomi
o Pengkajian aspek lingkungan
63
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Daerah pelayanan tergantung dari daerah yang akan dilayani. Hal ini
dilakukan untuk pengolahan limbah cair perkotaan. Untuk pelayanan industri atau
komersil ditentukan dengan melihat dahulu jenis atau kegiatan proses, serta jumlah
limbah cairnya yang akan diolah. Pemilihan lokasi untuk pembangunan fasilitas
pengolahan limbah cair terutama untuk yang berkapasitas besar perlu
mempertimbangkan badan air penerima, tata guna tanah baik secara ekonomi,
sosial, lingkungan dan batasan teknologi.
Jumlah penduduk yang dilayani menentukan jumlah debit limbah cair rumah
tangga yang akan diolah. Jumlah debit limbah cair diperkirakan kurang lebih 70 %
dari jumlah penyediaan air bersih. Penentuan peningkatan jumlah penduduk dapat
dilakukan dengan memperkirakan beberapa metode, misalnya metode aritmetik dan
geometrik.
Karakteristik tergantung dari sumber limbah cair, seperti limbah cair dari
rumah tangga, industri dan daerah komersil. Selama musim hujan, jumlah debit
limbah cair berubah pada limbah rumah tangga (bila dipengaruhi infiltrasi air hujan).
Jumlah debit akan menentukan kapasitas desain, dimana data yang diperlukan
dalam perencanaan adalah debit minimum, rata-rata dan maksimum pada musim
hujan ataupun kemarau. Parameter kimia yang menentukan desain pengolahan
limbah cair adalah BOD5, total suspended solid, total nitrogen, phospor dan bahan
kimia yang berbahaya.
64
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
65
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Koagulan dengan komposisi ferrosulfat dan kapur paling baik digunakan untuk
mereduksi bahan pencemar, sehingga buangan akhirnya memenuhi standar yang
ditetapkan. Pada tabel berikut dapat dilihat beberapa contoh jenis industri dengan
kemungkinan bahan-bahan pencemarnya dan jenis pengolahan yang dibutuhkan.
66
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 4
PENUTUP
D
alam praktek pengolahan air limbah kebanyakan proses-proses kimia
digabungkan, dipadukan dan diakomodasi dalam satu kesatuan dengan
proses fisika, yaitu yang dikenal dengan nama Physico-Chemical
Treatment. Beberapa keuntungan pengolahan air limbah dengan Physico-Chemical
Treatment adalah dapat mengurangi suspended solid dan BOD cukup tinggi, dapat
mengurangi phosphat sampai 70-90%, proses pengolahannya mempunyai toleransi
terhadap temperatur, material beracun dan aliran yang tidak kontinyu, dan unit
pengolahan membutuhkan ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan unit
pengolahan biologi. Kerugiannya adalah membutuhkan investasi yang tinggi, operasi
butuh energi cukup tinggi dan banyak menghasilkan lumpur.
67
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
DAFTAR PUSTAKA
68
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
LAMPIRAN
(A) (B)
(C) (D)
KK.. (E)
KKK. (F)
69
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
70
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
71
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
72
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
73
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
74
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Sedimentasi F
Flotasi F
Filtrasi F
Koagulasi/sedimentasi K/F
Land treatment F
Trickling filters B
Pathogens Khlorinasi K
Ozonisasi K
Land treatment F
75
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Ion Exchange K
Breakpoint khlorinasi K
Tertiary ozonation K
Ion Exchange K
Land treatment F
Reverse Osmosis F
Elektrodialisis K
76
Tabel 4. Jumlah Air Limbah Yang Dibuang Ke Badan Air Di Jakarta
(Sebagai Satu Studi Kasus Dan Bahan Perbandingan)
Jakarta Pusat 179.432 (78,0) 45.741 (19,9) 4.722 (2,1) 229.895 46,6
Kondisi Utara 143.506 (68,6) 20.622 (9,9) 45.188 (21,6) 209.316 15,0
Saat ini Barat 210.790 (79,2) 35.770 (13,4) 19.424 (7,3) 265.984 20,6
(1987) Selatan 247.350 (85,1) 35.146 (12,1) 8.015 (2,8) 290.511 19,9
77
Timur 256.947 (80,2) 35.372 (11,0) 28.088 (8,8) 320.407 17,1
TOTAL 1.038.025 (78,9) 172.651 (13,1) 105.437 (8,0) 1.316.113 20,2
Jakarta Pusat 253.756 (67,0) 121.227 (32,0) 3.906 (1,0) 378.889 76,8
Kondisi Utara 266.233 (57,0) 60.298 (13,1) 135.485 (29,3) 462.016 33,1
akan Barat 398.882 (76,6) 86.312 (16,6) 35.718 (6,9) 520.912 40,4
Datang Selatan 468.354 (84,0) 87.205 (15,6) 3.328 (0,4) 557.887 38,2
(2010) Timur 495.461 (74,1) 93.891 (14,0) 79.194 (11,8) 668.546 35,6
TOTAL 1.882.686 (72,7) 448.933 (17.3) 256.631 (9,9) 2.588.250 39,7
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Jakarta Pusat 42.433 (76,9) 10.568 (19,1) 2.192 (4,0) 55.191 11,2
Kondisi Utara 34.159 (57,0) 4.763 (8,0) 20.970 (35,0) 59.892 4,3
saat ini Barat 49.827 (74,3) 8.264 (12,3) 9.017 (13,4) 67.108 5,2
78
(1987) Selatan 58.361 (83,1) 8.120 (11,6) 3.721 (5,3( 70.202 4,8
Timur 60.486 (74,0) 8.173 (10,0) 13.037 (16,0) 81.696 4,4
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia
Jakarta Pusat 57.216 (65,7) 28.004 (32,2) 1.806 (2,1) 87.026 17,6
Kondisi Utara 60.604 (44,2) 13.929 (10,1) 62.615 (45,7) 137.148 9,8
akan Barat 89.917 (71,1) 19.937 (15,8) 16.505 (13,1) 126.359 9,8
datang Selatan 105.354 (83,2) 20.144 (15,9) 1.075 (0,9) 126.573 8,7
(2010) Timur 111.121 (65,6) 21.687 (12,8) 36.599 (21,6) 169.407 9,0
TOTAL 424.212 (65,7) 103.701 (16,0) 118.600 (18,3) 646.513 9,9
78