Anda di halaman 1dari 8

JISE 4 (1) (2015)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA


BERBASIS INKUIRI DAN BERWAWASAN KONSERVASI

Sumiyadi  , Kasmadi Imam Supardi, Masturi

Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini mengembangkan Perangkat Pembelajaran IPAberbasisinkuiri dan berwawasan konservasi
Diterima Juni 2015 pada tema pencemaran lingkungan yang valid, efektif, dan dapat mampu meningkatkan keterampilan proses
Disetujui Juli 2015 sains, dan karakter siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) meliputi fase : define, design,
and development. Subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 3 Grabag. Teknik analisis data dilakukan dengan
Dipublikasikan Agustus
analisis deskriptif tentang validitas dan efektivitas perangkat pembelajaran. Dari hasil penelitian diperoleh: 1)
2015
validitas perangkat pembelajaran berada pada kategori sangat valid dalam skala penilaian 5 dengan nilai validitas
________________ silabus 4,54; RPP 4,77; LKS 4,45; dan bahan ajar 4,35; 2) perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif
Keywords: untuk meningkatkan kemampuan kognitif dengan perbedaan hasil perhitungan statistik untuk kelompok
Learning Instrument; eksperimen dengan N-gain 0,37 (kategori sedang) dan kelompok kontrol dengan N-gain 0,11 (kategori rendah);
3) peningkatan rata-rata persentase ketercapaian KPS di bawah 70% pada pertemuan pertama menjadi lebih dari
Science; Inquiry;
90% pada pertemuan ke-4; 4) peningkatan rata-rata persentase ketercapaian sikap di bawah 50% pada pertemuan
Conservation
pertama menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4. Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
____________________ IPA berbasis inkuiri dan berwawasan konservasi telah terbukti valid, efektif, mampu meningkatkan keterampilan
proses sains, dan mampu meningkatkan karakter siswa sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

Abstract
___________________________________________________________________
Tujuan penelitian ini mengembangkan Perangkat Pembelajaran IPAberbasisinkuiri dan berwawasan konservasi pada tema
pencemaran lingkungan yang valid, efektif, dan dapat mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dan karakter siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) meliputi fase : define, design, and development. Subjek penelitian
siswa kelas VII SMP Negeri 3 Grabag. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif tentang validitas dan
efektivitas perangkat pembelajaran. Dari hasil penelitian diperoleh: 1) validitas perangkat pembelajaran berada pada kategori
sangat valid dalam skala penilaian 5 dengan nilai validitas silabus 4,54; RPP 4,77; LKS 4,45; dan bahan ajar 4,35; 2)
perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif dengan perbedaan hasil
perhitungan statistik untuk kelompok eksperimen dengan N-gain 0,37 (kategori sedang) dan kelompok kontrol dengan N-gain
0,11 (kategori rendah); 3) peningkatan rata-rata persentase ketercapaian KPS di bawah 70% pada pertemuan pertama
menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4; 4) peningkatan rata-rata persentase ketercapaian sikap di bawah 50% pada
pertemuan pertama menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4. Jadi dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
IPA berbasis inkuiri dan berwawasan konservasi telah terbukti valid, efektif, mampu meningkatkan keterampilan proses sains,
dan mampu meningkatkan karakter siswa sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6412
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id

1
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN mengamati, menanya, mencoba, mengolah,


menyaji, menalar dan mencipta, sedangkan
Pengembangan kurikulum 2013 keterampilan abstraknya membaca, menulis,
didasarkan pada beberapa faktor eksternal menghitung, menggambar dan mengarang
antara lain: arus globalisasi, kemajuan (Permendikbud no 61 tahun 2014). Hal tersebut
teknologi dan informasi, kebangkitan industri selaras dengan pembelajaran inkuiri yang
kreatif dan budaya, dan perkembangan menekankan pada kerja ilmiah yaitu:
pendidikan di tingkat internasional. mengumpulkan informasi, merumuskan
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi masalah, membuat hipotesis, merumuskan
International Trends in International variabel, memprediksi, menghitung,
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan membuattabel, grafik, menyimpulkan, dan
Program for International Student Assessment mengkomunikasikan.
(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak (IPA) di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menggembirakan dalam beberapa kali laporan pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa
yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (OECD, perubahan antara lain: konsep pembelajarannya
2013). Hal ini disebabkan antara lain dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative
banyaknya materi uji yang ditanyakan di science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai
TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan
kurikulum Indonesia. Oleh karena itu dalam ini ditunjukkan dalam Kompetensi Inti ( KI) dan
kurikulum 2013 dilakukan penyempurnaan pola Kompetensi Dasar ( KD) pembelajaran IPA
pikir antara lain:pola pembelajaran pasif yakni di dalam satu KD sudah memadukan
menjadi pembelajaran aktif-mencari konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi,
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa
diperkuat dengan model pembelajaran (IPBA). Oleh karena itu guru dituntut dapat
pendekatan sains); pola belajar berbasis tim; membuat dan mengembangkan perangkat
pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran IPA secara terpadu dalam
pembelajaran berbasis alat multimedia; dan pola berbagai materi pelajaran IPA. Model
pembelajaran berbasis masalah (Permendikbud pembelajaran IPA terpadu memungkinkan
no 58 tahun 2014). terjadinya proses kegiatan belajar mengajar
Bertolak dari hal tersebut adalah suatu (KBM) yang lebih efisien dan efektif. Dengan
tantangan bagi guru IPA untuk pembelajaran IPA terpadu, materi-materi tidak
mengembangkan Pembelajaran IPA/sainsyang akan saling tumpang-tindih antara satu dengan
mampu member wawasan berpikir dan yang lain sebagaimana apabila diajarkan secara
mengembangkan kemampuan kerja ilmiah terpisah-pisah. Selain itu waktu pembelajaran
siswa. Oleh sebab itu semestinya siswa diberi dapat dikurangi untuk kegiatan lapangan
kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan misalnya praktikum.
obyek belajar, mengamati, mengembangkan Penguasaan IPA melalui pembelajaran
pertanyaan, menghubungkan fakta dengan secara teoritis sangat ditentukan oleh
sumber pengetahuan, mengambil kesimpulan kemampuan dan kreatifitas siswa dalam
dan mengkomunikasikan alternative solusi menguasai keterampilan proses sains. Siswa
untuk perbaikannya (Rustaman, 2009). Mereka yang mempunyai keterampilan proses bagus
semestinya diberi kesempatan berinkuiri untuk maka prestasi akademiknya juga bagus. Carin
mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan Sund (1993) mendefinisikan sains sebagai
dan sikap saat pembelajaran berlangsung di "pengetahuan yang sistematis dan tersusun
dalam kelas maupun di luar kelas. secara teratur, berlaku umum (universal), dan
Berdasarkan SKL dalam kurikulum 2013, berupa kumpulan data hasil observasi dan
keterampilan proses yang dimaksud adalah eksperimen".

2
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep
dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,
empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri
tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk berbagai konsep yang dipelajari secara
hidup, serta hubungan sebab-akibat yang dapat menyeluruh, bermakna, otentik dan aktif.
dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains Untuk itulah maka dipandang sangat
bersifat open ended; (2) proses: prosedur perlu suatu perangkat pembelajaran IPA terpadu
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; yang dapat membawa siswa memperoleh
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, pengalaman belajar secara langsung dengan
perancangan eksperimen atau percobaan, situasi alam sekitarnya guna meningkatkan hasil
evaluasi, pengukuran, dan penarikan belajar dan keterampilan proses sains serta dapat
kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, mengembangkan sikap dan karakter. Guru IPA
teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan dituntut untuk mampu mendesain pembelajaran
metode ilmiah dan konsep sains dalam yang baik, ditunjang dengan pemilihan metode
kehidupan sehari-hari.Keempat unsur itu yang tepat sesuai dengan karakter materi.
merupakan ciri sains yang utuh yang sebenarnya Dalam benaknya selalu berpikir tentang apa
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Oleh yang harus diajarkan dan bagaimana cara
karena itu untuk mencapai produk pembelajaran mengajarkan hal itu dengan metode terbaik
IPA yang optimal, siswa di samping mampu (Trowbridge & Bybee, 1990: 2).
menguasai konsep-konsep IPA, juga perlu Beberapa penelitian menunjukan bahwa
menguasai keterampilan proses sains dan kegiatan praktikum melalui pembelajaran inkuiri
memiliki sikap/karakter seorang saintis.. mampu meningkatkan kemampuan kognitif
Berdasarkan informasi dari hasil siswa, sikap ilmiah dan keterampilan proses
wawancara terbatas kepada beberapa Guru IPA sains (Ergül, 2011). Penelitian yang dilakukan
SMP menyatakan bahwa siswa jarang diajak oleh Hasanah(2011) menunjukkan
praktik IPA, dengan alasan waktu yang kurang bahwaperangkat pembelajaran yang
sehingga target kurikulum tidak tercapai. menerapkan strategi Guided Inquiry
Metode yang sering digunakan adalah diskusi Laboratory Work pada Tema Pencemaran Air
dan ceramah. Bahan ajar yang digunakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa dan
dengan menggunakan buku siswa yang belum sikap ilmiah. Yakar &Baykara (2014)
semua siswa mendapatkannya. Para guru menyatakan bahwa pembelajaran inkuri berbasis
menyusun perangkat sesuai dengan bidangnya praktikum dapat meningkatkan ketrampilan
masing-masing. Pada dasarnya para guru IPA proses sains dan sikap mahasiswa calon guru
yang diwawancarai setuju bila diadakan IPA.Dalam desertasinya Cahyani menyatakan
perangkat pembelajaran terpadu, karena selama bahwa terdapat perbedaan kemampuan kognisi
ini belum menggunakan perangkat yang disusun mahasiswa yang signifikan antara nilai pretest
secara terpadu. Selama ini guru IPA telah dan postest melalui pembelajaran inkuiri
terbiasa dengan pembagian tugas sebagai guru berbantuan multimedia (N Gain 0,31)
fisika dan guru biologi dan sekarang mereka disamping itu juga terukur bahwa sikap yang
harus dapat mengajarkan fisika, biologi, kimia, dominan teramati selama pembelajaran
dan lingkungan alam sekitar secara terpadu. berlangsung berturut-turut adalah: Rasa ingin
Pembelajaran IPA dengan pendekatan terpadu tahu, mengemukakan pendapat, kerja sama,
ini diharapkan siswa mampu memahami tekun, tanggung jawab, terbuka, kreatifitas, jujur
konsep-konsep utama dan mampu dan peduli terhadap lingkungan (Cahyani,
menghubungkan antar konsep dalam mata 2014). Adapun penanaman karakter dan
pelajaran IPA. Melalui pembelajaran IPA konservasi dapat dilakukan dalam pembelajaran
terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman dengan pendekatan saintifik, hal ini sesuai
langsung yang dapat menambah kekuatan untuk dengan penelitian Machin dalam tesisnya: “

3
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

Penelitian ini menghasilkan RPP berbasis METODE PENELITIAN


pendekatan saintifik dan penanaman karakter.
Penerapan pendekatan ini berpengaruh positif Penelitian ini merupakan penelitian
terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan pengembangan atau Research and Development
psikomotorik serta telah mencapai ketuntasan (R&D). Metode penelitian R&D adalah metode
klasikal yang ditetapkan”. Dari hasil kajian penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
teoretis dapat diambil simpulan bahwa produk tertentu dan mengujikeefektifan produk
pembelajaran berbasis inkuiri dan berwawasan tersebut (Sugiyono, 2011: 297). Produk yang
konservasi dapat meningkatkan kemampuan dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini
kognisi, keterampilan proses sains, dan karakter adalah Perangkat pembelajaran berbasis inkuiri
siswa (Machin, 2014). pada tema pencemaran lingkungan untuk SMP
Berdasarkan latar belakang yang telah kelas VII.
diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam Desain penelitian ini diadaptasi dari
penelitian ini adalah: (1) Apakahperangkat model pengembangan Borg & Gall karena
pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri model ini lebih terinci sehingga melewati
dan berwawasan konservasi pada tema tahapan-tahapan yang sangat detail diharapkan
pencemaran lingkungan di kelas VII yang menghasilkan suatu produk yang baik.Penelitian
dikembangkan valid? (2) Apakah perangkat ini mengambil tujuh langkah dari model Borg &
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan Gall yaitu: 1) Penelitian pendahuluan; (2)
berwawasan konservasi pada tema pencemaran Melakukan perencanaan; (3) Mengembangkan
lingkungan dikelas VII yang dikembangkan bentuk produk awal; (4) Melakukan uji coba
efektif ? (3) Apakah perangkat pembelajaran kelompok kecil; (5) Melakukan revisi terhadap
dengan pendekatan inkuiri dan berwawasan produk awal; (6) Melakukan uji coba lapangan
konservasi pada tema pencemaran lingkungan dan (7) Melakukan revisi berdasarkan uji
dikelas VII dapat meningkatkan ketrampilan lapangan (Borg & Gall, 2003: 775).
proses sains? (4) Apakah perangkat Subyek penelitian yaitu siswa kelas VII
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri dan SMP Negeri 3 Grabag Kabupaten Magelang
berwawasan konservasi pada tema pencemaran semester 2 (genap) tahun pelajaran 2014/2015.
lingkungan dikelas VII dapat meningkatkan Subyek uji coba terbatas siswa kelas VII E yang
karakter siswa? dipilih dengan teknik proporsional random
Tujuan yang ingin dicapai dalam sampling, yaitu dipilih 10 siswa yang
penelitian ini adalah: (1) Mengembangkan representatif dari kelompok siswa yang memiliki
perangkat pembelajaran dengan pendekatan prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah.
inkuiri dan berwawasan konservasi pada tema Subyek uji coba lapangan adalah kelas VII C
pencemaran lingkungan di kelas VII yang dan VII D yang terdiri masing-masing 31
valid. (2) Menguji efektifitas perangkat siswa.Metode pengumpulan datadilakukan
pembelajaran yang dikembangkan. (3) dengan validasi, observasi, dokumentasi, dan
Meningkatkan ketrampilan proses sains tes.Uji coba kelompok kecil yang dilaksanakan
menggunakan perangkat pembelajaran dengan adalah uji coba keterbacaan bahan ajar. Uji coba
pendekatan inkuiri dan berwawasan konservasi dilakukan oleh 10 siswa dari Kelas VII selain
pada tema Pencemaran lingkungan di kelas VII dari kelas yang digunakan untuk penelitian.Uji
SMP. (4) Meningkatkan karakter menggunakan coba ini digunakan dengan tujuan untuk
perangkat pembelajaran dengan pendekatan mengetahui respon guru dan siswa berdasarkan
inkuiri dan berwawasan konservasi pada tema aspek penyajian, aspek kebahasaan dan aspek
Pencemaran lingkungan di kelas VII SMP. kegrafikan dalam menggunakan perangkat
pembelajaran sebagai masukan untuk perbaikan
produk akhir.

4
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

Uji coba lapangan menggunakan metode telahmemenuhi validitas isi dan


quasi eksperimen dengan rancangan Nonequivalent validitaskonstruk. Perangkat
Control Group Pretest Posttest Design (Johnson, pembelajaranmemenuhi validitas isi berarti
2000: 240).Rancangan uji coba dapat dilihat dalampengembangannya telah didasarkanatas
pada Tabel 1. teori-teori yang dijadikan pedomandalam
perumusan atau penyusunanperangkat
Tabel 1. Desain Nonequivalent Control Group pembelajaran tersebut.Sedangkan perangkat
Pretest Posttest pembelajaranyang memenuhi validitas konstruk
Pre-test Treatment Post-test berartidalam pengembangannya
telahmemperhatikan keterkaitan
O1 X1 O2
antarkomponen-komponen yang ada. (3)
O3 X2 O4 Perangkat pembelajaran ini telahdisusun sesuai
dengan tujuan dalam penelitian.Validasi secara
HASIL DAN PEMBAHASAN empiris dilakukandengan uji lapangan terbatas.
Dari hasil ujilapangan terbatas, terdapat
Dalam penelitian ini telah beberapa saran yang menyempurnakan bahan
dikembangkan perangkat pembelajarn yang ajar dan LKS. Saran untuk bahan ajar berupa
berupa silabus, RPP, LKS, bahan ajar, keterangan pada gambar untuk memperjelas
instrumen penilaian, lembar penilaian tujuan menampilkan gambar. Saran untuk LKS
keterampilan proses sains, lembar pengamatan adalah menuliskan prosedur kerja yang lebih
sikap, penilaian respon guru terhadap perangkat mudah dipahami siswa.
pembelajaran, dan angket respon siswa terhadap Perangkat pembelajaran yang
kegiatan pembelajaran. dikembangkan efektif untuk meningkatkan
Perangkat Pembelajaran yang kemampuan kognitif dengan perbedaan hasil
dikembangkan di validasi oleh dua validasi ahli perhitungan independent sample t test untuk
dari pasca sarjana Unnesdisajikan pada Tabel 2. kelompok eksperimen dengan N-gain 0,37
(kategori sedang) dan kelompok kontrol dengan
Tabel 2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran N-gain 0,11 (kategori rendah).Hal ini sesuai
NO. Kriteria Rata- Kriteria dengan pendapat Wenning (2011) dalam
rata skor jurnalnya menyebutkan salah satu cara yang
1. Silabus 4,54 Sangat dapat digunakan untuk membelajarkan inkuiri
Valid adalah dengan memberikan konflik kognitif
2. RPP 4,77 Sangat melalui kegiatan mengamati dan menanya.
Valid Selanjutnya guru mengeksplorasi pengetahuan
3. Bahan 4,45 Sangat siswa melalui mencoba dengan kegiatan
Ajar Valid praktikum kemudian dielaborasi melalui
4. LKS 4,35 Sangat kegiatan membuat simpulan secara bersama-
Valid sama. Langkah terakhir adalah konfirmasi
dengan mengkomunikasi hasil kegiatan belajar
Diperolehnyaperangkat pembelajaran di depan teman-temannya. Menurut Yakar &
yang sangat valid,disebabkan oleh beberapa Baykara (2014) langkah-langkah penting untuk
faktor,diantaranya: (1) Komponen-komponen pembelajaran sains yang efektif adalah
perangkatpembelajaran telah sesuai melibatkan siswa secara aktifdalam proses
denganindikator/deskriptor yang telah pembelajarandalam rangka
ditetapkanpada instrumen validitas mengembangkansikap positif terhadapilmu
perangkatpembelajaran. (2) Perangkat pengetahuan. Oleh karena itu,
pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan melibatkanpartisipasi aktifsiswadan
aspek-aspekpengukuran validitas yaitu menerapkanlangkah-langkahpenelitian

5
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

ilmiahbersama-samadenganguru akan indikasi bahwa di awal pembelajaran nilai-nilai


memberikan hasil yang lebih baik. Dalam sikap belum muncul secara optimal.Siswa masih
penelitian ini nilai rata-rata kemampuan kognitif terbiasa melakukan sesuatu seperti yang
siswa yang melakukan pembelajaran berbasis dilakukan di rumah misalnya kurang menjaga
inkuiri lebih tinggi secara signifikan kebersihan, kurang hati-hati dalam
dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan menggunakan alat-alat praktek, dan tidak
kognitif siswa yang tidak melakukan mampu merencanakan kegiatan. Dari kenyataan
pembelajarn berbasis inkuiri. Hal ini sesuai tersebut guru selalu mengingatkan siswa untuk
dengan hasil penelitian Pratiwi (2014) bahwa meningkatkan sikapnya. Guru mendorong siswa
Penerapan pembelajaraneksperimen inkuiri untuk bekerjasama dalam kelompoknya,
terbimbing berbantuanMy Own Dictionary lebih menuliskan hasil percobaan dengan jujur apa
efektif apabiladibandingkan dengan adanya, peduli terhadap kebersihan tempat dan
pelaksanaaneksperimen reguler dalam alat praktikum, serta bertanggungjawab terdapat
meningkatkanpenguasaan konsep siswa. apa yang ditulis dalam hasil laporan untuk
Peningkatan rata-rata persentase mempresentasikan di depan kelas. Hasil dari
ketercapaian KPS di bawah 70% pada perhatian, teguran, dan himbauan ini
pertemuan pertama menjadi lebih dari 90% pada berpengaruh terhadap peningkatan nilai sikap
pertemuan ke-4. Hal ini sesuai dengan penelitian pada pertemuan kedua. Walaupun sudah ada
dari Yager& Akcay (2010) bahwa siswa yang peningkatan persentase sikap, tetapi masih ada
belajar di kelas inkuiri memiliki peningkatan juga siswa yang belum menunjukkan sikap
yang signifikan dalam hal keterampilan proses positif terhadap pembelajaran. Pada pertemuan
sains, kreatifitas, dan kemampuan untuk ketiga guru lebih menekankan pada pemberian
menerapkan konsep dari pada pembelajaran perhatian dan bimbingan kepada siswa yang
klasikal. Oleh karena itu yang pertama masih mengalami kesulitan untuk bersikap
dilakukan guru adalah membuatsiswa positif.
memperolehketerampilanproses sains. Langkah- Pada pertemuan ke-4 siswa sudah terbiasa
langkahnya yaitu dengan mengajarkan IPA untuk bersikap sesuai harapan.Dari tahap-tahap
melalui kegiatan laboratorium dengan metode pelaksanaan pembelajaran terlihat jelas bahwa
penemuan. Guru harus mampu mencari bahan- selama ini pendidikan karakter belum mengakar
bahan atau alat praktikum yang memungkinkan kuat pada diri siswa. Dengan adanya kegiatan
siswa menemukan konsep melalui kegiatan pembelajaran yang mengedepankan pendidikan
penemuan. Seorang siswa yangtidakmemiliki karakter, siswa dituntut untuk mampu
keterampilan dasar seperti mengamati, membuat mengubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan
hipotesis, membuat rancangan percobaan pendidikan karakter. Siswa diajak untuk belajar
tidakakan mampu menanamkan nilai-nilai karakter dalam
meningkatkanketerampilanmelakukan kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran di
eksperimendengan mudah. Padahal, apa yang sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
harus dilakukanpertamadi Agboola (2012) bahwa sekolah merupakan
sekolahadalahmembuatsiswamemiliki rasa ingin arena untuk membangun karakter siswa.
tahu untuk mencari pengetahuan. Untuk alasan Adanya peningkatan ketercapaian pengamatan
ini, keterampilan proses sainstidak sikap dari pertemuan pertama sampai
bolehdiabaikandenganalasansepertikekurangan pertemuan ke-4 menunjukkan bahwa siswa
waktu danmateri yang harus diselesaikan terlalu sebenarnya mau dan mampu mengasah nilai-
banyak(Ergul, 2011). nilai karakter dalam dirinya. Nilai
Peningkatan rata-rata persentase tanggungjawab semakin baik dalam kegiatan
ketercapaian sikap di bawah 50% pada pembelajaran. Menurut Musfiroh (2008),
pertemuan pertama menjadi lebih dari 90% pada karakter mengacu kepada serangkaian sikap
pertemuan ke-4. Hal tersebut merupakan (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi

6
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

(motivations), dan keterampilan (skills). Artinya Cahyani, R . 2014. “Kemampuan kognisi, kerja
apabila sikap siswa semakin baik akan ilmiah, dan sikap mahasiswa non IPA melalui
menunjukkan perilaku yang baik. Hal ini pembelajaran inkuiri berbantuan multimedia”.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.3 (1): 1-4
ditunjukan dengan motivasi dan semangat kerja
Carin, A.A& Sund, R.B. 1993. Teaching Science
yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap
Through Discovery. Seventh Edition. Charles
kemampuan kognitifnya/hasil belajarnya.
Merry Publishing Co. Ohio.
Depdikbud.2013. Naskah kurikulum 2013.Jakarta:
SIMPULAN DAN SARAN Depdikbud.
Ergul, Remziye. 2011. “The effect of Inquiry- based
Validitas perangkat pembelajaran berada science teaching on elementry school students’
pada kategori sangat valid, perangkat science process skills and science
pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk attitudes”.Bulgarian Journal of Science and
Education Policy (BJSEP). 5( 1): 48 – 68.
meningkatkan kemampuan kognitif dengan
Hasanah, N .2011.”Pengembangan RPP dan LKS
perbedaan hasil perhitungan independent sample t
IPA Terintegrasi dengan Menerapkan
test untuk kelompok eksperimen dengan N-gain Strategi Guided Inquiry Laboratory Work
0,37 (kategori sedang) dan kelompok kontrol pada Tema Pencemaran Air”. Tesis.
dengan N-gain 0,11 (kategori rendah), Yogyakarta. Program Pascasarjana. UNY.
peningkatan rata-rata persentase ketercapaian Johnson, E. B. 2009. Contextual teaching & learning.
KPS di bawah 70% pada pertemuan pertama (Terjemahan Ibnu Setiawan). Thousand Oaks:
menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4, Corwin Press, Inc.
peningkatan rata-rata persentase ketercapaian Machin, A. .2014. “Implementasi pendekatan
saintifik, penanaman karakter, dan konservasi
sikap di bawah 50% pada pertemuan pertama
pada pembelajaran materi pertumbuhan “.
menjadi lebih dari 90% pada pertemuan ke-4.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia(JPII). 3 (1) :
Pembelajaran IPA hendaknya 28-35.
dilaksanakan secara utuh meliputi aspek Musfiroh, T.2008.Artikel Pendidikan : Konsep
kognitif, afektif, dan psikomotori sesuai dengan Pendidikan Karakter. Yogyakarta:UNY .
tuntutan kurikulum 2013 sehingga pemahaman Organisation for Economic Co-operation
siswa menjadi lebih holistik tentang IPA. andDevelopment (OECD). 2013. PISA
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan Technical Report.
valid dan efektif digunakan oleh siswa dan guru. http://www.pisa.org/dataoecd/1/60/34
Oleh karena itu, hendaknya pembuatan 002216.pdf (diunduh 19 Januari 2015)
perangkat pembelajaran mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kerangka
perangkat pembelajaran ini.Dalam proses
Dasar dan Struktur Kurikulum
pembelajaran hendaknya membelajarkan siswa
SMP/MTs;Jakarta, 27 Juni 2014
dengan menghubungkan dengan dunia nyata Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
sehingga siswa dapat membangun Nomor 61 Tahun 2014 tentang Standar
pengetahuannya sendiri melalui pembelajaran Proses dan KTSP ;Jakarta, 27 Juni 2014
berbasis inkuiri.Dalam proses pembelajaran Pratiwi, L. 2014. “Efektifitas model pembelajaran
hendaknya membelajarkan siswa dengan eksperimen inkuiri terbimbing berbantuan my
orientasi pada pelestarian lingkungan melalui own dictionary untuk meningkatkan
pembelajaran berwawasan konservasi. penguasaan konsep dan unjuk kerja siswa
SMP RSBI”. Unnes Science Education Journal
(USEJ). 1 (2) : 87 – 95.
DAFTAR PUSTAKA
Rustaman, N. 2009. Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Bandung : FPMIPA UPI.
Agboola, A. 2012. “Bring Character Education into Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif,
Classroom”. European journal of educational dan R&D. Bandung: Alfabeta.
research, 1(2): 163-170.
Borg, W.R., & Gall, M.D. 2003.Education Research.
New York : Allyn and Bacon.

7
Sumiyadi dkk / Journal of Innovative Science Education 4 (1) (2015)

Trowbridge & Bybee .1990. Becoming A secondary middle grades”. School Science &
school sciece Teacher. Ohio : Merril Publishing MathematicsJournal.110: 5-12.
company. Yakar, Z & Baykara, H. 2014, “Inquiry-Based
Wenning, C.J. 2011. “The Levels of Inquiry of Laboratory Practices in a Science Teacher
Science Teaching”. Journal ofPhysics Teacher Training Program”. Eurasia Journal of
Education Online. 6(2): 9-16 Mathematics, Science & Technology
Yager, R.E. & Akcay, H. 2010. “The advantages of Education.10(2): 173-183.
an inquiry approach forscience instruction in

Anda mungkin juga menyukai