DWI UTARI
R014172007
CI LAHAN CI INSTITUSI
(……………………………….) (………………………..
…….)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
menyebabkan iskemiknya jaringan otak, hanya sekitar 13% penderita stroke termasuk
hematom dan subdural hematom. Namun perdarahan otak ini disebabkan trauma kapitis.
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak
mempengaruhi pembuluh darah, termasuk tekanan darah tinggi dan aneurisma otak.
subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas AKTIF, namun bisa juga terjadi saat
B. Etiologi
hemofilia.
6. Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
7. Septik embolisme, myotik aneurisma
8. Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
9. Amiloidosis arteri
10. Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri veretbral,
C. Patofisiologi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat adalah
terjadinya herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
pula disebabkan kompresi batang otak, hemisfer otak dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah dari ventrikel otak
terjadi pada 1/3 kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus, thalamus dan pons.
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversible untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
oleh karena gangguan yang variatif, salah satunya adalah cardiac arrest.
Selain rusaknya parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative banyak
akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra cranial dan penurunan tekanan perfusi
otak, serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi menyebabkan syaraf di area yang
maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan
lobar. Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume perdarahan 30-60 cc
D. Klasifikasi Stroke
1. Stroke hemorragik
Disebabkan karena perdarahan serebral dan dapat pula di subarachnoid, lebih sering
terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas atau setelahnya. Kesadaran pada
a. Perdarahan Intraserebral
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK terjadi
dan serebelum
b. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurima yang berasal dari pembuluh
darah sirkulasi Willisi dan cabangnya yang terdapat diluar paremkim otak.
pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala dan
dan lain-lain
Berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, terjadi pada saat setelah lama
E. Manifestasi Klinik
a. Hemorragik Stroke
F. Diagnosis Stroke
a. Skor Hasanuddin
Parameter Skor
Tekanan Darah
7,5
1. Tekanan Darah Sistole ≥ 200 mmHg, Diastole ≥ 110 mmHg
1
2. Tekanan Darah Sistole < 200 mmHg, Diastole < 110 mmHg
Waktu Serangan
1. Saat Aktivitas 6,5
2. Saat Istirahat 1
Sakit Kepala
1. Sangat Hebat 10
2. Hebat 7,5
3. Ringan 1
4. Tidak ada 0
Penurunan Kesadaran
1. Langsung s.d. 1 jam setelah onset 10
2. 1 – 24 jam setelah onset 7,5
3. Sesaat tapi pulih kembali 6
4. ≥ 24 jam setelah onset 1
5. Tidak ada 0
Muntah Proyektil
1. Langsung s.d. 1 jam setelah onset 10
2. 1-24 setelah onset 7,5
3. ≥ 24 jam setelah onset 1
4. Tidak ada 0
Interpretasi hasil :
2. Hemorragik Stroke ≥ 15
G. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan
oksigenisasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau
hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada pada aliran darah
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah
Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
4.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik
1) Angiografi Serebral
2) CT Scan
yang berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
subaraknoid
5) Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan lumbal
intrakranial
6) USG Doppler
7) EEG
Bertujuan melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan infark
b. Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
berangsur turun
c. Penatalaksanaan
1. Medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema
serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral.
Manitol 20% Dapat menembus sawar darah otak, mencegah edema, dan memiliki efek
diuresis.
Indikasi:
Terapi dan profilaksis oliguria pada gagal ginjal akut, edema otak, peningkatan
tekanan intrakranial.
Dosis TIK : 0,25-2 g/kgBB dengan infus selama 30-60 menit.
Pentoxyfilin Bahan haemorrheological, menurunkan viskositas darah dengan meningkatkan
fleksibilitas eritrosit, meningkatkan migrasi sel darah putih, menghambat
agregrasi keping darah, dan menurunkan viskositas plasma
Piracetam Mekanisme kerja piracetam belum diketahui dengan pasti. dierkirakan kerja
piracetam melindungi pasien terhadap hipoksia. Beberapa penelitian penelitian
memperlihatkan bahwa piracetam melindungi otak melalui efek neuronal dan
hemodinamik.
Indikasi:
Sediaan injeksi : Pengobatan infark serebral.
Sediaan oral : Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut,
alkoholisme kronik dan adiksi; dan gejala pasca trauma.
Dosis:
Piracetam injeksi
• Dosis yang dianjurkan : 1 g 3 x sehari, IV.
Citicoline meningkatkan aktivitas pembentukan dari retikular dalam otak khususnya
pada aktivasi sistem retikuler asending yang erat kaitannya dengan proses
kesadaran, meningkatkan aktivitas dari sistem piramidal dan memperbaiki
paralisis motorik dan meningkatkan aliran oksigen dan metabolime serebral.
Indikasi:
Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, trauma kepala atau operasi otak
dan serebral infark.
Percepatan rehabilitasi ekstremitas atas pada pasien pasca hemiplegia
apoplektik.
Dosis:
Untuk kehilangan kesadaran akibat trauma kepala atau operasi otak :100 mg
sampai 500 mg, 1 – 2 kali sehari secara drip intravena atau intravena biasa.
Gangguan kesadaran pada infark serebri stadium akut : 1000 mg sekali sehari
secara intravena selama dua minggu berturut-turut.
Neurobion Komposisi: :
Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 100 mg
Vitamin B6 (Pyridoxol Hydrochloride) 100 mg
Vitamin B12 5000 mcg
Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keto dan
berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 didalam tubuh berubah
menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam
metabolisme protein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam sintesa
asam nukeat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas
jaringan saraf.
2. Penatalaksanaan pembedahan
Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan mempunyai
prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat
diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan jalan
napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. Selain itu tindakan
yang dapat dilakukan untuk menstabilkan keadaan pasien dengan konsep gawat
a. Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik
akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun sebagai akibat
dengan kehilangan refleks jalan napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan Jangan
b. Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di pusat
napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas.
untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor yang
mengancam kehidupan pada situasi ini dan berikan oksigen 2-4 L/menit melalui
kanul nasal
c. Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi jantung dan
gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat. Contoh tindakannya
adalah pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang dan
jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal
jantung.
Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah keadaan pasien stabil
yaitu:
1) Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan
1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
2. Keluhan utama : gangguan motorik kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang,
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke infark biasanya didahului dengan
serangan awal yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal sering
kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada serangan stroke hemoragik
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan
keluarga.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran: Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran samnolen,
apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan GCS < 12 pada awal terserang
stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran
darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80
2) Nadi: nadi normal
3) Pernafasan: pasien stroke hemoragik mengalami gangguan pada bersihan jalan
napas
4) Suhu: tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke hemoragik
c. Rambut: tidak ditemukan masalah
d. Wajah: simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminal) : pasien
bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata
dengan kapas halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada Nervus
VII (facialis) : alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi,
tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah
tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II (optikus) : luas pandang baik 90°, visus
6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang
isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa
perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen) : hasil nya pasien dapat
menyebutkan bau yang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan
ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada nervus VIII
(akustikus) : pada pasien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat melakukan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan
nervus VII (facialis) : lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris,
dan dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeal) :
ovule yang terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan
pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglasus) : pasien
dapat menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun
tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara
gangguan menelan. Pada peemeriksaan kaku kuduku (+) dan bludzensky 1 (+)
j. Thorak
1) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
2) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
k. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : terdapat suara tympani
Auskultasi: bising usus pasien tidak terdengar.
Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada saat perut pasien digores pasien
reflek, saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi
maupun ekstensi (reflek bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak
ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek
hoffman tromer jari tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman
tromer (+)).
2) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, saat pemeriksaan bluedzensky I kaki kiri pasien
fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki digores jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum pedis digores jari kaki
juga tidak beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari
atas ke bawah tidak ada respon fleksi atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan
pada saat betis diremas dengan kuat pasien tidak merasakan apa-apa (reflek
gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek patella femur tidak bereaksi saat
Edema dan kongesti jaringan otak Infrark otak, edema, herniasi otak
Peningkatan TIK Kerusakan lobus frontal, Disfungsi bahasa dan Produksi secret meningkat,
Infark Serebral Loos Volunter
kapasitas, memori atau fungsi komunikasi kemampuan batuk menurun
Control
Penurunan perfusi Hemiplegi dan intelektual
Kerusakankortikal
fungsi Disartria,
Herniasi falk Ketidakbersihan jalan
jaringan serebral hemiparesis serebri kognitif dan psikologis disfasia,afasia
nafas
Hambatan mobilitas Kompresi batang Hambatan komunikasi
fisik otak Verbal
Penurunan Resiko Infeksi
Kesadaran Depresi saraf
kardiovaskular dan
Defisit perawatan Kelemahan otot ketidakstabilan
respirasi Sistem Hambatan Pertukaran
diri Kardiorespirasi gas
8. Resiko decubitus
9. Resiko infeksi
D. Rencana Tindakan/ Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan & Data Tujuan (Kriteria Evalusi) Intervensi
penunjang
Resiko decubitus Setelah diberikan perawatan selama NIC : pencegahan luka tekan :
3x24 jam klien mempertahankan Ubah posisi klien setiap 2 jam sekali dan mengubah dengan posisi yang
integritas jaringan:kulit dan benar (menghindari untuk menggeser pasien) untuk mencegah trauma pada
Diagnosa
Keperawatan & Data Tujuan (Kriteria Evalusi) Intervensi
penunjang
Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification
(NIC) (6 ed.). Oxford: Elsevier
Fernando, R., Anggraini, L., & Nazir, A. (2017). Analisa Keterkaitan Risk Factor Stroke dengan
Jenis Stroke yang Diderita Menggunakan Algoritma ECLAT. Seminar Nasional Teknologi
Informasi Komunikasi dan Industri , 152-159.
Heather, H. T. (2018). Nursing Diagnoses definitions and classification 2018-2020 (10 ed.). (B. A.
Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, & A. Subu, Penerj.) Jakarta: EGC.
Kanggeraldo, J., Sari, R. P., & Zul, M. I. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Stroke
Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode Dempster Shafer. . Jurnal RESTI (Rekayasa
Sistem dan Teknologi Informasi), , 2(2), 498-505.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes Classification
(NOC) (5 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.) Philadelphia: Elsevier.
Mutaqqin, Arif (2011), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
http://www.stroke.org/site/DocServer/NSAFactSheet_HemorrhagicStroke_7-09.pdf?
Alih Bahasa : Brahm U. Pedit et al; editor : Huriawati Hartanto et al. EGC, Jakarta.
Yonata, A., & Pratama, A. S. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke. Jurnal
Majority, , 5(3), 17-21.