7
j. SK SNI T-15-1991-03
k. PBI-1991 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
8
3. Perhitungan sloof,
4. Perhitungan dinding penahan tanah,
5. Perhitungan plat basement.
9
a. Teknis
Bangunan yang akan berdiri harus memenuhi syarat teknis yaitu mampu
menerima beban sendiri maupun beban luar seperti beban angin, beban
hidup dan beban gempa. Dalam perencanaan harus berpedoman pada
peraturan-peraturan yang berlaku agar tidak membahayakan orang-orang
pengguna bangunan tersebut.
b. Ekonomis
Faktor ekonomis memperhatikan efisiensi biaya yang akan dikeluarkan.
Faktor yang mempengaruhinya adalah ukuran dimensi yang akan dibangun,
pemilihan bahan-bahan bangunan, pengaturan dan pengarahan tenaga kerja
yang sesuai dengan bidang keahliannya.
c. Fungsional
Persyaratan fungsional berkaitan dengan penggunaan ruang,
berpengaruh terhadap penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan,
efek penurunan tumpuan, efek perpanjangan atau perpendekan, elemen
struktur akibat perubahan suhu dan ahli fungsi ruang.
d. Estetika
Setiap bangunan tidak pernah lepas dari nilai estetika sehingga terkesan
menarik dan indah. Persyaratan estetika harus dikoordinasikan dengan
persyaratan teknis dan ekonomis.
e. Lingkungan
Aspek lingkungan sangat berpengaruh dalam kelancaran dan
kelangsungan bangunan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
f. Ketersediaan bahan di pasaran
Bahan-bahan yang akan digunakan di lapangan harus tersedia di pasaran.
Hal ini mempermudah pemilihan bahan yang akan digunakan dan biaya
yang relatif murah.
g. Ketentuan standar
Perencanaan juga didasarkan pola standar perhitungan yang berlaku
sesuai dengan peraturan Standar Nasional Indonesia.
10
2.2 DASAR PERANCANGAN PROYEK
Perancangan merupakan upaya untuk menemukan komponen fisik yang tepat
dan sesuai dari sebuah struktur fisik. Konsep perancangan suatu bangunan perlu
memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan yang telah ditetapkan agar aman dan
nyaman untuk dihuni. Tahap-tahap perancangan yang dilakukan dalam proyek
pembangunan Masjid dan Islamic Center Al-Muthi’in yaitu:
a. Perancangan pra struktur
1. Studi kelayakan
Studi kelayakan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kelayakan pembangunan Masjid dan Islamic Center dan menyangkut
berbagai aspek yaitu aspek hukum, sosial dan teknis.
a) Aspek hukum
Berkaitan dengan perizinan lokasi proyek Masjid dan Islamic
Center Al-Muthi’in adanya sertifikat tanah dan IMB (Izin
Mendirikan Bangunan). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) merupakan hal terpenting dalam pembuatan suatu
bangunan karena bangunan yang baik adalah bangunan yang
sedikit memberikan dampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya.
b) Aspek sosial dan ekonomi
Salah satu tujuan pembangunan Masjid dan Islamic Center Al-
Muthi’in adalah membawa dampak yang baik terhadap lingkungan
sekitarnya dan terhadap kegiatan sosial dan perekonomian akan
berjalan lebih lancar. Terciptanya lapangan pekerjaan sehingga
akan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
c) Aspek teknis
Pembangunan Masjid dan Islamic Center Al-Muthi’in harus
memenuhi syarat pembangunan sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) dari segi pembebanan, penggunaan material, penggunaan
beton, dan perancangan tahan gempa.
11
2. Survei lokasi
Survei lokasi bertujuan untuk mengetahui keadaan lingkungan di
sekitar lokasi proyek, seperti keadaan sosial, keadaan ekonomi,
keadaan lalu lintas, dan untuk mendapatkan data-data lain yang
dibutuhkan. Survei perlu dilaksanakan dengan cermat sehingga
memperoleh data yang akurat. Dari data tersebut akan digunakan untuk
membuat master plan atau berupa rancangan dan gambaran fisik dari
pembangunan proyek.
3. Penyelidikan tanah
Penyelidikan tanah bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan
data karateristik tanah di lokasi proyek, untuk mengetahui jenis struktur
apa yang akan digunakan yang sesuai dengan keadaan karateristik tanah
di lokasi proyek.
b. Perancangan struktur
Sistem struktur proyek pembangunan Masjid dan Islamic Center Al-
Muthi’in menggunakan rangka beton bertulang. Pengecoran beton
dilakukan dengan metode insitu, yaitu beton dicor langsung di proyek
tersebut. Berdasarkan posisi terhadap elevasi muka tanah bagian struktur
ada 2 bagian, yaitu struktur bagian atas dan struktur bagian bawah. Struktur
bagian atas meliputi perancangan kolom, perancangan balok, perancangan
plat lantai, perancangan plat atap dan perancangan tangga. Struktur bagian
bawah meliputi perancangan pondasi bor pile, perancangan pile cap,
perancangan sloof, perancangan dinding penahan tanah, dan perancangan
plat basement. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan perancangan pile
cap dan perancangan plat lantai sebagai berikut:
1. Pile cap
Pile cap berfungsi untuk menyalurkan beban dari kolom pada
struktur atas ke pondasi sedemikian rupa sehingga diperoleh
keseimbangan beban yang diterima oleh pondasi tersebut. Pada proyek
pembangunan Masjid dan Islamic Center Al-Muthi’in mutu beton yang
digunakan untuk pile cap K-275.
12
Tabel 2.1 Tipe dan dimensi pile cap
No Tipe Pile Cap Dimensi (l x t) m
1 Pile Cap BP 1 2,0 x 0.8 m
2 Pile Cap BP 2 1,5 x 0.8 m
3 Pile Cap BP 3 1,2 x 0.8 m
Konstruksi pile cap menggunakan tulangan:
a) Tulangan Utama : D19 – 100
b) Tulangan Geser : D16 – 100
c) Tulangan Samping : 3D16
13
2. Plat Lantai
Plat lantai merupakan sistem elemen struktur bangunan yang secara
langsung memikul beban hidup layan dan beban mati tambahan.
Menurut Dipohusoho (1999), plat lantai merupakan salah satu
komponen struktur konstruksi baik pada gedung maupun jembatan dan
biasanya dibangun dengan konstruksi beton. Pada umumnya plat
diklasifikasikan dalam plat satu arah (one-way slab) dan plat dua arah
(two-way slab). Dapat disimpulkan fungsi dari plat lantai tersebut yaitu:
a) Sebagai lantai bangunan,
b) Peredam suara dari lantai bawah ke lantai atas maupun sebaliknya,
c) Menambah kekakuan bangunan.
14