Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul
dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau
seluruhnya (Muralitharan, 2015)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan
cairan dalam rongga pleura ( Irman Sumantri,2007).
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu :
 Efusi pleura transudate
Merupakan ultrafiltrat plasma, yang menandakan bahwa membran pleura
tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor sistemik
yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.
 Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler
yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012).

2. Etiologi
Efusi pleura disebabkan oleh :
a. Peningkatan tekanan pada kapiler subpleura atau limfatik
b. Peningakatan permeabilitas kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
d. Peningkatan tekanan negative intrapleura
e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
Ada juga yang disebabkan oleh Infeksi (eksudat)
a. Tubercolosis
b. Pneumonitis
c. Emboli paru
d. Kanker
e. Infeksi virus,jamur,dan parasit.
Non infeksi (transudat)
a. Gagal jantung kongesif (90% kasus)
b. Sindroma nefrotik
c. Gagal hati
d. Gagal ginjal
e. Emboli paru

3. Tanda dan gejala


1. Batuk
2. Dispnea bervariasi
2. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
3. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
4. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami
efusi.
5. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
6. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
7. Fremitus fokal dan raba berkurang.

8. Patofisiologi ( patway)
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter
seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi
bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada
hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia),
peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat
dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik,
dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi.
Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat
kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
PATHWAY
9. Pemeriksaan fisik
1. Pengkajian
 Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
 Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan
effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas.
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
 Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan
adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan
obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga
akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak napas pasien akan cepat mengalami kelelahan
pada saat aktivitas. Pasien juga akan mengurangi aktivitasnya karena
merasa nyeri di dada.
5) Pola tidur dan istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena sesak naps dan nyeri. Hospitalisasi
juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang karena suasananya
yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
6) Pola hubungan dan peran
Karena sakit, pasien akan mengalami perubahan peran. Baik peran
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Contohnya: karena sakit
pasien tidak lagi bisa mengurus anak dan suaminya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya
sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai
seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya
adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian
juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks akan
terganggu untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit
dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih
tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kehidupan beragama klien dapat terganggu karena proses penyakit.

10. Pemeriksaan penunjang


1. Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk
mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
2. CT-Scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumo
3. USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan..
4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. BiopsI.
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan
yang terkumpul.

11. Penatalaksanaan : Medis dan Keperawatan


a. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
b. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.
c. Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter
perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika
jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru
dapat dilakukan 1 jam kemudian.
d. Antibiotika jika terdapat empiema
e. Operatif

12. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Penyebab Penyakit
 Merupakan data yang diperoleh masalah yang atau
dari keluhan-keluhan yang terjadi pada gangguan
disampaikan oleh klien,misalnya pasien pada pasien
pusing,nyeri,mual,ketakutan dan
kecemasan,dll.
DO :
 Merupakan data yang diperoleh
melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan menggunakan
standart yang diakui, seperti
:warna kulit,TTV,kesadaran,dll

13. Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
cairan di pleura paru
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injury fisik
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan memasukkan, mencerna dan mengabsorpsi
makanan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dengan kebutuhan oksigen.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive: pemasangan WSD
(Water Seal Drainage)

14. Nursing Care Planning (NCP)


NIC
Diagnosa NOC
No (Nursing Intervensi
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakkan AIRWAY
efektif. keperawatan selama…x 24 jam MANAGEMENT
Tanda dan gejala diharapkan bersihan jalan nafas  Buka JALan
 Dipsnue efektif. nafas,gunakan teknik
 Penurunan suara nafas Kriteria Hasil
 Sianosis Respiratory Status : Airway chin lift atau jaw
 Kelainan suara rales Patency thrust bila perlu
 Kesulitan berbicara Indikator IR ER  Posisiskan pasien
 Batuk  Tidak didapatkan untuk
 Produksi sputum kecemasan memaksimalkan
 Gelisah  Frekuensi nafas ventilasi . identifikasi
 Perubahan frekuensi sesuai yang pasien perlunya
dan irama nafas diharapkan pemasangan jalan
 Nafas wheezing  Tidak didapatkan nafas
tercekik  Pasang mayo bila
 Pengeluaran perlu
sputum pada  Lakukan fisioterapi
jalan nafas dada jika perlu
 Bebas dari suara  Keluarkan secret
nafas tambahan. dengan batuk atau
Keterangan : suction
1. Keluahan Ekstrim  Auskultasi suara
2. Keluhan Berat nafas, catat adanya
3. Keluhan Sedang suara tambahan
4. Keluhan Ringan  Berikan pelembab
5. Tidak ada keuhan udara
 Atur intake untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
 Memonitor respirasi
dan status O2

AIRWAY
SUCTION
 Pastikan kebutuhan
oral
 Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning
 Informasikan kepada
keluarga dank lien
tentang suction
 Meminta klien
melakukan nfas
dalam sebelum
dilakukan suction
 Berikan O2 dengan
menggunakn nasal
untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
 Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan
tindakkan.
 Monitor status
oksigen pasien
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen
Tanda dan gejala keperawatan selama ..........x 24 nyeri
Laporan secara jam, diharapakan nyeri teratasi.  Lakukan pegkajian
verbal dan non Kriteria hasil: nyeri secara
verbal Pain Level komprehensif
Atropi yang No IR ER termasuk lokasi,
melibatkan  Melaporkan karakteristik,
beberapa otot adanya nyeri durasi, frekuensi,
perubahan pola  Luas bagian kualitas dan
tidur tubuh yang presipitasi.
kelelahan terpengaruh
 Observasi reaksi
takut cedera  Frekuensi nyeri nonverbal dari
kembali  Panjangnya ketidak nyamanan.
Berkurangnya episode nyeri
 Gunakan teknik
interaksi dengan  Pernyataan nyer
komunikasi
orang lain  Ekspresi nyeri
Anoreksia terapeutik untuk
pada wajah
mengetahui
Nyeri lebih dari 6  Posisi tubuh
bulan pengalaman nyeri
protektif
klien sebelumnya.
 Kurangnya
istiraha  Kontrol lingkungan
yang
 Ketegangan otot
mempengaruhi
 Perubahan pada
nyeri seperti suhu
frekuensi
ruangan,
pernafasan
pencahayaan,
 Perubahan nadi
kebisingan.
(heart rate)
 Perubahan  Kurangi factor
tekanan darah presipitasi nyeri.
 Perubahan  Pilih dan lakukan
ukuran pupil penanganan nyeri
 Keringat (farmakologis/non
berlebih farmakologis)..
 Kehilangan  Ajarkan teknik non
selera makan farmakologis
Keterangan: (relaksasi, distraksi
1. Kuat dll) untuk
2. Berat mengetasi nyeri..
3. Sedang  Evaluasi tindakan
4. Ringan pengurang
5. Tidak ada nyeri/kontrol nyeri.
 Kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri .

3 Perubahan nutrisi kurag Setelah dilakukan tindakan NUTRITIONAL


dari kebutuhan tubuh keperawatan selama ..........x 24 MANAGEMENT
Tanda dan gejala: jam, diharapakan Nutrisi klien  Tentukan motivasi
Lipatan kulit meningkat pasien untk
trisep > 15 mm mengubah
untuk pria dan > kebiasaan makan.
25 mm untuk  Pantau nilai
Kriteria hasil laboratorium
wanita Indikator IR ER khususnya
Berat badan 20%  Intake zat gizi transferin, albumin
di atas ideal untuk (nutrien) dan elektrolit.
tinggi dan  Intake makanan  Ketahui makanan
kerangka yang dan cairan kesukaan pasien.
tubuh ideal  Energi  Tentukan
Makan dalam  Masa tubuh kemampuan pasien
respon eksternal  Berat badan untuk memenuhi
(situasi sosial, kebutuhan nutrisi.
 Ukuran
panjang hari)  Pantau kandungan
kebutuhan nutrisi dan kalori
Tingkat aktivitas nutrisi secara
yang menetap pada catatan
biokimia asupan.
Konsentrasi intake Keterangan :  Timbang pasien
makanan pada 1. Keluhan Ekstrim pada interval yang
menjelang malam 2. Keluhan berat tepat.
3. Keluhan sedang  Ajarkan keluarga
4. Keluhan ringan dan pasien tentang
5. Tidak ada keluhan makanan yang
bergizi dan tidak
mahal.
 Diskusikan dengan
ahli gizi dalam
memberikan asupan
diet.
 Rujuk ke dokter
untuk menentukan
penyebab
perubahan nutrisi.
 Ciptakan
lingkungan yang
menyenangkan
untuk makan.
 Bantu makan sesuai
kebutuhan
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan ACTIVITY
Tanda dan gejala keperawatan selama ..........x 24 THERAPY
 Melaporka secara jam, diharapakan aktivitas klien Menentukan
verbal adanya meningkat penyebab
kelelahan atau Kriteria hasil: toleransi aktivitas
kelemahan Activity Tolerance (fisik, psikologi,
 Respon abnormal Indikator IR ER atau
dan tekanan darah  Saturasi motivasional)
atau nadi terhadap oksigen dalam Berikan periode
aktivitas rentang yang istirahat selam
 Perubahan EKG diharapkan beraktivitas
yang menunjukkan saat Pantau respon
aritmia atau beraktivitas kardio pulmonal
iskemia  HR dalam sebelum dan
 adanya dispnea atau rentang yang setelah
ketidaknyamanan diharapkan melakukan
saat beraktivitas saat aktivitas
 Penurunan beraktivitas Minimalkan
kekuatan otot  RR dalam kerja
 ADL dibantu rentang yang kardiovaskuler
diharapkan dengan
saat memberikan
beraktivitas posisi dari tidur
 Tekanan darah ke posisi
sistol dalam setengah duduk
rentang yang Jika
diharapkan memungkinkan
saat tingkatkan
beraktivitas aktivitas secara
 Tekanan darah bertahap (dari
diastole dalam duduk, jalan,
rentang yang aktivitas
diharapkan maksimal)
saat Pastikan
beraktivitas perubahan posisi
 EKG dalam klien secara
batas normal perlahan dan
 Warna kulit monitor gejala
 Upaya dari intoleransi
pernapasan aktivitas
pada respon Kolaborasi
terhadap dengan diberikan
aktivitas terapi fisik untuk
 Langkah membantu
berjalan peningkatan level
 Jarak berjalan aktivitas dan
 Saat menaiki kekakuan
tangga toleran Monitor dan catat
 Kuat kemampuan
 Laporan ADL untuk
 Kemampuan mentoleransi
bicara saat aktivitas
latihan Monitor intake
Keterangan: nutrisi untuk
1. Keluhan ekstrim memastikan
2. Keluhan berat kecukupan
3. Keluhan sedang sumber energi
4. Keluhan ringan Ajarkan klien
5. Tidak ada keluhan bagaimana
menggunakan
tekhnik
mengontrol
pernafasan ketika
beraktivitas
Energi Management
Observasi adanya
pembatasan klien
dalam melakukan
aktivitas
Dorong klien
untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya
faktor yang
menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi
dan sumber
energi yang
adekuat
Monitor klien
akan adanya
kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardiovaskuler
terhadap aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur atau
istirahat pasien
5 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan INFECTION
Faktor-faktor Risiko keperawatan selama ..........x 24 CONTROL
Adanya prosedur jam, diharapakan infeksi tidak  Bersihkan
invasif terjadi lingkungan setelah
Ketidakcukupan Kriteria hasil: dipakai pasien lain
pengetahuan Risk Control  Pertahankan teknik
untuk No IR ER isolasi
menghindari  Pengetahuan  Batasi pengunjung
paparan patogen tentang resiko bila perlu
Penurunan Hb (P:  Memonitor  Instruksikan pada
13,5 sampai 18,0 faktor resiko dari pengunjung untuk
gr/dl, W: 12,0 lingkungan mencuci tangan
sampai 16,0 gr/dl  Memonitor saat berkunjung
Peningkatan faktor resiko dari dan setelah
leukosit (5000- perilaku personal berkunjung
10.000 Ul)  Mengembangkan meninggalkan
Penurunan respon strategi kontrol pasien
terhadap resiko yang  Gunakan sabun
peradangan efektif antimikrobia untuk
Ketidakadekuatan  Mengatur cuci tangan
status imun strategi  Cuci tangan setiap
pengontrolan sebelum dan
resiko seperti sesudah tindakan
yang dibutuhkan kperawtan
 Berkomitmen  Gunakan baju,
dengan srategi sarung tangan
kontrol resiko sebagai alat
yang pelindung
direncanakan  Pertahankan
 Melaksanakan lingkungan aseptik
strategi kontrol selama
resiko yang pemasangan alat
dipilih  Ganti letak IV
 Memodifikasi perifer dan line
gaya hidup untuk central dan
mengurangi dressing sesuai
resiko dengan petunjuk
 Menghindari umum
paparan yang  Gunakan kateter
bisa mengancam intermiten untuk
kesehatan menurunkan
 Berpartisipasi infeksi kandung
dalam skrining kencing
masalah  Tingktkan intake
kesehatan nutrisi
 Berpartisipasi  Berikan terapi
dalam skrining antibiotik bila
resiko yang telah perlu
teridentifikasi
 Memperoleh
imunisasi yang
sesuai
 Menggunakan
fasilitas
kesehatan sesuai
kebutuhan
 Menggunakan
dukungan
personal untuk
mengontrol
resiko
 Menggunakan
dukungan sosial
untuk
mengontrol
resiko
 Mengenali
perubahan status
kesehatan
 Memonitor
perubahan status
kesehatan
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1999.Rencana Asuhan Keperawatan & Pendokumentasian


Keperawatan. Edisi 2.Jakarta:EGC

Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 .
Jakarta : EGC

Graber, Mark dkk.2006.Buku Saku Dokter Keluarga Eds.3.Jakarta:EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

Sari, wijaya kartika.2013.Standar Asuhan Keperawatan.Jakarta:Trans Info Media

Soemantri, Irman. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan


Pernapasan.2007. Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai