Xjhxyjh
Xjhxyjh
KEDOKTERAN KELUARGA
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
KASUS HIPERTENSI
Oleh :
Yuliana Diadi, S.Ked (K1A1 09 056)
Pembimbing
dr. Nina Indriyani
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu
Oleo.
Mengetahui:
Penulis, Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang
tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya
atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain.2
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu,
upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian
dilakukan terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang
pengobatannya.2,3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien hipertensi dan
keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam laporan kasus di kedokteran keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga)
keluarga pasien hipertensi
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan pada
pasien hipertensi dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien hipertensi dan keluarganya.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas).Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada
dua fase dalam setiap denyut jantung. 1 Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg
dan tekanan diastolik >90 mmHg secara kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2,3
Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
kaplan (1985) sebagai berikut: pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45
dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.
The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi
sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan antihipertensi.3
C. Patogenesis3,4
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus
berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan
terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah, seperti yang telihat pada gambar 1.
Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga
oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai
tersebut tidak mempunyai banyak pengaruh.
Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan
reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang
bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi dalam jangka panjang. Refleks kardiovasular
melalui sitem saraf termasuk sitem kontrol yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah
baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus aorta berfungsi mendeteksi
perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang
bereaksi segera adalah refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan
refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.
Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol
oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi kurang
cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi
kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka
panjang.
Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan
membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi
keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta
obesitas dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer (gambar1).
Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta
yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia
hipertensi, menyokong pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh terhadap
timbulnya hipertensi. Percobaan binatang memberikan banyak bukti tambahan tentang
peran faktor genetik ini. Tikus golongan japanese spontaneously hypertensive rat (SHR),
New Zealand genetically hypertensive (GH), Dahl salt sensitive (S) dan salt resistant (R)
dan Milan hypertensive rat strain (MHS) menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus
8
yang disebutkan pertama mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan
sebagai faktor penting pada timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain
menunjukan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunakan secara genetik
sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.6,7
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer
normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya
curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan
oleh refleks aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme
tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah
jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.6,7
Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi
menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan
tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Guyton
(1989) berpendapat bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai
penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di
ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa penurunan permukaan
filtrasi pada ginjal dapat terjadi secara kongenital atau didapat.4,5,6
Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam
waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena
itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi
primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang
terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan
hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung.
Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan
dinding ventrikel.
Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf simpatis
menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan dengan hal ini
Swales (1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat
menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986)
menyatakan bahwa mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi vaskular secara
langsung. Faktor lain yng diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat
vasokonstriktor.7
9
Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien
hipertensi, Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++
lewat membran sel. Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh
peninggian hormon natriuretik akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener dan
Clarkson (1985) menyatakan bahwa hormon natriuretik ini adalah penghambat pompa
natrium yang bersifat vasokonstriktor.
Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat bahwa
kenaikan kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan pompa natrium
akan meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat
perubahan dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional akibat peninggian
kadar kalsium intrasel akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan
tekanan darah yang menetap.
10
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi
primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda.
Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.
Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai
gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.
E. Diagnosis8,9
hipertensi orang tuanya, mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial diturunkan dari
kedua orang tuanya. Perlu juga ditanyakan tentang pengobatan yang sedang dijalaninya
pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan
obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan,
riwayat eklamsia (keracunan kehamilan), riwayat persalinan dan penggunaan pil
kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu, data mengenai penyakit yand
diderita seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta faktor resiko
terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga perlu
ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor pasien, faktor
alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya
pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit
berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali
pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat pemeriksaan dapat pula
mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat praktek, biasanya mendapatkan
hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran
lebih tinggi di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas,
untuk keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil pengukuran
tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan adanya
hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun
dan diatas 50 tahun.
Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi
mengenai pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping
obat. Hal ini diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan.
Keterangan mengenai obat yang sedang diminum pasien yang mungkin menimbulkan
hipertensi seperti golongan kortikosteroid, golongan penghambat monoamin oksidase
(monoamine oxidase inhibitors), dan golongan simpatonimetik sangat diperlukan.
Kebiasaan makan makanan yang banyak mengandung garam perlu ditanyakan untuk
mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan garam pada pasien. Pada wanita
diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi pada kehamilan, riwayat ekslamsia,
riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi. Keterangan lain yang diperlukan
adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, serta
faktor risiko untuk terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, faktor stres, dan data berat
badan. Riwayat keluarga mengenai penyakit ginjal polikistik, kanker tiroid,
feokromositoma, batu ginjal, dan hiperparatiroidisme perlu ditanyakan untuk melengkapi
anamnesis.
F. Penatalaksanaan7,8
Penanganan/pengobatan hipertensi
1. Pengobatan Non-farmakologis.Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.
2. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.
1. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan
serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak
ikan yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan
dokter ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita
hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan
merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan
G. Komplikasi 7,8,9
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥
130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.
Beberapa negara mempunyai pola komlikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan
serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain,
sedangkan di Amerika dan Eropa komlikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di
Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan tetapi komlikasi serebrovaskular dan
komlikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,
jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
16
hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
17
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Raminah
Umur : 65 tahun
Pekerjaan :-
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Alamat : Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli
Tanggal Kunjungan : 30 Mei 2015
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
No Hubungan Pendidikan/
Nama JK/Umur Keadaan fisik
. Keluarga Pekerjaan
1. Ny.St Atika P / 60 thn Ipar (KK) S1 /Guru Sehat
2. Tn. Jodoh L / 32 thn Menantu (KK) SMA / Wiraswasta Sehat
3. Ny.sakiyah P / 31 thn Kemenakan S1 / Guru Sehat
4. Tn. Sofyan L / 28 thn Menantu (KK) SMA/ Wiraswasta Sehat
5. Ny. Fitri P / 29 thn Kemenakan S1 / Guru Sehat
6. Nn. Latifa P / 28 thn Kemenakan S1/Guru Bronkiektaksis
7. Ainun L / 17 thn Kemenakan SMA / Wiraswasta Sehat
8. Cabita P / 4 thn Cucu Belum Sekolah / - Sehat
9. Iskil L / 1 thn cucu Belum Sekolah / - Sehat
10. Sena L / 6 bln Cucu Belum Sekolah / - Dermatitis
Sumber: Data Primer
Keterangan
Laki-Laki Serumah dengan penderita
Perempuan Meninggal
Penderita Hipertensi
18
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : pusing
2. Keluhan tambahan : perasaan tegang di leher dan sakit kepala
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan pusing yang disertai tegang di leher sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien merasakan tegang pada leher dan sakit kepala. Keluhan dirasakan
semakin memberat jika capek dan banyak pikiran (stress). Selama seminggu
belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur.
Keluhan yang dirasakan pasien sejak 4 tahun yang lalu tetapi cenderung hilang
timbul. Pasien sempat berobat ke puskesmas dan dikatakan bahwa pasien menderita
penyakit darah tinggi dan dokter kemudian memberikan obat untuk dapat
menurunkan tekanan darah tingginya, namun pasien mengakui tidak rutin
mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
Semenjak pasien tediaganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum obat karena
obat yang dikonsumsi selalu membuat dia batuk sehingga pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan obat penurun tekanan darahnya diganti. Semenjak saat itu
keluhan pasien semakin berkurang dan pasien rutin minum obat namun tekanan
darahnya tetap saja tinggi.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2010, riwayat diabetes mellitus (-)
5. Riwayat kebiasaan pasien
Pasien suka makan makanan yang mengandung garam yang tinggi, pasien lebih suka
masak dirumah dari pada makan diluar rumah (jajanan)
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orangg tuanya namun dari 13
bersaudara semuanya mengalami tekanan darah tinggi bahkan 2 orang meninggal
karena stroke,1 orang saudara mengalami penyakit jantung dan sudah menjalani
operasi pemasangan cincin. Riwayat penyakit DM dan penyakit lain dikeluarga
disangkal oleh pasien.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Tanda Vital
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Frekwensi nadi : 84 x/menit
Frekwensi napas : 18 x/menit
19
Suhu : 37.3 oC
Berat badan : 68 Kg
Tinggi badan : 162 Cm
IMT : 25,95 kg/m2 (Gemuk)
Kepala : Normosefal
Kulit : Tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorok : Faring tidak hiperemis
Leher :Tekanan vena jugularis normal, KGB tidak membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)
Palpasi : Vocal premitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Vesikuler BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I –II murni regular, tidak terdengar gallop
maupun murmur
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus kesan normal
Genito Urinaria : Tidak dilakukan
Ekstremitas
Edema : Tidak ada udema
Akral dingin : Tidak
Cap refill : Normal
20
K Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di
derita
Beberapa penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang sedang di derita yaitu apa itu penyakit hipertensi, penyebab dan faktor-faktor
risikonya, kompilkasi, dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengobati
penyakit ini.
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan pengingkatan tekanan darah
seseorang yaitu ≥140/90 mmHg. Penyebab hipertensi dapat dikategorikan
berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer yang tidak/belum diketahui
penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan akibat dari adanya
penyakit lain, seperti penyakit ginjal maupun kelainan hormonal. Faktor risiko dari
hipertensi dapat dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti umur,
jenis kelamin dan keturunan dan faktor risiko yang dapat diubah seperti kegemukan,
stress, merokok, konsumsi alkohol berlebih, olahraga, konsumsi garam berlebihan,
dan hiperlipidemia.
Menjelaskan pula penyakit hipertensi ini merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan menerapkan pola hidup, dan teratur
minum obat. Penyakit hipertensi juga dapat menyebabkan komplikasi yang
berbahaya jika tidak diobati seperti gagal jantung, stroke, penglihatan juga dapat
terganggu.
Olehnya itu pasien disarnakan untuk mengokonsumsi obat antihipertensi secara rutin
dan membiasaakan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang rendah
garam, berolahraga walaupun hanya sekedar lari-lari kecil.
L Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam
proses penyembuhan penyakit yang diderita
Pasien harus memiliki semangat untuk tetap sehat dengan selalu aktif mengontrol
tekanan darahnya atau setiap ada keluhan serta secara rutin mengkonsumsi obat anti
hipertensi. Keluarga juga sangat berperan dalam hal mengingatkan pasien agar
mengkonsumsi obatnya secara teratur, mengontrol makanan yang akan dikonsumsi
pasien dan menjaga pasien agar pasien selalu merasa nyaman dan tidak terbebani
oleh pikiran yang dapat menjadi pencetus stress.
kiat yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah agar tetap stabil.
N Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya ( pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
1. Pencegahan primer
- Health promotion: penyuluhan tentang penyakit hipertensi
- Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko hipertensi dengan
menerapkan pola hidup sehat misalnya pola makanan, olah raga rutin, stress
fisik dan emosional serta cukup istirahat.
2. Pencegahan sekunder
- Early diagnosis dan prompt treatment: melakukan skrining keluarga dengan
mengukur tekanan darah semua anggota keluarga dan jika ada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi juga maka segera diberi pengobatan
sehingga dapat mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi dari
hipertensi dan menganjurkan kepada semua anggota keluarga jika
mengalalmi suatu keluhan agar segera ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan
3. Pencegahan tersier
- Disability limitation: pola hidup (pola makan dan olahraga) harus baik,
pengobatan harus adekuat sehingga mencegah terjadinya komplikasi maupun
kematian
- Rehabilitation: jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien makan
dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga komplikasi yang
dialami dapat dicegah perburukannya atau bahkan diminimalisir misalnya
fisioterapi.
kemudian memberikan obat untuk dapat menurunkan tekanan darah tingginya, namun
pasien mengakui tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
Semenjak pasien tediaganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum obat karena
obat yang dikonsumsi selalu membuat dia batuk sehingga pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan obat penurun tekanan darahnya diganti. Semenjak saat itu keluhan
pasien semakin berkurang dan pasien rutin minum obat namun tekanan darahnya tetap
saja tinggi.
B Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orangg tuanya namun dari 13
bersaudara semuanya mengalami tekanan darah tinggi bahkan 2 orang meninggal
karena stroke,1 orang saudara mengalami penyakit jantung dan sudah menjalani operasi
pemasangan cincin. Riwayat penyakit DM dan penyakit lain dikeluarga disangkal oleh
pasien.
P. Diagnosis holistik
A. Aspek personal
Pasien berobat dengan harapan tekanan darahnya dapat turun setelah
mengkonsumsi obat, tetapi dari hasil wawancara dapat disimpulkan kalau selama
4 tahun pasien mengetahui menderita penyakit darah tinggi pasien tidak terlalu
rutin minum obat karena alergi dan telah berobat ke dokter spesialis untuk diganti
obat tekanan darahnya dan pasien sekarang sudah rutin minum obat, namun
kebiasaan makan dan berolaraga masih agak sulit dilakukan dikarenakan pasien
selalu merasa lelah. Pasien merupakan orang yang sangat pendiam dan tertutup,
hal ini ditunjukkan pada saat melakukan wawancara pasien cenderung menjawab
seadanya. Pasien memliki kecenderungan mudah stress karena selalu memikirkan
penyakitnya sehingga dapat berdampak menjadi suatu stressor yang dapat
menjadi pencetus penyakit hipertensi.
B. Aspek risiko internal
Faktor risiko terjadinya hipertensi pada pasien ini adalah usia pasien sudah lebih
dari 65 tahun, konsumsi makan yang tinggi garam dalam waktu yang lama, jarang
berolahraga dan stress.
C Aspek psikososial keluarga
24
Pasien tinggal bersama istri saudaranya (ipar) dari bapak tirinya serta cucu-
cucunya. Pasien merupakan satu-satunya wanita yang tidak menikah di
keluarganya sehingga hanya iparnya yang merawatnya. Hubungan pasien dengan
keluarga didalam rumah baik begitu pula dengan tetangga-tetangganya yang
masih saudara (keluarga) nya.
Tindak lanjut Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan
Minggu,31 yaitu pasien hanya memahami kurang lebih 80% tentang hipertensi
Mei 2015 dan pasien memiliki keinginan untuk berobat dan mengubah pola
hidupnya.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun simpulan dari hasil kunjungan rumah yaitu :
1. Diagnosis holistik dari hasil kunjungan rumah pada pasien ini yaitu dari aspek klinis
diagnosis pasien adalah hipertensi grade II, dari aspek personal pasien lebih
mempercayai pengobatan non-medis, dari aspek risiko internal usia pasien lebih dari
65 tahun, kebiasan pasien konsumsi garam yang tinggi, serta stress, dari aspek sosial
pasien tampak kesunyian karena tinggal bersama ipar dan kemenakannya dan
menjadi beban hidup mereka. Karakteristik keluarga pasien adalah merupakan
keluarga menengah keatas namun pasien tidak menikah dan memiliki keturunan
sehingga hanya tinggal dirumah keluarganya atau iparnya sendiri. Semua kebutuhan
hidup ditanggung keluargany.
2. Faktor risiko hipertensi pada pasien ini adalah faktor usia, faktor keturunan, faktor
kebiasaan makan makanan uang asin serta faktor stres dimana pasien selalu
mencemaskan penyakitnya disamping itu pasien numpang tinggal di rumah iparnya
sehingga faktor stres pada pasien ini sangat tinggi
B. Saran
Adapun saran yang diberikan kepada pasien yaitu:
3. Penderita
a. Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
b. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.
c. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat
terdekat.
28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN