Anda di halaman 1dari 31

1

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Mei 2015


Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

KEDOKTERAN KELUARGA
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
KASUS HIPERTENSI

Oleh :
Yuliana Diadi, S.Ked (K1A1 09 056)

Pembimbing
dr. Nina Indriyani

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
Kendari
2015
2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Yuliana Diadi, S.Ked (K1A1 09 056)
Judul Laporan : Laporan Kunjungan Rumah Kasus Hipertensi

Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu
Oleo.

Kendari, Juni 2015

Mengetahui:

Penulis, Pembimbing

Yuliana Diadi, S.Ked dr. Nina Indriyani


3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di
Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh
dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang
tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya,
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya
atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain.2
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui penyebabnya, dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu,
upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian
dilakukan terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang
pengobatannya.2,3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien hipertensi dan
keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam laporan kasus di kedokteran keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga)
keluarga pasien hipertensi
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan pada
pasien hipertensi dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien hipertensi dan keluarganya.
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan hipertensi dengan pendekatan kedokteran keluarga.
4

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien hipertensi dilakukan secara holistik dan
komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses perjalanan
penyakitnya.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga
memiliki peranan yang cukup penting dalam pengawasan pasien yang mengalami
hipertensi.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas).Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg) didasarkan pada
dua fase dalam setiap denyut jantung. 1 Hipertensi adalah tekanan sistolik >140 mmHg
dan tekanan diastolik >90 mmHg secara kronik. Berdasarkan penyebabnya Hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2,3

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat


diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita hipertensi
menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih
banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi


penyebabnya dapat diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan ginjal
menjadi penyebab tersering. Penyebab hipertensi sekunder ini antara lain kelainan
pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau penyekit kelenjar
adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme
primer dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa diatas 18 tahun2,3

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99

Hipertensi Stadium II >160 atau >100

Sumber JNC VII 2008 JNC 7


B. Batasan3
6

Menurut WHO (1978), batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin sedangkan
batasan hipertensi yang memperhatikan perbedaan usia dan jenis kelamin diajukan oleh
kaplan (1985) sebagai berikut: pria yang berusia <45 dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia >45
dinyatakan hipertensi jika tekanan darahnya 145/95 mmHg atau lebih. Wanita yang
mempunyai tekanan darah 160/95 mmHg atau lebih dinyatakan hipertensi.
The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi
sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih atau sedang dalam pengobatan antihipertensi.3
C. Patogenesis3,4
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus
berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan
terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tahan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah, seperti yang telihat pada gambar 1.

Gambar 2. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah


7

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga
oleh tekanan atrium kanan. Oleh karena tekanan atrium kanan mendekati nol, nilai
tersebut tidak mempunyai banyak pengaruh.
Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan
reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang
bereaksi kurang cepat, dan yang bereaksi dalam jangka panjang. Refleks kardiovasular
melalui sitem saraf termasuk sitem kontrol yang bereaksi segera. Sebagai contoh adalah
baroreseptor yang terletak pada sinus karotis dan arkus aorta berfungsi mendeteksi
perubahan tekanan darah. Contoh lain sistem kontrol saraf terhadap tekanan darah yang
bereaksi segera adalah refleks kemoreseptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan
refleks yang berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos.
Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang dikontrol
oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sitem kontrol yang bereaksi kurang
cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.
Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang bereaksi
kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka
panjang.
Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan
membran sel, aktifitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi
keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta
obesitas dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada
hipertensi primer (gambar1).
Peran faktor genetik terhadap hipertensi primer dibuktikan dengan berbagai fakta
yang dijumpai. Adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada
pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satu diantaranya mendertia
hipertensi, menyokong pendapat bahwa faktor genetik mempunyaio pengaruh terhadap
timbulnya hipertensi. Percobaan binatang memberikan banyak bukti tambahan tentang
peran faktor genetik ini. Tikus golongan japanese spontaneously hypertensive rat (SHR),
New Zealand genetically hypertensive (GH), Dahl salt sensitive (S) dan salt resistant (R)
dan Milan hypertensive rat strain (MHS) menunjukan bukti tersebut. Dua turunan tikus
8

yang disebutkan pertama mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan
sebagai faktor penting pada timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain
menunjukan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunakan secara genetik
sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.6,7
Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer
normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada tahap selanjutnya
curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan
oleh refleks aoturegulasi. Yang dimaksud dengan refleks autoregulasi ialah mekanisme
tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah
jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer.6,7
Menurut Lund-Johansen (1989), pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi
menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan
tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. Guyton
(1989) berpendapat bahwa hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai
penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di
ginjal ini, Brenner dan kawan-kawan (1988) menyatakan bahwa penurunan permukaan
filtrasi pada ginjal dapat terjadi secara kongenital atau didapat.4,5,6
Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap dalam
waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena
itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik yang berperan pada hipertensi
primer. Secara pasti belum diketahui faktor hormonal atau perubahan anatomi yang
terjadi pada pembuluh darah yang berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan
hemodinamik tersebut diikuti pula kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung.
Pada pembuluh darah terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan
dinding ventrikel.
Folkow (1987) menunjukan bahwa stress dengan peninggian aktivitas saraf simpatis
menyebabkan kontriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Berkaitan dengan hal ini
Swales (1990) mengemukakan bahwa perubahan fungsi membran sel juga dapat
menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertrofi struktural. Sedangkan Lever (1986)
menyatakan bahwa mekanisme trofik dapat menyebabkan hipertrofi vaskular secara
langsung. Faktor lain yng diduga ikut berperan adalah endotelin yang bersifat
vasokonstriktor.7
9

Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi membran sel


yang mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan peninggian tahanan perifer
dan peningkatan tekanan darah, seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 3. Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam Menimbulkan


hipertensi

Mengenai kelainan fungsi membran sel, pada binatang percobaan dan pasien
hipertensi, Garay (1990) telah membuktikan adanya defek transpor Na+ dan atau Ca++
lewat membran sel. Defek tersebut dapat disebabkan oleh faktor genetik atau oleh
peninggian hormon natriuretik akibat peninggian volume intravaskular. De Wardener dan
Clarkson (1985) menyatakan bahwa hormon natriuretik ini adalah penghambat pompa
natrium yang bersifat vasokonstriktor.
Mengenai perubahan yang terjadi intraselular, Blaustein (1988) berpendapat bahwa
kenaikan kadar natrium intraselular yang disebabkan oleh penghambatan pompa natrium
akan meninggikan kadar kalsium intrasel. Berbagai faktor tersebut diatas, baik akibat
perubahan dinding pembuluh darah maupun konstriksi fungsional akibat peninggian
kadar kalsium intrasel akan menyebabkan peninggian tahanan perifer dan peningkatan
tekanan darah yang menetap.
10

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis hipertensi.


Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari menyebabkan prevalensi
hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram per hari prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.
Peningkatan asupan garam ini akan diikuti oleh peninggian ekskresi garam sehingga
tercapai kembali keadaan hemodinamik yang normal. Pada pasien hipertensi primer,
mekanisme (peningkatan ekskresi garam tersebut terganggu, selain adanya faktor lain
yang ikut berperan.8
Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya hipertensi.
Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis.
Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang
mempunyai efek vasokonstriksi. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan retensi natrium dan air. Keadaan tersebut berperan pada timbulnya
hipertensi. Peran sistem renin, angiotensin dan aldosteron pada timbulnya hipertensi
primer masih merupakan bahan perdebatan. Hal ini disebabkan oleh fakta yang
menunjukan bahwa 20-30% pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin rendah, 50-
60% kadar renin normal, sedangkan kadar renin tinggi hanya 15%.
D. Faktor risiko dan gejala klinis6,7,8
Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:
1. Obesitas (Kegemukan).
Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi
daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal.
2. Stres.
Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
3. Faktor Keturunan (Genetik).
Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan hipertensi
essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur)
apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
11

4. Jenis Kelamin (Gender).


Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat
badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih
berhubungan dengan pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan
dan pengangguran.
5. Usia.
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi
juiga semakin besar.
6. Asupan garam.
Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan
diikuti oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial
mekanisme inilah yang terganggu
7. Gaya hidup yang kurang sehat.
Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan
merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula
mempenegaruhi peningkatan tekanan darah.
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa:Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas, Rasa berat di
tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang dilaporkan).

Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada hipertensi
primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat berbeda-beda.
Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat ditemukan sebagai
gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang tanpa gejala.

E. Diagnosis8,9

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial ditegakkan


berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun
pemeriksaan penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi perlu ditanyakan riwayat
12

hipertensi orang tuanya, mengingat 70-80% kasus hipertensi esensial diturunkan dari
kedua orang tuanya. Perlu juga ditanyakan tentang pengobatan yang sedang dijalaninya
pada saat itu. Ada beberapa obat-obatan dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan
obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan,
riwayat eklamsia (keracunan kehamilan), riwayat persalinan dan penggunaan pil
kontrasepsi diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu, data mengenai penyakit yand
diderita seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta faktor resiko
terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga perlu
ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah : faktor pasien, faktor
alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya
pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit
berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali
pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat pemeriksaan dapat pula
mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat praktek, biasanya mendapatkan
hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran
lebih tinggi di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas,
untuk keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil pengukuran
tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat memastikan adanya
hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:

1. mengidentifikasi penyebab hipertensi


2. menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, beratnya
penyakit, serta respons terhadap pengobatan
3. mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Pada 70-80%
kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga meskipun hal ini
belum dapat memastikan diagnosis. Jika didapatkan riwayat hipertensi pada kedua orang
tua dugaan terhadap hipertensi primer makin kuat. Sebagian besar hipertensi primer
13

terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi pada dibawah usia 20 tahun
dan diatas 50 tahun.
Jika sudah diketahui mengidap hipertensi sebelumnya diperlukan informasi
mengenai pengobatan yang telah diperoleh yaitu tentang efektifitas dan efek samping
obat. Hal ini diperlukan untuk menentukan jenis dan dosis obat yang akan digunakan.
Keterangan mengenai obat yang sedang diminum pasien yang mungkin menimbulkan
hipertensi seperti golongan kortikosteroid, golongan penghambat monoamin oksidase
(monoamine oxidase inhibitors), dan golongan simpatonimetik sangat diperlukan.
Kebiasaan makan makanan yang banyak mengandung garam perlu ditanyakan untuk
mendapatkan gambaran tentang jumlah asupan garam pada pasien. Pada wanita
diperlukan keterangan mengenai riwayat hipertensi pada kehamilan, riwayat ekslamsia,
riwayat persalinan, dan penggunaan pil kontrasepsi. Keterangan lain yang diperlukan
adalah tentang penyakit lain yang diderita seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, serta
faktor risiko untuk terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, faktor stres, dan data berat
badan. Riwayat keluarga mengenai penyakit ginjal polikistik, kanker tiroid,
feokromositoma, batu ginjal, dan hiperparatiroidisme perlu ditanyakan untuk melengkapi
anamnesis.
F. Penatalaksanaan7,8
Penanganan/pengobatan hipertensi
1. Pengobatan Non-farmakologis.Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.
2. Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non


farmakologis, antara lain:

1. Mengatasi Obesitas. dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan
serat dan protein. Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak
ikan yang kaya dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan
dokter ahli/ahli gizi sebelum melakukan diet.

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan kebiasaan makan


penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal.
14

3. Menghindari stress. Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita


hipertensi. Perkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien penderita
hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu menghentikan kebiasaan
merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol sebaiknya juga dilakukan

Selain cara pengobatan non farmakologis, penatalaksanaan utama hipertensi primer


ialah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat anti hipertensi berdasarkan
beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ
target, dan terdapatnya manifestasi klinis penyakit kardiovaskular atau faktor resiko lain,
seperti yang terlihat pada tabel 3 dan 4. Pengobatan hipertensi berlandaskan beberapa
prinsip:
1. pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan kausal
2. pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komlikasi
3. upaya menurunkan tekanan darh dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi
selain dengan perubahan gaya hidup
4. pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang dengan
kemungkinan besar untuk seumur hidup
5. pengobatan menggunakan algoritma yang dianjurkan The Joint National Committee
on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (2008) (Gambar 5)
Pada sebagian besar pasien pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat anti
hipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikan,
bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat anti hipertensi yang dipilih
sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis
sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50% efek
maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan
darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
1. kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
2. harga obat dapat lebih murah
3. pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
15

4. mendapat perlindungan terhadap faktor risiko seperti kematian mendadak, serangan


jantung, dan strok, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun
setelah tidur malam hari

Gambar 4. Algoritma Pengobatan Hipertensi

G. Komplikasi 7,8,9
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolik ≥
130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.
Beberapa negara mempunyai pola komlikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan
serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain,
sedangkan di Amerika dan Eropa komlikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di
Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan tetapi komlikasi serebrovaskular dan
komlikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal,
jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
16

hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
17

BAB III
KUNJUNGAN RUMAH

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Raminah
Umur : 65 tahun
Pekerjaan :-
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Bugis
Alamat : Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli
Tanggal Kunjungan : 30 Mei 2015
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
No Hubungan Pendidikan/
Nama JK/Umur Keadaan fisik
. Keluarga Pekerjaan
1. Ny.St Atika P / 60 thn Ipar (KK) S1 /Guru Sehat
2. Tn. Jodoh L / 32 thn Menantu (KK) SMA / Wiraswasta Sehat
3. Ny.sakiyah P / 31 thn Kemenakan S1 / Guru Sehat
4. Tn. Sofyan L / 28 thn Menantu (KK) SMA/ Wiraswasta Sehat
5. Ny. Fitri P / 29 thn Kemenakan S1 / Guru Sehat
6. Nn. Latifa P / 28 thn Kemenakan S1/Guru Bronkiektaksis
7. Ainun L / 17 thn Kemenakan SMA / Wiraswasta Sehat
8. Cabita P / 4 thn Cucu Belum Sekolah / - Sehat
9. Iskil L / 1 thn cucu Belum Sekolah / - Sehat
10. Sena L / 6 bln Cucu Belum Sekolah / - Dermatitis
Sumber: Data Primer

Gambar 1. Genogram Keluarga

Keterangan
Laki-Laki Serumah dengan penderita

Perempuan Meninggal
Penderita Hipertensi
18

B. Anamnesis
1. Keluhan utama : pusing
2. Keluhan tambahan : perasaan tegang di leher dan sakit kepala
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan keluhan pusing yang disertai tegang di leher sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien merasakan tegang pada leher dan sakit kepala. Keluhan dirasakan
semakin memberat jika capek dan banyak pikiran (stress). Selama seminggu
belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur.
Keluhan yang dirasakan pasien sejak 4 tahun yang lalu tetapi cenderung hilang
timbul. Pasien sempat berobat ke puskesmas dan dikatakan bahwa pasien menderita
penyakit darah tinggi dan dokter kemudian memberikan obat untuk dapat
menurunkan tekanan darah tingginya, namun pasien mengakui tidak rutin
mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
Semenjak pasien tediaganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum obat karena
obat yang dikonsumsi selalu membuat dia batuk sehingga pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan obat penurun tekanan darahnya diganti. Semenjak saat itu
keluhan pasien semakin berkurang dan pasien rutin minum obat namun tekanan
darahnya tetap saja tinggi.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2010, riwayat diabetes mellitus (-)
5. Riwayat kebiasaan pasien
Pasien suka makan makanan yang mengandung garam yang tinggi, pasien lebih suka
masak dirumah dari pada makan diluar rumah (jajanan)
6. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orangg tuanya namun dari 13
bersaudara semuanya mengalami tekanan darah tinggi bahkan 2 orang meninggal
karena stroke,1 orang saudara mengalami penyakit jantung dan sudah menjalani
operasi pemasangan cincin. Riwayat penyakit DM dan penyakit lain dikeluarga
disangkal oleh pasien.

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Tanda Vital
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Frekwensi nadi : 84 x/menit
Frekwensi napas : 18 x/menit
19

Suhu : 37.3 oC
Berat badan : 68 Kg
Tinggi badan : 162 Cm
IMT : 25,95 kg/m2 (Gemuk)
Kepala : Normosefal
Kulit : Tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorok : Faring tidak hiperemis
Leher :Tekanan vena jugularis normal, KGB tidak membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)
Palpasi : Vocal premitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Vesikuler BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I –II murni regular, tidak terdengar gallop
maupun murmur
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus kesan normal
Genito Urinaria : Tidak dilakukan
Ekstremitas
Edema : Tidak ada udema
Akral dingin : Tidak
Cap refill : Normal
20

D Pemeriksaan penunjang yang diperlukan


1. Pemerikasaan fungsi ginjal: ureum dan kreatinin
2. Pemeriksaan profil lipid : kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida
3. Pemerikasaan glukosa darah : GDS maupun GDP
4. Pemeriksaan foto thoraks
5. Pemeriksaan elektrokardiografi
6. Pemeriksaan echocardiogram
E Alasan diperlukan pemeriksaan penunjang
1. Pemerikasaan fungsi ginjal: ureum dan kreatinin
Pemeriksan ini diperlukan untuk keadaan funsi ginjal yang sering
dihunbungakan dengan penyebab hipertensi maupun dari kompilkasi penyakit
hipertensi itu sendiri.
2. Pemeriksaan profil lipid : kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida
Peningkatan profil lipid dalam tubuh dapat menjadi penyebab factor risiko
terjadi hipertensi.
3. Pemerikasaan glukosa darah : GDS maupun GDP
Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya hiperglikemia dan ada tidaknya
sindrom metabolik
4. Pemeriksaan foto thoraks
Pemeriksaan ini berperan untuk mengetahui adanya pembesaran jantung
maupun vaskularisasi dan aorta yang melebar.
5. Pemeriksaan elektrokardiografi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya hipertrofi ventrikel kiri dan atrium
kiri dan adanya penyaki jantung koroner atau aritmia.
6. Pemeriksaan echocardiogram
Pemeriksaan ini berperan untuk mengetahui penebalan dinding ventrikel kiri.
F Hasil laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
G Diagnosis kerja
Hipertensi grade II
H Diagnosis Banding
Hipertensi sekunder
I Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Memberikan pasien penatalaksanan baik farmakologis maupun non farmakologis
seperti : terapi amlodipin 10 mg 1 kali sehari, pasien dapat pula di edukasi untuk
mengurangi makanan yang tinggi garam, rajin berolahraga meskipun hanya alan
maupun lari-lari kecil di sekitaran rumah
J Pasien ini perlu dirujuk
Pasien ini perlu dirujuk ketika didapatkan gejala-gejala yang lebih berat seperti sakit
kepala hebat, nyeri dada, sesak, dan terjadi kelumpuhan secara tiba-tiba serta
keluhan tersebut sangat mengganggu aktifitas sehari-hari.
21

K Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di
derita
Beberapa penjelasan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang sedang di derita yaitu apa itu penyakit hipertensi, penyebab dan faktor-faktor
risikonya, kompilkasi, dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengobati
penyakit ini.
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan pengingkatan tekanan darah
seseorang yaitu ≥140/90 mmHg. Penyebab hipertensi dapat dikategorikan
berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer yang tidak/belum diketahui
penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan akibat dari adanya
penyakit lain, seperti penyakit ginjal maupun kelainan hormonal. Faktor risiko dari
hipertensi dapat dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti umur,
jenis kelamin dan keturunan dan faktor risiko yang dapat diubah seperti kegemukan,
stress, merokok, konsumsi alkohol berlebih, olahraga, konsumsi garam berlebihan,
dan hiperlipidemia.
Menjelaskan pula penyakit hipertensi ini merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan dengan menerapkan pola hidup, dan teratur
minum obat. Penyakit hipertensi juga dapat menyebabkan komplikasi yang
berbahaya jika tidak diobati seperti gagal jantung, stroke, penglihatan juga dapat
terganggu.
Olehnya itu pasien disarnakan untuk mengokonsumsi obat antihipertensi secara rutin
dan membiasaakan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang rendah
garam, berolahraga walaupun hanya sekedar lari-lari kecil.
L Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam
proses penyembuhan penyakit yang diderita
Pasien harus memiliki semangat untuk tetap sehat dengan selalu aktif mengontrol
tekanan darahnya atau setiap ada keluhan serta secara rutin mengkonsumsi obat anti
hipertensi. Keluarga juga sangat berperan dalam hal mengingatkan pasien agar
mengkonsumsi obatnya secara teratur, mengontrol makanan yang akan dikonsumsi
pasien dan menjaga pasien agar pasien selalu merasa nyaman dan tidak terbebani
oleh pikiran yang dapat menjadi pencetus stress.

M Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya.


Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu berupa Penjelasan
tentang penyakit hipertensi, penyebab dan faktor risikonya, komplikasinya dan kiat-
22

kiat yang dapat dilakukan untuk mengontrol tekanan darah agar tetap stabil.
N Upaya pencegahan yang disampaikan pada keluarganya ( pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
1. Pencegahan primer
- Health promotion: penyuluhan tentang penyakit hipertensi
- Specific protection: menghindari faktor-faktor risiko hipertensi dengan
menerapkan pola hidup sehat misalnya pola makanan, olah raga rutin, stress
fisik dan emosional serta cukup istirahat.
2. Pencegahan sekunder
- Early diagnosis dan prompt treatment: melakukan skrining keluarga dengan
mengukur tekanan darah semua anggota keluarga dan jika ada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi juga maka segera diberi pengobatan
sehingga dapat mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi dari
hipertensi dan menganjurkan kepada semua anggota keluarga jika
mengalalmi suatu keluhan agar segera ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan

3. Pencegahan tersier
- Disability limitation: pola hidup (pola makan dan olahraga) harus baik,
pengobatan harus adekuat sehingga mencegah terjadinya komplikasi maupun
kematian
- Rehabilitation: jika sudah timbul komplikasi dari penyakit pasien makan
dianjurkan untuk segera ditangani di rumah sakit sehingga komplikasi yang
dialami dapat dicegah perburukannya atau bahkan diminimalisir misalnya
fisioterapi.

O. Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis holistik,


melakukan pengobatan dan tindakan holistik.
A Perjalanan penyakit saat ini :
Pasien dengan keluhan pusing yang disertai tegang di leher sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien merasakan tegang pada leher dan sakit kepala. Keluhan dirasakan semakin
memberat jika capek dan banyak pikiran (stress). Selama seminggu belakangan ini
pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur. Keluhan yang dirasakan
pasien sejak 4 tahun yang lalu tetapi cenderung hilang timbul. Pasien sempat berobat ke
puskesmas dan dikatakan bahwa pasien menderita penyakit darah tinggi dan dokter
23

kemudian memberikan obat untuk dapat menurunkan tekanan darah tingginya, namun
pasien mengakui tidak rutin mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
Semenjak pasien tediaganosa sakit pasien tidak terlalu rutin minum obat karena
obat yang dikonsumsi selalu membuat dia batuk sehingga pasien berobat ke dokter
penyakit dalam dan obat penurun tekanan darahnya diganti. Semenjak saat itu keluhan
pasien semakin berkurang dan pasien rutin minum obat namun tekanan darahnya tetap
saja tinggi.
B Riwayat penyakit keluarga :
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit kedua orangg tuanya namun dari 13
bersaudara semuanya mengalami tekanan darah tinggi bahkan 2 orang meninggal
karena stroke,1 orang saudara mengalami penyakit jantung dan sudah menjalani operasi
pemasangan cincin. Riwayat penyakit DM dan penyakit lain dikeluarga disangkal oleh
pasien.

C Riwayat penyakit dahulu


Riwayat hipertensi (+) sejak tahun 2010
Riwayat diabetes mellitus (-)

P. Diagnosis holistik

A. Aspek personal
Pasien berobat dengan harapan tekanan darahnya dapat turun setelah
mengkonsumsi obat, tetapi dari hasil wawancara dapat disimpulkan kalau selama
4 tahun pasien mengetahui menderita penyakit darah tinggi pasien tidak terlalu
rutin minum obat karena alergi dan telah berobat ke dokter spesialis untuk diganti
obat tekanan darahnya dan pasien sekarang sudah rutin minum obat, namun
kebiasaan makan dan berolaraga masih agak sulit dilakukan dikarenakan pasien
selalu merasa lelah. Pasien merupakan orang yang sangat pendiam dan tertutup,
hal ini ditunjukkan pada saat melakukan wawancara pasien cenderung menjawab
seadanya. Pasien memliki kecenderungan mudah stress karena selalu memikirkan
penyakitnya sehingga dapat berdampak menjadi suatu stressor yang dapat
menjadi pencetus penyakit hipertensi.
B. Aspek risiko internal
Faktor risiko terjadinya hipertensi pada pasien ini adalah usia pasien sudah lebih
dari 65 tahun, konsumsi makan yang tinggi garam dalam waktu yang lama, jarang
berolahraga dan stress.
C Aspek psikososial keluarga
24

Pasien tinggal bersama istri saudaranya (ipar) dari bapak tirinya serta cucu-
cucunya. Pasien merupakan satu-satunya wanita yang tidak menikah di
keluarganya sehingga hanya iparnya yang merawatnya. Hubungan pasien dengan
keluarga didalam rumah baik begitu pula dengan tetangga-tetangganya yang
masih saudara (keluarga) nya.

Q. Diagnosis sosial, ekonomi, pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

A. Sosial Hubungan dengan anggota keluarga baik, tetapi pasien


tampaknya merasa kesunyian karena pasien tidak memiliki
keturunan yang bisa merawatnya. Tidak ada masalah baik di
rumah maupun dengan tetangganya.
B. Ekonomi Sebelum sakit pasien adalah seorang wanita yang rajin
. berkebun tetapi semenjak sakit pasien hanya duduk dirumah
dan semua kebutuhannya di bantu oleh ipar dan
kemenakannya.
C. Penggunaan Pasien lebih sering pergi rumah sakit dibandingkan ke
pelayanan kesehatan puskesmas sehingga selalu berobat ke dokter penyakit dalam.
. Pasien merasa tidak puas dengan pengobatan dipuskesmas
karena obat-obat penurun tekanan darahnya tidak cocok.
Sehingga harus berobat kedokter spesialis dan obatnya dibeli
dengan harga yang cukup mahal.
D. Perilaku yang tidak Pasien jarang berolahraga, konsumsi makanan yang tinggi
menunjang kesehatan. garam dan sejak sakit pasien lebih sering untuk berdiam diri
di rumah.

R. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungan kehidupan keluarga

Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor


pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan Puskesmas dan Rumah Memuaskan
kesehatan yang digunakan sakit
oleh keluarga
Cara mencapai sarana Menggunakan kendaraan
pelayanan kesehatan tsb roda 4
Tarif pelayanan kesehatan (sangat mahal,mahal, Mahal, karena obatnya
yang dirasakan terjangkau, murah, gratis) harus dibeli
Kualitas pelayanan (sangat baik, baik, biasa, Baik
25

kesehatan yang dirasakan kurang baik, buruk)

S. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah : Menumpang


(milik sendiri, kontrak, menumpang.)
Daerah perumahan : Tidak padat, bersih
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang faktor
lingkungan tempat tinggal
Luas rumah : 23 x 9 m2
Bertingkat / tidak Tidak bertingkat
Jumlah penghuni rumah : 11 orang
Luas halaman rumah : 7m x 4m
Kondisi halaman : bersih
Lantai rumah dari : Tehel
Dinding rumah dari : dinding
Kondisi dalam rumah : Bersih

T. Intervensi Pada Keluarga

Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK


LANJUT.
Kunjungan Beberapa intervensi yang diberikan pada pasien ini yaitu :
1. Melakukan edukasi mengenai penyakit hipertensi.
pertama,
2. Merencanakan pola makan pasien sesuai dengan penyakitnya
Sabtu, 30 Mei
seperti mengkonsumsi makanan yang rendah garam, mengurangi
2015
makanan yang tinggi lemak.
3. Olahraga atau latihan fisik..
4. Mengurangi stress.
5. Minum obat secara rutin.

Tindak lanjut Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan
Minggu,31 yaitu pasien hanya memahami kurang lebih 80% tentang hipertensi
Mei 2015 dan pasien memiliki keinginan untuk berobat dan mengubah pola
hidupnya.
26

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun simpulan dari hasil kunjungan rumah yaitu :

1. Diagnosis holistik dari hasil kunjungan rumah pada pasien ini yaitu dari aspek klinis
diagnosis pasien adalah hipertensi grade II, dari aspek personal pasien lebih
mempercayai pengobatan non-medis, dari aspek risiko internal usia pasien lebih dari
65 tahun, kebiasan pasien konsumsi garam yang tinggi, serta stress, dari aspek sosial
pasien tampak kesunyian karena tinggal bersama ipar dan kemenakannya dan
menjadi beban hidup mereka. Karakteristik keluarga pasien adalah merupakan
keluarga menengah keatas namun pasien tidak menikah dan memiliki keturunan
sehingga hanya tinggal dirumah keluarganya atau iparnya sendiri. Semua kebutuhan
hidup ditanggung keluargany.

2. Faktor risiko hipertensi pada pasien ini adalah faktor usia, faktor keturunan, faktor
kebiasaan makan makanan uang asin serta faktor stres dimana pasien selalu
mencemaskan penyakitnya disamping itu pasien numpang tinggal di rumah iparnya
sehingga faktor stres pada pasien ini sangat tinggi

3. Penyelesaian masalah kasus ini yaitu melakukan edukasi mengenai penyakit


hipertensi, merencanakan pola makan pasien sesuai dengan penyakitnya seperti
mengkonsumsi makanan yang rendah garam, mengurangi makanan yang tinggi
lemak, menghindari terpaparnya asap rokok, olahraga atau latihan fisik, mengurangi
stress, dan minum obat secara rutin.

B. Saran
Adapun saran yang diberikan kepada pasien yaitu:

1. Saran kepada Mahasiswa


27

a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik


pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk
menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut.

2. Saran kepada Puskesmas


Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit yang tergolong berat seperti hipertensi.

3. Penderita
a. Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
b. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.
c. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat
terdekat.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Pusat Penerbitan Universitas Indonesia. Hlm. 2.3-


2.5, 2012
2. Kasper DL, Fauci AS, Lonjo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL: Harrison's
Principles Of Internal Medicine, 16 th ed, Mc Graw Hill Med. Publ.Div., 2008.
3. Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL, Setiowulan W: Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta, Media Aaesculapius FKUI, 2011.
4. WHO Techn. Rep. Ser. 231, Arterial Hypertension & IHD (Preventive Aspects WHO
Chronicle 2009
5. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid kesatu, Balai Penerbit
FKUI, 2012.
6. Wawolumaya.C.Survei Epidemiologi Sederhana, Seri No.1, 2008. Cermin Dunia
Kedokteran No. 150, 2008 35
7. Boedhi-Darmojo, R. Community Prevalence of hypertension in Indonesia 8th World
Congress of Cardiology, Tokyo, 2009
8. Kartari, dkk.: Blood Pressure values and Prevalence of Hypertension in certain Ethnic
Groups in Indonesia, Bull. Health Studies, 2010
9. Mustacchi P. The Interface of the work environment and hypertension, Med. Clin. N-
Am., 61.3,531, 2009
29

LAMPIRAN

Anamnesis Pasien penderita Hipertensi


30

Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan Thoraks dan Jantung

Halaman Rumah Pasien

Tampak dalam rumah pasien


31

Anda mungkin juga menyukai