Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian

Universitas Islam Makassar


Maret 2019

Uji Potensi Hasil Galur Mutan Hasil Perakitan Teknologi Iradiasi Sinar Gamma
Di Kabupaten Wajo

Nurtang Evendi
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Makassar

Abstrak.Penerapan teknologi budidaya pertanian melalui penggunaan benih unggul dan


perbaikan lingkungan tumbuh merupakan kunci utama peningkatan produktvitas tanaman padi.
Selama ini budidaya tanaman pad ihanya difokuskan pada lahan sawah atau lahan yang
digenangi air, sedangkan pada lahan kering belum mendapatkan perhatian, pada hal ini jika
potensi lahan kering dapat dimanfaatkan secara optimal untuk budidaya tanaman padi maka
luasan areal tanaman padi akan bertambah yang berarti pula bahwa produksi padi secara
nasional akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi hasil galur mutan
padi terpilih dengan produksi tinggi hasil mutasi iradiasi sinar gamma di lahan sawah
Kabupaten Wajo tanpa genangan.Penelitian dilakukan di Desa Towalida Kecamatan Sajoangin,
Kabupaten Wajo. Di atas ketinggian 500 m dpl. Berlangsung selama 6 bulan, yaitu bulan Juni
sampai Nopember 2017. Material percobaan adalah benih mutan padi sebanyak 10 galur, yaitu :
GT18-E47, GT18-E35, GT73-E45, GT73-E17, GT63-E7, GT73-E31, GT18-E10, GT63-E11.
GT63E29, GT18-E24 dan varietas Situ Patenggang dan Situ Bagendit sebagai
pembanding.Penelitian disusun menurut Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Plot
percobaan berukuran 5 m x 4 m (20 m2), jarak tanamn 20 cm x 30 cm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tedapat dua galur yang mempunya potensi jumlah anakan lebih banyak
yaitu galur T18-E47 (16,5 anakan) dan GT73-E17 (15,9 anakan). Galur yang mempunyai
potensi umjur panen yang lebih genjah yaitu GT18-47 (98 hst) dan GT18-E24 (98,2 hst). Galur
yang mempunyai potensi jumlah gabah bernas yang lebih banyak iatu GT18-E47 (212,7 bulir),
GT18-E10 (201 bulir) dan GT73-E17 (199,3 bulir), Galur yang mempunyia potensi hasil bobot
gabah per yang lebih tinggi yaitu GT18-E47 (16,5 kg/plot = 8,06 t ha-1), GT73-E17 (15,9
kg/plot = 7,53 t ha-1), GT73-E45 (14,28 kg/plot = 7,14 t ha-1) dan GT18-E10 (14,28 kg/plot =
7,14 t ha-1).
Kata kunci: padi mutan,padi gogo, sinar gamma, tahan kering.

PENDAHULUAN

Tanaman padi merupakan komoditi utama dan penting bagi kehidupan manusia
khususnya rakyat Indonesia. Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan
sumber karbohidrat yang mengandung gizi dan penguat untuk aktivitas tubuh manusia
sebab di beras mengandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Nilai gizi yang
diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori yang apabila disetarakan
dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg (Collin Park Papanek,
2008).
Semakin terbatasnya kapasitas produksi akibat terjadinya konversi lahan
pertanian terutama lahan sawah irigasi ke non pertanian, terjadinya alih fungsi lahan
mengakibatkan menurunnya luas panen, serta semakin menyusutnya lahan subur
berdampak pada rendahnya produksi dan produktivitas gabah yang dihasilkan.
Indonesia mempunyai lahan kering yang cukup luas yang belum dimanfaatkan
secara optimal untuk usaha pengembangan tanaman pangan khususnya tanaman padi.
Total luas lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian di Indonesia mencapai
30.67 juta hektar, 20.4 juta hektar (66.4%) ber-ada di kawasan budidaya hutan dan 10.3
juta hektar (33.6%) berada di kawasan budidaya pertanian. Jika ditinjau berdasarkan
potensi dan kesesuaianbiofisik, maka lahan yang tersedia untuk pertanian lahan kering
tanaman semusim diperkirakan mencapai luas 7.08 juta hektar (Las dan Mulyani, 2008).
Keterbatasan suplai air pada lahan kering merupakan kendala utama untuk
mengembangkan padi lahan kering. karena tanaman padi butuh air yang cukup tersedia
selama fase pertumbuhannya. Terbatasnya varietas padi yang dapat beradaptasi pada
ladang, disamping masih rendahnya produktivitas, merupakan menyebabkan sulitnya
menanam padi pada lahan kering.. Penggunaan varietas yang adaptif terhadap cekaman
kekeringan merupakan suatu alternatif dalam memanfaatkan lahan kering. Tanaman
padi dapat tumbuh dan berkembang baik pada lingkungan yang ekstrim seperti
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

kekeringan, melalui proses evolusi atau artificial mutasi. Proses ini terjadi dengan cara
pengubahan konstitusi genetik sebagai upaya adaptasi tanaman terhadap lingkungan.
Hasil penelitian memberikan harapan baru hadirnya kandidat varietas baru
produksi tinggi toleran cekaman kekeringan hasil mutasi iradiasi sinar gamma dan
seleksi in vitro (Kadir et al. 2016. Penggunaan benih mutan tersebut dapat
meningkatkan produksi dan pendapatan petani, sehingga dapat meningkatan
kesejahteraan petani. Hasil evaluasi dari penelitian sebelumnya telah dihasilkan
beberapa galur yang mempunyai sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan dan
produksi tinggi. Oleh sebab itu, uji potensi hasil perlu dilakukan untuk mendapatkan
galur-galur unggul yang dengan produksi tinggi, sebagai bahan seleksi uji multilokasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Towalida Kecamatan Sajoanging, Kabupaten


Wajo. Terletak pada ketinggian 500 m dpl. Berlangsung pada Juni sampai Nopember
2017. Bahan yang digunakan adalah benih mutan padi sebanyak 10 galur, yaitu : GT18-
E47, GT18-E35, GT73-E45, GT73-E17, GT63-E25, GT73-E13, GT18-E10, GT63-E11
dan varietas Situ Bagendit dan varietas Situ Patenggang sebagai kontrol, tanah, pupuk
kompos, pupuk NPK, insektisida, herbisida.
Alat yang digunakan adalah traktor, cangkul, parang, ember, gunting, paranet,
bambu, plastik, jaring-jaring burung, amplop coklat, kamera digital, timbangan, dan
alat tulis menulis.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahapan antara lain ; Persiapan ,Lahan,
Persiapan benih, Pesemaian, penanaman, pemeliharaan, dan pengamatan.
pengamatan karakter tanaman meliputi : .Tinggi tanaman Jumlah anakan produktif
Umur berbunga Umur panen Panjang malai Jumlah gabah bernas, jumlah gabah hampa per
malai , Bobot 1000 gabah bernas dan Hasil gabah per petak atau per hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tinggi Tanaman
Tabel 1. Tinggi tanaman fase vegetatif dan fase generatif pada berbagai galur padi
mutan dan varietas pembanding
Galur Rata-rata tinggi tanaman (cm)
Fase Vegetatif Fase Generatif
GT18-E 47 63,5 a 115,2a
GT18-E 35 49,5 b 102,4c
GT73-E 45 59,6 ab 110,4 abc
GT73-E 17 53,5ab 106,1abc
GT63-E 7 63,6 a 114,7a
GT73-E 31 55,1ab 106,3abc
GT18-E 10 58,5 ab 109,4abc
GT63-E 11 54,1 ab 113,5ab
GT63-E 29 58,0 ab 108,8abc
GT18-E 24 53,9 ab 103,6bc
S-Bagendit 53,7 ab 105,3abc
S-Patenggang 52,0 ab 103,3bc
NPBNJ 0,05 12,6 10,2
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 0,05.
Hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada fase vegetatif galur
GT63-E 7 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 63,6 cm berbeda
tidak nyata dengan galur GT18-E 47, diikuti galur GT73-E 45 yang menghasilkan rata-
rata tinggi tanaman 59,6 cm yang berbeda tidak nyata dengan galur GT73-E 17, GT73-
E 31, GT18-E 10, GT63-E 11, GT63-E 29, GT18-E 24, S-Bagendit, dan S-Patenggang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

Galur GT18-E 35 menghasilkan tinggi tanaman yang terendah yaitu 49,5 berbeda nyata
dengan galur lainnya.
Selanjutnya pada fase generatif menunjukkan bahwa perlakuan galur GT18-E 47
menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu 115,2 cm berbeda tidak nyata
dengan galur GT63-E 7. Galur GT73-E 45 menghasilkan tinggi tanaman 110,4 cm
berbeda tidak nyata dengan galur GT73-E 17, GT73-E 31, GT18-E 10, GT63-E 29, dan
S-Bagendit. Galur GT18-E 24 menghasilkan tinggi tanaman 103,6 cm ber-beda tidak
nyata dengan galur S-Patenggang. Galur GT18-E 35 menghasilkan tinggi tanaman
terendah yaitu 102,4 cm berbeda tidak nyata dengan galur lainnya.
2. Jumlah Anakan
Tabel 2. Jumlah anakan maksimum dan anakan produktif (batang) pada berbagai galur
padi mutan dan varietas pembanding
Galur Rata-rata jumlah anakan (batang)
Maksimum Produktif
GT18-E 47 17,6 a 16,5a
GT18-E 35 15,0 cd 13,9ab
GT73-E 45 16,0 abc 14,7ab
GT73-E 17 17,6 a 15,9ab
GT63-E 7 15,6 bcd 14,1ab
GT73-E 31 16,1 abc 14,8ab
GT18-E 10 15,9 abc 14,4ab
GT63-E 11 13,7 d 13,6ab
GT63-E 29 14,8 cd 13,6ab
GT18-E 24 17,3 ab 15,8ab
S-Bagendit 15,5 bcd 14,9ab
S-Patenggang 14,2 cd 13,1b
NPBNJ 0,05 1,9 3,3
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 0,05.
Hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 2 menunjukkan bahwa galur GT18-E 47 meng-
hasilkan rata-rata jumlah anakan maksimum tertinggi yaitu 17,6 batang, berbeda tidak
nyata dengan galur GT73-E 17 diikuti galur GT18-E 24. Galur GT73-E 45 meng-
hasilkan rata-rata jumlah anakan maksimum sebanyak 16,0 batang berbeda tidak nyata
dengan GT73-E 31 dan GT18-E 10. Galur GT63-E 7 menghasilkan rata-rata jumlah
anakan maksimum sebanyak 15,6 batang berbeda tidak nyata dengan S-Bagendit.
Galur GT63-E 11 menghasilkan rata-rata jumlah anakan maksimum 13,7 batang,
berbeda tidak nyata dengan galur S-Patenggang, GT63-E 29 dan GT18-E 35. Galur
GT63-E 11menghasilkan rata-rata jumlah anakan maksimum terendah yaitu 13,7
batang.
Selanjutnya galur GT18-E 47 menghasilkan rata-rata jumlah anakan produktif
tertinggi yaitu 16,5 batang diikuti galur GT73-E 17 yang menghasilkan rata-rata jumlah
anakan produktif sebanyak 15,9 batang berbeda tidak nyata dengan GT18-E 35, GT73-
E 45, GT63-E 7, GT73-E 31, GT18-E 10, GT63-E 11, GT63-E 29, GT18-E 24, dan S-
Bagendit. Galur S-Patenggang menghasilkan rata-rata jumlah anakan produktif
terendah yaitu 13,1 batang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

3. Umur Berbunga dan Umur Panen


Tabel 3. Umur berbunga dan umur panen (hari) pada berbagai galur padi mutan dan
varietas pembanding
Rata-rata umur (hari)
Galur Berbunga Panen
GT18-E 47 70,0abc 100,0abc
GT18-E 35 68,0c 98,0c
GT73-E 45 73,0a 103,0a
GT73-E 17 71,0abc 101,0abc
GT63-E 7 73,0a 103,0a
GT73-E 31 71,0abc 102,0ab
GT18-E 10 72,0ab 102,0ab
GT63-E 11 69,3bc 100,3abc
GT63-E 29 73,0a 103,0a
GT18-E 24 68,7bc 98,3bc
S-Bagendit 72,0ab 102,7ab
S-Patenggang 71,0abc 101,0abc
NPBNJ 0,05 3,3 4,9
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 0,05.
Selanjutnya hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan galur
GT73-E 45 dan GT63-E 29 menghasilkan rata-rata umur panen yang lambat yaitu 103,0
hari diikuti berturut-turut galur S-Bagendit, GT73-E 31, GT18-E 10, S-Patenggang,
GT63-E 11, GT73-E 17, dan GT18-E 47. Perlakuan galur GT18-E 35 menghasilkan
rata-rata umur panen yang lebih cepat yaitu 98,0 hari berbeda tidak nyata dengan galur
GT18-E 24.
4. Panjang Malai , Jumlah gabah bernas, dan jumlah gabah hampa permalai

Tabel 4. Panjang malai (cm), jumlah gabah bernas per malai (bulir) dan jumlah gabah
hampa per malai (bulir) pada berbagai galur padi mutan dan varietas
pembanding
Galur Panjang malai Jumlah gabah bernas Jumlah gabah hampa
(cm) per malai (bulir) per malai (bulir)
GT18-E 47 32,3a 212,7a 13,9c
GT18-E 35 28,6cd 192,9bc 14,9bc
GT73-E 45 29,7bcd 188,1bcd 17,0abc
GT73-E 17 31,9ab 199,3b 13,4c
GT63-E 7 30,3abc 182,3cde 17,0abc
GT73-E 31 30,6abc 199,7ab 13,8c
GT18-E 10 29,7bcd 201,1ab 14,3bc
GT63-E 11 27,6d 177,3de 19,8a
GT63-E 29 29,8bcd 179,2de 16,9abc
GT18-E 24 31,7ab 183,3cde 18,4ab
S-Bagendit 29,7bcd 189,3bcd 15,2bc
S-Patenggang 28,8cd 172,5e 16,2abc
NPBNJ 0,05 2,3 13,0 4,4
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 0,05.
Hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 4 juga menunjukkan bahwa galur GT18-E 47
menghasilkan rata-rata jumlah gabah bernas permalai tertinggi yaitu 212,7 bulir, ber-
beda tidak nyata dengan galur GT18-E 10 dan GT73-E 31. Galur GT73-E 45 ber-beda
tidak nyata dengan S-Bagendit. Galur GT63-E 7 berbeda tidak nyata dengan GT18-E
24. Perlakuan S-Patenggang menghasilkan rata-rata jumlah gabah bernas permalai
terendah yitu 172,5 bulir, berbeda tidak nyata dengan GT63-E 11 dan GT63-E 29.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

Selanjutnya galur GT63-E 11 menghasilkan rata-rata jumlah gabah hampa


permalai tertinggi yaitu 19,8 bulir, berbeda tidak nyata dengan galur GT18-E 24.
Perlakuan S-Bagendit menghasilkan rata-rata jumlah gabah hampa permalai 15,2 bulir
berbeda tidak nyata dengan GT18-E 35 dan GT18-E 10. Perlakuan GT73-E 45
menghasilkan rata-rata jumlah gabah hampa permalai 17,0 bulir, berbeda tidak nyata
dengan GT63-E 7, GT63-E 29 dan S- Patenggang. Perlakuan galur GT73-E 17
menghasilkan rata-rata jumlah gabah hampa permalai terendah yaitu 13,4 bulir berbeda
tidak nyata dengan GT73-E 31.

5. Bobot gabah 1000 Bulir


26.5
26.07
26
Bobot gabah 1000 bulir (g)

25.44 25.59
25.5 25.22 25.07
24.93 25,00 25.03
25
24.5 24.34 24.27
24.05
24
23.5 23.38
23
22.5
22

Perlakuan

Gambar 1. Diagram bobot gabah 1000 bulir (g) pada berbagai galur padi mutan dan
varietas pembanding
Diagram pada gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan galur GT18-E 47
cenderung menghasilkan bobot gabah 1000 bulir tertinggi yaitu 26,07 g, diikuti galur
GT18-E 24, GT18-E 35, GT73-E17, GT63-E 7, GT63-E 11, GT18-E 10, GT73-E31,
GT63-E 29, S-Bagendit dan S-Patenggang. Galur GT73-E45 cenderung meng-hasilkan
bobot gabah 1000 bulir terendah yaitu 23,38 g.

6. Bobot Gabah Per Petak


Tabel 5. Bobot gabah kering giling per plot (kg) dan bobot gabah kering giling per
hektar (t) pada berbagai galur padi mutan dan varietas pembanding
Bobot gabah kering giling
Galur Per plot (kg) Per hektar (t)
GT18-E 47 16,12a 8,06a
GT18-E 35 13,32ab 6,66ab
GT73-E 45 14,28ab 7,14ab
GT73-E 17 15,05ab 7,53ab
GT63-E 7 13,52ab 6,76ab
GT73-E 31 13,62ab 6,81ab
GT18-E 10 14,28ab 7,14ab
GT63-E 11 12,38b 6,19b
GT63-E 29 12,43b 6,22b
GT18-E 24 13,22ab 6,61ab
S-Bagendit 14,28ab 7,14ab
S-Patenggang 12,25b 6,13b
NPBNJ 0,05 3,22 1,61
Keterangan: Nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama, berarti berbeda tidak nyata
pada uji BNJ 0,05.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

Hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 5 menunjukkan bahwa galur GT18-E 47 meng-
hasilkan rata-rata bobot gabah kering giling per plot tertinggi, yaitu 16,12 kg berbeda
tidak nyata dengan galur GT73-E 17, GT73-E 45, S-Bagendit, GT18-E 10, GT73-E 31,
GT63-E 7, GT18-E 35, dan GT18-E 24. Perlakuan S-Patenggang menghasilkan rata-
rata bobot gabah kering giling per plot terendah, yaitu 12,25 kg berbeda tidak nyata
dengan galur GT63-E 11, dan GT63-E 29.
Selanjutnya hasil uji BNJ 0,05 pada tabel 5 menunjukkan bahwa galur GT18-E 47
meng-hasilkan rata-rata bobot gabah kering giling per ha tertinggi, yaitu 8,06 ton
berbeda tidak nyata dengan galur GT73-E 17, GT73-E 45, S-Bagendit, GT18-E 10,
GT73-E 31, GT63-E 7, GT18-E 35, dan GT18-E 24. Perlakuan S-Patenggang
menghasilkan rata-rata bobot gabah kering giling per hektar terendah, yaitu 6,13 ton
berbeda tidak nyata dengan galur GT63-E 11, dan GT63-E 29.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perlakuan galur padi mutan hasil iradiasi dan varietas pembanding berpengaruh
nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan
produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah berisi per malai dan jumlah
gabah hampa per malai, bobot gabah per plot dan konversinya ke hektar, sedangkan
bobot 1000 biji berpengaruh tidak nyata.
2. Terdapat dua galur yang mempunyai potensi jumlah anakan lebih banyak yaitu galur
GT18-E47 (16,5 anakan) dan GT73-E17 (15,9 anakan). Galur yang mempunyai
potensi umur panen yang lebih genjah yaitu GT18-47 (98 hst) dan GT18-E24 (98,2
hst). Galur yang mempunyai potensi jumlah gabah bernas yang lebih banyak yaitu
GT18-E47 (212,7 bulir), GT18-E10 (201 bulir) dan GT73-E17 (199,3 bulir), Galur
yang mempunyia potensi hasil bobot gabah per yang lebih tinggi yaitu GT18-E47
(16,5 kg/plot = 8,06 t ha-1), GT73-E17 (15,9 kg/plot = 7,53 t ha-1), GT73-E45 (14,28
kg/plot = 7,14 t ha-1) dan GT18-E10 (14,28 kg/plot = 7,14 t ha-1).
Saran
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal pada tanaman padi
disarankan untuk melakukan uji multilokasi pada berbagai lokasi di Sulawesi Selatan
dalam upaya mendapatkan galur yang mempunyai hasil yang stabilitas dan lebih adaftif
pada wilayah pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Safadi B & Simon PW, 1996. Gamma iradiation induced variation in carrots. J.
Amer Soc. Hort. Sci. 121: 599-603.
Anggraini, F., A. Suryanto., N. Aini, 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada tanam-an
padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inpari. Jurnal Produksi Tanaman 1(2): 52-
54.
Balai Benih Padi, 2018. Klasifikasi umur padi. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/
index. php/tahukah-anda/120-kalsifikasi-umur-padi. Diakses 7Februari 2019.
Borzouei, A, M. Kafi , H. Khazaei , B. Naseriyan1 And A. Majdabadi, 2010. Effects Of
Gamma Radiation On Germination And Physiological Aspects Of Wheat
(Triticum Aestivum L.) Seedlings. Pak. J. Bot., 42(4): 2281-2290.
Charbaji T & I. Nabulsi, 1999. Effect of low doses of gamma irradiation on in vitro
growth of grapevine. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 57: 129-132.
Gardner, P.F.,R.T. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Diterjemahkan oleh H. Sosilo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hadiarto, T., 2009. Genetika Molekuler untuk Sifat Hasil Tinggi pada Padi. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
BB Biogen online.
Harahap, Z., Suwarno, E. Lubis dan Susanto, 1995. Padi unggul toleran kekeringan dan
naungan. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan LitbangPertanian.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Pertanian
Universitas Islam Makassar
Maret 2019

Irawan, B., 2013. Dinamika produksi padi sawah dan padi gogo implikasinya ter-hadap
kebijakan peningkatan produksi padi.www.litbang.pertanian.go.id, diaksese
tanggal 20 Juli 2017.
International Rice Research Institute, 2007. Rice Knowledge Bank. Los Banos (PH):
International Rice Research Institute.
Kadir, A., 2011. Respons Genotipe Padi Mutan Hasil Iradiasi Sinar Gamma Terhadap
Cekaman Kekeringan J. Agrivigor 10(3): 235-246, Mei – Agustus 2011.
Karama,A.S., A.R.Marzuki dan I. Manwan, 1990. Penggunaan pupuk organic pada
tanaman pangan.ProsidingLokakaryaNasionalEfisiensiPupukV. Cisarua 12-13
Nopember 1990.
Kuksoca B. V., Piven M, Nicolai and Gleba Yu Yuri, 1997. Somaclonal Variation and
In vitro Induced mutagenesis in Grapevine. Plant Cell Tiss. And Org. Cult.
49:17-27.
Makarim, A. K., dan E. Suhartatik, 2009. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. 29–330.
Manwan, I A. Made Oka, 1991. Konsep Penelitian Sistem Usahatani dan Penelitian
Pengembangan.Puslitbang Tanaman Pangan. Departemen Pertanian Jakarta.
Melgar, R.J., J.Ali and K.S.V. Jagadish, 2015. Evaluation the yield potential of green
super rice cultivar. IRRI. See discussions, stats, and author profiles for this
publication at: https://www.researchgate.net/publication. Diakses tgl.3 Januari
2019.
Perdana, A.S., 2013. Budidaya Padi Gogo. www. sawitwatch.or.id/download/148_
budi%20daya%20padi%.pdf,. Diakses, 20 Agustus 2017.
PramudyawardaniE.F., B. Suprihatno, dan M J. Mejaya., 2015. Potensi hasil galur
harapan padi sawah ultra genjah dan sangat genjah. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 34(1): 1-11.
Sadimantara, G.R, dan Muhiddin, 2012. Daya hasil beberapa kultivar padi gogo lokal
asal Sulawesi Tenggara pada cekaman kekeringan, jurnal agroteknos.2 (3): 121-
125.
Salysbury, F. B. and C. W. Ross, 1991. Plant Physiology (Fourth edition).Wadworth
Publishing Company, Belmont, California. A. Division of WadworthInc.
Samullah, M.Y., Drajat, 2001. Toleransi beberapa genotip padi gogo terhadap cekam-an
kekeringan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol.20 No.1 : 19-21.
Sutaryo B, A. Purwantoro, dan Nasrullah, 2005. Seleksi beberapa kombinasi untuk
ketahanan terhadap keracunan aluminium. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 12 No.
1,2005:20-31.
Suwarno, Z., Harahap dan H.,Siregar, 2003. Interaksi varietas dengan lingkungan pada
percobaan daya hasil padi. Penelitian Bogor Vol.4, No.2: 86-89.
Suryanugraha, W.A., Supriyanta dan Kristamtini, 2017. Keragaan sepuluh kultivar padi
lokal yogyakarta (Oryza sativa L.) Daerah Istimewa. Vegetalika. 6(4): 55-70.
Vergara, S.B., 1985. Physiological and Morphological Adaptability of Rice Varieties to
Climate.In Climate and Rice. IRRI. Philippines.
Yoshida S., 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. Los Banos (PH): International
Rice Research Institute.

Anda mungkin juga menyukai