Alasannya yaitu Sejalan dengan pertumbuhan infrastruktur dan ekonomi, kebutuhan energi
listrik Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat dengan pesat hingga mencapai
tiga kali lipat. Selain itu, pembangkit listrik yang digunakan Indonesia saat ini untuk memenuhi
kebutuhan energi listriknya, sebagian besar juga merupakan pembangkit listrik yang berbahan
bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan batubara. Kondisi keterbatasan sumber energi
di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun, serta tuntutan
untuk melindungi bumi dari pemanasan global/polusi lingkungan, sehingga untuk alternatifnya
sumber energi yang terbarukan. pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah salah satu
pembangkit listrik yang dapat dikembangkan di Indonesia untuk skala mikro dan mini untuk
memenuhi kebutuhan listrik di daerah terpencil. Pembangkit listrik tenaga air di Indonesia banyak
dikembangkan. Hal ini karena persediaan air di Indonesia cukup melimpah. Keberadaan beberapa sungai
besar dan kecil di Indonesia, selain digunakan untuk penampungan air juga dimanfaatkan untuk menjadi
energi penghasil listrik. Pilihan mengembangkan pembangkit listrik tenaga air ini salah satunya
disebabkan potensi air yang ada di Indonesia. Jumlah air yang melimpah, dikembangkan untuk
menciptakan energi yang diubah menjadi sebuah arus listrik.
Beberapa alasan tambahan bahwa PLTA lebih menguntungkan dibandingkan sumber energi lain
adalah :
1. Persediaan air cenderung tidak habis dan dapat diperbaharui.
2. Ramah Lingkungan.
3. Tidak memerlukan bahan bakar.
4. Periode mulainya terjadi secara terus menerus.
5. Pengoperasiannya sederhana dan biaya perawatannya murah.
6. Hampir tidak ada resiko meledak.
Prinsip Kerja dari PLTA
Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi kinetis ini berubah menjadi
energi mekanis. sumber energi tenaga air ini adalah dengan mengandalkan jumlah debit air dan dengan
memanfaatkan ketinggian jatuhnya air.
Berdasarkan konstruksinya, ada dua cara pemanfaatan tenaga air untuk pembangkit listrik: (a)
memanfaatkan aliran air sungai tanpa membangun bendungan dan reservoir atau yang sering disebut dengan Run-
of-river Hydropower ; (b) membangun bendungan dan membuat reservoir untuk mengalirkan air ke turbin.
Secara umum cara kerja PLTA adalah dengan memanfaatkan energi dari aliran air dalam jumlah
debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui intake, kemudian dengan
menggunakan pipa pembawa (headrace) air diarahkan menuju turbin. Beberapa PLTA biasanya
menggunakan pipa pesat (penstock) sebelum dialirkan menuju turbin/kincir air, dengan tujuan
meningkatkan energi dalam air dengan memanfaatkan gravitasi dan mempertahankan tekanan
air jatuh.
Turbin yang tertabrak air akan memutar generator dalam kecepatan tertentu, sehingga
terjadilah proses konversi energi dari gerak ke listrik. Sementara air yang tadi digunakan untuk
memutar turbin dikembalikan ke alirannya. Energi listrik yang dibangkitkan dapat digunakan
secara langsung, disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas listrik
pada jaringan.
Gambar 3. Turbin Air (a) Pelton (b) Francis (c) Propeller
Alasannya : Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) lebih sering digunakan sebagai pembangkit
cadangan atau pembangkit yang akan digunakan pada beban puncak saja, karena pemakian bahan bakar
yang tinggi, gas yang dibuang melalui turbin juga masih memiliki suhu yang tinggi yang masih dapat
dipakai. Penggunaan PLTG/PLTGU dapat mengurangi biaya pembangkitan listrik dan meningkatkan
tenaga listrik yang dihasilkan tanpa menambah bahan bakar serta meningkatkan efisiensi panas. Serta
dilihat dari keunggulannya PLTG bahwa :
Efisiensi termalnya tinggi, sehingga biaya operasi (Rp/kWh) lebih rendah dibandingkan
dengan pembangkit thermal lainnya.
Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan.
Siklus kerja pembangkit lebih sederhana
Pembangunan pembangkit lebih cepat
Biaya pembangunan lebih murah
Area pembangkitan relatif tidak terlalu luas. Sehingga PLTG dapat dipasang
di pusatkota / industri
waktu pemanasan dari kondisi dingin sampai beban penuh sangat
singkat (start up cepat)
Tidak seperti PLTU, PLTG mampu start up tanpa menggunakan motor start
Peralatan kontrol dan alat bantu sangat minim dan sederhana
waktu pemeliharaan singkat
Sistem panel surya on grid atau plts on grid adalah sebuah sistem yang bekerja secara
langsung di panel surya. Sistem tersebut tidak memakai baterai, dan listrik yang dihasilkan
langsung digunakan untuk berbagai keperluan. Listrik yang dihasilkan adalah AC
sehingga sistem panel surya on grid ini dapat diterapkan bersama-sama dengan jaringan PLN.
Pembangkit listrik tenaga surya atau sistem plts on grid sangat cocok diterapkan di perumahan
dengan memanfaatkan atap sebagai ruang untuk menyerap energi matahari. Sistem panel
surya on grid ini jika dipasang pada PLN, dan akan mengurangi ongkos pengeluaran biaya
listrik.
Berbeda dengan plts off grid, sistem panel surya on grid mengunakan energi listrik dari panel
surya atau solar cell menggunakan arus DC atau Direct Current. Setelah itu dirubah jadi arus
AC atau Alternating Current menggunakan inverter. Arus AC yang dihasilkan oleh inverter ini
kemudian dihubungkan langsung pada beban yang butuh energi listrik seperti TV, lampu,
setrika, kulkas dan sebagainya.
Kerja sama dengan PLN
Penerapan sistem atau prinsip kerja plts on grid tersebut dapat dijalankan dengan sistem
kelistrikan PLN. Dalam sistem ini, jaringan listrik PLN berperan sebagai penyalur atau
penghubung arus listrik yang berasal dari panel surya yang dialirkan pada beban. Dengan
begitu pada siang hari, penggunaan listrik dapat memanfaatkan energi listrik dari sinar
matahari. Sedangkan pada malam hari karena tidak ada sinar matahari menyebabkan tidak ada
produksi listrik dari solar panel, maka dapat tetap menggunakan arus listrik yang berasal dari
PLN.
Sistem panel surya on grid yang memakai jaringan listrik dari PLN dapat memberi energi yang
tidak hanya dibutuhkan oleh rumah tangga saja. Penerapan sistem panel surya on grid ini
sangat membantu mengurangi biaya pengeluaran untuk listrik pada gedung perkantoran atau
pabrik sudah menggunakan tarip progresif. Sistem panel surya on grid ini mulai marak
digunakan dan terbukti secara signifikan dapat mengurangi pengeluaran biaya untuk listrik PLN.
Kelebihan lain dari sistem on grid di Indonesia yaitu sudah melalui suatu proses perancangan
secara khusus. Sehingga hasil rancangannya bisa disinkronkan terhadap sistem kerja di dalam
jaringan listrik PLN. Jadi pengguna tidak perlu merasa takut atau was-was akan terjadi suatu
konflik arus listrik yang membahayakan atau dapat menimbulkan kerusakan pada perangkat
elektronik.
Perbedaannya sistem panel surya on grid dengan sistem panel surya off grid adalah terletak di
penggunaan baterai. Sistem atau cara kerja off grid inverter tetap mengandalkan baterai untuk
menyimpan energi listrik. Jadi sistem off grid ini sangat cocok diterapkan di daerah pemukiman
yang tidak mendapat pasokan energi listrik dari PLN.
Dikarenakan menggunakan baterai, maka pada sistem PLTS off grid energi listrik tetap bisa
dinikmati pada malam hari. Dan oleh karena menggunakan baterai maka outputnya adalah arus
listrik DC. Untuk merubahnya menjadi AC dibutuhkan sebuah inverter. Jadi pengertian off grid
inverter disini adalah alat untuk mengubah arus listrik searah menjadi bolak balik. Dengan
demikian energi listrik yang diperoleh dari panel surya pada siang hari dapat disimpan di baterai
tersebut untuk kemudian digunakan pada malam hari, saat tidak ada sinar matahari untuk
memproduksi listrik.
Untuk membuat PLTS, baik sistem panel surya on grid maupun sistem panel surya off grid yang
profesional bergaransi, hubungi kami.
Berbeda dengan prinsip kerja plts on grid, Sistem panel surya off grid tidak memerlukan PLN
sebagai penyedia jaringan arus listrik. Kelebihan ini bisa dipakai untuk kepentingan lain. Misalnya
penerangan jalan umum atau JPU panel surya yang selama ini dianggap sebagai kebutuhan
bersama masyarakat. PJU ini juga dilengkapi baterai sebagai penyimpan energi listrik cahaya
matahari.
Penggunaan JPU pada sistem off grid kemungkinan besar tidak dapat diterapkan pada sistem on
grid yang sering juga disebut dengan nama grid tie. Dalam sistem plsts on grid atau grid tie energi
listrik hanya bisa dihasilkan di siang hari dan tidak dapat disimpan untuk kebutuhan malam hari. Jadi
tetap membutuhkan PLN sebagai pemasok arus listrik.
Selain itu, cara kerja grid tie inverter juga berlainan dengan sistem off grid. Aliran listrik yang
diterima sistem grid tie atau on grid. Jika off grid selalu memiliki cadangan, tetapi untuk grid tidak
memiliki cadangan. Meski demikian, kelebihan aliran listrik yang diterima oleh grid tie tidak terbuang
percuma karena bisa digunakan oleh PLN lagi.
Cara kerja sistem panel surya off grid secara singkat adalah ketika listrik dihasilkan, maka dapat
langsung digunakan ke peralatan elektronik, atau jika tidak digunakan maka disimpan dalam
baterai/aki. Bisa juga sebagian listrik digunakan dan apabila ada kelebihan daya maka kelebihannya
akan disimpan untuk digunakan pada malam hari. Untuk mengatur cara kerja sistem panel surya off
grid ini membutuhkan alat solar controller.
Keuntungan menggunakan sistem panel surya off grid adalah:
Kini penerapan listrik tenaga surya sudah mulai marak. Untuk corporate yang berlaku tarif progresif,
PLTS sangat signifikan menghemat biaya listrik. Jika anda tertarik untuk membangun PLTS baik on
grid, sistem panel surya off grid maupun hybrid, hubungi kami.
Pusat Listrik Tenaga Angin
Contains unread posts
SUKIR UNY posted Jul 12, 2019 1:47 AM
Subscribe
Bagaimana potensi didirikan Pusat Listrik Tenaga Angin di kota Bapak atau
Ibu?, dan jelaskan prinsip kerja dan jenis turbin angin yang paling cocok jika
digunakan untuk membangun Pusat Listrik Tenaga Angin di kota Bapak atau
Ibu!
Less
Potensi untuk pendirian pusat tenaga listrik tenaga angin di kota saya tidak cocok dikarenakan
daerah nya padat dengan pemukiman dan intensitas angin tidak stabi. Efek lain akibat
penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah.Putaran dari sudu-sudu
turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin pada ranting
pohon, dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan
interferensielektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisigelombang
mikro untuk perkomunikasian.
Ada berbagai type TASV yang sering digunakan diantaranya adalah Tipe Savonius,
Tipe Darrieus, dan Tipe H-Rotor.
a. Tipe Savonius TASV seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah, diciptakan oleh seorang insinyur
Finlandia SJ Savonius pada tahun 1929. Kincir TASV ini merupakan jenis yang paling sederhana dan
menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius dapat berputar karena adanya gaya dorong dari
angin, sehingga putaran rotorpun tidak akan melebihi kecepatan angin. Meskipun daya koefisien untuk
jenis turbin angin bervariasi antara 30% sampai 45%, menurut banyak peneliti untuk jenis Savonius
biasanya tidak lebih dari 25%. Jenis turbin ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah dan biasanya
digunakan pada kecepatan angin yang berbeda.
Gambar 2. Prinsip kerja Turbin Angin Sumbu Vertikal Savonius
b. Type Darrieus TASV ditemukan oleh seorang insinyur Perancis George Jeans Maria
Darrieus yang dipatenkan pada tahun 1931. Ia memiliki 2 bentuk turbin yang digunakan
diantaranya adalah ‘‘Eggbeater/ Curved Bladed’’ dan ‘‘Straightbladed’’ TASV. Sketsa
dari kedua variasi konsep Darrieus ditunjukkan dalam gambar dibawah. Kincir angin
Darrieus TASV mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan sudu
bilah yang diatur relatif terhadap poros. Pengaturan ini cukup efektif untuk menangkap
berbagai arah angin. Berbeda dengan Savonius, kincir angin Darrieus bergerak dengan
memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin bertiup. Bilah sudu turbin Darrieus
bergerak berputar mengelilingi sumbu.
Gambar 7. Windspire
Gambar 8. Venco Twister Vertikon-H50 dan helical twisted
Tabel 1.2 Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin Aksis Vertikal