Anda di halaman 1dari 5

BAB III

LAPORAN KASUS

Pasien Laki-laki sdr. NF usia 20 tahun datang pada 4 Januari 2018 ke


poli THT dengan keluhan telinga kanan terasa penuh sejak 6 bulan dan terasa
ada benjolan diliang telinga. Telinga tertutup benjolan tidak kunjung membaik
dan semakin memberat. Pasien juga merasakan penurunan pendengaran telinga
kanan di telinga kanan. Nyeri telinga dan keluar cairan telinga disangkal, telinga
berdengung disangkal, pusing berputar dan nyeri kepala tidak dirasakan.
Demam, batuk, dan pilek juga tidak dirasakan. Pasien sering mengorek telinga
sebelumnya. Pasien menyangkal memakai obat tetes telinga.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran


compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76 kali per menit. Laju nafas
20 kali permenit. Pada pemeriksaan lokal telinga didapatkan daun telinga kanan
dan kiri tidak tampak kelainan. Pada telinga kanan tampak masa diliang telinga
keras tidak mudah berdarah, tidak tampak adanya cairan, membrane timpani sulit
dievaluasi. Sedangkan telinga kiri tampak liang telinga lapang, tidak ada cairan
dan membran timpani sinistra intak, reflek cahaya positif arah jam 7. Pada
pemeriksaan penala didapatkan tes rinne telinga kanan negative, telinga kiri
positif. Tes weber didapatkan lateralisasi ke telinga kanan. Serta tes schwabah
telinga kanan memanjang, sedang telinga kiri sama dengan pemeriksa. Kesan
didapat tuli konduktif telinga kanan.

Gambar 3.1. Telinga kanan tampak benjolan di liang telinga

9
Pada pemeriksaan hidung luar tidak tampak deformitas hidung luar.
Pemeriksaan rinoskopi anterior pada kedua hidung tampak cavum nasi (meatus
inferior dan media) lapang, Pada keduanya tidak terlihat cairan dan deviasi
septum nasi, konka inferior dan media eutrofi. Pada pemeriksaan rongga mulut
menggunakan lampu kepala dan tounge spatel tampak uvula di tengah tonsil T1-
T1 kripta tidak melebar, dinding faring posterior tidak tampak kelainan. Pada
pemeriksaan leher tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening
regional leher.

Pasien kemudian dilakukan tes Audiometri nada murni didapatkan tuli


konduktif ringan pada telinga kanan dengan ambang dengar 35 dB dan normal
hearing pada telinga kiri dengan ambang dengar 20 dB. Pada tes keseimbangan
tidak didapatkan kelainan dan tes topografi menunjukan tidak ditemukan adanya
parese nervus fasialis.

Gambar 3.2. Tes audiometri nada murni tampak tuli konduktif ringan
pada telinga kanan

Pada pemeriksan CT-Scan pada tanggal 3 Januari 2018 didapatkan


tampak gambaran osteoma canalis auditorius eksterna dekstra.

10
Gambar 3.3. CT-scan mastoid Pasien

Pada pemeriksaan Laboratorium rutin didapatkan kadar Hemoglobin


14,3 juta/ul, hematokrit 37%, leukosit 8800/ul, trombosit 324.000/ul. gula darah
sewaktu 98 mg/dl. Ureum 24 mg/dl, kreatinin 0,7 mg/dl, SGOT 21 u/l, SGPT 20
u/l, PT 13,0 detik, APTT 28,1 detik, INR 1.000, Elektrolit Na 135 mmol/L, K
3,7 mmol/L, Cl 106 mmol/L.

Pasien didiagnosa dengan Osteoma liang telinga kanan, dengan diagnosis


banding eksostosis liang telinga kanan. dan direncanakan operasi ekstirpasi
massa dengan pendekatan retroaurikula dan kanaloplasti telinga kanan. Pada
tanggal 12 Januari 2018 pasien menjalani prosedur operasi ekstirpasi massa dan
kanaloplasti.

11
Gambar 3.4. Proses prosedur pengangkatan osteoma.

Gambar 3.5. jaringan osteoma diliang telinga kanan

Terapi post operasi pasien diberikan obat injeksi iv ceftriaxone 1gr tiap
12 jam, ketorolac 30 mg tiap 8 jam, metil prednisolone 62,5 mg tiap 12 jam dan
asam traneksamat 500 mg tiap 8jam. Pengawasan pasca operasi diperhatikan
tidak timbul tanda perdarahan, parese nervus fascialis, serta gejala komplikasi
lainnya.

Kondisi hari ke 2 pasca operasi pasien tidak ditemukan perdarahan,


pusing, kondisi pasien stabil. Pasien dilepas elastic verban dan dipulangkan
dengan memberikan obat oral cefixime 100mg dua kali sehari, asam mefenamat
500 mg tiga kali sehari, metil prednisolone 4 mg dua kali sehari. Pasien
dijadwalkan kontrol 5 hari kemudian.

Hari ke 7 pasca operasi tanggal 20 februari pasien kontrol ke poli tht, dan
membawa hasil patologi anatomi, hasil patologi anatomi dari jaringan yang
diperiksa yaitu osteoma. tampak kondisi vital pasien dalam batas normal, tidak
ditemukan keluhan nyeri pasca operasi, demam, batuk maupun pilek. Dilakukan
penggantian kasa luar. Pengangkatan tampon direncanakan dua minggu setelah
operasi.

12
Pada hari ke 14 pasca operasi tanggal 27 februari 2018 pasien kembali
kontrol, tampak kondisi vital pasien dalam batas normal, tidak ditemukan
keluhan nyeri pasca operasi, demam, batuk maupun pilek. Dilakukan
penggangkatan tampon telinga, tampak CAE lapang, tidak ditemukan darah.
Tampon sofratul kembali dipasang untuk mencegah sikatrik pasca operasi.
Pasien dipulangkan dengan terapi cefixime 2x100 mg (PO) dan dianjurkan
kontrol ke poliklinik 3 hari sekali untuk ganti tampon sofratul.

Pemasangan tampon sofratul setiap 3 hari sekali dilakukan selama follow


up sampai luka pada liang telinga menutup sempurna sampai hari ke-22 pasca
operasi. Tampak jaringan granulasi minimal diliang telinga. Diatasi dengan
pembersihan dengan bantuan mikroskop dan tetes telinga Blecidex®. Follow up
1.5 – 2 bulan pasca operasi, liang telinga tampak lapang, membran timpani utuh.

13

Anda mungkin juga menyukai