Anda di halaman 1dari 17

Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 1

Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati


Sulistyorini)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA


TERHADAP SIKAP MASYARAKAT KEPADA PENDERITA
GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS COLOMADU 1

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

NOPYAWATI SULISTYORINI
J.210.110.206

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 2
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 3
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA TERHADAP


SIKAP MASYARAKAT KEPADA PENDERITA GANGGUAN JIWA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Nopyawati Sulistyorini *
Arif Widodo A.Kep.,M.Kes **
Endang Zulaicha S.Kp.***

Abstrak

Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi


yang lebih besar dari masyarakat disekitarnya dibandingkan individu yang
menderita penyakit medis lainnya. Perlakuan ini disebabkan karena
ketidaktahuan atau pengertian yang salah dari keluarga atau anggota
masyarakat mengenai gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap
masyarakat kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas
Colomadu I. Penelitian ini adalah non eksperimental bersifat Deskriptif Korelatif.
Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Colomadu 1. Sampel penelitian sebanyak 100 masyarakat dengan teknik
purposive sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Pengujian hipotesis
menggunakan uji Kendall Tau. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS
17.00 for windows diperoleh nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 0,347 dengan
nilai signifikansi (p-value) 0,000. Kesimpulan penelitian adalah: (1) pengetahuan
responden di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 tentang gangguan jiwa
mayoritas adalah termasuk kategori pengetahuan cukup, (2) sikap responden di
wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 terhadap penderita gangguan jiwa lebih
banyak sikap yang positif atau mendukung, (3) terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap masyarakat
kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1.
Semakin baik pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa, maka semakin
positif sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, gangguan jiwa


Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 4
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

MENTAL DISORDERS RELATED KNOWLEDGE OF PUBLIC ATTITUDES TO


DISORDERS MENTAL PATIENTS WORKING IN THE AREA
PUBLIC HEALTH CENTER OF COLOMADU 1

Nopyawati Sulistyorini *
Arif Widodo A.Kep.,M.Kes **
Endang Zulaicha S.Kp.***

Abstract

People with mental disorders often get the stigma and discrimination that
was larger than the surrounding communities than individuals who suffer from
other medical illnesses. Treatment was due to ignorance or misunderstanding of
the family or community members regarding mental disorders. This study aimed
to determine the relationship between knowledge about public attitudes towards
mental illness to people with mental disorders in the working area Colomadu
Health Center I. This was a non-experimental study was descriptive correlative.
The study population was the people who live in the working area Puskesmas
Colomadu 1. The research sample of 100 people with a purposive sampling
technique. Research instrument in the form of a questionnaire. Testing the
hypothesis was Kendall tau test. Results of calculations used the SPSS for
windows program 17.00 that was gotten correlation coefisien values (τ) it’s 0,347
with a significance value (p-value) 0,000. Conclusions of research are: (1)
knowledge of the respondents in the working area Puskesmas Colomadu 1 on
the majority of mental disorders are categorized sufficient knowledge, (2) the
attitude of the respondents in the working area of the health center Colomadu 1
mental disorders more positive attitudes or support, (3) there was a significant
relationship between knowledge of mental illness on society's attitudes to people
with mental disorders in the working area Puskesmas Colomadu 1. The better
knowledge about mental illness, the more positive attitudes to people with mental
disorders

Keyword: knowledge, attitude, mental disorder


Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 3
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

PENDAHULUAN lemah, tidak mampu mencapai


Tren terkini dalam penyakit tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk
jiwa memiliki hubungan kausatif (Yosep, 2007).
yang signifikan dengan perubahan Penderita gangguan jiwa
sosial yang cepat dan stres negatif sering mendapatkan stigma dan
yang ditimbulkannya, dengan diskriminasi yang lebih besar dari
pengangguran dan hubungannya masyarakat disekitarnya
dengan bunuh diri menjadi salah dibandingkan individu yang
satu faktor kejadian yang paling menderita penyakit medis lainnya.
traumatik. Ada data yang Tidak hanya menimbulkan
menunjukkan tingkat sosial ekonomi konsekuensi negatif terhadap
memiliki efek pada kesehatan jiwa, penderitanya tetapi juga bagi
dan terutama berdampak pada anggota keluarga, meliputi sikap-
penyakit depresi, seperti sikap penolakan, penyangkalan, dan
pengurangan jaringan pendukung disisihkan. Penderita gangguan jiwa
dalam keluarga inti yang bertolak mempunyai resiko tinggi terhadap
belakang dengan keluarga besar pelanggaran hak asasi manusia
(Basford, 2006). (Priyanto, 2007). Mereka sering
Pada Era Globalisasi dan sekali disebut sebagai orang gila
persaingan bebas ini kecenderungan (insanity atau madness). Perlakuan
terhadap peningkatan gangguan jiwa ini disebabkan karena ketidaktahuan
semakin besar, hal ini disebabkan atau pengertian yang salah dari
karena stresor dalam kehidupan keluarga atau anggota masyarakat
semakin kompleks. Peristiwa mengenai gangguan jiwa.
kehidupan yang penuh tekanan Gangguan jiwa dapat
seperti kehilangan orang yang mempengaruhi fungsi kehidupan
dicintai, putusnya hubungan sosial, seseorang. Aktivitas, kehidupan
pengangguran, masalah dalam sosial, ritme pekerjaan, serta
pernikahan, kesulitan ekonomi, hubungan dengan keluarga jadi
tekanan di pekerjaan dan terganggu karena gejala ansietas,
diskriminasi meningkatkan resiko depresi, dan psikosis. Seseorang
penderita gangguan jiwa (Suliswati, dengan gangguan jiwa apapun
2005). harus segera mendapatkan
Gangguan jiwa adalah pengobatan. Keterlambatan
gangguan dalam cara berpikir pengobatan akan semakin
(cognitive), kemauan (volition), merugikan penderita, keluarga dan
emosi (affective), tindakan masyarakat (Yosep, 2010).
(psychomotor). Kumpulan dari Menurut WHO, masalah
keadaan-keadaan yang tidak gangguan jiwa di seluruh dunia
normal, baik yang berhubungan sudah menjadi masalah yang sangat
dengan fisik, maupun dengan serius. WHO menyatakan paling
mental. Keabnormalan tersebut tidak ada 1 dari 4 orang di dunia
yaitu:gangguan jiwa (Neurosa) dan mengalami masalah mental,
sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan diperkirakan ada sekitar 450 juta
terlihat dalam berbagai macam orang di dunia yang mengalami
gejala yang terpenting diantaranya gangguan kesehatan jiwa. Perkiraan
adalah:ketegangan (tension), rasa oleh Badan Kesehatan Dunia, World
putus asa dan murung, gelisah, Health Organization (WHO)
cemas, perbuatan-perbuatan yang menunjukkan bahwa 154 juta orang
terpaksa (convulsive), hysteria, rasa secara global mengalami depresi
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 4
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

dan 25 juta orang menderita Puskesmas diseluruh wilayah kota


skizofrenia, 15 juta orang berada di Solo yang mengalami gangguan
bawah pengaruh penyalahgunaan jiwa. Meningkat 88,1% dari tahun
zat terlarang, 50 juta orang sebelumnya yang sebanyak 319
menderita epilepsi. Dan sekitar orang.
877.000 orang meninggal karena Berdasarkan hasil studi
bunuh diri tiap tahunnya. pendahuluan data dari rekam medik
Data dari Departemen Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD)
Kesehatan RI tahun 2007, total Surakarta jumlah pasien gangguan
jumlah penderita gangguan jiwa di jiwa mengalami peningkatan tiap
Indonesia mencapai lebih dari 28 tahunnya selama 3 tahun terakhir
juta orang, dengan kategori dari tahun 2009 sampai 2011
gangguan jiwa ringan 11,6% dari sebanyak 2,8%. Untuk wilayah
populasi dan 0,46% menderita Karanganyar peningkatan jumlah
gangguan jiwa berat atau 46 per mil. penderita gangguan jiwa mencapai
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 8%. Data dari bagian Humas
(Depkes,2007) menyatakan 14,1% Puskesmas Colomadu 1 yang
penduduk Indonesia mengalami menaungi 6 desa yaitu Ngasem,
gangguan jiwa dari yang ringan Bolon, Malangjiwan, Gawanan,
hingga berat, kondisi ini diperberat Paulan, dan Gajahan. Terjadi
melalui aneka bencana alam yang peningkatan jumlah penderita
terjadi di hampir seluruh wilayah gangguan jiwa yang berobat ke
Indonesia. Data jumlah penderita puskesmas ataupun di rujuk ke
gangguan jiwa di Indonesia terus Rumah Sakit Jiwa Daerah
bertambah, data dari 33 rumah sakit Surakarta, yaitu sebanyak 36,8%
jiwa (RSJ) diseluruh Indonesia dari tahun 2009-2011. Dari data
hingga kini jumlah penderita Humas Kecamatan Colomadu
gangguan jiwa berat mencapai 2,5 terdapat 38 penderita gangguan jiwa
juta orang. 11,6% penduduk di 3 kelurahan yaitu Bolon sebanyak
Indonesia yang berusia diatas 15 11 orang, Malangjiwan sebanyak 20
tahun mengalami gangguan mental orang dan Paulan sebanyak 7 orang
emosional atau berkisar 19 juta penderita gangguan jiwa.
penduduk. Sebesar 0,46% Berdasarkan survey dan
diantaranya bahkan mengalami wawancara yang dilakukan terhadap
gangguan jiwa berat atau sekitar 1 15 orang warga yang tinggal di
juta penduduk. wilayah kerja Puskesmas Colomadu
Data Dinas Kesehatan Kota I pada bulan Maret 2012 terdapat 9
Solo, pada tahun 2009 jumlah orang mengatakan penderita
penduduk yang mengalami gangguan jiwa adalah orang gila
gangguan kejiwaan 213 orang. yang harus di hindari karena mereka
Pada tahun 2010 menjadi 396 orang berbahaya bagi orang lain dan bisa
atau naik 18,5% penduduk yang mengamuk kapan saja dengan
mengalami gangguan jiwa. Pada melempari barang–barang dan
tahun 2010 Data dari Dinas menyakiti warga, 5 orang
Kesehatan Kota Solo berdasarkan mengatakan takut kepada penderita
laporan 17 puskesmas induk, 25 gangguan jiwa karena anak-anak
Puskesmas Pembantu dan 54 mereka yang bermain sering di
Puskesmas Keliling di seluruh kota ganggu dan kadang–kadang berkata
Solo pada tahun 2010 tercatat kasar serta jorok yang tidak baik
sebanyak 610 orang pada bagi anak–anak, 1 orang
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 5
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

mengatakan orang gila sebenarnya yang sangat penting untuk


jangan di musuhi karena mereka terbentuknya tindakan seseorang
juga manusia, tetapi mereka hanya (overt behaviour). Pengetahuan
mengalami gangguan stress pada yang cukup didalam domain kognitif
dirinya, penderita gangguan jiwa dan mempunyai 6 tingkat pengetahuan,
keluarganya sering dicemooh yaitu :
bahkan dikucilkan oleh masyarakat. a) Tahu (Know) merupakan tingkat
Adanya persepsi bahwa kegilaan pengetahuan yang paling rendah
adalah aib menyebabkan orang gila dengan cara menyebutkan,
yang dianggap sembuh oleh dokter menguraikan, mendefinisikan,
di rumah sakit jiwa tetap tidak dapat menyatakan.
dipulangkan karena keluarga dan b) Memahami (Comprehention)
masyarakat tidak menginginkannya meliputi orang yang telah paham
kembali. terhadap objek atau materi harus
Tujuan penelitian ini adalah dapat menjelaskan,
untuk mengetahui hubungan antara menyebutkan, menyimpulkan,
pengetahuan tentang gangguan jiwa meramalkan terhadap objek yang
terhadap sikap masyarakat kepada dipelajari.
penderita gangguan jiwa di wilayah c) Aplikasi (Application) dapat
kerja Puskesmas Colomadu I. diartikan penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip
LANDASAN TEORI dalam konteks atau situasi yang
lain.
Pengetahuan d) Analisis (Analysis), kemampuan
Pengetahuan adalah analisis ini dapat dilihat dari
merupakan hasil “Tahu” dan ini menggambarkan, membedakan,
terjadi setelah orang melakukan memisahkan, mengelompokkan.
penginderaan terhadap suatu objek e) Sintesis (Syntesis) dengan dapat
tertentu. Penginderaan terhadap menyusun, dapat merencanakan,
objek terjadi melalui panca indra dapat menyesuaikan, terhadap
manusia yakni indra penglihatan, suatu teori atau rumusan-
pendengaran, penciuman, rasa dan rumusan yang telah ada.
raba dengan sendiri. Pada waktu f) Evaluasi (Evaluation) merupakan
penginderaan sampai menghasilkan penilaian – penilaian berdasarkan
pengetahuan tersebut sangat suatu kriteria yang ditentukan
dipengaruhi oleh intensitas perhatian sendiri atau menggunakan
persepsi terhadap obyek kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo dalam Wawan, 2011). Faktor - faktor yang
Menurut Notoatmodjo (2007) mempengaruhi pengetahuan
pengetahuan tentang sakit dan menurut Wawan (2011), yaitu :
penyakit meliputi : penyebab a) Faktor Internal
penyakit, gejala atau tanda – tanda 1) Pendidikan
penyakit, bagaimana cara 2) Pekerjaan
pengobatan atau kemana mencari 3) Umur
pengobatan, bagaimana cara 4) Informasi
penularannya, bagaimana cara 5) Pengalaman
pencegahannya. 6) Sosial ekonomi
Wawan (2011) mengutip dari b) Faktor Eksternal
Notoatmodjo (2003), Pengetahuan 1) Faktor Lingkungan
atau kognitif merupakan domain
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 6
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

2) Kultur (Sosial, Budaya, b) Pengaruh orang lain yang


Agama) dianggap penting
Sebagian masyarakat masih c) Pengaruh kebudayaan
menganggap bahwa gangguan jiwa d) Media massa
disebabkan karena adanya e) Lembaga pendidikan dan
gangguan oleh apa yang disebut lembaga agama
”roh jahat” yang telah merasuki jiwa, f) Pengaruh faktor emosional
sehingga seseorang yang Stigma terhadap gangguan
mengalami gangguan jiwa harus jiwa tidak hanya menimbulkan
diasingkan atau dikucilkan dan konsekuensi negatif terhadap pe
dipasung karena dianggap sebagai nderitanya, tetapi juga anggota
aib bagi keluarga. Kenyataan keluarganya. Beban stigma
tersebut tidak dapat dipungkiri, gangguan jiwa membuat penderita
karena fenomena yang terjadi dan keluarganya memilih untuk
memang merupakan gambaran menyembunyikan kondisinya
nyata bagi sebagian besar daripada mencari pertolongan
masyarakat, hal ini disebabkan bahkan stigma membuat pihak
karena sebagian besar masyarakat keluarga juga tak memahami
Indonesia taraf pendidikannya masih karakter anggota keluarga yang
rendah (Salahuddin,2009). mengalami gangguan jiwa.
Keluarga jadi bersikap apatis dan
Sikap sering mengelak bila diajak
Menurut Azwar (2011), sikap konsultasi ke psikiater. Rasa malu
adalah perasaan mendukung atau yang sering menghantui benak
memihak (favourable) maupun keluarga. Padahal dukungan
perasaan tidak mendukung atau keluarga sangat penting untuk upaya
tidak memihak (unfavourable) pada penyembuhan penderita gangguan
objek psikologis. Dengan demikian jiwa. (Syaharia,2008).
dapat dikatakan bahwa sikap
merupakan perasaan yang muncul Gangguan Jiwa
karena stimulus, kecenderungan Konsep Gangguan Jiwa dari
untuk berespon positif atau negatif PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III:
terhadap objek, organisme atau “Sindrom atau pola perilaku, atau
situasi tertentu. Sikap belum psikologik seseorang, yang secara
merupakan suatu tindakan atau klinik cukup bermakna, dan yang
aktivitas, akan tetapi adalah secara khas berkaitan dengan suatu
merupakan reaksi tertutup, bukan gejala penderitaan (distress) atau
merupakan reaksi terbuka atau henti daya ( impairment / disability)
tingkah laku yang terbuka. Menurut di dalam satu atau lebih fungsi yang
Notoatmodjo (2007), tingkatan sikap penting dari manusia. Di simpulkan
terbagi menjadi empat yaitu : bahwa disfungsi itu adalah disfungsi
a) Menerima (Receiving) dalam segi perilaku, psikologik, atau
b) Merespon (Responding) biologik, dan gangguan itu tidak
c) Menghargai (Valuing) semata-mata terletak di dalam
d) Bertanggung jawab (Responsible) hubungan antara orang itu dengan
Menurut Azwar (2011), ada masyarakat. Sehingga gangguan
beberapa faktor yang mempengaruhi jiwa adalah suatu perubahan yang
pembentukan sikap manusia yaitu : menyebabkan adanya gangguan
a) Pengalaman pribadi pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 7
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

hambatan dalam melaksanakan 8) Gangguan perkembangan


peran sosialnya. psikologis
Ciri khas : gejala perkembangan
Penyebab Gangguan Jiwa khusus, onset masa kanak.
Sumber penyebab gangguan 9) Gangguan perilaku dan
jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional dengan onset masa
(Yosep, 2010) yaitu: kanak dan remaja.
1) Faktor somatik (somatogenik) Ciri khas : gejala
atau organobiologis perilaku/emosional, onset masa
2) Faktor psikologik (psikogenik) kanak.
atau psikoedukatif
3) Faktor sosio–budaya (sosiogenik) Terapi dan Rehabilitasi
atau sosiokultural Menurut Hawari (2009) dalam
penanganan penderita gangguan
Klasifikasi Gangguan Jiwa jiwa dilakukan dengan pendekatan
Klasifikasi gangguan jiwa yang holistik atau menyeluruh, yaitu
menurut PPDGJ-III (Pedoman dengan terapi antipsikotik
Penggolongan dan Diagnosis (psikofarmaka), terapi
Gangguan Jiwa di Indonesia) adalah psikososial/terapi perilaku, terapi
sebagai berikut : psikomotor, terapi psikoreligius,
1) Gangguan mental organik dan terapi kelompok, terapi rekreasi, Art
simtomatik. terapi, dan rehabilitasi.
Ciri khas : etiologi organik/fisik Persepsi di masyarakat bahwa
jelas, primer/sekunder. gangguan jiwa terjadi karena “guna-
2) Skizofrenia, gangguan Skizotipal, guna” (personalistik), sehingga
dan gangguan Waham. tindakan awal pencarian pengobatan
Ciri khas : gejala psikotik, etiologi secara tradisional dengan
organik tidak jelas. menggunakan dukun. Pengobatan
3) Gangguan suasana perasaan dengan berbagai dukun ternyata
(Mood/Afesktif) tidak memberikan kesembuhan,
Ciri khas : gejala gangguan afek kemudian masyarakat menggunakan
(psikotik dan non-psikotik). sistem medis modern, yaitu berobat
4) Gangguan Neurotik, gangguan ke sarana kesehatan. Pengobatan
Somatoform, dan gangguan dengan medis modern memberikan
stres. kesembuhan, tetapi setelah
Ciri khas : gejala non-psikotik, penderita gangguan jiwa kembali ke
etiologi non organik. lingkungan keluarga dan masyarakat
5) Sindrom perilaku yang kembali mengalami kekambuhan.
berhubungan dengan gangguan sehingga pada akhirnya
fisiologis dan faktor fisik. penanganan terakhir yang dilakukan
Ciri khas : gejala disfungsi oleh keluarga adalah dengan
fisiologis, etiologi non-organik. merantai, mengurung di kamar dan
6) Gangguan Kepribadian dan memasung (Idwar, 2009).
perilaku masa dewasa Hingga sekarang penanganan
Ciri khas : gejala perilaku, etiologi penderita gangguan jiwa belum
non-organik. memuaskan, disebabkan
7) Retardasi mental ketidaktahuan (ignorancy) keluarga
Ciri khas : gejala perkembangan maupun masyarakat terhadap jenis
IQ, onset masa kanak. gangguan jiwa. Diantaranya adalah
masih terdapatnya pandangan yang
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 8
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

negatif (stigma) dan bahwa Hipotesis


gangguan jiwa bukanlah suatu
penyakit yang dapat diobati dan H0 : Tidak ada hubungan antara
disembuhkan. Sikap keluarga dan pengetahuan tentang
masyarakat yang menganggap gangguan jiwa terhadap sikap
bahwa bila salah seorang anggota masyarakat pada penderita
keluarganya menderita gangguan gangguan jiwa.
jiwa, hal ini merupakan aib bagi Ha : Ada hubungan antara
keluarga. Oleh karena itu, seringkali pengetahuan tentang
penderita gangguan jiwa gangguan jiwa terhadap sikap
disembunyikan bahkan dikucilkan masyarakat pada penderita
karena rasa malu (Hawari, 2009). gangguan jiwa.
Banyak sekali orang yang
percaya bahwa gangguan jiwa tidak METODE PENELITIAN
mungkin bisa disembuhkan dan
orang yang menderitanya tidak Rancangan Penelitian
mungkin bisa berfungsi secara Jenis Penelitian ini
normal di masyarakat. Persepsi merupakan penelitian non
yang muncul kemudian dalam taraf eksperimental bersifat Deskriptif
yang lebih jauh akan menyebabkan Korelatif yaitu metode penelitian
orang tidak mau untuk mengetahui yang dilakukan dengan tujuan utama
permasalahan kesehatan jiwa baik untuk membuat deskripsi tentang
dalam dirinya sendiri maupun orang suatu keadaan secara objektif yang
lain. Di Indonesia, pengetahuan bertujuan menerangkan atau
seseorang tentang gangguan jiwa menggambarkan masalah
dipengaruhi erat oleh kultur budaya. (Notoatmodjo, 2010).
Seseorang dengan gangguan jiwa Menggunakan desain
sering dianggap terkena guna-guna, penelitian Cross Sectional adalah
menderita suatu dosa ataupun jenis penelitian yang menekankan
terkena pengaruh setan atau pada waktu pengukuran atau
makhluk halus lainnya (Hawari, observasi data variabel independen
2009). dan dependen hanya dilakukan satu
kali pada saat yang sama
Kerangka Konsep (Nursalam, 2011). Dimana peneliti
V. Bebas V. Terikat ingin mengetahui hubungan antara
Pengetahuan Sikap masyarakat
pengetahuan tentang gangguan jiwa
masyarakat tentang terhadap penderita terhadap sikap masyarakat kepada
gangguan jiwa gangguan jiwa: penderita gangguan jiwa di wilayah
- Baik - Positif
- Cukup - Negatif kerja Puskesmas Colomadu 1.

Populasi dan Sampel


V. Penganggu
Populasi dalam penelitian ini
- Pendidikan adalah masyarakat yang tinggal di
- Interaksi social wilayah kerja Puskesmas Colomadu
- Sosial ekonomi
- Media massa
1. Sampel penelitian sebanyak 100
- Lingkungan responden dengan teknik purposive
- Budaya sampling.
Gambar 1 Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 9
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat Analisis Bivariat
ukur berupa kuesioner pengetahuan Tabel 3. Hubungan Pengetahuan
dan kuesioner sikap. tentang Gangguan Jiwa
dengan Sikap Masyarakat
Analisis Data kepada Penderita
Pengujian hipotesis dilakukan Gangguan Jiwa
dengan uji Kendall Tau.
Sikap
HASIL PENELITIAN Masyarakat
Pengetah kepada Penderita TOTAL
Analisis Univariat uan Gangguan jiwa
Tabel 1. Tabulasi Data Pengetahuan Positif Negatif
Tentang Gangguan Jiwa N % N % N %
Baik 19 19,0 1 1,0 20 100
Rentang Cukup 37 37,0 25 25,0 62 100
No Frek %
Skor Kurang 7 7,0 11 11,0 18 100
Baik (Skor Total 63 63 37 37 100 100
1 20 20%
>14) P-Value : 0,000
Cukup (Skor Koefisien Korelasi (τ) : 0,347**
2 62 62%
10 – 14) Berdasarkan analisis
Kurang (Skor pentabelsilangan data (crosstab)
3 18 18%
<10) dari tabel 3. diatas, hasil analisa
Total 100 100% hubungan pengetahuan tentang
Berdasarkan tabel 1 tersebut gangguan jiwa dengan sikap
diatas hasil analisis univariat data masyarakat kepada penderita
pengetahuan responden tentang gangguan jiwa diperoleh bahwa hasil
gangguan jiwa mayoritas dengan crosstab data pada nilai
pengetahuan cukup, yaitu rentang pengetahuan kurang terdapat 7
skor antara 10-14 sebanyak 62 responden (38,9%) dengan sikap
orang atau 62 %. positif dan 11 responden (61,1%)
dengan sikap negatif . Untuk
Tabel 2. Tabulasi Data Sikap crosstab data pada nilai
Masyarakat kepada pengetahuan cukup sebanyak 37
Penderita Gangguan Jiwa responden (59,7%) dengan sikap
positif dan 25 responden (40,3%)
No. Rentang Skor Frek % dengan sikap negatif. Selanjutnya
Positif/Mendukung crosstab data pada nilai
1 63 63% pengetahuan baik meliputi 19
(Skor T > 49,08)
Negatif/Tidak responden (95%) sikap positif dan 1
2 Mendukung 37 37% responden (5%) sikap negatif.
(Skor T ≤ 49,08) Untuk mengetahui korelasi
Total 100 100% antara pengetahuan tentang
gangguan jiwa dan sikap
Berdasarkan tabel 2 diatas, masyarakat kepada penderita
menunjukkan bahwa sikap gangguan jiwa dalam penelitian ini
masyarakat kepada penderita menggunakan uji Kendall’s Tau,
gangguan jiwa adalah sebagaimana nampak pada tabel 3
positif/mendukung sebanyak 63 diperoleh nilai signifikansi (p-value)
orang atau 63 %. sebesar 0,000 pada taraf kesalahan
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 10
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

alfa (α) =5% sehingga dapat Faktor – faktor yang


disimpulkan bahwa korelasi antara mempengaruhi tingkat pengetahuan
pengetahuan tentang gangguan jiwa seseorang salah satunya adalah
dengan sikap masyarakat kepada informasi yang berpengaruh besar
penderita gangguan jiwa adalah terhadap opini dan kepercayaannya.
bermakna. Nilai koefisien korelasi (τ) Karena informasi yang didapat akan
sebesar 0,347 menunjukkan bahwa mempermudah seseorang untuk
arah korelasi positif dengan mempersepsikannya sehingga dapat
kekuatan korelasi yang lemah. dinilai secara langsung dari isi
Kesimpulan uji adalah Ho ditolak informasi tersebut hingga terwujud
karena nilai p-value lebih kecil dari dalam suatu tindakan ( Azwar,
0,05 (0,000 < 0,05) maka Ha 2011). Menurut teori WHO (World
diterima. Health Organization) yang dikutip
Kemudian untuk menguji oleh Notoatmodjo (2007), salah satu
signifikansi koefisien korelasi bentuk objek kesehatan dapat
menggunakan rumus Z. Hasil Z hitung dijabarkan oleh pengetahuan yang
= 5,11 lebih besar dari Z tabel = 2,58 diperoleh dari pengalaman sendiri.
pada taraf signifikansi 5%. Jadi Selain faktor tersebut,
pengujian signifikansi koefisien pengalaman pribadi akan
korelasi baik menggunakan nilai meninggalkan kesan yang kuat.
probabilitas maupun dengan rumus Dalam hal ini penghayatan akan
Z hitung hasilnya sama yaitu menolak pengalaman yang lebih mendalam
Ho. Hal tersebut menunjukkan dan lebih lama berbekas.
bahwa nilai koefisien korelasi antara Selanjutnya terbentuknya sikap juga
pengetahuan tentang gangguan jiwa di pengaruhi oleh orang lain yang
dengan sikap masyarakat kepada dianggap penting. Orang yang
penderita gangguan jiwa sebesar dianggap penting biasanya adalah
0,347 adalah signifikan. Pengujian tokoh masyarakat, orang tua,
dengan SPSS 17.00 for windows ataupun tetangga. Yang dapat
memberikan tanda ** pada menambah pengetahuan
correlation coeficient apabila Ho masyarakat tentang gangguan jiwa
ditolak (signifikan). Jadi dapat sehingga mempengaruhi sikap
disimpulkan bahwa ada hubungan terhadap penderita gangguan jiwa.
yang signifikan antara pengetahuan
tentang gangguan jiwa terhadap Sikap Masyarakat Kepada
sikap masyarakat kepada penderita Penderita Gangguan Jiwa
gangguan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Colomadu 1. Skor sikap masyarakat rata –
rata dalam kategori positif atau
Pembahasan mendukung dengan skor T antara
50,06 – 87,62 adalah sebanyak 63
Tingkat Pengetahuan Masyarakat orang atau 63 %. Dari hasil
tentang Gangguan Jiwa penelitian mayoritas pendapat
masyarakat tentang penderita
Berdasarkan hasil gangguan jiwa adalah orang yang
pengelompokkan data penelitian menderita gangguan jiwa itu juga
maka tingkat pengetahuan manusia yang berhak hidup normal
responden rata – rata dalam kategori seperti orang –orang yang sehat
cukup dengan rentang skor antara kejiwaannya. Jadi kalau ada
10 – 14 adalah sebanyak 62 orang tetangga yang menderita gangguan
atau 62%. jiwa, sebaiknya segera diobati atau
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 11
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa. Sikap responden terhadap


Jika keluarga penderita gangguan penderita gangguan jiwa didorong
jiwa tidak mampu secara ekonomi oleh banyak faktor, salah satunya
untuk mengobati sebaiknya meminta adalah budaya, karena kebudayaan
bantuan kepada pemerintah desa dimana kita hidup dan dibesarkan
setempat untuk mengobatinya. mempunyai pengaruh besar
Karena kalau penderita gangguan terhadap pembentukan sikap kita.
jiwa sudah parah dapat Kebudayaan telah menanamkan
mengganggu kenyamanan warga garis pengaruh sikap kita terhadap
setempat. Apabila orang yang berbagai masalah. Kebudayaan
menderita gangguan jiwa berbahaya telah mewarnai sikap anggota
(sangat parah) yang harus di masyarakat, karena kebudayaanlah
amankan atau mengamuk terpaksa yang memberi corak pengalaman
harus di pasung atau di singkirkan individu- individu yang menjadi
dari masyarakat karena sangat anggota kelompok masyarakat
membahayakan dirinya dan orang hanya kepribadian individu yang
lain. telah mapan dan kuatlah yang dapat
Berbagai bentuk kesalahan memudarkan dominan kebudayaan
sikap masyarakat dalam merespon dalam pembentukan sikap individual.
kehadiran penderita gangguan jiwa Selama ini banyak mitos yang
terjadi akibat konstruksi pola berpikir mempengaruhi masyarakat dengan
yang salah akibat ketidaktahuan stigma – stigma negatif tentang
publik. Terdapat logika yang salah di penderita gangguan jiwa. Gangguan
masyarakat, kondisi mispersepsi jiwa yang lebih memiliki
tersebut selanjutnya berujung pada kemungkinan untuk dikenai stigma
tindakan yang tidak membantu adalah jenis gangguan jiwa yang
percepatan kesembuhan si menunjukkan abnormalitas atau
penderita. Masyarakat cenderung penyimpangan (deviasi) pada pola
menganggap orang dengan kelainan perilakunya. Stigma yang lebih
mental atau gangguan jiwa sebagai memberratkan adalah gangguan
sampah sosial (Tarjum, 2004). jiwa yang mempengaruhi
Menurut Notoatmodjo (2007), penampilan (performance) fisik
setelah seseorang mengetahui seseorang daripada gangguan jiwa
stimulus atau objek proses yang tidak berpengaruh pada
selanjutnya akan menilai atau penampilan fisik seseorang
bersikap terhadap stimulus. Apabila (Syaharia, 2008).
individu mempunyai sikap yang
positif terhadap stimulus maka ia Hubungan Pengetahuan tentang
akan mempunyai sikap yang Gangguan Jiwa terhadap Sikap
menunjukkan atau memperlihatkan, Masyarakat kepada Penderita
menerima, mengakui, menyetujui Gangguan Jiwa
serta melaksanakan norma – norma
yang berlaku dimana individu Pada penelitian ini
tersebut berada. Demikian menggunakan uji Kendall’s Tau
sebaliknya bila individu mempunyai yang bertujuan untuk mengetahui
sikap yang negatif, individu tersebut hubungan pengetahuan tentang
akan menolak norma – norma yang gangguan jiwa terhadap sikap
berlaku dimana individu tersebut masyarakat kepada penderita
berada. gangguan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Colomadu 1.
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 12
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

Berdasarkan hasil pengujian non dapat penyuluhan atau juga di bawa


parametrics correlations Kendall Tau ke Rumah Sakit Jiwa jika di
ini dapat disimpulkan bahwa nilai haruskan supaya dapat pengobatan
korelasi yang didapatkan dari data kejiwaannya dan tidak mengganggu
hasil penelitian nilai signifikansi orang di sekitarnya. Semoga dengan
0,000. Dimana lebih kecil dari nilai cara itu kejiwaanya bisa terobati
P-value 0,05 maka Ho ditolak dan secara maksimal, sehingga tidak
Ha diterima. Sehingga dapat perlu dikucilkan atau di pasung.
disimpulkan bahwa ada hubungan Selanjutnya dari 19
signifikan antara pengetahuan responden dengan pengetahuan
tentang gangguan jiwa terhadap baik, terdapat 1 responden yang
sikap masyarakat kepada penderita bersikap negatif terhadap penderita
gangguan jiwa di wilayah kerja gangguan jiwa, responden tersebut
Puskesmas Colomadu 1. beralasan bahwa orang dengan
Berdasarkan kriteria koefisien gangguan jiwa itu adalah orang gila
korelasi (τ) sebesar 0,347 yang yang memang harus dijauhi karena
bernilai positif (+), berarti semakin dapat membahayakan orang lain jika
baik pengetahuan masyarakat mengamuk sebaiknya kurung di
tentang gangguan jiwa, maka dalam rumah, di pasung atau
semakin positif sikap masyarakat seharusnya orang gila tersebut di
kepada penderita gangguan jiwa. masukkan ke Rumah Sakit Jiwa
Untuk interpretasi hasil uji hipotesis karena mengganggu aktivitas
berdasarkan kekuatan korelasi masyarakat disekitarnya.
antara pengetahuan tentang Pengetahuan seseorang
gangguan jiwa terhadap sikap tentang gangguan jiwa mengandung
masyarakat kepada penderita dua aspek yaitu aspek positif dan
gangguan jiwa termasuk dalam taraf aspek negatif. Kedua aspek ini yang
hubungan lemah dapat dilihat dari akan menentukan sikap seseorang,
nilai koefisen korelasi sebesar 0,347. semakin banyak aspek positif dan
Berdasarkan tabel 3. diatas objek yang diketahui, maka akan
diperoleh data ekstrim yaitu dari 18 menimbulkan sikap makin positif
responden dengan pengetahuan terhadap objek tertentu. Sikap
kurang terdapat 7 responden masyarakat terhadap pasien
dengan sikap positif. Alasan – gangguan jiwa adalah menerima,
alasan yang disampaikan responden mengucilkan, membicarakan dan
pada saat penelitian adalah bahwa memandang pasien berbeda dengan
orang dengan gangguan jiwa sama masyarakat (Setiawati, 2012).
– sama makhluk ciptaan Tuhan, Menurut Li Yu Song (2005),
seseorang yang mengalami dalam penelitiannya mengatakan
gangguan jiwa itu, karena dia tidak semakin tinggi tingkat pendidikan
bisa berpikir secara normal seperti seseorang maka sikap yang
orang biasanya, karena jiwanya ditunjukkannya kepada pasien
terganggu oleh beberapa sebab gangguan jiwa pun semakin positif.
seperti masalah ekonomi dan Hal tersebut didukung oleh Valerie
masalah yang tidak bisa di (2011) yang menyebutkan bahwa
selesaikannya jadi terbebani semakin tinggi pengetahuan
pikirannya, menyebabkan stres dan seseorang mengenai ganggguan
gangguan jiwa, bagi orang jiwa maka level toleransi orang
gangguan jiwa sebaiknya di periksa tersebut terhadap pasien gangguan
dulu ke pelayanan kesehatan biar jiwa pun semakin tinggi.
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 13
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

Hasil penelitian ini sesuai Saran


dengan penelitian yang dilakukan 1. Bagi Responden
oleh Fahanani (2010) tentang Diharapkan bagi
“Hubungan Pengetahuan tentang responden lebih meningkatkan
Gangguan Jiwa dengan Dukungan pengetahuan dan informasi baik
Keluarga yang Mempunyai Anggota dari media massa maupun
Keluarga Skizofrenia” dengan hasil elektronik agar menambah
penelitian menunjukkan ada pengetahuan khususnya tentang
hubungan yang signifikan antara kepedulian dalam bersikap
tingkat pengetahuan tentang kepada penderita gangguan jiwa
gangguan jiwa dengan dukungan untuk penatalaksanaannya.
keluarga yang mempunyai anggota 2. Bagi Institusi
keluarga skizofrenia mayoritas a. Puskesmas Colomadu 1
masuk kategori sedang. Sedangkan Bagi petugas kesehatan
penelitian lain yang tidak ada diharapkan dapat
pengaruh dengan penelitian ini meningkatkan dalam
adalah penelitian Dewayani,et al pemberian informasi atau
(2011) “Perceived Peer Social pendidikan kesehatan melalui
Support dan Psychological Distress penyuluhan dan promosi
Mahasiswa Universitas Indonesia”. kesehatan jiwa bagi
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat secara
tidak terdapat perbedaan terprogram berkoordinasi
psychological distress yang dengan institusi kesehatan
signifikan antara mahasiswa UI yang terkait seperti Rumah Sakit
memiliki perceived peer social Jiwa, agar dapat
support dengan mahasiswa UI yang meningkatkan mutu
tidak memiliki perceived peer social pelayanan kesehatan jiwa.
support. b. Pendidikan
Diharapkan bisa
SIMPULAN DAN SARAN bermanfaat untuk referensi
dan acuan yang ingin
Simpulan mengambil kasus tentang
1. Pengetahuan responden di gangguan jiwa untuk
wilayah kerja Puskesmas menggali dan
Colomadu 1 tentang gangguan mengembangkan
jiwa mayoritas adalah termasuk pengetahuan tentang sikap
kategori pengetahuan cukup. masyarakat pada penderita
2. Sikap responden di wilayah kerja gangguan jiwa dalam
Puskesmas Colomadu 1 penerapan ilmu dan konsep
terhadap penderita gangguan keperawatan jiwa.
jiwa lebih banyak sikap yang .
positif atau mendukung. 3. Bagi Penelitian berikutnya
3. Terdapat hubungan yang Diharapkan bagi peneliti
signifikan antara pengetahuan selanjutnya adalah mengkaji
tentang gangguan jiwa terhadap lebih dalam dan secara kualitatif
sikap masyarakat kepada atau observasional untuk
penderita gangguan jiwa di mengetahui faktor-faktor lain
wilayah kerja Puskesmas yang mempengaruhi sikap
Colomadu 1. masyarakat kepada penderita
gangguan jiwa dengan
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 14
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

mengembangkan variabel Idwar. 2009. “Perilaku Masyarakat


penelitian. dalam Penanganan Gangguan
Jiwa di kota Langsa propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam”.
DAFTAR PUSTAKA
Tesis. http://repository
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia, usu.ac.id/handle/123456789/2
Teori dan Pengukurannya. 807. Di akses pada tanggal 5
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Maret 2012.

Basford, L. 2006. Teori dan Praktik Li Yu Song, et.al. 2005. “Community


Keperawatan : Pendekatan Attitude Toward The Mentally
Integral pada Asuhan Pasien. III: The Result A National
Jakarta : EGC. Survey of the Taiwanese
Population”. International
Depkes. 2007. Laporan Hasil Riset Journal Of Social Psychiatry,
Kesehatan Dasar vol.51 (2) 174-188.
(RISKESDAS) Nasional 2007, http://isp.sagepub.com/content
Badan Penelitian dan /51/2/162.short. Di akses pada
Pengembangan Depkes RI. tanggal 16 Maret 2013.
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi
Dewayani, et.al. “Perceived Peer Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Social Support dan Jakarta : Rineka Cipta.
Psychological Distress
Mahasiswa Universitas Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Indonesia”. Makara Sosial Penelitian Kesehatan, Ed.Rev.
Humaniora, Vol.15, No.2, Jakarta : Rineka Cipta.
Desember 2011: 86-93.
http://journal.ui.ac.id/index.php Nursalam. 2011. Konsep dan
/humanities/article/viewFile/13 Penerapan Metodologi
03/1192. Di akses pada Penelitian Ilmu Keperawatan.
tanggal 15 April 2013. Jakarta : Salemba Medika.

Fahanani, FG. 2010.“Hubungan Priyanto.2007.http://ebookdatabase.


Pengetahuan tentang net/apakah-gangguan-jiwa-itu-
Gangguan Jiwa dengan 59070351. Diakses pada
Dukungan Keluarga yang tanggal 10 Mei 2012.
Mempunyai Anggota
KeluargaSkizofrenia”.Skripsi.ht Salahuddin, M. 2009. “Peran
tp://etd.eprints.ums.ac.id/9479/ Keluarga Terhadap Proses
2/J210060039.pdf. Di akses Penyembuhan Pasien
pada tanggal 3 Maret 2012. Gangguan Jiwa”. Skripsi.
http://lib.uin-
Hawari, D. 2009. Pendekatan malang.ac.id/thesis/fullchapter
Holistik Pada Gangguan Jiwa /04410102-muhammad-
Skizofrenia. Jakarta : Balai salahuddin.ps. Diakses pada
Penerbit FKUI. tanggal 21 Maret 2012.
Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada 15
Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1 (Nopyawati
Sulistyorini)

Setiawati, EM. 2012. “Studi Kualitatif Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa,


tentang Sikap Keluarga Ed.Revisi. Cet. Ke-3.
terhadap Pasien Gangguan Bandung : PT. Refika
Jiwa di wilayah Kecamatan Aditama.
Sukoharjo”.Skripsi.http://etd.ep
rints.ums.ac.id/20213/15/02._
Naskah_Publikasi.pdf. Di *Nopyawati Sulistyorini:
akses pada tanggal 16 Maret Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
2013. UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura
Suliswati. 2005. Konsep dasar ** Arif Widodo, A.Kep., M.Kes :
keperawatan jiwa. Jakarta : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
EGC. Yani Tromol Post 1 Kartasura.
Syaharia, AR. 2008. “Stigma ** Endang Zulaicha, S.Kp. :
Gangguan Jiwa Perspektif Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Kesehatan Mental Islam”. Yani Tromol Post 1 Kartasura
Skripsi. http://digilib.uin-
suka.ac.id/1708/. Di akses
pada tanggal 13 Oktober
2012.

Tarjum. 2004. Keluarga dan


Penderita Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wawan. A. 2011. Teori dan


Pengukuran Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Wolff, et. al. (2011). “Community


knowledge of mental illness
and reaction to mentally ill
people”. The British Journal of
Psychiatri
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu
bmed/8837909. Di akses pada
tanggal 30 Juli 2012.

Yosep, I. 2007. Mencegah


Gangguan Jiwa Mulai Dari
Keluarga.
http://ebookbrowse.com/menc
egah-gangguan-jiwa-mulai-
dari-keluarga-kita-pdf-
d14398638. Di akses pada
tanggal 21 Maret 2012.

Anda mungkin juga menyukai