ABSTRAK
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskrptif dengan sumber data primer. Pengambilan
data dilakukan dengan studi pustaka, studi lapangan, dan wawancara yang dilaksanakan tanggal
12 Desember – 5 Januari 2018.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas kegiatan petugas kesehatan dan pasien sudah
tertata sesuai alur pelayanan pasien. Potensi bahaya di Puskesmas Pajang antara lain: 1) Bed pasien
tanpa pegangan; 2) Pegangan di kamar mandi orang tua salah letak; 3) Ram tidak memiliki
bantalan karpet karet; 4) Lemari dokumen rusak dan dokumen tidak tertata rapi; 5) Penyimpanan
makanan dan minuman dalam kulkas obat; 6) Parit yang terbuka tanpa penutup; 7) Tembok lantai
2 yang terlalu rendah.
Simpulan: Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang Surakarta
sudah cukup ideal.
Saran: Diperlukan adanya petugas K3L dan SOP khusus untuk memanajemen aspek K3L di
lingkungan puskesmas, sosialisasi dan pelatihan terhadap petugas medis mengenai K3L,
kecelakaan kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri saat bekerja, serta mengajukan proposal ke
pemerintah daerah untuk melengkapi sarana dan prasarana K3L yang belum tersedia.
ABSTRACT
Introduction: Primary Health Care is a workplace where health people (the officers and the
visitors) and sick people get around together in. Therefore, it has health risks due to the
transmission of diseases and diseases due to accidents. Based on the International Labor
Organization (ILO) there are 1.2 million people die each year due to occupational accidents or
occupational illness. The risk management on HSE can be done through 3 things: Hazard
Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC).
Methods: This study was a descriptional research and used primary data. Data was collected by
literature studies, field studies, and interviews held from 12 December to 5 January 2018.
Results: The results of this study indicate their activity health workers and patients has been
arranged in accordance flow of patient care. Potential hazards in Pajang Primary Health Care
include: 1) Absence of bed handle; 2) misplaced bathroom handle; 3) Ram didn’t have rubber
carpet as a cushion; 4) broken and unorganized document storage; 5) stuffing medical fridge with
foods and beverages; 6) canal are wide open; 7) second floor’s wall aren’t high enough.
Recommendations: HSE officers and special procedures are needed to manage HSE aspects
around primary health care, socialize and train HSE aspects to officers, occupational accidents,
and use of Personal Protective Equipment at work, and submit proposal toward local government
for providing facilities and infrastructure of HSE completely.
Fasilitas Kesehatan meliputi Rumah tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Bersalin, kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
Balai Kesehatan, Laboratoruim, dan Klinik mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Perusahaan. Pemeliharaan K3 di Fasilitas Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa
Kesehatan penting untuk mendukung baik bagi Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat
masyarakat pekerja, manajemen, maupun kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
pengunjung agar dapat hidup dan bekerja secara dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
aman, sehat serta nyaman. hanya terhadap petugas kesehatan dan staf
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 puskemas saja, tetapi juga terhadap pasien
tentang Keselamatan Kerja Pasal 2 telah maupun pengunjung puskesmas. Sehingga
menetapkan jaminan dan persyaratan sudah seharusnya pihak pengelola Puskesmas
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, (DEPKES, 2006).
di dalam air maupun di udara, yang berada di Puskesmas (Pusat Kesehatan
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
Indonesia. Selain keselamatan kerja, aspek kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis
kesehatan kerja juga harus diperhatikan sesuai dinas kesehatan kota atau kabupaten. Puskesmas
dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 merupakan tempat kerja serta berkumpulnya
Pasal 4 yang memberikan hak kesehatan pada orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan
setiap orang dan pada Pasal 164 dan Pasal 165 orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup kesehatan akibat transmisi penyakit maupun
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta penyakit akibat kecelakaan kerja. Terdapat
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. potensi bahaya lain, seperti kecelakaan
Dalam Undang-Undang No 23 tahun (kebakaran akibat api serta listrik dan
2003 tentang kesehatan pasal 23 “Upaya peledakan), radiasi bahan kimia berbahaya, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus gangguan ergonomik. Semua potensi bahaya
diselenggarakan di tempat kerja, khususnya
tersebut dapat menyebabkan kesakitan, Pengambilan data dilakukan pada
kecacatan, dan kematian. tanggal 21 Agustus – 9 September 2017. Data
International Labour Organization yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
(ILO) terdapat 1,2 juta orang meninggal setiap memperhatikan hasil studi pustaka untuk
tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit kemudian dilakukan pengambilan keputusan
akibat hubungan kerja (PAHK). Dari dua ratus penyelesaian masalah.
lima puluh juta kecelakaan, tiga juta orang
meninggal karena PAHK. Diperkirakan ada HASIL DAN PEMBAHASAN
seratus enam puluh juta PAHK baru setiap Aktivitas Kegiatan. Fasilitas pelayanan yang
tahunnya. terdapat di Puskesmas Pajang yaitu pelayanan
Mengingat tingginya risiko kesehatan poli umum, poli gigi, poli KIA, laboratorium,
dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya dan imunisasi. Kegiatan pelayanan dapat dilihat
amanat dalam Undang-undang untuk di bagan alur pelayanan sebagai berikut.
menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja,
maka perlu dilaksanakan Upaya Kesehatan
Kerja di wilayah kerja Puskesmas. K3 di
puskesmas perlu dikelola dengan baik.
Manajemen risiko pada K3L dapat dilakukan
melalui 3 hal yaitu Hazard Identification
(Identifikasi Bahaya), Risk Assessment
(Penilaian risiko), dan Determining Control
(Penetapan pengendalian) atau sering disebut
dengan HIRADC.
(5) Penyimpanan makanan dan minuman (6) Parit yang terbuka tanpa penutup.
dalam kulkas obat. Dampak dari penyimpanan Dampaknya pengunjung maupun petugas
obat dalam kulkas yang di campur dengan kesehatan di puskesmas beresiko terjatuh ke
makanan dan minuman adalah dalam parit dan menimbulkan cedera. Penilaian
terkontaminasinya obat dengan makanan dan risiko dari bahaya ini dengan probability: 3,
minuman yang belum tentu bersih yang dapat severity: 2 dan tingkat risiko medium.
mempengaruhi kualitas obat tersebut. Penilaian Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode
risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, teknik (Menutup parit dengan baja kisi penutup
severity : 4 dan tingkat risiko medium. parit). Dengan pengendalian bahaya yang telah
Pengendalian bahaya dilakukan dengan metode dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
teknik eliminasi (makanan dan minuman dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
kulkas obat dikeluarkan) dan administrasi
(pengadaan kulkas terpisah untuk makanan
minuman serta yang khusus untuk obat-obatan).
Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
risiko yang dapat diterima.