Anda di halaman 1dari 8

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang Surakarta

Salsabil L, Audhy K, Ajeng A, Ayu P, Hesthi K, Livilia M, Maria H, Sumardiyono*


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat


(petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat
kerja yang mempunyai risiko kesehatan akibat transmisi penyakit maupun penyakit akibat
kecelakaan kerja. Berdasarkan International Labour Organization (ILO) terdapat 1,2 juta orang
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (PAHK).
Adapun manajemen risiko pada K3L dapat dilakukan melalui 3 hal yaitu Hazard Identification
(Identifikasi Bahaya), Risk Assessment (Penilaian risiko), dan Determining Control (Penetapan
pengendalian) atau sering disebut dengan HIRADC.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskrptif dengan sumber data primer. Pengambilan
data dilakukan dengan studi pustaka, studi lapangan, dan wawancara yang dilaksanakan tanggal
12 Desember – 5 Januari 2018.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas kegiatan petugas kesehatan dan pasien sudah
tertata sesuai alur pelayanan pasien. Potensi bahaya di Puskesmas Pajang antara lain: 1) Bed pasien
tanpa pegangan; 2) Pegangan di kamar mandi orang tua salah letak; 3) Ram tidak memiliki
bantalan karpet karet; 4) Lemari dokumen rusak dan dokumen tidak tertata rapi; 5) Penyimpanan
makanan dan minuman dalam kulkas obat; 6) Parit yang terbuka tanpa penutup; 7) Tembok lantai
2 yang terlalu rendah.

Simpulan: Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas Pajang Surakarta
sudah cukup ideal.

Saran: Diperlukan adanya petugas K3L dan SOP khusus untuk memanajemen aspek K3L di
lingkungan puskesmas, sosialisasi dan pelatihan terhadap petugas medis mengenai K3L,
kecelakaan kerja, dan penggunaan Alat Pelindung Diri saat bekerja, serta mengajukan proposal ke
pemerintah daerah untuk melengkapi sarana dan prasarana K3L yang belum tersedia.

Kata kunci : Implementasi K3; HIRADC, Puskesmas Pajang


Implementation of Health, Safety, and Environment (HSE) in Pajang
Primary Health Care Surakarta

Salsabil L, Audhy K, Ajeng A, Ayu P, Hesthi K, Livilia M, Maria H, Sumardiyono*


Public Health Division, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University
*E-mail: Sumardiyono99@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Primary Health Care is a workplace where health people (the officers and the
visitors) and sick people get around together in. Therefore, it has health risks due to the
transmission of diseases and diseases due to accidents. Based on the International Labor
Organization (ILO) there are 1.2 million people die each year due to occupational accidents or
occupational illness. The risk management on HSE can be done through 3 things: Hazard
Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC).

Methods: This study was a descriptional research and used primary data. Data was collected by
literature studies, field studies, and interviews held from 12 December to 5 January 2018.

Results: The results of this study indicate their activity health workers and patients has been
arranged in accordance flow of patient care. Potential hazards in Pajang Primary Health Care
include: 1) Absence of bed handle; 2) misplaced bathroom handle; 3) Ram didn’t have rubber
carpet as a cushion; 4) broken and unorganized document storage; 5) stuffing medical fridge with
foods and beverages; 6) canal are wide open; 7) second floor’s wall aren’t high enough.

Conclusions: Implementation of Health, Safety, and Environment (HSE) in Pajang Primary


Health Care is quite ideal.

Recommendations: HSE officers and special procedures are needed to manage HSE aspects
around primary health care, socialize and train HSE aspects to officers, occupational accidents,
and use of Personal Protective Equipment at work, and submit proposal toward local government
for providing facilities and infrastructure of HSE completely.

Keywords : Implementation of HSE; HIRADC, Pajang Primary Health Care


PENDAHULUAN

Fasilitas Kesehatan meliputi Rumah tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Bersalin, kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
Balai Kesehatan, Laboratoruim, dan Klinik mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Perusahaan. Pemeliharaan K3 di Fasilitas Berdasarkan pasal tersebut jelas bahwa
Kesehatan penting untuk mendukung baik bagi Puskesmas termasuk ke dalam kriteria tempat
masyarakat pekerja, manajemen, maupun kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang
pengunjung agar dapat hidup dan bekerja secara dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
aman, sehat serta nyaman. hanya terhadap petugas kesehatan dan staf
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 puskemas saja, tetapi juga terhadap pasien
tentang Keselamatan Kerja Pasal 2 telah maupun pengunjung puskesmas. Sehingga
menetapkan jaminan dan persyaratan sudah seharusnya pihak pengelola Puskesmas
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, menerapkan upaya-upaya K3 di Puskesmas
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, (DEPKES, 2006).
di dalam air maupun di udara, yang berada di Puskesmas (Pusat Kesehatan
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
Indonesia. Selain keselamatan kerja, aspek kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis
kesehatan kerja juga harus diperhatikan sesuai dinas kesehatan kota atau kabupaten. Puskesmas
dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 merupakan tempat kerja serta berkumpulnya
Pasal 4 yang memberikan hak kesehatan pada orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan
setiap orang dan pada Pasal 164 dan Pasal 165 orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas
menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan tempat kerja yang mempunyai risiko
ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup kesehatan akibat transmisi penyakit maupun
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta penyakit akibat kecelakaan kerja. Terdapat
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. potensi bahaya lain, seperti kecelakaan
Dalam Undang-Undang No 23 tahun (kebakaran akibat api serta listrik dan
2003 tentang kesehatan pasal 23 “Upaya peledakan), radiasi bahan kimia berbahaya, serta
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus gangguan ergonomik. Semua potensi bahaya
diselenggarakan di tempat kerja, khususnya
tersebut dapat menyebabkan kesakitan, Pengambilan data dilakukan pada
kecacatan, dan kematian. tanggal 21 Agustus – 9 September 2017. Data
International Labour Organization yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
(ILO) terdapat 1,2 juta orang meninggal setiap memperhatikan hasil studi pustaka untuk
tahun karena kecelakaan kerja atau penyakit kemudian dilakukan pengambilan keputusan
akibat hubungan kerja (PAHK). Dari dua ratus penyelesaian masalah.
lima puluh juta kecelakaan, tiga juta orang
meninggal karena PAHK. Diperkirakan ada HASIL DAN PEMBAHASAN
seratus enam puluh juta PAHK baru setiap Aktivitas Kegiatan. Fasilitas pelayanan yang
tahunnya. terdapat di Puskesmas Pajang yaitu pelayanan
Mengingat tingginya risiko kesehatan poli umum, poli gigi, poli KIA, laboratorium,
dan keselamatan kerja bagi pekerja dan adanya dan imunisasi. Kegiatan pelayanan dapat dilihat
amanat dalam Undang-undang untuk di bagan alur pelayanan sebagai berikut.
menerapkan kesehatan kerja di tempat kerja,
maka perlu dilaksanakan Upaya Kesehatan
Kerja di wilayah kerja Puskesmas. K3 di
puskesmas perlu dikelola dengan baik.
Manajemen risiko pada K3L dapat dilakukan
melalui 3 hal yaitu Hazard Identification
(Identifikasi Bahaya), Risk Assessment
(Penilaian risiko), dan Determining Control
(Penetapan pengendalian) atau sering disebut
dengan HIRADC.

Gambar 1. Alur Pelayanan Puskesmas


METODE PENELITIAN
Kegiatan sehari-hari di Puskesmas yang
Penelitian ini merupakan penelitian berhubungan dengan kesehatan keselamatan
deskriptif. Sumber data yang digunakan yaitu kerja (K3) yaitu: (1) Pasien datang. Pasien
data primer yang diperoleh melalui beberapa datang lalu menuju loket untuk mengambil
teknik pengambilan data, yaitu : (1) studi nomor antrean (2) Menunggu antrian. Setelah
pustaka (2) studi lapangan (3) wawancara, dalam mendapatkan nomor antrian, pasien duduk dan
hal keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan menunggu giliran. Pasien lama dapat
kerja Puskesmas Pajang, Surakarta. menggunakan kartunya, sedangkan pasien baru
dibuatkan data yang baru. (3) Masuk ke (1) Bed pasien tanpa pengaman. Dampaknya
poliklinik. Apabila nomor antrian pasien telah risiko pasien untuk jatuh dari bed dan
dipanggil, pasien menuju poli umum, poli gigi, menyebabkan cedera. Penilaian risiko dari
atau poli KIA untuk dilakukan pemeriksaan oleh bahaya ini dengan probability: 3, severity: 3
dokter. Apabila pasien membutuhkan dantingkat risiko medium. Pengendalian bahaya
pemeriksaan penunjang, pasien akan diberikan dilakukan melalui metode eliminasi (bed tanpa
surat pengantar untuk nantinya diserahkan ke pegangan tidak digunakan lagi untuk transport
laboratorium. Jika tidak, pasien dapat langsung pasien) dan substitusi (mengganti dengan bed
diberikan obat.(4) Pemeriksaan laboratorium. yang dilengkapi pelindung samping). Dengan
Pasien menyerahkan surat pengantar pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
laboratorium kepada petugas di laboratorium maka bahaya ini termasuk dalam kriteria risiko
untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah selesai yang dapat diterima.
hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan
kepada dokter untuk dianalisis. Kemudian
dokter memberikan resep untuk ditebus di
apotek puskesmas. (5) Penebusan resep di
apotek. Setelah mendapatkan resep dari dokter,
resep diserahkan kepada apoteker untuk pasien
mendapatkan obat. (6) Pasien pulang. Pasien
pulang setelah menerima obat.
Hazard Identification Risk Assesment
and Determining Controls. Bahaya adalah Gambar 2. Bed pasien tanpa pengaman
sebuah sumber, situasi atau tindakan yang
(2) Pegangan di kamar mandi bagi orang tua
memiliki potensi menciderai manusia atau
salah letak. Dampak kesalahan letak pegangan
kondisi kelainan fisik atau mental yang berasal
di kamar mandi bagi orang tua adalah rawan
dari situasi yang terkait pekerjaan (OHSAS
untuk terpeleset dan jatuh. Penilaian risiko dari
18001:2007). Risiko merupakan kombinasi
bahaya ini dengan probability: 3, severity: 3 dan
kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya
tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya
atau keparahan suatu cidera yang disebabkan
dilakukan melalui metode teknik (pemindahan
oleh kejadian tersebut (OHSAS 18001:2007).
letak pegangan di dinding) dan administrasi
Terdapat beberapa temuan bahaya yang (pengadaan peringatan untuk hati-hati di kamar
berada di Puskesmas Pajang yaitu: mandi). Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
kriteria risiko yang dapat diterima.

Gambar 4. Jalur RAM tidak memiliki bantalan


Gambar 3. Pegangan di kamar mandi bagi karpet karet
orang tua salah letak
(4) Lemari dokumen rusak dan dokumen tidak
(3) Jalur RAM tidak memiliki bantalan karpet tertata rapi. Dampak dari rusaknya lemari
karet. Dampak tidak tersedianya bantalan karpet dokumen dan tidak tertatanya dokumen dengan
karet pada RAM adalah licinnya jalur terutama baik adalah ambruknya lemari dan dapat
jika jalur berada di luar ruang dan terkena air menimpa orang disekitarnya. Penilaian risiko
hujan, sehingga rawan untuk terpeleset dan dari bahaya ini dengan probability : 3, severity :
tergelincirnya bed pasien ketika melewati jalur. 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian
Penilaian risiko dari bahaya ini dengan bahaya dilakukan dengan metode eliminasi
probability: 3, severity : 3 dan tingkat risiko (lemari yang sudah rusak tidak digunakan lagi),
medium. Pengendalian bahaya dilakukan dengan subtitusi (mengganti lemari yang rusak dengan
metode teknik (pemberian karpet karet) dan lemari baru) dan administrasi (pemberian tanda
administrasi (pengadaan peringatan untuk dan nama untuk tiap file dan barang yang
berhati-hati ketika melewati jalur RAM). disimpan di lemari sehingga gampang untuk
Dengan pengendalian bahaya yang telah menata dan mengelompokkan). Dengan
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam pengendalian bahaya yang telah dilakukan,
risiko yang dapat diterima. maka bahaya ini termasuk dalam risiko yang
dapat diterima.
Gambar 5. Lemari dokumen rusak dan Gambar 6. Penyimpanan makanan dan
dokumen tidak tertata rapi minuman dalam kulkas obat.

(5) Penyimpanan makanan dan minuman (6) Parit yang terbuka tanpa penutup.
dalam kulkas obat. Dampak dari penyimpanan Dampaknya pengunjung maupun petugas
obat dalam kulkas yang di campur dengan kesehatan di puskesmas beresiko terjatuh ke
makanan dan minuman adalah dalam parit dan menimbulkan cedera. Penilaian
terkontaminasinya obat dengan makanan dan risiko dari bahaya ini dengan probability: 3,
minuman yang belum tentu bersih yang dapat severity: 2 dan tingkat risiko medium.
mempengaruhi kualitas obat tersebut. Penilaian Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode
risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, teknik (Menutup parit dengan baja kisi penutup
severity : 4 dan tingkat risiko medium. parit). Dengan pengendalian bahaya yang telah
Pengendalian bahaya dilakukan dengan metode dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
teknik eliminasi (makanan dan minuman dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
kulkas obat dikeluarkan) dan administrasi
(pengadaan kulkas terpisah untuk makanan
minuman serta yang khusus untuk obat-obatan).
Dengan pengendalian bahaya yang telah
dilakukan, maka bahaya ini termasuk dalam
risiko yang dapat diterima.

Gambar 7. Parit tanpa penutup


(7) Tembok lantai 2 yang terlalu rendah. memanajemen aspek K3L di lingkungan
Dampaknya pasien, pengunjung maupun puskesmas, sosialisasi dan pelatihan terhadap
petugas kesehatan dapat terjatuh apabila petugas medis mengenai K3L, kecelakaan kerja,
bersandar pada tembok tersebut. Penilaian risiko dan penggunaan Alat Pelindung Diri saat
dari bahaya ini dengan probability: 2, severity: 4 bekerja, serta mengajukan proposal ke
dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya pemerintah daerah untuk melengkapi sarana dan
dilakukan melalui metode substitusi prasarana K3L yang belum tersedia
(meninggikan tembok atau memberikan
pengaman pada tembok), teknik (lebih berhati-
DAFTAR PUSTAKA
hati dalam berjalan di lingkungan puskesmas)
dan administrasi (menampilkan tanda peringatan Cipta Kridatama (2010). Prosedur identifikasi
untuk tidak bersandar pada tembok yang tidak bahaya panilaian dan pengendalian risiko.
Jakarta: PT Cipta Kridatama.
ada pengaman). Dengan pengendalian bahaya
Depkes RI (2006). Pedoman penatalaksanaan
yang telah dilakukan, maka bahaya ini termasuk upaya kesehatan kerja di puskesmas. Jakarta.
dalam kriteria risiko yang dapat diterima.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014. http://depkes.go.id/ -
diakses pada Mei 2017.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.48 Tahun 2016 Tentang
Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Perkantoran.
Ramli, Soehatman (2010). Sistem manajemen
Gambar 8. Dinding pada tangga yang keselamatan & kesehatan kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.
terlalu rendah
Sidoarjo, 2009, Hazard Identification Risk
SIMPULAN Assessment and Determining Controls,
(OHSAS 18002:2008, CLAUSE 4.3.1).
Implementasi Keselamatan, Kesehatan Suma’mur PK (2001). Keselamatan kerja dan
Kerja dan Lingkungan (K3L) di Puskesmas pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Pajang sudah cukup ideal.
Tarwaka (2008). Keselamatan dan kesehatan
SARAN kerja. Surakarta: Harapan press.
Undang-Undang No.23 Tahun 2003 Tentang
Penulis menyarankan perlu adanya Kesehatan.
petugas K3L dan SOP khusus untuk

Anda mungkin juga menyukai