DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Sektor industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang terdaftar
dalam BEI yang memiliki indeks sektor tertinggi dibandingkan indeks sektoral
lainnya, sehingga sektor ini memiliki prospek baik dalam jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor industri barang konsumsi pada
tahun 2010-2014 dengan teknik pemilihan contoh purposive sampling dan
dianalisis dengan Structural Equation Modeling (SEM). Tujuan penelitian
menganalisis pengaruh solvabilitas, likuiditas dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan. Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Long
Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan inikator pada peubah struktur
modal. Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR) dan Cash Ratio (CsR) merupakan
merupakan indikator pada peubah likuiditas. Profit Margin (PM), Return on Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE) merupakan indikator pada peubah
profitabilitas. Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Price to
Book Value (PBV) merupakan indikator pada peubah nilai perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan struktur modal berpengaruh tidak nyata dan positif,
likuiditas berpengaruh tidak nyata dan negatif, serta profitabilitas berpengaruh
nyata dan positif terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci : nilai perusahaan, solvabilitas, likuiditas, profitabilitas, industri barang
konsumsi
ABSTRACT
Consumer goods industry sector is one of the sectors listed in Indonesia Stock
Exchange that have the highest sector index compared to other sectoral index, so
the sector that have good prospects in the long term. This study uses data consumer
goods industry sector in 2010-2014 with sample selection technique purposive
sampling and analyzed using Structural Equation Modeling (SEM). The purpose of
to analize the effect of solvability, likuidity and profitability on firm value. Debt to
Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Equity
Ratio (LDER) are indicator on capital structure variable. Current Ratio (CR), Quick
Ratio (QR) dan Cash Ratio (CsR) are indicator on likuidity variable. PM, ROA and
ROE are indicator on profitability variable. Profit Margin (PM), Return on Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE) are indicator on profitabily variable. Earning
per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) are
indicator on firm value variable. The results show capital structure has a positive
but not significant, negative and not significant effect on liquidity, and positive
significant effect on profitability to firm value.
Keywords: firm value, solvability, liquidity, profitability, costumers goods industry
PENGARUH SOLVABILITAS, LIKUIDITAS DAN
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BEI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Solvabilitas, Likuiditas dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Industri Barang Konsumsi di
Bursa Efek Indonesia berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Ade Sukarsep dan Ibu Wahyuningsih, serta
kakak dan adik penulis atas doa, motivasi dan dukungan untuk penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan maupun motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Yusrina Permatasari, S.Sos, ME selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran dalam penyelesian skripsi ini,
3. Para dosen dan staff tata usaha Departemen Manajemen IPB yang telah
memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Teman-teman satu bimbingan : Vidi, Deris, Fauzan, Sylva, Diana, Fafa, Aya,
Jerry, dan Andes yang telah berjuang bersama, menjadi teman diskusi dan
memberikan dukungan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabat selama perkuliahan : Ayu, Farah, Rani, Arvina, Nazlia, Rininta,
Mutoharoh, Indri, Devi, Khadijah, Gita, Natia, Syifa, Fitri, Andrian, dan Wafi.
6. Teman-teman Manajemen 49, BEM FEM IPB Kabinet Simfoni dan BEM FEM
IPB Kabinet Cakrawala yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Struktur Modal 4
Likuiditas 4
Profitabilitas 5
Nilai Perusahaan 5
Penelitian Terdahulu 5
METODE 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Lokasi dan Waktu Penelitian 8
Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Gambaran Umum Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi 12
Kondisi Struktur Modal Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi 13
Kondisi Likuiditas Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi 15
Kondisi Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi 18
Kondisi Nilai Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi 20
Pengaruh Solvabilitas, Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Sektor Industri Barang Konsumsi 22
Implikasi Manajerial 27
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang
cukup padat. Data Central Intelligence Agency (CIA) tahun 2015 menyebutkan,
penduduk Indonesia menempati urutan kelima terbesar di dunia setelah China, India,
Eropa dan Amerika Serikat dengan total penduduk 255.993.674 jiwa. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, penduduk Indonesia diproyeksikan
akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Peningkatan jumlah penduduk
akan sejalan dengan peningkatan jumlah konsumsi yang akan dikonsumsi oleh
suatu negara. Di Indonesia, pola masyarakat yang cenderung konsumtif akan
mendorong masyarakat untuk melakukan pengeluaran yang dapat terlihat dari
peningkatan pengeluaran berdasarkan kelompok barang (makanan dan bukan
makanan). Data rataan pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang
dapat dilihat pada Gambar 1.
800000
776032
700000
Pengeluaran (rupiah)
703561
600000 633269
593664
500000
494845
400000
300000
200000
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 1 Rataan pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok barang
(BPS 2015)
pertanian 1719262
infrastruktur 981333
perdagangan 849527
pertambangan 811072
keuangan 687039
Rumusan Masalah
Tujuan Penellitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur Modal
Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara hutang dan modal
sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan untuk
merencanakan mendapatkan modal (Ambarwati 2010). Struktur modal adalah
paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh
perusahaan (Keown 2008). Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana
modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva rill perusahaan, dengan cara
menentukan struktur modal antara modal hutang dan modal sendiri. Keputusan
pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan yang
terefleksi di harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan
adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham
yang merupakan cerminan dari suatu nilai perusahaan (Harmono 2011).
Likuiditas
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas
perusahaan yang beredar. Harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli diartikan
sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Nilai perusahaan dapat dicapai
dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti
manajer maupun komisaris (Keown 2008).
Penelitian Terdahulu
METODE
Pasar Modal
Nilai
Solvabilitas Likuiditas Profitabilitas
Perusahaan
Analisis SEM
Rekomendasi
Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan data sekunder. Data sekunder berasal dari studi
literatur, yaitu buku, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal, baik nasional maupun
internasional yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar dalam
BEI digunakan dalam menganalisis penelitian. Penelitian menggunakan teknik
pengambilan contoh purposive sampling yaitu pengambilan contoh hanya pada
individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu
(Suharsaputra, 2010). Kriteria yang digunakan dalam pemilihan contoh adalah:
1. Tercatat dalam BEI
2. Memberikan laporan keuangan tahunan selama periode 2010-2014 secara
lengkap
3. Tidak pernah delisting dan relisting pada periode 2010-2014
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan SEM. SEM
dianalisis dengan software Partial Least Square (PLS) 2.0. Tujuan PLS adalah
membantu peneliti untuk mendapatkan nilai peubah laten untuk tujuan prediksi.
Estimasi parameter didapatkan melalui PLS ke dalam tiga kategori. Kategori
pertama adalah weight estimate untuk menciptakan skor peubah laten. Kategori
kedua, merefleksikan path estimate yang menghubungkan peubah laten dan antara
peubah laten dengan blok indikatornya (loading). Kategori ketiga berkaitan dengan
rataan (means) dan location parameters (regression constants) untuk indikator dan
peubah laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi parameter ini, alogaritm PLS
menggunakan proses tiga tahap dengan setiap tahap menghasilkan estimasi.
9
Rasio Solvabilitas
Struktur modal dalam penelitian diukur dengan rasio solvabilitas. Rasio yang
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
jangka panjang (Hery 2012). Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian
terdiri dari :
1. DAR
Rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara
total hutang dengan total aktiva. Tingginya DAR mengisyaratkan tingginya
risiko keuangan (risiko gagal bayar) bagi suatu perusahaan (Kasmir 2010).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
2. DER
Rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Untuk mencari
rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain
rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan hutang (Kasmir 2010).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
3. LDER
Rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan (Kasmir
2010).
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
LDER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
Rasio Likuiditas
Rasio yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek (Hery 2012). Rasio likuiditas yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari :
1. CR
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula
dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety)
suatu perusahan (Kasmir 2010).
10
Semakin tinggi jumlah aktiva lancar (relatif terhadap hutang lancar), maka
semakin tinggi rasio lancar, yang berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas
perusahaan (Mardiyanto 2009).
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
CR = 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2. QR
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar
kewajiban atau hutang lancar (hutang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan diabaikan,
dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena
sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk digunakan, apabila
perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya
dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya (Kasmir 2010).
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
QR = 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
3. CsR
Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar hutang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari
tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau
tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu
ATM). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya (Kasmir 2010).
Jadi, rasio kas mengukur likuiditas dari aktiva lancar yang pasti dapat dicairkan
menjadi kas (Mardiyanto 2009).
𝐾𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑠
CsR = 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya penggunaan rasio ini menunjukkan
efisiensi perusahaan (Kasmir 2010). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian terdiri dari :
1. PM
Rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk
mengukur rasio ini dilakukan dengan membanding antara laba bersih setelah
pajak dengan penjualan bersih (Kasmir 2010). Meningkatnya PM
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang
tinggi dari aktivitas penjualannya (Mardiyanto 2009).
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
PM = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
2. ROA
Rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas
manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir 2010). ROA mengukur
11
3. ROE
Rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio
ini menunjukkan efesiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini,
makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula
sebaliknya (Kasmir 2010). ROE merupakan rasio yang mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Oleh karena
itu, ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau
nilai perusahaan (Mardiyanto 2009).
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROE = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
2. PER
Rasio harga saham terhadap pendapatan. PER menggambarkan apresiasi pasar
terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi pemodal,
semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk
murah (Fahmi 2014).
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
PER = 𝐸𝑃𝑆
3. PBV
Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku. PBV menggambarkan seberapa
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini,
pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut (Fahmi 2014).
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
PBV =𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
12
DAR
DER Struktur Modal
LDER
CR
QR Likuiditas Nilai Perusahaan EPS
CsR PER
PBV
PM
ROA Profitabilitas
ROE
Gambar 4 Model SEM
Davomas Abadi Tbk (DAVO) pada tanggal 21 Januari 2015, dan PT Sekar Bumi
Tbk (SKBM) pada tanggal 01 Desember 2009. Namun, perusahaan SKBM re-
listing pada tanggal 28 September 2012. Sedangkan pada subsektor kosmetik dan
barang keperluan rumah tangga, perusahaan yang delisting yaitu PT Sara Lee Body
Care Indonesia Tbk (PROD) pada tanggal 01 Desember 2009.
Selain menggunakan DAR dan DER, kondisi struktur modal perusahaan juga
dapat dilihat dari nilai LDER. Nilai LDER mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang. Nilai LDER
tertinggi juga dimiliki oleh perusahan Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI)
dari subsektor farmasi dengan nilai 12,084 sangat jauh dibandingkan nilai rataan
industri 0,476.
Pada akhir tahun 2014, perusahaan SCPI berencana beralih status dari
perusahaan terbuka menjadi perusahaan tertutup. Emiten farmasi ini sudah
melakukan penawaran tender (tender offer) dengan membeli kembali saham yang
beredar di publik, namun baru 84,38% pemegang saham publik yang berpartisipasi
dalam tender offer dan bersedia melepas saham SCPI. Perusahaan SCPI
menawarkan harga tender offer Rp 100.000 per saham atau 244,8% lebih tinggi dari
harga perdagangan terakhir perseroan. Merck telah menyiapkan dana Rp 38,91
miliar untuk menyerap saham publik yang beredar yang berasal dari kas internal.
Alasan utama SCPI ingin mengubah status menjadi perusahaan tertutup, karena
perusahaan sudah merasa tidak membutuhkan pendanaan eksternal lagi.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio solvabilitas (Lampiran 2), maka
terdapat perusahaan dengan nilai komponen solvabilitas terendah dapat dilihat pada
Tabel 3.
menjadi sekitar 11% pada tahun 2015. Perusahaan Mustika Ratu Tbk (MRAT) dari
subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga juga memiliki nilai DER
terendah dengan nilai 0,193 jauh di bawah rataan industri 1,195.
Nilai LDER terendah dimiliki oleh perusahaan Kable Farma Tbk (KLBF)
dari subsektor farm asi dengan nilai 0,021 jauh lebih rendah dari rataan industri
0,467. Perusahaan KLBF yaitu perusahaan internasional yang memproduksi
farmasi, suplemen, nutrisi dan layanan kesehatan. Perusahaan ini hanya memiliki
hutang jangka panjang 2,1% dari total modal yang dimiliki. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sedikitnya jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan
hutang jangka panjang.
Penelitian menunjukkan tingkat solvabilitas tinggi akan meningkatkan nilai
perusahaan, yang berarti perusahaan harus menetapkan komposisi hutang khususnya
hutang jangka panjang tinggi agar dapat meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
dalam harga saham. Namun, semakin tinggi tingkat hutang yang digunakan perusahaan,
semakin tinggi pula risiko gagal bayar yang akan dihadapi. Selain itu, risiko
kebangkrutan juga akan dihadapi perusahaan di masa mendatang apabila perusahaan
tidak memiliki dana yang cukup untuk melunasi hutang jangka panjangnya.
hutang lancar dijamin oleh 7,105 rupiah harta lancar atau 7,105 : 1 antara aktiva
lancar dengan hutang lancar. Rataan industri bernilai 3,288 kali, sehingga dapat
dikatakan bahwa perusahaan TCID memiliki likuiditas baik karena berada diatas
rataan industri. Nilai CR yang tinggi menunjukkan cepatnya perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh tempo. TCID memiliki
jumlah kewajiban terus meningkat dari tahun 2010-2014, namun perusahaan
mampu mengelola tingkat likuiditasnya dengan baik, karena aktiva lancar yang
dimiliki turut meningkat setiap tahunnya. Perusahaan memiliki kewajiban lancar
yang meningkat cukup tajam hingga dua kali lipatnya dari tahun 2013 ke tahun
2014. Karena peningkatan ini, nilai CR menurun drastis hingga 50%, disebabkan
peningkatan kewajiban lancar yang tinggi tidak diikuti oleh peningkatan jumlah
aktiva lancar dengan jumlah yang sama.
Kondisi likuiditas juga dapat dilihat berdasarkan rasio cepat (QR). Nilai QR
tertinggi dimiliki oleh Mustika Ratu Tbk (MRAT) dari subsektor kosmetik dan
barang keperluan rumah tangga dengan nilai 4,776 kali. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan MRAT dalam keadaan baik karena berada di atas rataan industri
yang hany 1,879 kali. Persediaan pada perusahaan MRAT terus meningkat dari
tahun 2010-2014. Rasio cepat tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk digunakan apabila
perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan
dengan aktiva lancar lainnya. Untuk itu, peningkatan persediaan pada perusahaan
MRAT tidak memengaruhi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban
lancar, akibat perusahaan masih dapat menggunakan aktiva lancar lainnya.
Selain rasio lancar dan rasio cepat, kondisi likuiditas juga dapat dilihat dari
rasio kas (CsR). Nilai CsR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk
(DLTA) dari subsektor makanan dan minuman yang memiliki nilai 2,535 jauh di
atas rataan industri 0,591. Nilai CsR yang tinggi menunjukkan seberapa besar uang
kas yang tersedia untuk membayar hutang. Perusahaan DLTA memproduksi
minuman, khususnya bir dengan beberapa produk seperti Anker Bir, Anker Stout,
Carlsberg, San Miguel dan Kuda Putih. Perusahaan DLTA sangat mempertahankan
kas perusahaan yang selalu memiliki nilai dua kali lipat dari kewajiban lancar
perusahaan. Bahkan di tahun 2013, perusahaan DLTA memiliki nilai cadangan kas
67% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya nilai cadangan kas
menunjukkan perusahaan sangat likuid, karena kas merupakan aktiva paling
fleksibel digunakan dalam kegiatan operasional serta dalam melunasi hutang.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio likuiditas (Lampiran 2), maka terdapat
perusahaan dengan nilai komponen likuiditas terendah dapat dilihat pada Tabel 5.
1,178 jauh di atas rataan industri 0,154. Tingginya nilai ROE menunjukkan bahwa
perusahaan MLBI dapat mengelola ekuitas yang dimiliki dengan baik untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan. Pada tahun 2014, penurunan laba bersih
dikarenakan terjadi penurunan pada total ekuitas perusahaan. Penurunan laba
disebabkan perusahaan meneningkatkan aktiva yang dimiliki.
Secara keseluruhan, pada sektor industri barang konsumsi perusahaan MLBI
merupakan perusahaan paling menguntungkan dilihat dari rasio PM, ROA dan ROE.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan MLBI mampu mengelola
perusahaannya dengan baik untuk menghasilkan laba bersih. Perusahaan dapat
mengatur tingkat penjualan, penggunaan aktiva dan modal secara optimal sesuai
dengan keadaan pasar, sehingga perusahaan menghasilkan laba yang besar.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio profitabilitas (Lampiran 2), maka terdapat
perusahaan dengan nilai komponen profitabilitas terendah dapat dilihat pada Tabel
7.
tahun 2010-2014, namun peningkatan aktiva tidak tercermin pada laba bersih
perusahaan yang terus mengalami penurunan dari tahun 2010-2014. Hal tersebut
merupakan dampak dari adanya kenaikan harga cengkeh. Selain itu dengan
depresiasi rupiah yang nyata terhadap mata uang asing. Akhirnya berpengaruh pada
beban pokok penjualan mengalami kenaikan.
Selain melihat rasio PM dan ROA, kondisi profitabilitas juga dapat dilihat
dari return on equity (ROE). Nilai ROE terendah dimiliki oleh perusahaan Merck
Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) dari subsektor farmasi dengan nilai -0,716 jauh
di atas rataan industri 0,154. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perusahaan
selalu mengalami kerugian. Pada tahun 2014, perusahaan SCPI memiliki penurunan
total ekuitas secara tajam hingga mencapai empat kali lipat lebih rendah dari tahun
sebelumnya.
keperluan rumah tangga adalah perusahaan dengan nilai PER terbaik, yaitu 0,434
kali jauh di bawah rataan industri 20,880 kali. PER digunakan oleh para investor
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
mendatang. Bagi pemodal, semakin kecil PER suatu saham, maka semakin bagus
karena saham tersebut termasuk murah. PER merupakan angka psikologis bagi
value investor, dimana PER kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER
tinggi. PER rendah ini disebabkan oleh laba per saham relatif tinggi dibandingkan
dengan harga sahamnya, sehingga tingkat return lebih baik dan payback period
lebih singkat lagi.
Nilai PBV terbaik dimiliki oleh perusahaan Hanjaya Mandala Sampoerna
Tbk (HMSP) dengan nilai 47,684 jauh di atas rataan industri 5,963. Semakin tinggi
rasio PBV menunjukkan bahwa pasar percaya akan prospek perusahaan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perusahaan HMSP merupakan perusahaan yang memiliki
prospek baik.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio nilai perusahaan (Lampiran 2), maka
terdapat perusahaan dengan nilai komponen nilai perusahaan terbaik dapat dilihat
pada Tabel 9.
20,880. Tingginya nilai PER pada perusahaan ini menunjukkan bahwa saham
perusahaan termasuk kategori mahal, sehingga kurang diminati para investor.
Nilai PBV terburuk dimiliki oleh perusahaan Kedaung Indag Can Tbk
(KICI) dari subsektor peralatan rumah tangga dengan nilai 0,482 jauh di bawah
rataan industri 5,963. Semakin rendah rasio PBV menunjukkan pasar kurang
percaya akan prospek perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan KICI
merupakan perusahaan yang memiliki prospek kurang baik di masa mendatang.
Berdasarkan Tabel 11, nilai factor loading sudah di atas 0.50, maka model
SEM akhir yang terbentuk telah memenuhi convergent validity dan indikator-
indikator tersebut telah merefleksikan konstruknya.
Discriminant Validity
Discriminant Validity digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya
masing-masing konstruk. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Average Variance
Extracted (AVE) masing-masing konstruk. Masing-masing konstruk dikatakan
valid, jika nilai AVE > 0.50 (Ghazali, 2008). Berdasarkan hasil output AVE, nilai
AVE semua konstruk memiliki nilai > 0.50, sehingga disimpulkan konstruk sudah
memiliki nilai AVE baik dan masing-masing konstruk memiliki nilai valid. Nilai
output AVE dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 13 Cross-Loading
solvabilitas likuiditas profitabilitas nilai perusahaan
DER 0,9385 -0,0840 -0,2671 0,0043
LDER 0,9935 -0,0309 -0,2430 -0,0130
CR 0,0135 0,9636 0,0116 -0,1347
CsR -0,0457 0,8223 0,2842 -0,0353
QR -0,0128 0,9718 0,0844 -0,1111
PM -0,1419 0,1423 0,9439 0,5239
ROA -0,1015 0,1227 0,9561 0,6698
ROE -0,4211 -0,0732 0,8240 0,4894
EPS -0,0360 -0,0457 0,5123 0,7851
PER 0,0050 -0,1400 0,4454 0,7476
Sumber : data diolah, 2016
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan
cronbachs alpha dari masing-masing konstruk. Konstruk dinyatakan reliabel jika
nilai keduanya > 0.70 (Ghazali, 2008). Data composite reliability dan cronbachs
alpha dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Composite reliability dan cronbachs alpha
Composite Cronbachs
Reliability Alpha
solvabilitas 0,9658 0,9857
likuiditas 0,9440 0,9223
profitabilitas 0,9350 0,8946
nilai perusahaan 0,7401 0,7298
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan hasil output, seluruh konstruk bernilai > 0.70 sehingga peubah-
peubah tersebut bersifat reliabel. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konstruk telah
memiliki reliabilitas yang baik.
Tabel 15 R-square
R-Square
solvabilitas 0
likuiditas 0
profitabilitas 0
nilai perusahaan 0,436
Sumber : data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 15, dapat diilihat bahwa nilai R-square 0,436. Hal
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk solvabilitas, likuiditas
dan profitabilitas dapat menjelaskan variabilitas konstruk nilai perusahaan 43,6%
dan sisanya 66,4% dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti.
Uji kedua adalah melihat nyata pengaruh dengan melihat nilai koefisien
parameter dan nilai nyata t-statistik. Hasil output metode bootstapping pada
SmartPLS dapat dilihat pada Tabel 16.
Nilai koefisien yang memiliki hasil positif berarti terdapat pengaruh positif
dalam pengaruh konstruk, sedangkan pengaruh dikatakan nyata apabila t-statistik
memiliki nilai > 1,96 (t tabel nyata 5% = 1,96). Hasil output menunjukkan pengaruh
solvabilitas terhadap nilai perusahaan memiliki koefisien parameter 0,1295, berarti
terdapat pengaruh positif solvabilitas terhadap nilai perusahaan., yaitu semakin
tinggi solvabilitas, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai t-statistik pada
pengaruh solvabilitas terhadap nilai perusahaan bernilai 1,2327, yaitu kurang di
bawah 1,96 menunjukkan pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan tidak nyata.
Pada pengaruh likuiditas terhadap nilai perushaan memiliki koefisien
parameter -0,1709, yang berarti terdapat pengaruh negatif likuiditas terhadap nilai
perusahaan, yaitu semakin tinggi likuiditas, maka semakin rendah nilai perusahaan.
Nilai t-statistik pada pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan bernilai 1,7481
yaitu kurang di bawah 1,96 menunjukkan pengaruh likuiditas terhadap nilai
perusahaan tidak nyata.
Pada pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan memiliki koefisien
0,6686 berarti terdapat pengaruh positif profitabilitas terhadap nilai perusahaan,
yaitu semakin tinggi profitabilitas, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai
t-statistik pada pengaruh likuiditas terhadap nilai perusahaan bernilai 9,0996 yaitu
diatas 1,96 menunjukkan pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan nyata.
Komposisi hutang dan modal dalam perhitungan struktur modal
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tercermin dalam harga saham. Sebuah
perusahaan akan melakukan kebijakan hutang khususnya jangka panjang karena
pembayaran bunga hutang dapat mengurangi pajak perusahaan (tax deductable)
27
Implikasi Manajerial
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Return on Equity, Likuiditas, dan Growth
Opportunity Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri
Yogyakarta.
[BI] Bank Indonesia. 2015. Statistik Pasar Modal 2015. Jakarta (ID): [diunduh 2016
Januari 26]. Tersedia pada: http://bi.go.id.
[BEI] Bursa Efek Indonesia. 2015. Laporan Keuangan Tahunan. Jakarta (ID): BEI
[diunduh 2016 Januari 10]. Tersedia pada:
http://www.idx.co.id/idid/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangantahun
an.aspx
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Rataan pengeluaran per kapita
sebulan menurut kelompok barang 2010-2014. Jakarta (ID): BPS Indonesia
[diunduh 2015 Desember 26]. Tersedia pada: http://bps.go.id
[CIA] Central Intelligence Agency. 2015. The Wold Factbook Indonesia. [diunduh
2015 Desember 9]. Tersedia pada :
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html
Fadjar. 2013. The Effect of Good Corporate Governance Mechanism, Leverage,
and Firm Size on Firm Value. GSTF International Journal on Business
Review (GBR) 2(4) : 137-142.
Fahmi. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal . Jakarta (ID) :
Mitra Wacana Media.
Ghazali I, Latan H. 2008. Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program SmartPLS2.0. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Hermuningsih S. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size terhadap Nilai Perusahaan
dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening. Jurnal SIASAT BISNIS
16(2): 232-242.
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Jantana, I. 2011. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan Likuiditas terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi Subsektor
Rokok di BEI Tahun 2007-2011 [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas
Diponegoro.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Kencana.
Keown. 2008. Manajemen Keuangan Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta (ID) : PT
INDEKS.
Mardiyanto, Handono. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta (ID) : PT
Grasindo.
Rosintan Iis. 2013. Pengaruh financial leverage dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan pada PT. Indosiar Karya Media Tbk [tesis]. Bandung (ID) :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sianturi. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI. e-Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis
3(2) : 282-296.
Suharsaputra U. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung (ID): PT Refika Aditama.
30
Lanjutan Lampiran 2
NO PERUSAHAAN TAHUN DAR DER LDER CR QR CsR PM ROA ROE PER PBV EPS
2010 0,585 1,413 0,071 0,945 0,785 0,327 0,247 0,390 0,940 13,08 12,29 21021
2011 0,566 1,302 0,058 0,994 0,832 0,376 0,273 0,416 0,957 14,91 14,26 24081
6 MLBI 2012 0,714 2,493 0,077 0,580 0,426 0,124 0,289 0,394 1,375 34,39 47,27 21519
2013 0,446 0,805 0,073 0,977 0,753 0,201 0,329 0,657 1,186 5,4 25,5 222304
2014 0,752 3,029 0,160 0,514 0,371 0,092 0,266 0,356 1,435 34,39 47,27 21519
average 0,612 1,808 0,088 0,802 0,634 0,224 0,281 0,442 1,179 20,434 29,318 62088,8
2010 0,536 1,185 0,662 2,581 2,102 0,454 0,067 0,110 0,243 17,02 4,14 631
2011 0,633 1,722 0,961 2,219 1,495 0,176 0,051 0,073 0,199 22,58 4,51 631
7 MYOR 2012 0,630 1,706 1,079 2,761 1,982 0,696 0,071 0,090 0,243 20,64 5 969
2013 0,594 1,465 0,797 2,443 1,890 0,707 0,088 0,109 0,269 22,32 5,9 1165
2014 0,602 1,510 0,750 2,090 1,458 0,229 0,029 0,040 0,100 20,64 5 969
average 0,599 1,518 0,850 2,419 1,785 0,452 0,061 0,084 0,211 20,64 4,91 873
2010 0,199 0,248 0,044 2,299 2,195 1,303 0,163 0,176 0,219 26,89 5,89 99
2011 0,280 0,389 0,118 1,284 1,174 0,327 0,143 0,153 0,212 29,03 6,16 115
8 ROTI 2012 0,447 0,808 0,514 1,125 1,009 0,194 0,125 0,124 0,224 46,83 10,48 147
2013 0,568 1,315 0,908 1,136 1,022 0,316 0,105 0,087 0,201 32,67 6,56 31
2014 0,552 1,232 0,912 1,366 1,234 0,529 0,100 0,088 0,196 46,83 10,48 147
average 0,409 0,798 0,499 1,442 1,327 0,534 0,127 0,125 0,210 36,45 7,914 107,8
2010 0,407 0,685 0,270 1,925 0,914 0,106 0,015 0,024 0,041 20,01 0,82 7
2011 0,426 0,743 0,239 1,697 0,934 0,151 0,017 0,028 0,049 16,18 0,79 9
9 SKLT 2012 0,482 0,929 0,243 1,415 0,730 0,051 0,020 0,032 0,061 15,61 0,96 12
2013 0,538 1,162 0,262 1,234 0,673 0,072 0,020 0,038 0,082 10,65 0,89 17
2014 0,537 1,162 0,240 1,184 0,666 0,051 0,024 0,050 0,107 15,61 0,96 12
average 0,478 0,936 0,251 1,491 0,784 0,086 0,019 0,034 0,068 15,612 0,884 11,4
2010 0,311 0,452 0,070 1,709 0,852 0,049 0,056 0,066 0,095 11,83 1,13 33
2011 0,476 0,907 0,288 1,035 0,502 0,021 0,042 0,046 0,087 21,18 1,84 33
10 STTP 2012 0,536 1,156 0,171 0,997 0,573 0,015 0,058 0,060 0,129 18,43 2,37 57
2013 0,528 1,118 0,255 1,142 0,665 0,017 0,068 0,078 0,165 17,74 2,93 87
2014 0,519 1,080 0,421 1,484 0,909 0,017 0,057 0,073 0,151 18,43 2,37 57
average 0,474 0,942 0,241 1,274 0,700 0,024 0,056 0,064 0,125 17,522 2,128 53,4
Lanjutan Lampiran 2
NO PERUSAHAAN TAHUN DAR DER LDER CR QR CsR PM ROA ROE PER PBV EPS
2010 0,356 0,554 0,121 1,521 0,914 0,400 0,048 0,046 0,072 32,63 2,69 37
2011 0,380 0,613 0,160 1,477 0,874 0,397 0,061 0,059 0,095 30,79 2,22 35
11 ULTJ 2012 0,307 0,444 0,090 2,018 1,454 0,904 0,126 0,146 0,211 10,87 2,29 122
2013 0,283 0,395 0,081 2,470 1,626 0,965 0,094 0,116 0,161 39,96 6,45 113
2014 0,224 0,288 0,071 3,345 1,890 0,997 0,072 0,097 0,125 10,87 2,29 122
average 0,310 0,459 0,105 2,166 1,352 0,732 0,080 0,093 0,133 25,024 3,188 85,8
2010 0,306 0,444 0,044 2,701 0,322 0,147 0,110 0,135 0,196 18,56 3,63 2155
2011 0,372 0,592 0,041 2,245 0,174 0,081 0,118 0,127 0,202 24,08 4,86 2577
12 GGRM 2012 0,359 0,560 0,041 2,170 0,239 0,093 0,083 0,098 0,153 26,62 4,07 2115
2013 0,421 0,726 0,043 1,722 0,217 0,070 0,079 0,086 0,149 18,67 2,75 2250
2014 0,429 0,752 0,036 1,620 0,159 0,067 0,083 0,093 0,162 26,62 4,07 2115
average 0,377 0,615 0,041 2,092 0,223 0,092 0,095 0,108 0,172 22,91 3,876 2242,4
2010 0,502 1,009 0,052 1,613 1,284 0,328 0,148 0,313 0,629 19,21 12,08 1465
2011 0,473 0,899 0,067 1,749 0,699 0,244 0,152 0,416 0,789 10,62 167,56 3674
13 HMSP 2012 0,493 0,972 0,078 1,776 0,459 0,066 0,147 0,374 0,737 26,78 19,73 2237
2013 0,483 0,936 0,080 1,753 0,323 0,054 0,144 0,394 0,764 25,28 19,32 2468
2014 0,524 1,103 0,095 1,528 0,246 0,005 0,124 0,353 0,742 26,78 19,73 2237
average 0,495 0,984 0,074 1,684 0,602 0,139 0,143 0,370 0,732 21,734 47,684 2416,2
2010 0,566 1,302 0,729 2,500 0,466 0,072 0,025 0,045 0,103 26,49 2,72 30
2011 0,645 1,818 0,115 1,120 0,192 0,023 0,030 0,048 0,136 18,69 2,55 42
14 RMBA 2012 0,723 2,605 1,190 1,643 0,285 0,066 -0,033 -0,047 -0,168 -12,99 2,18 -45
2013 0,904 9,469 4,144 1,179 0,236 0,073 -0,085 -0,113 -1,182 -3,96 4,68 -144
2014 1,136 -8,338 -4,034 1,002 0,236 0,004 -0,162 -0,222 1,631 -12,99 2,18 -45
average 0,795 1,371 0,429 1,489 0,283 0,048 -0,045 -0,058 0,104 3,048 2,862 -32,4
2010 0,250 0,333 0,060 3,717 3,160 1,443 0,122 0,130 0,173 11,82 2,05 99
2011 0,216 0,275 0,077 4,830 4,009 1,778 0,127 0,130 0,166 10,65 1,77 108
15 DVLA 2012 0,217 0,277 0,049 4,310 3,617 1,528 0,137 0,139 0,177 12,71 2,25 133
2013 0,231 0,301 0,065 4,244 3,284 1,471 0,114 0,106 0,138 19,59 2,69 112
2014 0,221 0,285 0,099 5,181 3,910 1,802 0,073 0,065 0,084 12,71 2,25 133
average 0,227 0,294 0,070 4,457 3,596 1,604 0,115 0,114 0,148 13,496 2,202 117
33
34
Lanjutan Lampiran 2
NO PERUSAHAAN TAHUN DAR DER LDER CR QR CsR PM ROA ROE PER PBV EPS
2010 0,576 1,358 0,151 1,552 1,128 0,322 0,012 0,017 0,040 19,76 0,8 4
2011 0,454 0,830 0,076 1,538 1,117 0,290 0,031 0,033 0,061 13,66 0,83 12
16 INAF 2012 0,453 0,828 0,259 2,102 1,666 0,527 0,037 0,036 0,065 24,13 1,57 14
2013 0,544 1,191 0,056 1,265 0,913 0,181 -0,041 -0,042 -0,092 -8,75 0,8 -17
2014 0,526 1,109 0,094 1,304 0,943 0,226 0,001 0,001 0,002 24,13 1,57 14
average 0,510 1,063 0,127 1,552 1,154 0,309 0,008 0,009 0,015 14,586 1,114 5,4
2010 0,328 0,488 0,066 2,425 1,603 0,565 0,044 0,084 0,125 6,37 0,79 25
2011 0,302 0,433 0,066 2,748 1,755 0,434 0,049 0,096 0,137 10,99 1,51 31
17 KAEF 2012 0,306 0,440 0,068 2,803 1,816 0,589 0,055 0,099 0,143 20,42 2,86 36
2013 0,343 0,522 0,062 2,427 1,568 0,528 0,050 0,087 0,133 15,27 2,02 39
2014 0,390 0,639 0,167 2,387 1,583 0,671 0,052 0,080 0,131 20,42 2,86 36
average 0,334 0,504 0,086 2,558 1,665 0,557 0,050 0,089 0,134 14,694 2,008 33,4
2010 0,179 0,218 0,020 4,389 3,036 1,659 0,131 0,191 0,233 25,66 6,14 127
2011 0,213 0,270 0,020 3,653 2,607 1,405 0,140 0,184 0,234 22,43 5,3 152
18 KLBF 2012 0,217 0,278 0,021 3,405 2,287 0,983 0,130 0,188 0,241 30,38 7,3 35
2013 0,249 0,331 0,021 2,839 1,683 0,540 0,123 0,174 0,232 30,53 6,89 41
2014 0,210 0,266 0,023 3,404 2,108 0,794 0,122 0,171 0,216 30,38 7,3 35
average 0,214 0,273 0,021 3,538 2,344 1,076 0,129 0,182 0,231 27,876 6,586 78
2010 0,165 0,198 0,053 6,228 3,845 2,052 0,149 0,273 0,327 18,02 5,95 5303
2011 0,154 0,183 0,050 7,515 5,627 3,878 0,252 0,396 0,468 12,84 6,01 10320
19 MERK 2012 0,268 0,366 0,079 3,871 1,889 1,198 0,116 0,189 0,259 31,58 8,17 4813
2013 0,265 0,361 0,072 3,979 2,293 1,246 0,147 0,252 0,343 24,13 8,27 7832
2014 0,227 0,294 0,060 4,586 3,171 1,983 0,094 0,114 0,147 31,58 8,17 4813
average 0,216 0,280 0,063 5,236 3,365 2,071 0,152 0,245 0,309 23,63 7,314 6616,2
2010 0,232 0,303 0,100 3,009 1,645 0,246 0,030 0,042 0,054 16 1 8
2011 0,302 0,432 0,137 2,540 1,328 0,186 0,034 0,044 0,063 18,21 1,14 10
20 PYFA 2012 0,354 0,549 0,225 2,413 1,532 0,188 0,030 0,039 0,061 17,84 1,08 10
2013 0,464 0,865 0,345 1,537 0,802 0,155 0,032 0,035 0,066 12,7 0,84 12
2014 0,441 0,789 0,292 1,627 0,955 0,061 0,012 0,015 0,028 17,84 1,08 10
average 0,359 0,588 0,220 2,225 1,252 0,167 0,028 0,035 0,054 17 1 10
Lanjutan Lampiran 2
NO PERUSAHAAN TAHUN DAR DER LDER CR QR CsR PM ROA ROE PER PBV EPS
2010 0,948 18,282 0,956 0,910 0,381 0,013 -0,031 -0,034 -0,663 -16,96 11,25 -2234
2011 0,931 13,471 10,318 3,779 2,085 0,414 -0,093 -0,081 -1,177 -3,54 4,17 -7061
21 SCPI 2012 0,961 24,483 18,872 2,718 1,632 0,183 -0,041 -0,028 -0,715 -9,1 6,51 -3435
2013 0,986 70,831 51,513 2,606 1,306 0,090 -0,030 -0,016 -1,171 -8,58 10,05 -3380
2014 0,707 -21,238 -21,238 2,450 1,696 0,083 -0,007 -0,005 0,147 -9,1 6,51 -3435
average 0,907 21,166 12,084 2,493 1,420 0,157 -0,040 -0,033 -0,716 -9,456 7,698 -3909
2010 0,263 0,363 0,062 3,368 2,609 1,783 0,095 0,136 0,188 15,74 2,95 109
2011 0,283 0,395 0,063 3,083 2,366 1,589 0,101 0,138 0,193 19,61 3,77 130
22 TSPC 2012 0,276 0,382 0,054 3,093 2,396 1,505 0,096 0,137 0,189 26,05 5 143
2013 0,286 0,400 0,051 2,962 2,219 1,330 0,093 0,118 0,165 23,05 3,79 141
2014 0,261 0,353 0,054 3,002 2,149 1,180 0,078 0,104 0,141 26,05 5 143
average 0,274 0,379 0,057 3,102 2,348 1,477 0,093 0,127 0,175 22,1 4,102 133,2
2010 0,649 1,849 0,429 1,589 1,199 0,077 0,065 0,110 0,314 0 0 51
2011 0,261 0,352 0,071 4,081 3,610 1,681 0,066 0,079 0,107 10,28 1,1 40
23 MBTO 2012 0,287 0,403 0,086 3,710 3,326 0,869 0,063 0,075 0,105 8,77 0,94 43
2013 0,262 0,356 0,104 3,991 3,523 0,419 0,025 0,026 0,036 20,19 0,72 15
2014 0,267 0,365 0,119 3,954 3,283 0,369 0,004 0,005 0,006 8,77 0,94 43
average 0,345 0,665 0,162 3,465 2,988 0,683 0,045 0,059 0,114 12,0025 0,925 35,25
2010 0,126 0,145 0,032 7,613 6,356 2,120 0,066 0,063 0,072 11,39 0,82 57
2011 0,152 0,179 0,033 6,271 5,064 1,224 0,069 0,066 0,078 8,3 0,6 60
24 MRAT 2012 0,153 0,180 0,028 6,017 4,936 1,016 0,067 0,068 0,080 6,09 0,54 80
2013 0,141 0,164 0,026 6,054 4,740 1,068 -0,019 -0,015 -0,018 -29,7 0,53 -16
2014 0,230 0,299 0,028 3,613 2,784 0,346 0,017 0,015 0,019 6,09 0,54 80
average 0,160 0,193 0,029 5,914 4,776 1,155 0,040 0,039 0,046 0,434 0,606 52,2
2010 0,094 0,104 0,044 10,684 7,306 2,258 0,090 0,126 0,139 11,01 1,53 654
2011 0,098 0,108 0,052 11,743 6,876 1,571 0,085 0,124 0,137 11,04 1,52 698
25 TCID 2012 0,131 0,150 0,060 7,727 5,105 1,356 0,081 0,119 0,137 14,67 2,02 750
2013 0,193 0,239 0,067 3,573 1,949 0,363 0,079 0,109 0,135 14,94 2,02 796
2014 0,307 0,444 0,065 1,798 0,935 0,196 0,076 0,094 0,136 14,67 2,02 750
average 0,165 0,209 0,058 7,105 4,434 1,149 0,082 0,114 0,137 13,266 1,822 729,6
35
36
Lanjutan Lampiran 2
NO PERUSAHAAN TAHUN DAR DER LDER CR QR CsR PM ROA ROE PER PBV EPS
2010 0,256 0,344 0,229 7,336 2,359 0,883 0,040 0,038 0,051 7,83 0,4 24
2011 0,264 0,360 0,239 7,260 2,066 0,470 0,004 0,004 0,006 69,63 0,39 3
26 KICI 2012 0,299 0,427 0,232 4,800 1,677 0,377 0,024 0,024 0,034 16,49 0,56 16
2013 0,247 0,329 0,172 5,774 1,484 0,400 0,075 0,075 0,100 5,02 0,5 54
2014 0,187 0,230 0,125 7,904 2,090 0,549 0,046 0,049 0,060 16,49 0,56 16
average 0,251 0,338 0,200 6,615 1,935 0,536 0,038 0,038 0,050 23,092 0,482 22,6
2010 0,340 0,516 0,088 1,762 1,007 0,208 0,007 0,005 0,007 97,46 0,68 3
2011 0,406 0,685 0,148 1,477 0,859 0,061 0,011 0,008 0,013 38,11 0,51 5
27 LMPI 2012 0,498 0,991 0,139 1,239 0,604 0,016 0,004 0,003 0,006 109,87 0,63 2
2013 0,517 1,069 0,121 1,194 0,636 0,019 -0,018 -0,015 -0,030 -18,01 0,55 -12
2014 0,507 1,027 0,107 1,240 0,710 0,025 0,003 0,002 0,004 109,87 0,63 2
average 0,454 0,857 0,121 1,383 0,763 0,066 0,001 0,001 0,001 67,46 0,6 0
0,409 1,496 0,642 2,867 1,826 0,679 0,075 0,108 0,172 5,810 18,388 3224,156
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Jessica Widya Putri, lahir pada tanggal 09 Januari 1995 di
Bogor, Jawa Barat dari pasangan Bapak Ade Sukarsep dan Ibu Wahyuningsih.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan
di Taman Kanak-Kanak Alita Bogor pada tahun 1998-2000. Penulis melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Panaragan 2 Bogor pada tahun
2000-2006. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 4 Bogor pada tahun 2006-2009. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Mengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bogor pada
tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SMPTN) tertulis.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis menjadi asisten dosen pada mata kuliah
Manajemen Keuangan pada tahun ajaran 2014-2016, asisten dosen mata kuliah
Akuntansi Keuangan pada tahun ajaran 2015-2016 dan asisten dosen mata kuliah
Manajemen Produksi Operasi pada tahun ajaran 2015-2016. Penulis juga menjadi
tentor mata kuliah Akuntansi Keuangan di Katalis Corp. Penulis sangat aktif dalam
organisasi kemahasiswaan di lingkungan IPB. Pada tahun 2013 penulis mendapat
amanah menjadi staff magang Laskar Muda Prioritas di Departemen Pengembangan
Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM Kabinet
Prioritas. Pada tahun 2014 penulis mendapat amanah menjadi bendahara Human
Resource Development (HRD) BEM FEM Kabinet Simfoni. Pada tahun 2015 penulis
mendapat amanah yang lebih besar menjadi Ketua Biro Human Resource Development
(HRD) BEM FEM Kabinet Cakrawala. Selain aktif dalam organisasi, penulis juga aktif
dalam kegiatan non-organisasi, mendapat amanah sebagai bendahara Community art
and sport (Coast) tari FEM periode 2013 – 2014 dan menjadi kontingen tari dalam
perlombaan IPB Art Contest (IAC) mewakili FEM pada tahun 2014-2015. Penulis
juga mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari tahun 2013
hingga lulus. Pada tingkat akhir, penulis juga menjadi mahasiswi internship finance
division di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).