Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS untuk
menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan jasmani
dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan kesamaptaan mental,
dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada
hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan
bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan
kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan
tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada dalam
Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Kemajemukan itu diikat dalam konsep wawasan nusantara yang
merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan beragama
dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai agama
masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan menjaga
keamanan lingkungan.

11
12

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara


Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan mentaati
peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan


bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama.
Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara
Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat
dapat diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi PNS yang perlu di cermati secara seksama adalah
semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak
persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam
setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial,
ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua
lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi
bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh negara apapun,
karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan
sampai mengalami penderitaan. Di situ PNS telah melakukan langkah
konkrit dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah
air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme
dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung
jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap
tanah air kita.
13

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya


dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya
dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat
nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi
juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa
Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia
yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai
pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan,
dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Contoh seperti sekarang ini yaitu perhelatan
seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama
negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan
waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet
14

bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki


pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela menghabiskan
waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung
langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.
2. Analisis Isu Kontemporer
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada
empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS
dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing,
yakni: individu, keluarga (​family​), Masyarakat pada level lokal dan regional
(​Community/ Culture​), Nasional (​Society​), dan Dunia (​Global​).
Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa
semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus
perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan semua
yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan hancurnya
batas (​border​) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman dunia ini
satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Pemahaman perubahan dan
perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan faktor
utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi,
dan Daya Saing Nasional.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga
internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan
bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika)
sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS
mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal yang
15

terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya;
bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime,
money laundry​, korupsi, ​proxy war​. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut
sebagai isu-isu strategis kontemporer.
Dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain
isu yang bersifat aktual, sebaiknya menggunakan kemampuan berpikir
kiritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria
kualitas isu. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak
jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan
rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik,
dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang
hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut
memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera
solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut
masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya. Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria
USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada
beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan
mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi
bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya
dengan barita gossip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh
dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa
16

lainnya, dan yang lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan
mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara.
Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela Negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara
itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya
adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman
sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau
17

kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa


kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati),
menjaga aset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu
ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang
kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS
akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat (​public trust​)
kepada birokrasi akan semakin menguat karena aparaturnya mampu
berperan sebagai kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
A Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan
yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
18

B Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan


kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan.
D Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun yang
tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
E Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda
atau orang.
F Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas.
G Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
H Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang
apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan

i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan


sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


19

a. Akuntabilitas vertikal (​vertical accountability)​ , akuntabilitas yang


pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (​horizontal accountability)​ , akuntabilitas yang
pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.

Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :


a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder (Kusumasari, dkk, 2015)
Aspek-aspek dalam akuntabilitas meliputi:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan(Accountability is a
relationship) merupakan hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan Negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil(Accountability is result oriented)
hasil yang diharapkan adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan(Accountability requires
reporting) Laporan kinerja merupakan perwujudan dari akuntabilitas.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi(Accountability is meaningless
without consequences) adalah kewajiban, kewajiban menunjukkan
tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.
e. Akuntabilitas memeperbaiki kinerja(Accountability improves
performance) tujuannya adalah untuk memeperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Nasionalisme
20

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya sendiri


dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nasionalisme
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. PNS dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila
dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme
dan wawasan kebangsaannya.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
21

7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan


Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
22

6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka


Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
23

2) Sikap adil terhadap sesama.


3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial. (Latief, dkk, 2015)

3. Etika Publik
Dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut. Etika public merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan public dalam rangka menjalankan
tanggungjawab pelayan public.
Sebagian besar pejabat public masih mewarisi kultur colonial yang
mengandung birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.berbagai caradilakukan
24

hanya untuk menyenangkan pimpinan, loyalitas hanya diartikan sebatas


menyenangkan pimpinan, sehingga peningkatan kinerja organisasi tidak
mungkin dapat terwujud. Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset
dari seluruh pejabat public. Perubahan mindset ini merupakan reformasi
birokrasi yang palingpenting, setidaknya mencakup tiga aspek yaitu:
1. Berubah dari penguasa menjadi pelayan.
2. Merubah dari wewenang menjadi peranan
3. Menyadari bahwa jabatan public adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya didunia tapi juga diakhirat.

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:


a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
25

h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program


pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir. (wahyudi Kumorotomo, dkk, 2015)

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/ jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi diukur dari
26

penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam


melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa
banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan untuk
menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu
alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk
kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam
pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
27

d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan


sifat dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi
yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan
pelanggan.
Beberapa tehnik/Metode perbaikan mutu:
a. Metode Plain Do Check Act (PDCA)
1. Plain atau perencanaan yaitu dengan dilakukan identifikasi
berbagai permasalahan yang dihadapi,penyebab dan solusinya.
2. Do atau melaksanakan yaitu rencana aksi yang sudah disusun
harus dijalankan secara konsisten oleh semua orang.
3. Check atau pemeriksaan yaitu dilakukannya pemeriksaan apakah
rencana aksi yang sudah dilakukan telah berjalan
semestinya,apakah target dan ukuran keberhasilan yang telah
ditetapkan dapat dicapai.
4. Act yaitu melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil
sebagai tindak lanjut dari tahap check.
b. Metode diagram sebab dan akibat adalah metode yang digunakan
untuk mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi akar
permasalahan yang dianggap menjadi kendala dalam mutu.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi. Pada level
puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu layanan institusi
secara keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan
keunggulan bersaing. Pada level strategic business unit level tanggung
jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu pada setiap
unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada level fungsional
bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di
unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab
mutu berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
28

masing-masing unit kerja. (Yuniarsih, Tjutju, dan Muhammad Taufik,


2015)

5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “​corruption”​ (Fockema Andrea:
1951) atau “​corruptus​” (​Webster Student Dictionary:​ 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “​corruption”​ berasal dari kata “​corrumpere”​ , suatu
bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “​coruption, corrupt”​ (Inggris), “​corruption”​ (Perancis) dan
“​corruptive/korruptie​” (Belanda). Korupsi secara harafiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Korupsi
menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan sebagai tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
29

Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:


a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak
curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam
kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Nilai
kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan di
tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu
dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang salah
baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut
berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban menerima dan
menyelesaikan semua masalah yang telah dilakukan.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai
dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya.
h. Keberanian
30

Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk


berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya.
i. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
(Tim penulis komisi pemberantasan korupsi, 2015)

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu
1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun
demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan
dan penyelenggaraan pembangunan tugas umum nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Setiap kegiatan yang dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik
31

berupa penghargaan maupun sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak


boleh melalaikan kewajiban kita di kantor. Dengan adanya Peraturan
Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3
dijelaskan tentang kewajiban selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
32

15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang. (Pemerintah no 53 pasal 3, 2010)

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014)
Pegawai ASN mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana kebijakan public.
b. Pelayan public.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya tugas-tugas pegawai ASN adalah :
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkwalitas.
c. Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republi
Indonesia.
33

2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan
di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara Pelayanan Publik.
(Undang Undang Nomor 25, 2009)
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor
swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable,
serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA),
New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public
Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang
34

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan


warga negara tetapi juga untuk proteksi. (erwan agus purwanto, dkk,
2017)
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik :
a. Organisasi Penyelenggara pelayanan public.
b. Penerima layanan(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau
organisasi yang berkepentinga.
c. Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan(pelanggan)
Prinsip- prinsip pelayanan yang prima antara lain:
a. Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan.
b. Membangun visi dan missi Pelayanan.
c. Menetapkan standart Pelayanan dan Ukuran Kinerja Pelayanan,
sebagai dasar pemberian pelayanan.
d. Pemberian Pelatihan dan Pengembangan Pegawai terkait bagaimana
memberikan Pelayanan yang baik, serta memahami tugas dan fungsi
organisasi.
e. Memberikan Apresiasi kepada Pegawai yang telah melaksanakan
tugas pelayanan dengan baik.

3. Whole of Government
Whole of Goverment ​(WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG dikenal
sebagai pendekatan ​interagency​, yaitu pendekatan dengan melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan
(sumarno & sujati, 2016)
35

WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik


bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.(Shergold
and Other,2004).
Dalam pengertian USIP(United States Institute of Peace), WOG
ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya Kementrian atau Lembaga
Pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama.WOG juga dipandang
sebagai bentuk kerja sama antar seluruh sector pemerintah dan
sebaliknya. WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba
mengurangi sekat sekat sector tapi juga menekankan pada kerja sama
guna mencapai tujuan tujuan bersama. Karakteristik pendekatan WoG
dapat dirumuskan dalam prinsip prinsip Kolaboratif,
kebersamaan,kesatuan,tujuan bersama,dan mencakup keseluruhan actor
dari seluruh sector dalam pemerintahan.

Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia adalah:


a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik,
selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa. (sumarno & sujati, 2016)
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal:
36

a. Penguatan Koordinasi antar lembaga.


b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
c. Membentuk gugus tugas
d. Koalisi social

Tantangan dalam praktik WoG:


a. Kapasitas SDM dan Institusi. Perbedaan kapasitas SDM dan institusi
bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WOG.
b. Nilai dan Budaya Organisasi. Nilai dan budaya organisasi menjadi
kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan
kelembagaan.
c. Kepemimpinan. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampumengakomodasi perubahan nilai dan
budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai
tujuan yang diharapkan.
Jenis Pelayanan Publik yang dapat didekatkan oleh pendekatan WoG
adalah:
a. Pelayanan yang bersifat administrative. Missal KTP, status
kewarganegaraan,surat kepemilikan atau penguasaan atas barang,
termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek,ijin
usaha,akta,sertifikat tanah.
b. Pelayanan Jasa. Misal: Pendidikan,Kesehatan,Ketenaga
kerjaan,Perhubungan.
c. Pelayanan barang. Misal: Perumahan, jaringan telepon,listrik,air
bersih.
d. Pelayanan regulative. Misal: pelayanan melalui penegak hukumdan
peraturan perundang undangan, maupun kebijakan public yang
mengatur sendi sendi kehidupan masyarakat.
37

D. Tinjauan umum tentang ​POSBINDU ​(POS PEMBINAAN


TERPADU)
POSBINDU adalah pos pembinaan terpadu termasuk dalam upaya
pemerintah untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini
keberadaan factor risiko PTM secara terpadu, kegiatan ini ditujukan
untuk orang dewasa mulai usia 25 tahun sampai usia pralansia
(45-60 th) (Dinkes, 2017).
Tujuan utama adalah terselenggaranya pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular melalui deteksi dini faktor resiko berbasis
masyarakat (Dinkes, 2017).
Tujuan POSBINDU(Dinkes, 2017):
1. Mengidentifikasi factor resiko dan penyakit tidak menular tertentu
pada masyarakat.
2. Melakukan intervensi dengan metode konseling / tanya jawab
kepada masyarakat tentang paparan factor risiko PTM
3. Mendapatkan model bentuk intervensi yang efektif untuk
menurunkan factor resiko penyakit tidak menular pada masyarakat
4. Mendapatkan data dasar penyakit tidak menular pada masyarakat
5. Mengevaluasi system pengendalian factor resiko penyakit tidak
menular
Manfaat Penyelenggaraan POSBINDU faktor risiko PTM adalah
sebagai berikut(Dinkes, 2017):
1. Mawas Diri
Faktor risiko PTM kebanyakan kurang atau tidak menimbulkan gejala
apalagi kalau faktor resiko tersebut relative baru mengenai
seseorang. Dengan dilakukannya pemantauan pemeriksaan factor
resiko secara terus menerus dan periodic dengan kesadaran diri
akan diketahui secara dini.
2. Membudayakan Gaya Hidup Sehat dalam Lingkungan yang
Kondusif
38

Selama ini masyarakat masih terjebak dengan pola pikir bahwa makanan
yang dimakan yang penting enak tanpa mempertimbangkan
kandungan gizi dan zat-zat yang terkandung di dalamnya seperti
zat penyedap rasa, zat pewarna dan zat pengawet dan zat-zat
kimia berbahaya lainnya. Dengan adanya pos pelayanan ini,
masyarakat di harapkan membiasakan pola hidup sehat mulai dari
diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
3. Mudah di jangkau
Kegiatan ini diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal dan tempat
kerja dengan jadwal yang disepakati bersama
4. Murah dilaksanakan
5. Metodoligis dan bermakna secara klinis
Kegiatan ini dapat dipertanggungjawabkan secara medis oleh pelaksana
kegiatan yang telah dilatih tentang metode deteksi dini dan
educator pencegahan dan pengendalian factor risiko penyakit
tidak menular terpadu.
Sasaran subyek pemeriksaan adalah (Dinkes, 2017):
1. Pada orang sehat , agar seseorang yang sudah menjalankan
gaya hidup sehat terjaga dari paparan factor risiko.
2. Pada orang dengan factor risiko, dititikberatkan
pengembalian dari kondisi yang berisiko kepada kondisi
normal artinya mau dengan sukarela meninggalakan
paparan factor resiko
3. Pada penderita PTM, mengendalikan factor risiko pada
kondisi normal untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik
dan PTM lain seperti gagal ginjal, impotensi, jantung coroner,
stroke, dan lain-lain agar penderita tetap produktif.
Pada prinsipnya factor risiko penyakit tidak menular
dikategorikan menjadi empat hal penting, yaitu (Dinkes, 2017):
1. Pola makan yang tidak sehat
39

2. Kekurang aktifan fisik dan olahraga


3. Paparan asap rokok
4. Stress
Beberapa penyakit yang dapat disebabkan karena paparan
factor risiko tersebut di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini
(Dinkes, 2017):

Anda mungkin juga menyukai