BAB II RA Tita PDF
BAB II RA Tita PDF
LANDASAN TEORI
11
12
terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut diantaranya;
bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime,
money laundry, korupsi, proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut
sebagai isu-isu strategis kontemporer.
Dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain
isu yang bersifat aktual, sebaiknya menggunakan kemampuan berpikir
kiritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan kriteria
kualitas isu. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak
jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan
rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik,
dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang
hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut
menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut
memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera
solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut
masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya. Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria
USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa
mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
lainnya, dan yang lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan
mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara.
Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela Negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara
itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya
adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman
sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau
17
2. Nasionalisme
20
3. Etika Publik
Dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal yang baik dan buruk serta
mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang
dianut. Etika public merupakan refleksi tentang standar/norma yang
menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan public dalam rangka menjalankan
tanggungjawab pelayan public.
Sebagian besar pejabat public masih mewarisi kultur colonial yang
mengandung birokrasi hanya sebagai sarana untuk melanggengkan
kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.berbagai caradilakukan
24
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/ jasa berupa ukran baik/ buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi diukur dari
26
5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema Andrea:
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata “corrumpere” , suatu
bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “coruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi secara harafiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Korupsi
menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan sebagai tindakan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
29
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari
tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014)
Pegawai ASN mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksana kebijakan public.
b. Pelayan public.
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya tugas-tugas pegawai ASN adalah :
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan perundang undangan.
b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkwalitas.
c. Mempererat Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republi
Indonesia.
33
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan
di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk
barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara Pelayanan Publik.
(Undang Undang Nomor 25, 2009)
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor
swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable,
serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif.
Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public Administration (OPA),
New Public Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public
Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang
34
3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu WoG dikenal
sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan
(sumarno & sujati, 2016)
35
Selama ini masyarakat masih terjebak dengan pola pikir bahwa makanan
yang dimakan yang penting enak tanpa mempertimbangkan
kandungan gizi dan zat-zat yang terkandung di dalamnya seperti
zat penyedap rasa, zat pewarna dan zat pengawet dan zat-zat
kimia berbahaya lainnya. Dengan adanya pos pelayanan ini,
masyarakat di harapkan membiasakan pola hidup sehat mulai dari
diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya.
3. Mudah di jangkau
Kegiatan ini diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal dan tempat
kerja dengan jadwal yang disepakati bersama
4. Murah dilaksanakan
5. Metodoligis dan bermakna secara klinis
Kegiatan ini dapat dipertanggungjawabkan secara medis oleh pelaksana
kegiatan yang telah dilatih tentang metode deteksi dini dan
educator pencegahan dan pengendalian factor risiko penyakit
tidak menular terpadu.
Sasaran subyek pemeriksaan adalah (Dinkes, 2017):
1. Pada orang sehat , agar seseorang yang sudah menjalankan
gaya hidup sehat terjaga dari paparan factor risiko.
2. Pada orang dengan factor risiko, dititikberatkan
pengembalian dari kondisi yang berisiko kepada kondisi
normal artinya mau dengan sukarela meninggalakan
paparan factor resiko
3. Pada penderita PTM, mengendalikan factor risiko pada
kondisi normal untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik
dan PTM lain seperti gagal ginjal, impotensi, jantung coroner,
stroke, dan lain-lain agar penderita tetap produktif.
Pada prinsipnya factor risiko penyakit tidak menular
dikategorikan menjadi empat hal penting, yaitu (Dinkes, 2017):
1. Pola makan yang tidak sehat
39