Anda di halaman 1dari 10

BENCANA NON-ALAM

1. Kebakaran

Kebakaran merupakan salah satu bencana non alam yang sangat ditakuti oleh sebagian besar
masyarakat. Ya, bagaimana tidak, bencana ini memiliki dampak yang sangat besar. Bukan hanya
kerugian materi karena rumah dan harta benda lainnya hangus terbakar, namun juga kebakaran
bisa menimbulkan korban jiwa.

Musibah kebakaran yang sering terjadi bisa disebabkan oleh beberapa faktor, faktor kelalaian
manusia juga bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran. Kebakaran bisa terjadi karena arus
listrik, kompor meledak, karena bensin atau cairan mudah terbakar , dan masih banyak lagi.

Walaupun kebakaran bisa terjadi tanpa diduga, namun kita bisa melakukan beberapa langkah
untuk mencegah terjadinya kebakaran. Tindakan preventif ini tentu akan sangat membantu Anda
dan keluarga dalam menyelamatkan diri serta rumah Anda dari kerugian besar akibat kebakaran.
Dan berikut adalah langkah langkah mencegah terjadinya kebakaran.

1) PRA BENCANA
a. Pencegahan ( prevention )
 Waspadai Rokok

Bagi mereka yang perokok, tentu harus bisa memastikan abu rokok harus benar benar padam.
Sebab, bukan tidak mungkin, kebakaran bisa terjadi dari hal sepele, api yang dianggap kecil
memiliki dampak yang besar. Jika merokok dirumah, jangan membuang puntung rokok
sembarangan karena bisa memicu terjadinya percikan api.

 Hindarkan pemantik dan korek api dari jangkauan anak-anak

Bagi mereka yang memiliki anak kecil harus bisa menghindarkan korek atau benda lain yang
bisa mengeluarkan api. Anak kecil bisa saja memainkan korek dan lilin dan percikan api
menyambar benda yang mudah terbakar, oleh sebab itu, sebagai orang tua harus bisa
menghindarkan benda benda yang bisa menjadi sumber api kepada anak anak. Pengawasan dari
orang tua sangatlah penting.
 Jauhkan benda yang mudah terbakar dari jangkauan sumber api

Saat ini lilin masih menjadi sumber pencahayaan ketika mati lampu. Namun alangkah baiknya
untuk menyimpan lilin ditempat aman, ditempat yang jauh dari benda yang mudah terbakar.
Lilin sangat mudah jatuh atau roboh dan mengenai benda-benda sekitarnya, jika lilin jatuh ke
benda yang mudah terbakar, ini bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran.

 Gunakan alat-alat kelistrikan secukupnya

Masih banyak masyarakat yang menggunakan listrik diluar kewajaran. seperti misalnya
menyalakan televisi ketika kita tidur atau tetap menyalakan komputer ketika kita tak
menggunakannya. Selain itu, perhatikan juga arus listrik, arus pendek listrik juga bisa menjadi
pemicu terjadinya kebakaran.

 Rencanakan jalur evakuasi

Anda beserta keluarga harus sudah memeliki jalur evakuasi ketika terjadi kebakaran. Jika anda
berusaha memadamkan api terlebih dahulu itu tidak apa apa. Namun jika api membesar dan tidak
memungkinkan untuk dipadamkan, anda harus keluar rumah untuk mencari tempat aman. Anda
wajib menghubungi pemadam kebakaran untuk memadamkan api.

b. Mitigasi (mitigation)
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran, dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik bencana
alam maupun bencana akibat ulah manusia.
1. Mitigasi non-struktural
 Kampanye dan sosialisasi kebijakan dan pengendalian kebakaran rumah dan gedung.
 Jangan berbaring tiduran apabila sedang menyalakan : lilin, memasang strika listrik, masak
dengan oven listrik, merokok atau ketika anak-anak bermain sendiri tanpa ada pengawasan.
 Peningkatan masyarakat peduli kebakaran
 Pembentukan pasukan pemadam kebakaran khususnya untuk penanggulangan dini kebakaran
 Pelatihan untuk pencegahan kebakaran di rumah dan digedung dan cara-cara memadam
kebakaran dengan berbagai alat pemadam kebakaran.
2. Mitigasi struktural
 Membangun rumah dan gedung dengan struktur bangunan yang dapat memperkecil terjadinya
kebakaran
 Memasang kabel listrik rumah dan gedung tangga secara benar dengan memakai kabel listrik
rumah dan gedung tangga secara benar dengan memakai kabel listrik yang baik. Sebaiknya
pemasangan instalasi listrik oleh petugas terlatih dan mempuyai sertifikat pemasangan
instalasi listrik.
 Jangan memasang alat pembagi listrik yang melebihi daya
 Menyediakan alat pemadam kebakaran portable
 Pembangunan perumah dan gedung yang tidak saling berhimpitan
 Pengelolaan bahan bakar, zat kimia dan bahan-bahan yang mudah terbakar secara baik, benar
dan hati-hati untuk menghindari kebakaran rumah dan gedung dan pabrik.
 Pemerintah atau masyarakat bersama-sama membeli mobil pemadam kebakaran dan
menyiapkan tugas pemadam kebakaran dengan baik.
 Membuat penampung air (reservoir) di atas gedung
 Menyiapkan jalan darurat digedung bertingkat
 Jangan mmbuat teralis besi permanen dirumah-rumah yang menghambat orang keluar dari
jendela bila terjadi kebakaran. Buatlah teralis yang bisa dan mudah dibuka.

c. Kesiapan (preparedness)
 Penilaian resiko bencana dengan memperhatikan kearifan dan pengetahuan masyarakat lokal
meliputi: pengidentifikasian ancaman bencana dan kerentangan, analisis resiko bencana,
penetuan tempat resiko bencana, dan pemataan wilayahresiko bencana.
 Penilain kemampuan dan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat didaerah rentan bencana
 Perencanaan siaga dengan membuat skenario kejadian untuk tia jenis bencana yang dibuat
kebijakan penangannya, dikaji kebutuhannya, diinventarisasi sumber daya yang diuji kaji dan
selalu dimuthirkan.
 Mobilisasi sumber daya dengan inventarisasi sumber daya yang dimilikinya dan dari luar
yang siap digunakan untuk keperluan darurat, seperti : barang pasoka kebutuhan dasar
(sembako) untuk darurat bencana dan bahan, barang, perlengkapan dan peralatan untuk
pemulihan rumah, sarana dan prasarana publik.
 Pendidikan disekolah-sekolah dan pelatihan dan pengelolaan dan teknis pelaksanaan
penggulangan bencana secara berkelanjutan
 Forum koordinasi dan pertumaan berkala secra rutin saling bertukar informasi dan menyusun
rencana terpadu pada tingkat masyarakat dan jajaran pemerintah daerah.

d. Peringatan dini (early warning)


teknologi untuk memantau titik api yang disebut Early Warning System (EWS) pada hutan
atau lahan gambut. Alat ini akan memberikan sinyal peringatan ketika titik api terlihat dan
akan menyebar.
Sistem ini merupakan instrumentasi monitoring yang terdiri dari sensor, data logger, piezometer,
dan instrument lainnya.

Sensor dipasang di beberapa titik hutan dan lahan gambut yang rawan terjadi kebakaran secara
mendadak pada musim kemarau. Alat ini juga berfungsi untuk memantau kedalaman lahan
gambut serta muka airnya.

Alur kerja sensor ini adalah ketika ada titik api yang muncul pada daun-daun kering atau pada
lahan gambut maka sensor yang terpasang akan mengirimkan sinyal peringatan kepada pos
pengawasan. Dari informasi ini maka anggota terkait akan langsung terjun ke titik api untuk
melakukan penyiraman agar titik api padam.

Diharapakan dengan pemasangan ini tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan gambut.
Sehingga, masyarakat yang tinggal di sekitar hutan menjadi lebih tenang dan ekosistem di dalam
hutan pun ikut terjaga.

2) PAS TERJADI BENCANA


e. Tanggap darurat (response)

Fire Alarm
Fire Alarm dipasang untuk mendeteksi kebakaran seawal mungkin, sehingga tindakan
pengamanan yang diperlukan dapat segera dilakukan

Alarm kebakaran akan berbunyi bilamana:

1. Ada aktivasi manual alarm (manual break glass atau manual call point)
2. Ada aktivasi dari detektor panas maupun asap
3. Ada aktivasi dari panel/control room

Peringatan Tahap Kedua


(Alarm Gedung)
Merupakan tanda dimulainya tindakan evakuasi, setelah memperoleh konfirmasi akan kondisi
kebakaran yang terjadi. Perberlakuan evakuasi harus melalui sistem pemberitahuan umum
Prosedur bagi…

SELURUH PENGHUNI / KARYAWAN GEDUNG


Saat Melihat Api,

 TETAP TENANG JANGAN PANIK !


 Bunyikan alarm dengan menekan tombol manual call point, atau dengan memecahkan
manual break glass dan menekan tombol alarm, sambil teriak kebakaran-kebakaran.
 Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut harus berteriak
kebakaran kebakaran………..untuk menarik perhatian yang lainnya.
 Beritahu Safety Representative melalui telepon darurat atau lewat HP, Pager, dan
sampaikan informasi berikut :identitas pelapor, ukuran /besarnya kebakaran, lokasi
kejadian, adanya / jumlah orang terluka, jika ada, tindakan yang telah dilakukan
 Bila memungkinkan (jangan mengambil resiko) padamkan api dengan menggunakan alat
pemadam api ringan (APAR) yang terdekat.
 Jika api /kebakaran tidak dapat dikuasai atau dipadamkan lakukan evakuasi segera
melalui pintu keluar (EXIT)

f. Bantuan darurat(relief)

1. Tetap tenang. Semakin kita tenang, semakin kita bisa berpikir dan tanggap. Mengikuti latihan
tanggap darurat di tempat kerja masing-masing atau di fasilitas publik lainnya (atau bahkan di
rumah), bisa membuat kita semakin tenang dan tahu apa yang harus dilakukan.

2. Padamkan api bila terlatih. Bila melihat api, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda.
Dan apabila anda terlatih menggunakan alat pemadam api ringan (APAR), maka raihlah APAR
terdekat dan padamkan api tersebut. Mintalah orang lain yang terdekat dengan anda untuk
menghubungi petugas sekuriti atau petugas tanggap darurat ketika anda memadamkan api. Bila
tidak terlatih, segera beritahu orang terdekat di sekitar anda dan menjauhlah dari sumber api.
Orang terdekat (yang terlatih), petugas sekuriti ataupun petugas tanggap darurat akan
memadamkan api tersebut.

3. Berkumpul di area lobi lift lantai, dan tetaplah tenang.

4. Tidak menggunakan lift. Meskipun berkumpul di area lobi lift, anda dilarang menggunakan
lift. Perilaku berisiko apabila masih menggunakan lift saat kebakaran, saat gempa, atau saat
gedung belum menyatakan lift aman untuk digunakan! Di gedung yang mengikuti standar
keselamatan gedung bertingkat, lift orang tidak dioperasikan pada saat keadaan darurat. Lift
barang –karena peruntukannya untuk barang–punya disain teknis yang lebih kuat. Saat keadaan
darurat, hanya digunakan untuk mengevakuasi mereka yang mengalami gangguan kesehatan,
ditemani oleh petugas evakuasi gedung dan lantai. Penggunaan lift barang berada di bawah
pengawasan penuh tim tanggap darurat dari Gedung.

5. Ikuti petunjuk petugas tanggap darurat. Nah, anda beruntung apabila saat keadaan darurat, ada
petugas tanggap darurat lantai yang membimbing anda. Umumnya, mereka memakai rompi
warna merah, hijau, atau band-aid berwarna di lengannya. Sangat mudah untuk dikenali dan
dimintai bantuan. Petugas tidak akan mengijinkan kita untuk meninggalkan barisan di lobi lift
sampai instruksi itu diberikan. Saat itu, petugas dan komandannya menunggu instruksi dari
Gedung –apakah dilakukan evakuasi atau tetap di tempat.

6. Evakuasi lewat tangga darurat. Pola barisan mengikuti besar ruangan tangga darurat, ada yang
berbaris 2-2, ada yang cukup satu barisan. Ikuti saja instruksi Komandan tanggap darurat (floor
warden). Pekerja/tamu perempuan di barisan paling depan, diikuti oleh pekerja laki-laki. Di
barisan paling depan, ada petugas pemadam api (fire warden/fire suppressor) dan petugas
kesehatan (first aider). Di barisan paling belakang, juga ada kedua petugas tersebut, plus
Komandan petugas. Selama berbaris, tetap tenang.

7. Berjalan tertib, tidak berlari. Ketika menuruni tangga darurat, berjalanlah menuruni tangga
darurat dengan tertib, cepat, tapi tidak berlari. Perilaku anda yang tergesa-gesa, berteriak-teriak,
dan menyusul orang di depan anda, dapat membuat panik orang lain. Yang dapat terjadi adalah
tercipta kerumunan masal bergerak sangat cepat, yang saling berebut menuruni tangga darurat,
saling mendorong, lalu ada yang terjatuh, lemas, dan terinjak-injak. Korban yang tercatat adalah
sebagian besar berasal dari korban dari tangga darurat yang terinjak-injak dan lemas. Maka dari
itu, tetaplah di dalam barisan, dan ikuti petugas tanggap darurat.

8. Berjalan menuju muster point (tempat berkumpul). Ikuti saja orang yang berjalan di depan
anda. dan petugas tanggap darurat. Tetaplah dalam barisan.

9. Laporkan diri anda pada saat penghitungan orang (head count). Petugas akan mengabsen
nama-nama orang yang turun bersamanya. Gunanya adalah untuk memastikan tidak ada orang-
orang yang tertinggal di gedung.

10.tetap di muster point. Di muster point, petugas tanggap darurat menunggu instruksi dari
petugas Gedung apakah Gedung telah aman atau masih berbahaya untuk dimasuki. Apabila
dinyatakan telah aman, petugas akan mempersilahkan anda untuk kembali ke gedung.

3) PASCA BENCANA
g. Pemulihan (recovery)

Team Tanggap Darurat, telah selesai melaksanakan kegiatan menangani keadaan darurat sesuai
dengan tugasnya masing-masing, Setelah koordinator mengumumkan keadaan aman, team
berkumpul untuk mendengarkan arahan dari koordinator tentang upaya pemulihan keadaan
darurat, yaitu masing-masing team melakukan upaya pemulihan dengan cara :

– Team Komunikasi, menyiapkan laporan proses komunikasi secara tertulis (krnologis


komunikasi) kepada koordinator melalui pengawas.

– Team Evakuasi, melakukan pemulihan dengan cara membantu team P3K memobilisasi korban
yang terluka yang mungkin selanjutnya akan di bawa ke rumah sakit dan lain sebagainya.

– Team P3K, terus memberi pertolongan kepada korban bersama-sama dengan petugas medis.

– Team pemadam/tumpahan, membersihkan lokasi kebakaran dan tumpahan-tumpahan yang


timbul akibat adanya keadaan emergency.
h. Rehabilitasi (rehabillitation)

Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan


prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan
fungsi pelayanan publik.
Dalam penentuan kebijakan rehabilitasi prinsip dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan masyarakat tidak saja sebagai korban bencana, namun juga sebagai pelaku aktif
dalam kegiatan rehabilitasi.
2. Kegiatan rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan terintegrasi dengan
kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pemulihan dini serta kegiatan rekonstruksi.
3. “Early recovery” dilakukan oleh “Rapid Assessment Team” segera setelah terjadi bencana.
4. Program rehabilitasi dimulai segera setelah masa tanggap darurat (sesuai dengan Perpres tentang
Penetapan Status dan Tingkatan Bencana) dan diakhiri setelah tujuan utama rehabilitasi tercapai.
Ruang Lingkupnya :
1. Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana
2. Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
3. Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
4. Pemulihan Sosial Psikologis
5. Pelayanan Kesehatan
i. Rekontruksi (reconstruction)

1. Program Rekonstruksi Fisik


Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi fisik melalui pembangunan
kembali secara permanen prasarana dan sarana permukiman, pemerintahan dan pelayanan
masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain), prasarana dan sarana ekonomi (jaringan
perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-
lain), prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lain-lain.) yang rusak akibat
bencana, agar kembali ke kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum
bencana.
Cakupan kegiatan rekonstruksi fisik mencakup, tapi tidak terbatas pada, kegiatan
membangun kembali sarana dan prasarana fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut:
1. Prasarana dan sarana
2. Sarana sosial masyarakat;
3. Penerapan rancang bangun dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana.

2. Program Rekonstruksi Non Fisik


Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk memperbaiki atau memulihkan kegiatan
pelayanan publik dan kegiatan sosial, ekonomi serta kehidupan masyarakat, antara lain
sektor kesehatan, pendidikan, perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan,
peribadatan dan kondisi mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh bencana,
kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau bahkan lebih baik dari kondisi
sebelumnya.
Cakupan kegiatan rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:
1. Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan budaya
masyarakat.
2. Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan
masyarakat.
3. Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
4. Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam masyarakat.
5. Kesehatan mental masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai