Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
<2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan
oleh beberapa hal misalnya, kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk
masa kehamilan atau kombinasi keduanya.
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : prematuritas murni
dan dismaturitas. Berdasarkan berat badan lahir, bayi berat lahir rendah
digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 2500-
1500 gram.
2. Bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <
1500-1000 gram.
3. Bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir <
1000 gram.
Bayi BBLR memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan bayi berat badan
lahir normal untuk mengalami gangguan setelah kelahiran. Beberapa
gangguan yang sering terjadi pada bayi BBLR adalah asfiksia, gangguan
napas, hipotermi, hipoglikemia, masalah pemberian ASI, rentan infeksi
dan ikterus.
Laporan Epidemi HIV Global UNAIDS 2013 menunjukkan bahwa
jumlah penderita HIV di dunia mencapai 34 juta orang. Sekitar 50% di
antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15
tahun. Sampai dengan tahun 2016, kasus HIV anak di Indonesia
mencapai 7238 (3,65% dari seluruh kasus di Indonesia).
Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif.
Penularan HIV pada bayi yaitu dengan cara melalui transmisi vertikal
seperti intra uterine atau pada masa kehamilan melalui plasenta, during
labour atau pada saat persalinan malalui perlukaan mukosa, dan post
partum atau setelah persalinan pada saat menyusui. Sedangkan transmisi

1
horizontal ; transfusi darah, jarum suntik (remaja pengguna narkoba) dan
hubungan seks (sexual abuse). Risiko penularan tanpa menyusui adalah
15-30%, menyusui selama 6 bulan 25-35%, menyusui selama 18-24 bulan
30-45%.
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention of
Mother-to-Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang
sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut. Sebenarnya ibu
dengan HIV positif kurang begitu subur. Namun karena kelompok umur
yang terinfeksi HIV sebagian besar adalah usia subur maka kehamilan
pada wanita HIV positif merupakan masalah nyata. Transmisi HIV dari ibu
dengan HIV positif ke bayi disebut transmisi vertikal dapat terjadi melalui
plasenta pada waktu hamil (intrauterin) (5-10%), waktu bersalin
(intrapartum) (10-20%) dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI) (15-
20%) (Kemenkes RI, 2017).
Dalam kasus ini telah dilaporkan bayi baru lahir berjenis kelamin
perempuan dengan berat badan lahir 2300 gram secara sectio caesarea
dari seorang ibu berusia 27 tahun dengan HIV positif di RSU Anutapura
Palu.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : By. Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 13 November 2018 (13:40)
Nama Ibu : Ny. N Umur : 27 tahun
Nama Ayah : Tn. M Umur : 34 tahun
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ibu : SMA
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat : Jl. Munif Rahman No. 99
Masuk RS Tanggal : 13 November 2018
Keluar RS Tanggal : 15 November 2018
ANAMNESIS
Bayi baru lahir pukul 13:40 dengan secara Sectio Caesarea di RS
Anutapura atas indikasi Oligohidramnion dan ibu positif HIV, HPHT
14/12/2017. Bayi perempuan dengan berat badan lahir 2300 gram, lahir
kurang bulan, saat lahir bayi langsung menangis, ketuban hijau kental,
tonus otot aktif pada ekstremitas, tidak ditemukan kelainan kongenital,
Apgar Score 7, anus dan palatum (+)
Riwayat maternal ibu G2P2A0 ibu merupakan multigravida, usia saat
hamil adalah 27 tahun, selama kehamilan ibu melakukan konsultasi ANC
rutin setiap bulan di RSU Anutapura. Riwayat preeklamsia tidak ada,
anemia berat tidak ada, selama 3 tahun terakhir ibu rutin mengomsumsi
obat antiretrovirus termasuk selama masa kehamilan anak sekarang. Ibu
tidak mengonsumsi alkohol ataupun merokok selama hamil. Selama hamil
ibu juga tidak pernah sakit selain riwayat HIV yang diderita, aktivitas ibu
kurang selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara hewan peliharaan,

3
Nafsu makan selama kehamilan dan gizi ibu selama hamil baik, riwayat
kehamilan sebelumnya yaitu pada anak pertama, ibu melahirkan di RSU
Anutapura 3 Tahun yang lalu, bayi dengan berat lahir 2200 (BBLR)
dengan secara sectio caesarea yaitu pada anak pertama dan didapatkan
pada hasil pemeriksaan anti HIV REAKTIF (+) dan HbsAG NON REAKTIF
(-) dari ibu pasien, pasien sekarang merupakan anak kedua.

 PEMERIKSAAN FISIK
Denyut jantung : 120x /m
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 56 x/m
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 2300 gram
Panjang Badan : 46 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 39 cm
LILA : 10 cm

 Sistem Neurologi :
Aktivitas : aktif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : Langsung/tidak langsung +/+
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal

 Sistem Pernapasan
Sianosis : tidak ada
Merintih : tidak ada
Apnea : tidak ada

4
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral +/+
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.

 Skor Down
Frekuensi Napas :0
Retraksi :0
Sianosis :0
Udara masuk :0
Merintih :0 Total Skor : 0

 Sistem Hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada

 Sistem Kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada

 Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
 Umbilikus
Keluaran : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada

5
 Sistem Genitalia
Perempuan
Keluaran : tidak ada

 Refleks Fisiologis
Rooting sucking :+
Babinski :+
Moro :+
Palmar grasp :+
Plantar grasp :+
Tonick neck :+

 Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : Atas(+) / Bawah(+), Kelainan (-)
Turgor : kembali <2 detik
Kelainan Kongenital : tidak ditemukan
Trauma Lahir : tidak ada trama lahir

 Skor Ballard
Maturitas Neuromuskuler Maturitas Fisik

Sikap tubuh :3 kulit :0


Persegi jendela :1 lanugo :1
Recoil lengan :4 payudara :1
Sudut poplitea :1 Mata/telinga :3
Tanda selempang : 3 genital :2
Tumit ke Telinga :2 permukaan plantar : 1
Skor : 22
Minggu : 33

6
Menurut kurva di atas, didapatkan bahwa bayi tergolong bayi kurang
bulan sesuai masa kehamilan (BKB/SMK)

Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap 13 November 2018. 17:49 WITA

JENIS DARAH HASIL NILAI RUJUKAN

Eritrosit (RBC) 4.25 4,00 - 6,00

Hemoglobin (HGB) 18.7 12,2 - 18,0

Hematokrit (HCT) 54.8 44,0 - 64,0

MCV 129 100 – 112

MCH 44.0 30.0 – 38.0

MCHC 34.1 32.0 – 36.0

Trombosit (PLT) 229 200 – 400

Leukosit (WBC) 29.7 9.0 – 21.0

7
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tgl 13 November 2018
17:49 WITA

No Pemeriksaan darah Hasil Nilai rujukan

1 Diabetes

1. glukosa sewaktu 50 50-199 mg/dl

2. glukosa puasa 80-125 mg/dl

3. glukosa 2 jam PP 100-199 mg/dl

4. TTGO 140-199 mg/dl

5. HbA1C <6%

DIAGNOSIS :
 BBLR (BKB/SMK) dari Ibu HIV Positif

TERAPI
- IVFD Dextrose 10% 10 tetes/ menit (mikro)
- Injeksi Cefotaxime 115 mg /12 jam/iv
- Injeksi Gentamicin 12 mg/24 jam/iv
- Zidovudin pulv 3x 5 mg (selama 6 minggu)
- Kotrimoksazol pulv 1x10 mg (dimulai saat usia 6 minggu, dan
dilanjutkan hingga infeksi HIV dapat disingkirkan)
- Gentamicin tetes mata 1 tetes
- Injeksi Vit. K 1 mg / IM di paha kiri anterolateral
- Beri susu formula 25 cc / 3 jam (memenuhi syarat AFASS)
- Jaga bayi tetap hangat
- Rawat tali pusat

Anjuran Pemeriksaan :
1) Uji virologi (PCR RNA/DNA HIV) harus diIakukan pada semua bayi yang
mendapatkan program PMTCT saat berusia 6 minggu atau sesegera mungkin

8
setelah bayi berusia 6 minggu, tetapi dalam hal ini tidak tersedia uji virologi
di RSU Anutapura, sebagai gantinya kita bisa lakukan uji serologi Rapid
Test AntiHIV.

RESUME :
Bayi baru lahir pukul 13:40 dengan secara Sectio Cesaria di RS
Anutapura atas indikasi Oligohidramnion dan ibu positif HIV, HPHT
14/12/2017. Bayi perempuan dengan berat badan lahir 2300 gram, lahir
kurang bulan, saat lahir bayi langsung menangis, ketuban hijau kental,
tonus otot aktif pada ekstremitas, tidak ditemukan kelainan kongenital,
Apgar Score 5/7, anus dan palatum (+).
Riwayat maternal ibu G2P2A0 ibu merupakan multigravida, usia saat
hamil adalah 27 tahun, selama kehamilan ibu melakukan konsultasi ANC
rutin setiap 3 bulan di RSU Anutapura. Riwayat preeklamsia tidak ada,
anemia berat tidak ada, selama 3 tahun terakhir ibu rutin mengomsumsi
obat antiretro virus termasuk selama masa kehamilan anak sekarang. Ibu
tidak mengonsumsi alkohol ataupun merokok selama hamil. Selama hamil
ibu tidak pernah sakit selain riwayat HIV yang diderita, aktivitas ibu kurang
selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara hewan peliharaan, Nafsu
makan selama kehamilan dan gizi ibu selama hamil baik, riwayat
kehamilan sebelumnya ibu melahirkan di RSU Anutapura 3 tahun yang
lalu, bayi dengan berat lahir 2200 (BBLR) dengan secara sectio caesarea
yaitu pada anak pertama dan didapatkan pada hasil pemeriksaan anti HIV
REAKTIF (+) dan HbsAG NON REAKTIF (-) dari ibu pasien, pasien
sekarang merupakan anak kedua.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak normal denyut jantung
120 x/menit, suhu 36,50C, respirasi 56 x/menit, berat badan 2300 gram,
Skor ballard 22 dengan estimasi kehamilan (33 minggu) bayi tergolong
BKB/SMK berdasarkan kurva Lubchenco, retraksi (-) sianosis (-) merintih
(-) ikterus (-). Berdasarkan hal tersebut, maka bayi tergolong Bayi dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR) dari IBU POSITIF HIV. Bayi dipindahkan ke
HCU bayi pukul 14.10 tanggal 13 November 2018.

9
FOLLOW UP

PERAWATAN HARI KE- 1 (14 November 2018) (10:15)


S : Panas (-), sesak (-), retraksi (+), merintih (-), sianosis (-), muntah (-),
Refleks isap (+) BAB (-) BAK (-) Tonus Otot (+)

O: - Tanda Tanda Vital:


Denyut Jantung : 113x/menit Suhu : 36,6 ºC
Pernapasan : 45 x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2200 gram
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding
dada (-), pergerakan dinding dada simetris (+),
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-).
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas kurang aktif, tingkat kesadaran compos mentis,
fontanela datar, kejang (-).

A: BBLR (BKB/SMK) dari Ibu HIV Positif

P: IVFD Dextrose 5% 10 tetes /menit (mikro)


- Injeksi Cefotaxime 115 mg /12 jam/iv (2)
- Injeksi Gentamicin 12 mg /24 jam/iv (2)
- Zidovudin pulv 3x 5 mg (selama 6 minggu)
- Kotrimoksazol pulv 1x10 mg (dimulai saat usia 6 minggu, dan
dilanjutkan hingga infeksi HIV dapat disingkirkan)
- Beri susu formula 30 cc / 3 jam (memenuhi syarat AFASS)
- Jaga Kehangatan
- Rawat tali pusat

10
PERAWATAN HARI KE- 2 (15 November 2018)

S: Demam (-) sesak (-) retraksi (-) sianosis (-) muntah (-), Refleks isap
(+) BAB (+) BAK (+) Tonus Otot (+)

O: Tanda Tanda Vital:


Denyut Jantung : 116x/menit Suhu : 36,4 ºC
Pernapasan : 40x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 2100 gr
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-).
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-).

A: BBLR (BKB/SMK) dari Ibu HIV Positif

P: IVFD Dekstrosa 5% 10 tetes /menit (mikro)


- Injeksi Cefotaxime 115 mg /12 jam/iv (3)
- Injeksi Gentamicin 12 mg/24 jam/iv (3)
- Zidovudin pulv 3x 5 mg (selama 6 minggu)
- Kotrimoksazol pulv 1x10 mg (dimulai saat usia 6 minggu, dan
dilanjutkan hingga infeksi HIV dapat disingkirkan)
- Beri susu formula 35 cc / 3 jam (memenuhi syarat AFASS)
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat

Anjuran Pemeriksaan :
- Gula Darah Sewaktu (GDS)

11
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tgl 15/11/2018. 17:55 WITA

No Pemeriksaan darah hasil Nilai rujukan

1 Diabetes

1. glukosa sewaktu 55 50-199 mg/dl

2. glukosa puasa 80-125 mg/dl

3. glukosa 2 jam PP 100-199 mg/dl

4. TTGO 140-199 mg/dl

5. HbA1C <6%

PERAWATAN HARI KE- 2 (15 November 2018)

 Bayi dirawat gabung atas instruksi dokter

12
BAB III

DISKUSI KASUS

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang dapat ditegakkan diagnosis pada kasus ini yaitu Bayi Dengan
Berat Lahir Rendah (BKB/SMK) Dengan IBU POSITIF HIV.

Pada anamnesis didapatkan ibu merupakan multigravida, usia saat


hamil adalah 27 tahun, selama kehamilan ibu melakukan konsultasi ANC
rutin setiap 3 bulan di RSU Anutapura Palu. Riwayat preeklamsia tidak
ada, anemia berat tidak ada, selama 3 tahun terakhir ibu rutin
mengomsumsi obat antiretro virus termasuk selama masa kehamilan anak
sekarang. Ibu tidak mengonsumsi alkohol ataupun merokok selama hamil.
Selama hamil ibu tidak pernah sakit selain riwayat HIV yang diderita,
aktivitas ibu kurang selama hamil. Dirumah ibu tidak memelihara hewan
peliharaan, Nafsu makan selama kehamilan dan gizi ibu selama hamil
baik, riwayat kehamilan sebelumnya bayi dengan berat lahir 2200 dengan
secara sectio caesarea yaitu pada anak pertama dan didapatkan pada
hasil pemeriksaan anti HIV REAKTIF (+) dan HbsAG NON REAKTIF (-)
dari ibu tersebut, pasien sekarang merupakan anak kedua.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak normal Denyut jantung
120 x/menit, suhu 36,50C, respirasi 56 x/menit, berat badan 2300 gram,
Skor ballard 22 dengan estimasi kehamilan (33 minggu) bayi tergolong
BKB/SMK berdasarkan kurva Lubchenco, retraksi (-) sianosis (-) merintih
(-) ikterus (-). Berdasarkan hal tersebut, maka bayi tergolong Bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan Suspect HIV.

13
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Menurut World Health Organization (WHO), BBLR adalah berat badan
saat lahir kurang dari 2.500 gram. Bayi dengan BBLR berpotensi
mengalami perkembangan kognitif lebih lambat dibandingkan dengan bayi
berat badan lahir normal.
BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),
IUGR (Intra Uterin Growth Restriction) atau Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT). Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh factor risiko
seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa
kehamilan.
BBLR berisiko 20 kali lebih besar meninggal selama masa
pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir
normal. Angka kematian bayi meningkat seiring dengan peningkatan
insiden BBLR di suatu negara (OECD dan WHO, 2012). Prevalensi global
untuk BBLR adalah 15.5%, yang artinya sekitar 20.6 juta bayi yang lahir
setiap tahunnya dan 96.55 berada di negara berkembang termasuk
Indonesia. Insiden paling tinggi terjadi di Asia Tengah dan Asia Selatan
(27.1%) dan paling rendah di Eropa (6.4%) (Mahayana, 2015). Sedangkan
untuk provinsi Jawa tengah persentase BBLR adalah sebesar 9,7%
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain adalah
karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20 tahun dan umur
lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status ekonomi yang kurang, status
perkawinan yang tidak sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis
ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat
badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status
kesehatan reproduksi terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit
kehamilan dan komplikasi kehamilan). Status pelayanan antenatal
(frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan, tempat
pemeriksaan kehamilan, usia kehamilan saat pertama kali memeriksakan
kehamilannya juga berisiko untuk melahirkan BBLR.

14
Penyebab dari BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor ibu dan faktor janin. Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum
hamil rendah, penambahan berat badan yang tidak adekuat selama
kehamilan, malnutrisi, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah,
remaja, tubuh pendek, sudah sering hamil, dan anemia. Infeksi pada ibu
selama kehamilan, sosial ekonomi rendah, dan stres maternal, juga dapat
menyebabkan terjadinya kelahiran BBLR.
Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain
kehamilan ganda, hidroamnion, dan cacat bawaan. Status pelayanan
antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan
tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan
kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR.
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR antara lain keadaan umum
bayi yang tidak stabil, henti nafas, inkoordinasi reflek menghisap dan
menelan, serta kurang baiknya kontrol fungsi motorik oral, sehingga
beresiko mengalami kekurangan gizi dan keterlambatan tumbuh
kembang. Keterlambatan tersebut dapat dilihat pada fisik BBLR, seperti
berat badan rendah (< 2500 gram), panjang badan pendek (≤ 45 cm), dan
lingkar kepala kecil (< 33 cm). Kekurangan gizi ini diantaranya disebabkan
oleh meningkatnya kecepatan pertumbuhan, serta semakin tingginya
kebutuhan metabolisme, cadangan energi yang tidak mencukupi, sistem
fisiologi tubuh yang belum sempurna, atau karena bayi dalam keadaan
sakit.

Masalah-masalah dapat terjadi pada bblr adalah asfiksia, gangguan


napas, hipotermia, hipoglikemia, masalah pemberian asi, infeksi, dan
ikterus.
Masalah pernafasan yang utama pada bayi prematur adalah distres
pernafasan akibat imaturitas paru diperberat oleh otot pernafasan yang
masih lemah, dan rongga thoraks yang relatif datar, yang dapat mudah
memicu apnu, terlebih kontrol pernafasan di otak belum matang.
Hipoglikemi terjadi karena sedikitnya simpanan energi pada BBLR.

15
Masalah pemberian ASI pada BBLR adalah
Ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambung kecil dan
tidak dapat menghisap.
Bayi prematur sangat mudah terkena infeksi disebabkan sistem
kekebalan tubuhnya masih imatur.
Ikterus neonatorum: suatu fenomena biologis akibat produksi bilirubin
yang meningkat dan ekskresi bilirubin yang menurun. Produksi bilirubin :
2-3x lebih tinggi daripada dewasa normal. Bayi Kurang Bulan, Berat
Badan Lahir Rendah: >50% mengalami ikterus pada minggu I.
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa
gestasinya. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, antara lain :
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat
lahir 1500 – 2499 gram.
2. 2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
3. 3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram.

Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,


yaitu :
1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih
besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,
tangisnya lemah dan jarang.
2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin.
Sebagai konsekuensi dari imaturitas sistem organ pada BBLR yang
belum siap menghadapi dunia ekstrauterine ditambah kondisi lingkungan

16
yang jauh berbeda dengan lingkungan intrauterin, tatalaksana BBLR
memerlukan perawatan intensif dan dukungan berbagai macam
intervensi, yaitu :
1) Resusitasi saat bayi baru lahir
2) Dukungan respirasi
3) Pengontrolan suhu dan kelembaban
4) Perlindungan terhadap infeksi
5) Pemberian hidrasi dan nutrisi

Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial.


Namun, penyebab terbanyak yang mempengaruhi adalah kelahiran
prematur. Bayi prematur harus dipersiapkan agar dapat mencapai
tahapan tumbuh kembang yang optimal seperti bayi yang lahir cukup
bulan sehingga akan diperoleh kualitas hidup bayi yang lahir prematur
secara optimal pula. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan memberikan asupan nutrisi yang mencukupi untuk proses tumbuh
kejar pada bayi prematur yang lebih cepat dari bayi cukup bulan.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) memerlukan penanganan yang tepat
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Penanganan BBLR
meliputi hal-hal berikut :
1) Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.
2) Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan.
Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum
sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan
hati-hati.

17
4) Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara
ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.
Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik cefotaxime 115 mg/12 jam.
Cephalosporin generasi 3. Pemberian cefotaxime karena pada BBLR
memiliki resiko tinggi terhadap infeksi disebabkan karena bayi kurang
bulan tidak mengalami transfer transplasental igG maternal selama
trismester tiga, fagositosis terganggu, penurunan berbagai faktor
komplemen.
Pada pasien ini diberikan gentamicin 12 mg/ 24 jam. Gentamicin
adalah obat umumnya digunakan untuk mencegah atau mengobati
berbagai infeksi bakteri. Gentamicin termasuk golongan antibiotik
aminoglikosida. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri.

HIV pada Bayi/Neonatus

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah Virus menyerang sistem


kekebalan tubuh (limfosit T). Virus terdapat pada cairan tubuh seperti ;
Darah, Cairan sperma, Cairan vagina, dan ASI.
Ibu atau bayi dengan HIV/AIDS berpeluang besar untuk menyumbang
angka kematian ibu maupun bayi yang sangat menentukan derajat
kesehatan masyarakat di suatu negara.
Laporan terbaru United Nations Programme on HIV and AIDS
(UNAIDS) menunjukkan jumlah orang dengan HIV meningkat di 50
negara, termasuk Indonesia, dengan lebih dari 1,8 juta orang baru
terinfeksi virus mematikan ini pada Tahun 2017. Yang lebih menyedihkan,
180 ribu anak (0-14 tahun) terinfeksi virus tersebut tahun lalu dan 110 ribu
anak tewas karena penyakit yang terkait dengan AIDS.
Kelompok berisiko seperti pekerja seks hanya menyumbangkan 3,4%,
sedangkan masyarakat umum seperti ibu rumah tangga, karyawan
swasta, serta wira usaha menyumbangkan 40,3% dalam jumlah kasus

18
AIDS di Indonesia pada 2016. Fenomena ini sejalan dengan data
Kementerian Kesehatan pada 2015 yang menunjukkan bahwa lebih dari
separuh (50,3%) bentuk penularan HIV melalui hubungan seksual dengan
pasangan beda jenis kelamin (heteroseksual).

Gambaran angka kejadian kasus HIV Anak di Indonesia (2010-2016)

Penularan HIV pada bayi yaitu dengan cara melalui transmisi vertikal
(>90%) ; intra uterine, during labour dan post partum. Sedangkan
transmisi horisontal ; transfusi darah, jarum suntik (remaja pengguna
narkoba) dan hubungan seks (sexual abuse). Risiko penularan tanpa
menyusui ; 15-30%, menyusui 6 bulan ; 25-35% menyusui 18-24 bulan ;
30-45%.
Seorang anak dengan infeksi HIV atau diduga dengan infeksi HIV
tetapi belum menunjukkan gejala, harus diberi semua jenis vaksin yang
diperlukan (sesuai jadwal imunisasi nasional), termasuk BCG. Berhubung
sebagian besar anak dengan HIV positif mempunyai respons imun yang
efektif pada tahun pertama kehidupannya, imunisasi harus diberikan
sedini mungkin sesuai umur yang dianjurkan.
Jangan beri vaksin BCG pada anak dengan infeksi HIV yang telah
menunjukkan gejala.

19
Berikan pada semua anak dengan infeksi HIV (tanpa memandang ada
gejala atau tidak) tambahan imunisasi Campak pada umur 6 bulan, selain
yang dianjurkan pada umur 9 bulan.
Tatalaksana Bayi Baru Lahir Dari Ibu ODHA ;
1) ARV profilaksis
2) Pencegahan infeksi oportunistik
3) Pemilihan nutrisi
4) Imunisasi
5) Pemantauan tumbuh kembang
6) Diagnosis status infeksi HIV bayi

Pencegahan penularan pada bayi dengan ibu HIV (PMTCT) yaitu ;


1. Mencegah wanita usia reproduktif terinfeksi HIV
2. Mencegah kehamilan tidak direncanakan pada ibu (wanita) HIV positif
3. Mencegah penularan secara vertikal HIV dari ibu ke bayi
4. Dukungan psikososial bagi ibu HIV positif beserta bayi dan keluarga
Tatalaksana bayi lahir dari ibu odha dapat dilakukan berikan arv
profilaksis, pencegahan infeksi oportunistik, pemilihan nutrisi, imunisasi,
pemantauan tumbuh kembang, diagnosis status infeksi hiv bayi.
Antiretroviral (ARV) profilaksis yang diberikan untuk bayi yang lahir dari
ibu terinfeksi HIV :
a) Bayi mendapat susu formula: zidovudine selama 6 minggu
b) Bayi mendapat ASI : zidovudine dan nevirapine selama 6 minggu
(syarat ibu mendapat ART)

20
Pemberian zidovudin ;
1. ≥35 minggu kehamilan saat lahir: 4 mg / kg / dosis PO dua kali sehari,
dimulai segera setelah kelahiran mungkin dan sebaiknya dalam 6-12 jam
setelah melahirkan.
2. ≥30 sampai <35 minggu kehamilan saat lahir: 2 mg / kg / dosis PO dimulai
segera setelah kelahiran mungkin, sebaiknya dalam 6-12 jam setelah
melahirkan, kemudian setiap 12 jam, lanjut hingga 3 mg / kg / dosis PO
setiap 12 jam pada usia 15 hari.
3. <30 minggu sejak lahir: 2 mg / kg / dosis PO dimulai segera setelah
kelahiran mungkin, sebaiknya dalam 6-12 jam setelah melahirkan,
kemudian setiap 12 jam, lanjut ke 3 mg / kg / dosis PO setiap 12 jam
setelah umur 4 minggu.Lama pemberian dari ketiga diatas adalah dari
Lahir sampai 6 minggu.

Pemberian nevirapine ;
1) Berat badan lahir 1500–2000 gram: 8 mg / dosis
2) Berat lahir 2000-2499 gram: 10 mg / dosis
3) Berat lahir> 2500 gram: 15 mg / dosis
Lama pemberian dari ketiga diatas adalah dari Lahir sampai 6 minggu.

21
Profilaksis infeksi oportunity untuk bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV ;
1) Cotrimoxazole profilaksis harus diberikan untuk semua bayi yang lahir dari
ibu terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai infeksi HIV pada anak dapat
disingkirkan.
2) Dosis: 4-6 mg TMP/kg BB, setiap 24 jam.

Imunisasi

Imunisasi untuk bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV adalah : Vaksin
inactivated dapat diberikan kepada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV
sesuai dengan jadwal imunisasi nasional. Vaksin BCG dapat diberikan
kepada bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV jika telah terbukti bayi tidak
terinfeksi HIV. Vaksin campak dan polio oral dapat diberikan kepada bayi
sehat yang lahir dari ibu terinfeksi HIV.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat diberikan


yaitu ; terintegrasi dengan pemantauan tumbuh kembang rutin (kms, kurva
who), tidak ada stigma negatif, imunisasi, serta dukungan keluarga yaitu
asah asih dan asuh agar tumbuh kembang anak dapat optimal.

Pemilihan Nutrisi
Nutrisi yang paling adalah pemberian air susu ibu, tetapi asi sangat
beresiko tinggi terjadi penularan kepada bayi dengan ibu positif HIV.
Susu Formula Memenuhi Syarat AFASS
Terlebih dahulu dilakukan Konseling untuk mengetahui apakah
pasien bisa memenuhi syarat sebagai berikut ;
1) Acceptable : dapat diterima
2) Feasible : dapat dilakukan (pengetahuan, Ketersediaan susu formula)
3) Affordable : terjangkau
4) Susteinable : tersedia berkelanjutan
5) Safe : aman (tersedia sarana air bersih)

22
Jika syarat AFASS tidak dapat dipenuhi
Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan , tetapi dengan syarat
a) ASI eksklusif selama 6 bulan
b) Mengurangi Viral Load dengan cara: ARV atau pasteurisasi ASI
c) Cegah/obati perlukaan pada payudara/bayi
d) Perbaiki keadaan umum bayi untuk cegah infeksi
e) Dan kembali lagi AFASS harus tetap diupayakan
Nutrisi untuk bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV adalah susu formula
untuk mencegah penularan. Nutrisi ASI bersama susu formula dihindarkan
karena memiliki risiko penularan tertinggi.

Diagnosis status infeksi HIV bayi:

1) Uji virologi (PCR RNA/DNA HIV) harus dilakukan pada semua bayi
yang mendapatkan program PMTCT saat berusia 6 minggu atau
sesegera mungkin setelah bayi berusia 6 minggu.
2) Bayi dengan hasil uji virologi positif, harus segera diberikan ARV dan
pada saat yang sama dilakukan ujivirologi kedua untuk konfirmasi
diagnosis.
3) Bayi dengan hasil uji virologi negatif pada pemeriksaan pertama, harus
dilakukan uji virologi kedua saat usia 4-6 bulan untuk konfirmasi
diagnosis.
4) Pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosis dapat dilakukan saat usia 18
bulan dengan melakukan uji serologi.

23
Algoritme Diagnosis HIV

Pada kasus ini ibu pasien memiliki riwayat hasil pemeriksaan antiHIV
reaktif yaitu pada persalinan anak pertama dengan BBL 2200 gram. Anak
yang sekarang merupakan anak yang. Hal itu menunjukkan bahwa ibu
memiliki faktor yang cukup kuat untuk melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah dan suspect HIV.

24
Pada perawatan hari pertama pasien langsung diberikan profilaksis
ARV yaitu zidovudin dan juga antibiotik seperti Cefotaxime dan
Gentamicin hingga perawatan hari ketiga. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang didapatkan pada perawatan hari pertama yaitu kadar leukosit yang
meningkat hingga 29.7 dengan nilai rujukan 9.0-21 dan kadar glukosa
darah sewaktu dalam batas bawah normal.
Pada perawatan hari ketiga didapatkan tidak ada kelainan keadaan
umum pasien dan pada hari keempat dokter rencana melakukan rawat
gabung bersama ibunya di ruang perawatan nifas.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia karna semua tergantung
bagemana respon terhadap pengobatan yang diberikan dan dukungan
keluarga kepada pasien.

25

Anda mungkin juga menyukai