CRS CKD
CRS CKD
Oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
metabolisme tubuh, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Pada pasien dengan
diperkitakan 100 juta kasus perjuta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat
berkembang secara perlahan. Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan
penyakit gagal ginjal kronik antara lain terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya,
2
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan case report ini adalah untuk memahami dan menambah
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal Ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
Kelainan patologis
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit berpatokan pada LFG (tabel 1.1)
Untuk laki-laki :
(140−usia) x (BB/kg)
LFG =
72 x kreatinin serum (mg%)
4
Untuk perempuan :
LFG = nilai pada pria x 0,85
banyak dari studi karakteristik populasi yang beragam, pasien dengan atau tanpa
5
1.3 Epidemiologi
diperkitakan 100 juta kasus perjuta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat
2000:1,7
1. Glomerulonefritis 46,39%
4. Hipertensi 8,46%
Penyakit gagal ginjal kronik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya pun lebih sering pada kulit berwarna daripada kulit putih.4
1.4 Patofisiologi
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor. Akibatnya, terjadi
hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat, hingga pada akhirnya terjadi suatu proses
6
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Sklerosis nefron ini
peningkatan GFR yang terjadi pada keadaan ini masih belum jelas benar, tetapi
kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung
menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein. Proses ini
terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta
fibrosis tubulointerstisialis.3
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal. Hipertensi
dinding pembuluh darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini adalah ginjal.
Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah
akan melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh
darah menjadi lemah dan akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk
membuang kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang
terjadi di dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih
7
1.5 Patogenesis
Hampir 1 juta unit nefron ada pada setiap ginjal yang menyumbang
kepada jumlah akhir laju filtrasi glomerulus (LFG). Tanpa mengambil kira
dan mekanisme kompensasi kerja yaitu hipertrofi pada nefron yang masih
berfungsi. Keupayaan ginjal ini dapat meneruskan fungsi normal ginjal untuk
mensekresi bahan buangan seperti urea dan kreatinin sehingga bahan tersebut
meningkat dalam plasma darah hanya setelah LFG menurun pada tahap 50% dari
yang normal. Kadar kretinin plasma akan mengganda pada penurunan LFG 50%.
yang progresif. Ini dipercayai terjadi karena berlaku peningkatan tekanan pada
Pada gagal ginjal kronik fungsi normal ginjal menurun, produk akhir
darah. Ini menyebabkan uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh penderita.
Semakin banyak timbunan produk bahan buangan, semakin berat gejala yang
8
kadar pembersihan substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
dan peningkatan kadar kreatinin serum terjadi. Hal ini menimbulkan gangguan
Selain itu blood urea nitrogen (BUN) biasanya juga meningkat. Pada penyakit
ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan secara normal
tubuh. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan ascites. Hal
ini menimbulkan risiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu
mengakibatkan anemia.
kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan
9
1.6 Manifestasi Klinis
• Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual dan
• Gejala komplikasi
Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat
penyakit, maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan kadar ureum darah
semakin tinggi (uremia). Pada stadium ini, penderita menunjukkan gejala – gejala
- Kelainan saluran cerna : nafsu makan menurun, mual, muntah dan fetor
uremik
10
Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal, pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan
(asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 30% mulai terjadi keluhan pada seperti nokturia, badan
Sampai pada LFG kurang 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran
nafas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air
natrium dan kalium. Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi
yang lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini
11
1.7 Diagnosis
1.7.1 Anamnesis
Selain itu pada anamnesis juga ditanyakan kemungkinan penyebab dari penyakit
ginjal kronik seperti riwayat hipertensi, riwayat DM, riwayat gangguan miksi
sebelumnya misalnya miksi tidak lancar karena adanya batu saluran kemih atau
BPH, dan urin seperti cucian daging karena adanya glomerulonefritis, nyeri
pinggang karena adanya infeksi dan peradangan pada ginjal, serta riwayat obat-
obatan.1,2
nafas karena asidosis metabolik atau gagal jantung, bau pernafasan fetor uremik,
a. Laboratorium
metabolik
12
d) Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria.1
b. Radiologi
kerusakan
normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan dan bertujuan
terapi yang sudah diberikan. Kontraindikasi pada ukuran ginjal yang mengecil,
13
1.8 Komplikasi
1. Anemia
2. Osteodistrofi renal
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolic
6. Koma uremik
1.9 Penatalaksanaan
Waktu yang tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya
penurunan LFG. Bila LFG sudah menurun sampai 20-30% dari normal, terapi
14
Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya
adalah :
Karena kelebihan protein tidak dapat disimpan didalam tubuh tetapi di pecah
menjadi urea dan substansi nitrogen lain, yang terutama dieksresikan melalui
ginjal selain itu makanan tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, posfat,
sulfat, dan ion anorganik lainnya juga dieksresikan melalui ginjal. Oleh karena itu,
pemberian diet tinggi protein pada penderita gagal ginjal kronik akan
dengan pembatasan asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu berasal dari
15
o Terapi farmakologi
- Anemia
hematokrit < 30% meliputi evaluasi terhadap status besi ( kadar besi
serum/serum iron, kapasitas ikat besi total/ total iron binding capacity,
- Osteodistrofi renal
1. Mengatasi hiperfosfatemia
garam magnesium. Diberikan secara oral untuk menghambat absorpsi fosfat yang
16
berasal dari makanan. Garam kalsium yang banyak dipakai adalah kalsium
2. Pemberian kalsitriol
Pemakaian dibatasi pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar
hormon paratiroid (PTH) > 2,5 kali normal karena dapat meningkatkan absorpsi
paratiroid.
kardiovaskular sangat perlu dilakukan. Maka air yang masuk dianjurkan 500 –
800 ml ditambah jumlah urin. Elektrolit yang harus diawasi asuapannya adalah
mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat – obat
yang mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium (seperti buah dan
sayuran) harus dibatasi. Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 mEq/lt.
17
Dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG < 15 ml/mnt.
1.10 Prognosis
dilakukan sekarang ini, bertujuan hanya untuk mencegah progresifitas dari PGK
itu sendiri. Selain itu, biasanya PGK sering terjadi tanpa disadari sampai
seringkali terlambat.
18
BAB 3
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 54 tahun
Nama IK : Januar
Alamat : Pariaman
Keluhan Utama
secara perlahan-lahan. Saat ini tengah mengantuk dan tidak dapat diajak
komunikasi.
Kaki sembab sejak 2 bulan yang lalu. Sembab di seluruh tubuh sejak 1
Demam sejak 1 minggu yang lalu, demam tidak tinggi, tidak menggigil,
BAK sedikit, jumlah kira-kira setengah botol aqua sedang dalam 24 jam,
19
BAB biasa
Riwayat sakit gula sejak 12 tahun yang lalu, tidak kontrol teratur,
Pasien telah dikenal menderita sakit ginjal sejak 2 bulan yang lalu,
telah menjalani USG ginjal dengan kesan PGK. Pasien mendapat obat
candesartan 1x16mg
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti Os
Pemeriksaan Umum
Ikterus : (-)
20
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Kepala
Mata
Hidung
Bentuk : Normal
Perdarahan : (-/-)
Telinga
Bentuk : Normal
Tuli : (-/-)
Lubang : Lapang/lapang
Mulut
Tonsil : T1 - T1
Lidah : Kotor (-), atrofi papil (-), hiperemis (-), deviasi (-)
Leher
21
Deformitas : (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-), kulit sekitar normal, nyeri tekan (-)
JVP : 5 - 2 cmH2O
Thoraks
Bentuk : Normochest
Kulit : Pucat (-), ikterik (-), spider nevi (-), venektasi (-), kolateral (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi otot pernafasan (-)
Perkusi
Kiri : Sonor
Kanan : Sonor
Jantung
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat, teraba setinggi RIC 5, 1 jari lateral
Perkusi
22
Auskultasi
M1 > M2, A2 > P2, Murmur (-), gallop (-), Irama Sinus.
23
Abdomen
Palpasi :
Supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi :
Timpani
Inguinal
Genitalia
Ekstremitas
Hasil Laboratorium
24
LFG = 14,56 ml/min
Urinalisis:
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Tindakan Pengobatan
- N-asetilsistein 3x100mg IV
- Paracetamol 4x500mg PO
25
- Inj Ca gluconas 1x1 amp IV
- Candesartan 1x16mg IV
- Bicnat 3x500mg PO
26
Follow Up
Tanggal 12-10-16
HD selanjutnya konfirmasi
Tanggal 13-10-16
P: Konsul Endokrin
Tanggal 14-10-16
27
A: CKD stage V ec PGD dengan uremic ensephalopathy Post HD 1
P: Besok HD
Tanggal 15-10-16
Tanggal 17-10-16
Tanggal 18-10-16
28
A: CKD stage V ec PGD dengan uremic ensephalopathy
P: terapi lanjut
Tanggal 19-10-16
P: terapi lanjut
Tanggal 20-10-16
Tanggal 21-10-16
Amlodipin 1x10mg
Candesartan 1x1mg
Balance cairan
29
Prognosis
30
BAB 3
DISKUSI
yang lalu tidak terkontrol, dan riwayat hipertensi disangkal, penurunan jumlah
140/90 mmHg, pitting edema pada kedua tungkai, dan bau pernafasan berbau
ureum.
sewaktu yang meningkat, hipoalbuminemia. Selain itu nilai ureum dan kreatinin pada
merupakan suatu kondisi disfungsi otak yang global yang menyebabkan terjadi
perubahan kesadaran, perubahan tingkah laku dan kejang. Pada pasien ini terjadi
berkembang secara paralel dengan menurunnya fungsi ginjal. Uremia sendiri berarti
31
ureum di dalam darah. Keadaan uremia terjadi sebagai asosiasi terhadap chronic
Pasien ini dikatakan mengalami penyakit ginjal kronik. Hal ini disimpulkan
berdasarkan nilai laboratorium kimia darah ureum dan creatinin yang meningkat.
Kadar Ureum 198 mg/dl dan Creatinin 4,1 mg/dl. Berdasarkan rumus Kockroft –
Sehingga, nilai LFG pasien ini adalah 14,56 ml/min. Hal ini sesuai dengan
Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat
maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan kadar ureum darah semakin tinggi
yang bermakna. Pada LFG di bawah 15 % akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement
Gagal ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat berkerja seperti biasanya. Dapat
terjadi penurunan sintesis eritropoetin akibat bahan baku yang kurang, atau ginjal
yang rusak. Eritropoitin berfungsi sebagai salah satu bahan untuk memproduksi sel
darah merah sehingga jumlah sel darah merah menjadi berkurang. Hal ini yang
32
Hipertensi pada pasien ini awalnya disebabkan karena retensi natrium
yang terjadi oleh kerusakan ginjal sehingga ginjal tidak mampu mengeluarkan
ekstraseluler) dan VP (volume plasma) dan akan disertai kenaikan curah jantung.
Kenaikan curah jantung ini menyebabkan kenaikan tonus vascular atau tahanan
perifer, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu, pada keadaan
hipertensi sistemik.
mencegah aspirasi karena pada pasien ini terjadi penurunan kesadaran. Diet yang
diberikan yaitu diet diabetes 1700 kkal untuk mengontrol kadar gula pasien ini,
rendah garam II untuk mengendalikan tekanan darah, dan rendah protein 40 gram
Obat anti hipertensi yang diberikan pada pasien ini adalah candesartan
1x16 mg IV. Obat ini adalah antihipertensi golongan ARB, dipilih karena cara
kerja obat ini tidak memperberat beban kerja ginjal. Asam folat 1x5 mg PO
glukonas 1x1 amp IV diberikan karena pada pasien CKD terjadi kecenderungan
33
Selain itu, untuk mengganti fungsi ginjal dan anemia yang terjadi pada
pasien ini, telah dilakukan HD sebanyak 2 kali, dan transfusi darah berupa PRC
sebanyak 3 kali.
Dengan melihat kondisi pasien saat ini, maka dapat dikatakan prognosis
pasien ini adalah dubia ad malam. Karena terjadinya kerusakan ginjal yang
bersifat irreversible.
34
DAFTAR PUSTAKA
Pediatrics 2003;111:1416-1421.
Marcellus SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 5 Jilid
1040.
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview
8. Smeltzer, S.C., dan Bare B.G., 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &
1
9. Sudoyo, A. W dkk. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI; 2009. Hal
1035-40.
10. Guntur, A. Bed Side Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Solo: Sebelas Maret
2002.
12. Kamaludin Ameliana. 2010. Gagal Ginjal Kronik. Jakarta : Bagian Ilmu