Anda di halaman 1dari 4

Immanuel Natalino Dewa Fortuna

180424054 / G

Pertumbuhan uang dan Inflasi


Antara tahun 1997 dan 2006, harga-harga naik dengan tingkat rata-rata sekitar 2% pertahun, dan
3,4% di wilayah Asia secara keseluruhan.
Inflasi adalah fenomena dalam perekonomian yang berkaitan dengan pertama dan terpenting,
nilai alat tukar dalam perekonomian.

Teori Klasik Inflasi


 Tingkat Harga-harga dan Nilai Uang
 Jumlah Uang yang Beredar, Permintaan Uang, dan Keseimbangan Moneter. Meskipun ada
banyak variable yang memengaruhi permintaan uang terdapat satu variable yang penting:
tingkat harga rata-rata di dalam perekonomian. Semakin tinggi harganya, semakin banyak
uang yang dibutuhkan untuk transaksi pada umumnya, dan semakin banyak uang yang ingin
dimiliki di dalam dompet dan rekening mereka. Artinya, tingkat harga yang tinggi (bererti nilai
uang rendah) meningkatkan jumlah permintaan uang. Dalam jangka panjang, tingkat
keseluruhan menyesuaikan diri dengan tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan.
 Dampak-dampak Injeksi Moneter.
Teori jumlah uang yaitusebuah teori ynag menyatakan bahwa jumlah uang yang tesedia
menentukan tingkat harga dan bahwa tingkat pertumbuhan jumlah uang menentukan tingkat
inflasi.

Tinjauan Singkat Proses Penyesuaian. Dikotomi Klasik dan Kenetralan MoneterVariable-


variabel nominal yaitu variable yang diukur dalam unit moneter. Variable-variabel riil yaitu
variable yang diukur dalam unit fisik. Dikotomi klasik yaitu pemisahan teoritis variable-variabel
nominal dan riil. Mengapa harus memisahkan variable-variabel ini menjadi dua kelompok? Hume
berpendapat bahwa dikotomi klasik berguna untuk menganalisis perekonomian karenaberbagai
kekuatan memengaruhi variable-variabel riil dan nominal. Ia berpendapat, secara khusus,
variable-variabel nomnal sangat dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan pada system
moneter dalam perekonomian, sedangkan system moneter sangat tidak relevan dalam
pemahaman tentang determinan variable-variabel riil yang penting.
Perubahan jumah uang yang beredar, menurut Hume, memengaruhi varabel-variabel nominal,
tetapi tidak memengaruhi variable-variabel riil.
Kenetralan moneter yaitu gagasan bahwa perubahan dalam jumlah uang yang beredar tidak
memengaruhi variable-variabel riil.Sebuah analogi membantu dalam menjelaskan arti kenetralan
moneter.Kecepatan dan Perssamaan JumlahVelositas uang yaitu kecepatan perpindahan uang

V = (P X Y) / M
Persamaan jumlah yaitu persamaan MxV=PxY, yang berkaitan dengan jumlah uang,
velositas uang, dan lnilai moneter keluaran barang dan jasa dalam perekonomian
Langkah-langkah yang menjadi inti dari teori jumlah uang dan unsur-unsur yang menjelaskan
tingkat harga keseimbangan dan tingkat inflasi, yaitu :
1. Velositas uang relatif stabil seiring berjalannya waktu
2. Karena velositas stabil, ketika bank sentral mengubah jumlah uang (M), hal ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang sebanding dengan nilai nominal keluaran (PxY)
3. Keluaran barang dan jasa dalam perekonomian (Y) ditentukan oleh persediaan faktor
(tenaga kerja, modal fisik, modal manusia, dan sumber daya alam) dan teknologi produksi
yang tersedia. Secara khusus, karena uang bersifat netral maka uang tidak mempengaruhi
jumlah keluaran.
4. Dengan keluaran (Y) dipengaruhi oleh persediaan faktor dan teknologi. Saat bank sentral
mengubah jumlah uang yang beredar (M) dan menyebabkan perubahan pada nilai
nominal keluaran (PxY) perubahan ini dicerminkan pada perubahan tingkat harga (P).
5. Saat bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar hasilnya adalah tingkat inflasi
yang tinggi
.
1. Pajak Inflasi
Pajak inflasi (inflation tax) merupakan penghasilan yang dikumpulkan oleh pemerintah
dengan cara mencetak uang yang harus diketahui dalam pajak inflasi yaitu : pajak ini dikenakan
kepada setiap orang yang memegang uang.

2. Efek Fisher
Suku bunga nominaladalah suku bungan yang kita ketahui / yang diberikan oleh
bank.Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah disesuaikan dengan inflasi (suku bunga
nomina) yang telah dikurangi dengan tingkat inflasi.
Suku bunga riil = suku bunga nominal-laju inflasi
Suku bunga nominal = suku bunga riil+laju inflasi
Efek fisher (Fisher effect) yaitu penyesuaian suku bunga nominal seiring dengan tingkat inflasi.
Hal ini merupakan akibat atau lanjutan dari teori kenetralan moneter.

ü Beban-Beban Inflasi

1. Biaya Sol Sepatu


Pajak inflasi menyebabkan kerugian beban baku karena orang-orang menyia-nyiakan
sumber daya yang terbatas dengan mencoba untuk menghindari pajak. Untuk menghindari pajak
inflasi ini salah satu caranya yaitu dengan memegang uang lebih sedikit. Akibat dari memegang
uang lebih sedikit ini sadar atau tidak, sebenarnya kita telah terkena biaya sol sepatu(shoeleather
costs) -sumber daya yang terbuang ketika inflasi mendorong orang-orang untuk mengurangi
pemegangan uang mereka.

2. Biaya Menu
Biaya menu (menu cost) yaitu biaya untuk mengubah harga.Variabilitas harga relatif dan
kesalahan alokasi sumber-sumber daya.Harga-harga berubah hanya sekali-kali, inflasi
menyebabkan harga-harga relatif menjadi lebih berbeda daripada ketika tidak ada inflasi. Ketika
inflasi mengubah harga-harga relatif, keputusan konsumen juga berubah, dan paar-pasar
menjadi kurang mampu mengalokasikan sumber daya untuk digunakan dengan sebaik-baiknya.
.
3. Distorsi Pajak Akibat Inflasi
Inflasi seringkali tidak dipertimbangkan dalam penghitungan pajak. Solusinya yaitu
dengan membuat indeks pada sistem pajak -hukum pajak dapat dibuat kembali dengan
memperhitungkan efek-efek dari inflasi.

4. Kebingungan dan Ketidaknyamanan


Hal ini terjadi karena perubahan nilai uang yang turun secara drastis akibat inflasi. Namun
para akuntan sangat sulit untuk menghitung akibat dari inflasi ini karena inflasi mempengaruhi
variabel riil

.
5. Kerugian Khusus Akibat Inflasi Tidak Terduga : Redistribusi Kekayaan secara Acak
Inflasi yang tidak terduga menyebabkan redistribusi kekayaan diantara populasi dengan cara
yang tidak ada hubungannya dengan kepantasan atau kebutuhan. redistribusi ini terjadi karena
banyak pinjaman dalam perekonomian ditentukan dengan menggunakan satuan hitung yaitu
uang.

Hubungan Uang dan Inflasi


Friedman dan Schwartz menulis dua makalah yang mendokumentasi sumber
danpengaruh perubahan dalam kuantitas uang selama periode 1867 – 1960 dan 1867 –1975 di
Amerika Serikat. Secara empiris, Friedman dan Schwartz berhasil memverifikasi hubungan antara
inflasi dan pertumbuhan jumlah uang beredar. Hasil penelitian Friedman dan Schwartz
menunjukkan bahwa di Amerika Serikat dekade-dekade dengan pertumbuhan uang tinggi
cenderung memiliki inflasi yang tinggi, dandekade-dekade dengan pertumbuhan uang rendah
cenderung memiliki inflasi yang rendah.

Hasil yang sama diperoleh dari perbandingan tingkat rata-rata inflasi dan tingkat rata-rata
pertumbuhan uang di lebih dari 100 negara selama tahun 1990-an. Dalam kajian tersebut,
terdapat hubungan yang jelas antara pertumbuhan uang dan inflasi. Negara-negara dengan
pertumbuhan uang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi, sementara negara-negara
dengan pertumbuhan uang rendah cenderung memiliki inlfasi yang rendah.
Namun demikian, menurut Mankiw (2003), keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang
beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka
panjang, bukan dalam jangka pendek. Dengan demikian, hubungan antara pertumbuhan uang
dan inflasi dalam data bulanan tidak akan seerat hubungan keduanya jika dilihat selama periode
10-tahun.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang
bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi
yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja,
menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin
merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh
seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya
beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga
halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai
uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian
karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi
menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka
produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan
merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai