Anda di halaman 1dari 3

Provokasi Politik

Khutbah I

،ُ‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ْلَ اِلَهَ اِْلَّ هللاُ َوحْ َدهُ َْلش َِريْكَ لَه‬.‫ع ِليًّا‬ َ ‫سا َد َم َكانًا‬ َ َ‫س ِكيْنَ بِ ِه َويَ ْن َه ْونَ ْالف‬ِّ ِ ‫ع َد ل ِْل ُمت َ َم‬ َ ‫ َو َو‬،‫س ِويًّا‬ َ ‫ط ِر ْي ًقا‬َ ‫اْلس ََْل َم‬ ِ ْ ‫ا َ ْل َح ْم ُد هللِ الَّذِي َجعَ َل‬
‫علَى‬ َ ‫س ِِّل ْم‬
َ ‫ص ِِّل َو‬ َ َ‫ اَللَّ ُه َّم ف‬.‫ص ِبيًّا‬
َ ‫ارا َو‬ ِ ‫ف ِب ْال َمك‬
ً ‫َار ِم ِك َب‬ ُ ‫ص‬ ِ َّ ‫ع ْب ُدهُ َو َرسُ ْولُه ُ ْال ُمت‬ َ ‫س ِِّي َدنَا مح ِّمدًا‬ َ ‫ َوأ َ ْش َه ُد أ َ َّن‬.‫سنُ نَ ِديًّا‬ َ ‫ش َها َدة َ َم ْن ه َُو َخي ٌْر َّمقَا ًما َوأ َ ْح‬َ
َ َ
‫ فَيَا أيُّ َها‬،ُ‫ أ َّما بَ ْعد‬،‫ش ْيئا فَ ِريًّا‬ ً ُ ْ َ َّ
َ ‫صحْ بِ ِه ال ِذيْنَ يُحْ ِسنُ ْونَ إِ ْسَلَ َم ُه ْم َول ْم يَفعَل ْوا‬ َ ‫على آ ِل ِه َو‬ َ َ ‫ َو‬،‫س ْوْل نَبِيًّا‬ ً ْ
ُ ‫صادِقَ ال َو ْع ِد َو َكانَ َر‬ َ َ‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َكان‬
َ
َ‫ فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتَّقُ ْون‬،ِ‫ص ْينِ ْي نَ ْف ِس ْى َو ِإيَّا ُك ْم ِبت َ ْق َوى هللا‬ ‫و‬ ُ ‫ا‬ ،‫هللا‬
ِ ْ ُ ُ َ َ ْ ِ َ ‫م‬ُ
‫ك‬ ‫م‬ ِ‫ح‬ ‫ر‬ َ‫ن‬ ‫و‬ ‫ر‬
ُ ‫اض‬ ‫ح‬ ْ
‫ال‬. َ ‫ْل‬ ‫و‬
َ ‫ه‬
ِ ‫ت‬
ِ ‫ا‬َ ‫ق‬ُ ‫ت‬ َّ
‫ق‬ ‫ح‬ ‫هللا‬
َ َ ْ ‫ا‬‫و‬ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫و‬ُ
ْ َ‫ن‬‫م‬‫آ‬ َ‫ْن‬‫ي‬ ‫ذ‬
ِ َّ ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬َ ‫ي‬
ُّ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫ي‬
َ : ‫ى‬َ ‫ل‬‫ا‬َ ُ ‫قَا َل‬
‫ع‬َ ‫ت‬ ‫هللا‬
َّ
. َ‫ت َ ُم ْوت ُ َّن إِْل َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬

Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,

Marilah sejenak kita khusyu’kan hati dan tenggelamkan jiwa dalam samudera Ilahi, seraya
melantunkan penggalan kalimat pujian dan syukur yang setinggi-tingginya dan sedalam-dalamnya
atas Kerahmanan dan Kerahiman Allah swt. Hari ini, berkat kasihsayang-Nya jualah, kembali kita
dapat menunaikan shalat jumat secara berjamaah, teriring do’a kita rintihkan semoga seluruh
rangkaian amal ibadah kita diterima dan dibalas dengan sebaik-baik balasan.

Salawat teriring salam, semoga tercurah selalu keharibaan, nabiyullah, Muhammad saw. Figure idola
yang senantiasa di muliakan, sosok yang keluhuran akhlaknya laksana samudera biru nan luas
terbentang, tidak pernah bosan mata memandang dan tidak pernah jenuh hati mengkaguminya,
karena kepribadian beliau adalah pesona keindahan sepanjang masa.

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Alhamdulillah suasana pergantian tahun baru memasuki tahun 2019 banyak diisi dengan kegiatan
bernuansa keagamaan, dan kegiatan dengan pesta kembang api dan hura-hura lainnya mulai
berkurang dan sepi. Mudah-mudahan hal ini merupakan pertanda kesadaran umat menjalankan
ajaran agama akan semakin meningkat dan semakin baik ke depannya.

Akhir-akhir ini terjadi musibah dan bencana alam di berbagai tempat. Semoga saudara-saudara kita
yang tertimpa bencana diberikan kesabaran dan keikhlasan oleh Allah SWT. Semoga kita warga
Pontianak khususnya, dan masyarakat Kalimantan Barat jauh dari segala macam musibah dan
bencana alam. Terjadinya bencana seringkali dihubungkan dengan sikap dan perilaku manusia yang
menyimpang atau dosa-dosa manusia itu sendiri. Para ulama tasawuf mengatakan, bahwa berbuat
kemaksiatan dan dosa, itulah musibah yang sebenarnya, karena ia merusak hati, agama, dan
akhirat.

Terutama saat ini, memasuki tahun politik berbagai macam kepentingan, melalui media sosial
online, memfitnah, menyebarluaskan fitnah, menghina, menjelek-jelekkan, mencaci maki, mencari-
cari kesalahan dan kejelekan orang lain, lalu disebarluaskan. Termasuk menyebarluaskan berita
bohong, berita hoax sama dengan ikut berbohong. Semua ini adalah dosa, lebih berdosa lagi ketika
berbuat seperti ini dianggap remeh, dianggap biasa-biasa aja, bahkan terkadang merasa senang dan
bangga karena bisa menyebarluaskan kejelekan orang lain. Padahal al-Qur’an surat al-Hujurat ayat
11-12 dengan jelas dan tegas melarang ‫( ْل يَ ْسخ َْر قَو ٌم مِ ْن قَ ْو ٍم‬janganlah mengolok-olok antara satu
dengan yang lainnya), ‫( َو َْل ت َْلمِ ُزوا‬jangan mencela orang lain), ‫ب‬ ْ ِ‫( َوْل تَنَابَ ُزوا ب‬Jangan mengejek orang
ِ ‫األلقَا‬
lain dengan gelar yang buruk), ‫ِيرا ِ ِّمنَ ٱلظ ِِّن‬ َّ ً ‫( ٱجْ تَنِبُوا َكث‬hindarilah berburuk sangka), ‫سسُوا‬ َّ ‫( َو َْل ت َ َج‬Jangan
mencari-cari kesalahan orang lain), ‫ض ُكم َب ْعضًا‬ ُ ‫( َو َْل َي ْغت َب بَّ ْع‬jangan saling menggunjing).
Dalam hadis, Rasulullah SAW. bersabda:
‫وق َوقِت َالُه ُ ُك ْف ٌر‬
ٌ ‫س‬ ُ ُ‫ِسبَابُ ْال ُم ْسل ِِم ف‬
Mencaci maki sesama orang Islam adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekafiran. (HR.
Bukhari dari Abdullah ibnu Mas’ud).
Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW. bersabda:
‫سمِ َع‬ َ ‫َكفَى بِ ْال َم ْرءِ َك ِذبًا أ َ ْن يُ َح ِّد‬
َ ‫ِث بِ ُك ِِّل َما‬
Cukuplah seseorang itu berbohong apabila ia menceritakan (menyebarluaskan) semua apa yang
didengar (diterima). (HR. Muslim dari Hafsh bin ‘Ashim).

Hadis ini mengingatkan kita agar bersikap hati-hati dan selektif menerima berita, apalagi
menyebarluaskan berita. Jangan sampai hanya karena provokasi politik, karena fitnah politik,
sehingga fanatik berlebihan dan hati kita diisi dengan semangat kebencian terhadap orang lain
sehingga tidak lagi berpikir rasional dan selektif akhirnya dengan mudah kita memfitnah orang lain,
dengan mudah kita berbuat dosa.

Islam dan politik tidak dapat dipisahkan, sebab Nabi Muhammad SAW., selain sebagai Rasulullah
pemimpin agama, juga sebagai kepala negara di Madinah pemimpin politik. Politik Islam adalah
politik yang mengedepankan norma, mengutamakan akhlak, dan etika, penuh semangat
persaudaraan dan kebersamaan, mengutamakan kemaslahatan umat yang lebih besar dan
menghindari kerusakan. Inilah yang disebutkan imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam as-
Sulthaniyyah, bahwa politik Islam atau as-Siyasah asy-Syar’iyyah adalah dalam rangka untuk ُ ‫سة‬ َ َ ‫حِ را‬
‫سةُ ال ُّد ْن َيا‬ ‫ا‬‫ي‬‫س‬ِ
َ َ َ ِ‫و‬ ‫ْن‬
‫ي‬ ِّ
‫د‬ ِ ‫ال‬ (menegakkan dan menjaga keberlangsungan ajaran agama dan mengatur,
mewujudkan kesejahteraan dunia).

Dalam Piagam Madinah yang dibuat Rasulullah SAW. pada Pasal 1 disebutkan, bahwa semua
penduduk Madinah yang beragam suku dan agamanya dianggap sebagai satu umat atau satu
bangsa. Pasal 24; Rasulullah SAW menjamin kebersamaan sebagai bangsa, bahwa segenap warga
negara Madinah; Yahudi dan umat Islam secara bersama-sama membela dan menanggung apabila
negara diserang oleh musuh. Pasal 25; Rasulullah SAW. menjamin kebebasan umat beragama,
Yahudi bebas menganut dan menjalankan ajaran agamanya sebagaimana umat Islam bebas
menganut agamanya. Inilah gambaran politik dalam Islam.

Akan tetapi, ketika politik kehilangan norma, kehilangan akhlak dan etika, serta hilang tujuan
maslahat yang lebih besar, maka ruh Islamnya menjadi hilang, dan cenderung menghalalkan segala
macam cara hanya untuk mencapai tujuan politik kekuasaan. Inilah yang dimaksud provokasi politik
yang memanas-manasi, menjelek-jelekkan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, ditambah
lagi dengan membuat-buat berita bohong dan hoax hanya untuk meraih kemenangan semata-mata,
mengabaikan akhlak dan kebenaran. Bicara politik dalam masjid adalah bagus dan tidak ada
masalah, akan tetapi, ketika orasi provokasi politik seperti ini diumbar dalam masjid, maka ini yang
dilarang, karena akan merusak dan memecahbelah persaudaraan dan kebersamaan sesama umat
Islam.

Oleh karena itu, mari kita membiasakan diri untuk selalu menghormati perbedaan dan keragaman,
termasuk perbedaan dalam pilihan politik. Apalagi di negara Indonesia negara yang menganut sistem
demokrasi. Kita menyikapi perbedaan dan keragaman biasa-biasa saja, tidak perlu berlebih-lebihan.
Sebaiknya kita selalu berpikiran positif, berbuat yang produktif, tetap optimis menjaga kebersamaan
ukhuwwah Islamiyah.
Dalam al-Qur’an Allah mengingatkan:
َ‫ٱَّللُ يَ ْعلَ ُم َوأَنت ُ ْم َْل ت َ ْعلَ ُمون‬
َّ ‫شيْـًٔا َوه َُو ش ٌَّر لَّكُ ْم َو‬
َ ‫س ٰى أَن تُحِ بُّوا‬ َ ‫شيْـًٔا َوه َُو َخي ٌْر لَّكُ ْم َو‬
َ ‫ع‬ َ ‫س ٰى أَن ت َ ْك َرهُوا‬
َ ‫ع‬
َ ‫َو‬
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai
sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-
Baqarah: 216).

Dalam hadis, Rasulullah SAW. mengingatkan:


‫سى أ َ ْن يَ ُكونَ َحبِيبَكَ يَ ْو ًما َما‬ َ ‫ضكَ ه َْونًا َما‬
َ ‫ع‬ ْ ‫ضكَ يَ ْو ًما َما َوأ َ ْبغ‬
َ ‫ِض بَغِي‬ َ ‫سى أ َ ْن يَ ُكونَ بَغِي‬ َ ‫أَحْ بِبْ َحبِيبَكَ ه َْونًا َما‬
َ ‫ع‬
Cintailah yang kamu cintai sewajarnya, sebab bisa jadi suatu hari nanti dia menjadi orang kamu
benci. Dan bencilah yang kamu benci sewajarnya, sebab bisa jadi suatu hari nanti dia menjadi yang
kamu cintai. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).

Anda mungkin juga menyukai