Anda di halaman 1dari 16

Herbal Antihiperurisemia, Hepatoprotektor,

Anti Infeksi, Antivirus

Disusun oleh:
Ainur Rohma Aprilia Kartika (151710483007)
Prodi D4 Pengobat Tradisional
Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-NYA kepada saya dan kita semua. Sehingga saya
dapat menyelesaikan dan menyusun tugas makalah ini dengan judul “Herbal
Antihiperurisemia, hepatoprotektor, antiinfeksi, antivirus”. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus, jalan yang terang
benderang yaitu berupa ajaran agama islam.

Penulis sangat bersyukur dikarenakan dapat menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas mata kuliah dengan judul “Herbal Antihiperurisemia, hepatoprotektor,
antiinfeksi, antivirus”. Disamping itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah ikut membantu saya selama proses pembuatan makalah ini
berlangsung, sehingga dapat terealisasikan dengan baik.

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, dan dengan untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Sidoarjo, 8 desember 2018

Ainur Rohma Aprilia Kartika

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi......................................................................................................... ii
Bab I Herbal Hepatoprotektor ........................................................................ 1
A. Nama Ilmiah ....................................................................................... 1
B. Bahan yang digunakan ...................................................................... 2
C. Penelitian ............................................................................................ 2
D. Toksisitas ........................................................................................... 3
E. Dosis atau penggunaan ....................................................................... 3
F. Daftar pustaka .................................................................................... 4
Bab II Herbal Antiinfeksi ............................................................................... 5
A. Nama Ilmiah ....................................................................................... 5
B. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 5
C. Penelitian ............................................................................................ 6
D. Toksisitas ........................................................................................... 6
E. Dosis atau penggunaan ....................................................................... 6
F. Daftar Pustaka .................................................................................... 7
Bab III Herbal Antihiperurisemia .................................................................. 8
A. Nama Ilmiah ....................................................................................... 8
B. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 8
C. Penelitian ............................................................................................ 8
D. Toksisitas ........................................................................................... 9
E. Dosis atau penggunaan ....................................................................... 9
F. Daftar Pustaka .................................................................................. 10
Bab IV Herbal Anti Hepatitis ....................................................................... 11
A. Nama Ilmiah ..................................................................................... 11
B. Bahan yang digunakan ..................................................................... 11
C. Penelitian .......................................................................................... 12
D. Toksisitas ......................................................................................... 12
E. Dosis atau penggunaan ..................................................................... 12
F. Daftar Pustaka .................................................................................. 13

ii
Bab I
Mengkudu (Morinda citrifolia L) untuk Hepatoprotektor

Nama Ilmiah : Morinda citrifolia L[1,2]


Klasifikasi[4] :
Nama ilmiah : Morinda citrifolia L
Kingdom : Plantae
Class : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae (coffee family)
Genus : Morinda
Species : Morinda citrifolia
Nama Daerah :
Sumatera : Eadu, earu (Enggano), keumudee (Aceh), lengkudu (Gayo),
bangkudu (Alas), bengkudu, bangkudu, bakudu, pamarai (Batak), makudu (Nias),
mangkudu, neteu (Mentawai), mengkudu (Melayu), bingkudu (Minang), mekudu
(Lampung); Jawa : Cangkudu, kudu, pace kudu (Sunda); kemudu, kudu, pace (Jawa);
kodhuk (Madura); Kalimantan : Mangkudu, wangkudu, labanau, rewonong (Dayak);

1
Nusatenggara: tibah, wungkudu, ai komdo, manakudu, bakulu; Bali: Tibah,
wangkudu[3].
Nama Asing Inggris : Noni, indian mulberry[1].
Bahan yang digunakan : Bagian Buah (Fructus)[1].
Kandungan Kimia :
Damnacanthal(Anthraquinone), Morindin and Morindone xeronine
(Alkaloids), trisaccharide fatty acid ester(Polysaccharides), Scopoletin, Vitamins and
Minerals; Magnesium, iron, potassium, selenium, zinc, copper, sulphur, ascorbic acid,
Glycosides-Flavanol glycoside; iridoid glycoside, Rutin, kumarin, isoskopoletin, Asam
ursolat, 1,5,15-triO-metil morindol, 5,15-di-O-metil morindol, antragalol 2-metil eter,
damnakantol-3-O-E–D-primeverosida, lusidin 3-O-E-D-primeverosida dan morindon-
6-O-E-D-primeverosida; senyawa sakarida ester asam lemak: 2-O-( D -D-
glukopiranosil)-1-O-heksanoilD -D-glukopiranosa, 2O-( D -D-glukopiranosil)-1-O-
oktanoilD -D-glukopiranosa, 6-O-( D -Dglukopiranosil)-1-O-heksanoilD -D-
glukopiranosa, 3-metilbut-3-enilD D-glukopiranosa; Iridoid: Asam
deasetilasperulosid, asam asperulosid; Lignin: (+)-3,4,3c,4c-tetrahidroksi-9,7c R-
epoksilignano-7R,9c-lakton dan (+)-3,3c-bisdemetiltanegool[4,5,6,].
Penelitian :
Telah dilakukan pengujian untuk mengevaluasi efek proteksi dari jus buah
mengkudu terhadap kerusakan liver akut yang diinduksi oleh karbontetraklorida
(CCl4) pada tikus betina Sprague-Dawley (SD). Kerusakan hati (micro-centrilobular
necrosis) pada hewan percobaan diamati dengan melakukan pra perlakuan dengan 20%
plasebo (air minum) ditambah dengan CCl4. Kelompok uji lain adalah kelompok tikus
betina yang mendapatkan pemberian jus noni 20% pada hewan percobaan yang telah
mengalami pra perlakuan dengan plasebo dan CCl4, pada kelompok uji ini
menunjukkan adanya penurunan lesi hepatotoksik. Selain itu, terjadi penurunan kadar
serum alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase secara signifikan pada
kelompok yang diberikan perlakuan dengan jus noni dibandingkan dengan kelompok
kontrol (hanya mendapatkan plasebo dan CCl4). Pada pengujian korelatif berdasarkan
waktu, salah satu dosis CCl4 (0,25 mL/kgBB dalam minyak jagung, per oral) pada
tikus betina SD yang diberikan pra perlakuan hanya dengan 10% plasebo (air minum)
selama 12 hari, mengalami lesi hepatotoksik progresif setelah 24 jam, sedangkan
kelompok yang mendapatkan pra perlakuan dengan jus noni 10% menunjukkan adanya
efek proteksi terhadap lesi. Hasil ini menunjukkan bahwa jus noni efektif untuk
perlindungan hati (hepatoprotektif) dari paparan toksin ekstrinsik[7].

2
Toksisitas :
Toksisitas dari mengkudu di observasi mengggunakan microscopic observation
dan menggunakan tetrazolium based-MTS assay. Ekstrak etanol mengkudu dikatakan
toksik dalam tubuh manusia dalam dosis IC50 lebih dari 100µg/ml dan dinyatakan
bahwa penggunaan mengkudu merupakan safe herbal[2].
Uji toksisitas yang dilakukan dengan memberikan ekstrak air mengkudu yang
dibagi menjadi 3 dosis yaitu 5,10 dan 20% terhadap tikus, menunjukkan bahwa
pemberian dosis tertinngi ekstrak air mengkudu yaitu 20% merupakan dosis toksik
untuk tikus percobaan menyebabkan perlukaan pada hati[8].

Penyiapan dan Dosis :


Secara tradisional: Sebanyak 100 g buah segar yang sudah masak dicuci,
ditumbuk sampai halus, ditambah ¼ gelas air matang, ditambahkan 1 sendok teh cuka
dan 1 g garam. Kemudian disaring, hasil saringan diminum sehari tiga kali sama
banyak[1].

3
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume V. Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI. Jakarta. Halaman 85-86.
2. Periyasamy Selvan, E De Clercq. 2011. Studies on Cytostatic Activity of
Ethanolic Extract of Morinda citrifolia L Noni Fruit. Int. J. Pham & Ind. Res.
Vol. 01 pp. 175-177.
3. Anonim. 1989. Materia Medika, Jilid V. Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
343-347.
4. Hardeep kaur, Nisha Gurjar and Ruth Gill. 2018. The noni fruit (Morinda
citrifolia L.): A systematic review on anticancer potential and other health
beneficial pharmacological activities. Department of Biotechnology,
Chandigarh University, Gharuan Mohali, Punjab, India. Journal of Medicinal
Plants Studies 2018; 6(2): 86-93
5. Akihisa, T., Matsumoto, K., Tokuda, H., Yasukawa, K., Seino, K., Nakamoto,
K., Kuninaga, H., Suzuki, T., Kimura, Y., 2007, Anti-inflammatory and
potential cancer chemopreventive constituents of the fruits of Morinda citrifolia
(Noni), J. Nat. Prod., 70:754-757.
6. Kamiya, K., Hamabe, W., Harada, S., Murakami, R., Tokuyama, S., Satake, T.,
2008, Chemical constituents of Morinda citrifolia roots exhibit hypoglycemic
effects in streptozotocin-induced diabetic mice, Biol. Pharm. Bull., 31: 935-
938.
7. Mian-Ying Wang, Diane Nowicki, Gray Anderson, Jarakae Jensen, Brett West.
2008. Liver protective Effect of Morinda citrifolia (Noni). Plant. Foods Hum.
Nutr., 63:59-63.
8. Hadijah. A. Normah,S. Ahmad Tarmizi. 2008. Thirteen-week toxicity study of
mengkudu juice (Morinda citrifolia): Effect on the blood analysis [Kajian
ketoksikan jus mengkudu (Morinda citrifolia) selama tiga belas minggu: Kesan
terhadap analisis darah]. Kuala Lumpur, Malaysia. TarmiziJ. Trop. Agric. and
Fd. Sc. 36(2)(2008)

4
Bab II
Biji Pepaya (Carica papaya L) Sebagai Anti infeksi

Nama Ilmiah[1,2] : Carica papaya L


Nama daerah :
Sumatera: Kabaelo, peute, pertek, pastelo, ralempaya, betik, embetik, botik,
bala, si kailo, kates, kepaya, kustela, papaya, pepaya, sangsile, batiek, kalikih, pancene,
pisang, katuka, pisang patuka, pesang pelo, gedang, punti kayu; Jawa: Gedang,
gedhang (Sunda), katela gantung, kates (Jawa); Kalimantan: Bua medung, pisang
malaka, buah dong, majan, pisang mantela, gadang, bandas; Nusatenggara: Gedang,
kates, kampaja, kalujawa, padu, kaut, panja, kalailu, paja, kapala, hango, muu jawa,
muku jawa, kasi; Sulawesi: Kapalay, papaya, pepaya, kaliki, sumoyori, unti jawa,
tangantangan nikanre, kaliki nikanre, kaliki rianre; Maluku: Tele, palaki, papae,
papaino, papau, papaen, papai, papaya, sempain, tapaya, kapaya; Irian: Sampain,
asawa, menam, siberiani, tapaya[3].
Nama asing :
Inggris: Papaya, pawpaw, melon tree; Malaysia: Papaya, betek, ketalah;
Filipina: Papaya, kapaya, lapaya. Burma: Thimbaw. Kamboja: Lhong, doeum lahong.
Laos: Houng. Thailand:Ma\akor, loko, ma kuai thet. Vietnam: Du du[1].
Bahan yang digunakan : Biji[1,5], daun[4,6]
Kandungan kimia :

5
Kandungan kimia biji pepaya diantaranya protein, serat, minyak lemak,
karpain, bensilisotiosianat, bensilglukosinolat, glukotropakolin, bensiltiourea,
hentriakontan, B-sitosterol, karisin, dan enzim mirosin, kaempferol, myricetin,
pseudocarpaine dehydrocarpaine 1 and 2, ferulic acid, caffeic acid, chlorogenic acid,
carotenoids namely β- carotene, lycopene, anthraquinones glycoside[1,4].
Penelitian :
Uji klinik biji kering pepaya menunjukkan aktivitas antiparasit. Biji pepaya
dikeringkan dengan diangin-angin kemudian diserbuk. Sebanyak 500 g serbuk
dicampur dengan madu sampai dengan volume 1000 mL. Campuran tersebut diberikan
secara acak kepada 60 anak, yang sebelumnya telah diperiksa tinjanya untuk mengukur
parasit yang menginfeksi masing-masing anak. Dalam uji ini sebagai kelompok
plasebo diberikan madu murni saja. Setiap anak menerima 20 mL bahan uji. Setelah 7
hari, tinja masing-masing anak dianalisa kembali. Hasilnya dilaporkan bahwa 76,7 %
anak yang menerima biji pepaya (23 dari 30) terbebas dari parasit saluran cerna,
dibanding 16,7 % anak yang hanya menerima madu. Ini meliputi antara lain bebas dari
Ascaris lumbricoides (84,6 %), Taenia saginata (100 %), ataupun golongan parasit lain
Entamoeba histolytica (71,4 %)[7].
Toksisitas :
LD ekstrak air biji pepaya yang diberikan peroral pada tikus jantan galur
Wistar diperkirakan > 2 g/kg BB.
Dikarenakan biji pepaya mengandung glikosida sianogenik, maka ada risiko
keracunan asam sianida, terutama jika menggunakan biji pepaya segar. Efek yang
Tidak Diinginkan Reaksi alergi dan nyeri lambung

Penyiapan dosis :
Dosis tunggal: 10 g serbuk biji kering[1].

6
Daftar isi
1. Anonim. 2011. Acuan Sediaan Herbal Volume VI. Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI. Jakarta. Halaman 28-30
2. Regine Helena Silva dos Fernandes VIEIRA, Dália dos Prazeres RODRIGUES,
Flávia Araújo GONÇALVES, Francisca Gleire Rodrigues de MENEZES,
Janisi Sales ARAGÃO,Oscarina Viana SOUSA. 2001. MICROBICIDAL
EFFECT OF MEDICINAL PLANT EXTRACTS ( Psidium guajava LINN.
AND Carica papaya LINN.) Upon Bacteria Isolated From Fish Muscle And
Known To Induce Diarrhea In Children. Rev. Inst. Med. Trop. S. Paulo 43(3) :
145-148.
3. Materia medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI; 1989: p.116-120. 3
4. M. Vijayakumar, R. Bharathidasan, L. Prince. 2015. Antimicrobial Activity Of
Carica Papaya L. India. International Journal of Arts and Science Research.
2(2), 2015, 37 – 43.
5. Jyotsna Kiran Peter, Yashab Kumar, Priyanka Pandey, Harison Masih. 2014.
Antibacterial Activity of Seed and Leaf Extract of Carica Papaya var. Pusa
dwarf Linn. IOSR Journal of Pharmacy and Biological Sciences (IOSR-JPBS).
Volume 9, Issue 2 Ver. VII (Mar-Apr. 2014), PP 29-37.
6. Brij B. Tewari1, Gomathinayagam Subramanian, Rekha Gomathinayagm.
2014. Antimicrobial Properties of Carica papaya (Papaya) Different Leaf
Extract against E. coli, S. aureus and C. albicans. Guyana, South America.
American Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics. AJPP(1)(1)
2014 pp 025-039.
7. Okeniyi J AO, OgunlesiTA, Oyelami OA, Adeyemi LA. Effectiveness of dried
Carica papaya seeds against human intestinal parasitosis: A pilot study. J Med
Food. 2007; 10(1): 94-196. 8

7
Bab III
Daun Kepel (Stelechocarpus burahol) sebagai Hiperurisemia (Asam Urat)

Nama Ilmiah : Stelechocarpus burahol [1,2].


Nama daerah :
Jawa-. Burahol, turalak (Sunda); kepel, kecindul, cindul, simpol (Jawa)[1].
Nama asing : Inggris: Kepel, keppel, burahol[1].
Bahan yang digunakan : Daun[1,3].
Kandungan kimia :
Saponin,fIavonoid:3,7,3’,V-tetrahidroksi-5-metil-flavon, alkaloid (terutama di
bijinya), dan polifenol (terutama di daunnya).5, 6 Selain itu dalam daunnya juga
terdapat asetogenin, stiril lakton, dan isoflavon[1,3].
Penelitian :
Fraksi tidak larut petroleum eter dari ekstrak metanol daun kepel mampu
menurunkan kadar asam urat darah pada ayam jantan Braille.8 Penelitian lain
menyebutkan bahwa aktivitas flavonoid sebagai penurun kadarasam urat diketahui

8
melalui mekanisme penghambatan enzim xantin oksidase.9 Penelitian terbaru
mengenai aktivitas antihiperurikemia daun kepel dilakukan dengan cara sebanyak 65
ekor tikus dibagi dalam 13 kelompok (5 ekor/kelompok). Tiap kelompok mendapat
perlakuan sebagai berikut: Kelompok I: Kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 10 ml/ kgBB),
ll-V: Kontrol positif (alopurinol dosis 4,5; 9; 18 dan 36 mg/kg BB), VI-IX: Ekstrak
etanol dosis 50; 100; 200 dan 400 mg/kg BB dan X-XIII: Ekstrak heksan dosis 50; 100;
200 dan 400 mg/kg BB. Hewan uji diukur kadar asam urat serumnya pada hari ke-o.
Kemudian hewan uji diberi campuran jus hati ayam ras mentah 25 ml/kg BB 2 kali
sehari, ditambah urea 1 mg/kg BB, K-oksonat 0,15 g/kg BB dan melinjo 2 g/kg BB per
hari) dimulai hari ke-o sampai hari ke-18. Kadar asam urat serum diukur hari ke-6 dan
ke-9. Pada hari ke-10 sampai hari ke-18 dimulai pemberian sediaan uji peroral. Pada
hari ke-15,17, dan 19 dilakukan pengambilan serum hewan uji melalui vena mata.
Kemudian ditentukan kadar asam urat serum serta dihitung persentase penurunan kadar
asam uratnya. Hasil uji secara in vivo baik ekstrak etanol kepel maupun ekstrak
heksannya memiliki potensi sebagai penurun kadar asam urat darah. Efek hipourikemia
ekstrak etanol (60,86-78,33 %) maupun heksan (78,23-88,52 %) setara dengan
alopurinol (50,82-91,16%)[1,2].
Penelitian yang dilakukan menggunakan hewan uji tikus yang diinduksi
potassium oxonate terlebih dahulu sebagai model tikus hyperurisemia. Lalu diberikan
dosis sebesar 30mg/kgBB, 20mg/kgbb, dan ekstrak air 50mg/kgbb. Didapatkan hasil
bahwa n-hexane dan etil asetat secara significant (p<0.05) dapat menurunkan uric
sekitar 32.0% dan 28.0%[4].

Toksisitas :
Uji toksisitas akut ekstrak etanol daun kepel dosis tunggal 0, 200, 585, 1711
dan 5000 mg/kg BB peroral pada tikus galur Sprague-Dawley (SD) jantan dan betina
yang diamati setelah perlakuan selama sehari (24 jam) dan dilanjutkan hingga 14 hari
pada bobot badan dan organ menunjukkan bahwa ekstrak praktis tidak toksik dengan
pseudo-LD > 5000 mg/kg BB. Berdasarkan pengamatan secara makroskopik dan
mikroskopik, dapat disimpulkan bahwa ekstrak tidak menginduksi efek toksik terhadap
bobot badan dan organ tikus[5].
Dosis penggunaan :
Rebusan ini dibuat dari 7 lembar daun kepel dan 3 gelas air. Air dan daun
kepel ini kemudian direbus sampai tersisa satu setengah gelas. Air rebusan daun kepel
ini diminum dua kali sehari, masing-masing sebanyak tiga perempat gelas[1].

9
Daftar pustaka
1. Anonim. 2011. Acuan Sediaan Herba Volume VI. Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI. Jakarta. Halaman 53-55
2. Diniatik. 2015. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (BI.) Hook f.&Th.) Dengan Metode Spektrofotometri.
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, Jun
2015, 3(1), 1-5.
3. Purwantiningsih, Arief Rahman Hakim, Indah Purwantini. 2010.
Antihyperuricemic Activity of The Kepel ( Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.
F. & Th.) Leaves Extract and Xanthine Oxidase Inhibitory Study. Faculty of
Pharmacy, Gadjah Mada University, Yogyakarta. Indonesia. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. Vol 2, pp 123-127.
4. Titik Sunaeni, Fransiska Leviana, Irda Fidrianny, Maria Immaculata, Komar
Ruslan, Wirasutisna. 2016. Antihyperuricemic and Xanthine Oxidase
Inhibitory Activities of Fractions from Ethanolic Leaves Extract of
Stelechocarpus burahol. Indonesia. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Reseaech. Vol 9, 255-258.
5. Purwatinigsih, Nurlaila. 2015. Effect of The Kepel Leaves Extract
(Stelechocarpus burahol (BI.) Hook. F.& Th.) on Sprague-Dawley Rats: An
Acute Toxicity Study. Department of Pharmacology & Clinical Pharmacy,
Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. Vol.9.

10
Bab IV
Akar manis (Glycyrrhiza glabra) sebagai Anti Hepatitis

Nama Ilmiah : Glycyrrhiza glabra L[1,2].


Klasifikasi[3] :
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Family : Leguminosae
Genus : Glycyrrhiza
Species : glabra Linn
Nama Daerah : Jawa: Kayu legi (Jawa), kayu manes cena (Madura)[2]
Nama Asing : Licorice, Spanish licorice, Russian licorice[2]
Bahan yang digunakan : Akar[5,6]

11
Kandungan Kimia :
Saponin, asam glisiretinat, glisirisin, liquiritigenin, chalcone, glabren,
glabridin, gliserol, isogliserol, likumarin, sterol, stigmasterol, eugenol, estragol, anetol,
asam heksanoat[2,4]
Penelitian :
Penelitian dilakukan dengan memberikan ekstrak bubuk akar manis dengan 100
ml larutan air, 100ml ethanol, dan 100ml air-ethanol yang didiamkan selama semalam
dengan suhu 4°C. didapatkan hasil bahwa pemberian ekstrak air dari akar manis dapat
menjadi antigen dari hepatitis B sebesar 70%, diikuti dengan ethanol sebesar 60%[5].
Toksisitas :
Efek toksik dari akar manis di analisis setelah 24 jam di incubasi Huh-7 dan
CHO cell dengan konsentrasi atau dosis sebesar 3.125µg/ml, 6.25µg/ml, 12.5µg/ml,
25µg/ml, 50µg/ml, dan 100µg/ml. menunjukkan bahwa pada dosis 100µg/ml
menimbulkan efek toksik pada liver dan cell fibroblast[6].
Dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak air, ethanol dan
aqueous ethanol di dapatkan dosis maksimum sebelum 1000µg/ml untuk ekstrak etanol
dan ekstrak air dari Glycyrrhiza glabra[5].
Dosis penggunaan :-

12
Daftar pustaka
1. WHO. 1999. WHO Monographs on Selected Medical Plants. P. 183-194.
2. Anonim. 2008. Acuan Sediaan Herbal Volume IV. Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI halaman 73-75.
3. Varsha Sharma, R.C. Agrawal. 2013. Glycyrrhiza glabra- A Plant For The
Future. Mintage Journal of Pharmaceutical & Medical Sciences. Vol 2 pp 15-
20.
4. Harwansh R.K., Patra K.C., Pareta S.K., Singh J., Biswas R. 2011.
Pharmacological Studies on Glycyrrhiza glabra : A Review. India.
Pharmacologyonline 2: 1032-1038.
5. Sangeetha Vani G., Rajarajan S. 2016. A Study on In Vitro Antiviral Activities
of Lyophilized Extract of Glycyrrhiza glabra on Hepatitis B Virus. India.
International Journal of Pharmacological Research Vol 6 pp. 206-209
6. Usma A Ashfaq, Muhammad S Masoud, Zafar Nawaz, Sheikh Riazuddin.
2011. Glycyrrhizin as Antiviral Agent Against Hepatitis C Virus.

13

Anda mungkin juga menyukai