Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hadad Ryan Adi Wicaksono

NIM: 18/426001/SV/15143

Membangun Budaya e-Learning dalam Organisasi

Menyesuaikan zaman, pola pembelajaran telah bergeser. Online Learning atau pembelajaran
daring menghiasi program-program pembelajaran di banyak lembaga pendidikan. Begitu pula
dalam ranah pengembangan karyawan di sebuah perusahaan
Platform learning management system pun dibangun. Ratusan juta perusahaan berinvestasi
mengembangkan konten-konten pembelajaran daring (e-learning). Struktur organisasi lengkap
dengan sumber daya manusia telah juga telah disediakan untuk melayani para karyawan terhadap
metode pelatihan yang baru ini. Namun, hal itu belum menahbiskan bahwa e-learning telah
sepenuhnya memenuhi ekspektasi perusahaan dalam upaya pengembangan karyawan.
Begitulah pengalaman salah satu praktisi di departemen sumber daya manusia
(SDM). Terlebihkhususnya di bagian learning and development mengenai jalan panjang yang
ditempuh untuk melakukan salah satu program transformasi di perusahaannya, membangun
metode belajar daring.
Tidak sedikit perusahaan yang telah berinvestasi ratusan juta, bahkan miliaran rupiah untuk
mengembangkan e-learning, mulai dari investasi teknologi tercanggih, baik dari perangkat keras
maupun perangkat lunak, hingga membangun konten materi yang interaktif
sekaligus menyenangkan dalam bentuk gamification. Hal ini merupakan ikhtiar organisasi dalam
memenuhi segala kebutuhan program pengembangan karyawan dan memastikan bahwa
program e-learningdapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa penerapan e-learning adalah sebuah perubahan cukup masif
dalam organisasi. Jika perubahan tidak diikuti dengan budaya yang mendukung terciptanya
perubahan, hal tersebut diyakini menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi.
Berikut adalah beberapa cara ampuh untuk meningkatkan motivasi karyawan agar mau dan
mampu belajar melalui media daring. Pertama, Dukungan penuh dan komitmen tinggi dari jajaran
manajemen. Transformasi menuju pengembangan karyawan dengan basis daring merupakan
sebuah perubahan yang massif sehingga memerlukan keputusan strategis dan komitmen dari para
pemimpin puncak. Sebuah pemikiran yang tidak tepat jika menganggap transformasi menuju e-
learning ini hanya tanggung jawab dari departemen SDM semata.
Mengingat dampaknya yang besar, baik berupa efektivitas pembelajaran maupun efisiensi biaya
dan waktu, maka dukungan nyata perlu dipegang penuh dari pemimpin puncak organisasi. Sebagai
contoh, program e-learning dimulai dari pemimpin puncak yang secara teratur menggunakan
metode ini dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru.
Kedua, jadikan e-learning ajang untuk berkompetisi. Salah satu manfaat yang paling signifikan
pada penerapan e-learning adalah efisiensi biaya. Namun, penghematan biaya tersebut perlu
dialokasikan untuk memicu semangat para karyawan agar termotivasi menggunakan e-learning.
Gunakanlah pendekatan carrot (wortel), yaitu hadiah dibandingkan dengan stick (tongkat) alias
hukuman. Alokasikan sebagian biaya penghematan tersebut untuk program penghargaan. Kategori
penghargaannya pun dapat bervariasi, misal “the most active contributor”, yaitu para karyawan
yang paling aktif menggunakan e-learning. Bisa pula “the most value contributor”, para
karyawan yang paling bernilai dan berbobot dalam mengerjakan tugas atau memberikan
perbaikan-perbaikan kepada unit kerja atau organisasinya.
Ketiga, memberikan waktu khusus untuk belajar mandiri dan bersama-sama. Salah satu tantangan
belajar melalui metode daring adalah berkomitmen dengan diri sendiri dalam mengalokasikan
waktu belajar. Suatu hal yang bijak jika salah satu program untuk membantu para karyawan belajar
adalah dengan memberikan waktu khusus untuk belajar dan membebas-tugaskan karyawan dari
kegiatan apapun, kecuali belajar. Waktunya tidak perlu lama. Namun, yang penting adalah tingkat
frekuensinya, sebagai contoh satu jam sehari untuk belajar mandiri, dua jam seminggu untuk
belajar bersama-sama.
Terkahir, learning support. Pastikan adanya sebuah tim yang dapat membantu para karyawan
terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mereka. Respons yang cepat dan solutif menjadi
salah satu kunci penting dalam membantu karyawan agar tidak mudah frustasi. Selamat berefleksi
dan selamat mencoba!
Sumber :

https://ppm-manajemen.ac.id/id_ID/blog/artikel-manajemen-18/post/membangun-budaya-e-learning-
dalam-organisasi-1673

tanggapan tentang artikel tersebut :

pembelajaran menggunakan daring merupakan sebuah inovasi baru yang harus dikembangkan dan

diteruskan tetapi sebagai pengguna harus memiliki komitmen dengan diri sendiri dalam mengalokasikan

waktu belajar karena dengan metode e learning ini kita dapat belajar dimana pun dan kapanmu kita berada

sehingga kita dapat fleksibel menentukan waktu kita untuk belajar ketika kita sudah terbiasa diharapkan

nanti e-learning ini menjadi budaya yang terus dikembangkan dalam diri kita masing masing. Selain itu

dengan metode ini kita tidak perlu berkumpul dulu untuk memulai pelajaran tetapi di rumah pun kita bisa

mengembangkan potensi dan ilmu kita sehingga diharapakan kemampuan kita dapat meningkat.diharapkan

semua organisasi bisa mennggunkan metode ini karena menurut saya metode ini bisa membuat anggota

dalam organisasi dapat mengemnbangkan kemampuannya masing masing seingga diharapkan nanti nya

outputnya dari organsasi ini tujuannya dapat tercapai bahkan dapat melebih dari yang sebelumnya sekian

tanggapan saya tentang artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai