Anda di halaman 1dari 17

Usulan Teknis

PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE


KOTA LOLAK

P endekatan
Bagian
F
dan
Metodologi
F.1. PENDEKATAN

Dalam pengembangan Sistem Drainase serta Sarana dan Prasarana


Perkotaan (PSP), pada umumnya perlu mengacu pada siklus yang lengkap
yang terbagi dalam 4 (empat) tahapan sebagaimana terlihat dalam Gambar
6, yaitu :

Tahap I, Perencanaan dan Pemrograman, mencakup : Identifikasi proyek,


Dalam Bab ini konsultan menguraikan tentang Sistematika Usulan Teknis Proposal
Pra Studi Kelayakan, Studi Kelayakan, Perencanaan Rinci.
Tahap II, Pelaksanaan, mencakup : Pra (persiapan) pelaksanaan (pra
kontrak), Pelaksanaan (konstruksi/pelaksanaan kontrak),
Penyerahan proyek selesai (project completion report, PCR)
Tahap III, Operasi dan Pemeliharaan
Tahap IV, Evaluasi dan Monitoring.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-1


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Gambar 6 Tahapan pembangunan sistem drainase di kota


F.1. TAHAP PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN

Sistem drainase di kota melayani pembuangan kelebihan air dari suatu


kawasan kota dengan cara mengalirkannya ke pembuangan akhir, seperti
sungai, danau, laut, baik melalui permukaan tanah (surface drainage)
maupun bawah permukaan tanah (subsurface drainage) untuk menghindari
terjadinya genangan air. Kelebihan air tersebut berasal tidak hanya dari
buangan air hujan, tetapi juga dari air limbah domestik dan industri. Namun
yang paling dominan adalah air hujan. Sistem drainase yang tidak baik dapat
mengganggu kelancaran aliran air kelebihan tersebut, sehingga dapat
mengakibatkan genangan banjir. Genangan banjir di kawasan perkotaan
tidak hanya menyebabkan kerugian langsung pada penduduk dan aset-
asetnya, tetapi juga menyebabkan kerugian tidak langsung berupa
penundaan aktivitas sehari-hari. Genangan banjir juga menyebabkan
lingkungan menjadi kotor, jorok, becek, mengganggu estetika, dan menjadi
sumber berbagai penyakit.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-2


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Dalam rangka mencegah atau mengurangi kerugian banjir dan memperbaiki


lingkungan hidup, maka diperlukan suatu perencanaan dan program
pengembangan atau perbaikan drainase. Dalam tahap perencanaan
diperlukan peninjauan dari berbagai macam aspek, yaitu :
1) Teknik,
2) Ekonomi dan finansial,
3) Sosial-budaya,
4) Legalitas atau perundang-undangan, serta Kelembagaan,
5) Lingkungan.

F.2.1 Aspek Teknis


Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau
perbaikan sistem drainase di perkotaan antara lain :
1. Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan) penduduk lebih
sulit dilaksanakan dibandingkan dengan daerah pedesaan yang
jarang penduduknya.
2. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan dengan adanya
limbah domestik dan limbah industri.
3. Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki harus
sesuai dengan lingkungan perkotaan.
Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan pada umumnya
mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.
2. Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase.
3. Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul,
gorong-gorong, kolam retensi, stasiun pompa, dan lain-lain.
4. Pelaksanaan pekerjaan.
5. Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-3


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

A. SURVEI DAN INVESTIGASI YANG DIPERLUKAN

1. Umum
Kondisi lokasi sistem drainase yang ada saat ini harus
diketahui secara detail untuk perencanaan sistem drainase.
Survei dan investigasi yang diperlukan meliputi :

2. Topografi
Informasi umum pada lokasi harus diketahui secara rinci.
Informasi yang diperlukan meliputi :
a. Lokasi sistem drainase,
b. Elevasi permukaan tanah,
c. Batas-batas administrasi.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari analisis berbagai
macam peta, diantaranya seperti tersebut dalam Tabel 2.1.

Tabel F.1. Jenis peta untuk perencanaan drainase


Jenis Peta Bentuk Kegunaan Sumber
Tampilan/informasi
Orthophoto Foto udara dengan Menentukan batas dan BPN
skala 1:1000 ; luas DAS. Bakosurtanal
1:10.000
Peta Batas wilayah, Menentukan jenis dan Pemda
wilayah/kota kecamatan, desa, jumlah fasilitas umum Toko Buku
nama jalan, sungai, yang terkena banjir.
bangunan umum.
Peta sistem Jaringan drainase,Pembagian DAS , sub Dinas PU
drainase jalan inspeksi, letak sistem drainase, saluran Dept. PU
bangunan primer, sekunder,
bangunannya, arah penempatan bangunan,
aliran. stasiun pompa, kolam,
dll.
Peta rencana Rencana tata guna Menentukan jalur banjir Bappeda
tata ruang lahan, zone kanal, menentukan Dept. PU
permukiman, industri, koefisien pengaliran
perdagangan, jalur
hijau, rencana
jaringan, pelebaran,
dll.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-4


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Berbekal peta-peta tersebut disertai dengan pengecekan


lapangan , dapat diketahui sistem dan jaringan drainase yang
ada.
Survei topografi seperti persiapan peta topografi dan survei
tambahan (spot survey) profil saluran drainase dan bangunan-
bangunan drainase diperlukan sebelum perencanaan fasilitas
drainase.
Jenis survei topografi pada jaringan drainase dapat dilakukan
dengan atau tanpa peta situasi. Tabel 2.2. memperlihatkan
kedua jenis survei topografi tersebut beserta alat yang
diperlukan dan hasil yang diperoleh.
Peta topografi yang diperoleh mempunyai koordinat yang jelas.
Titik koordinatnya mudah ditemukan di lapangan dan
mempunyai ukuran ketinggian (garis kontur) serta dapat
memberikan gambaran permukaan tanah secara 3 dimensi.
Peta topografi ini digunakan saat penyusunan tata ruang,
perencanaan sistem drainase, genangan air hujan, arah aliran
air hujan, dan daerah aman untuk jalan atau permukiman.
Survei dan investigasi mekanika tanah di lokasi proyek juga
diperlukan, khususnya pada lokasi-lokasi bangunan utama.

Tabel F.2. Jenis survei topografi untuk jaringan drainase


Jenis survei Alat yang Hasil survei Keterangan
diperlukan
Dengan situasi Waterpass Peta situasi dengan Jalur sungai atau
Bak ukur koordinat. saluran primer yang
Rol meter Tampang diukur padat dengan
EDM memanjang bangunan
Theodolite Penampang
melintang
Tanpa situasi Waterpass Tampang Jalur sungai atau
Bak ukur memanjang saluran bertanggul atau
Rol meter Penampang di tepi jalan yang
melintang tampak jelas pada foto
udara.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-5


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

3. Iklim dan Hidrologi


Kondisi iklim lokasi sistem drainase dipelajari berdasarkan
catatan data yang lalu. Data meteorologi, seperti suhu udara,
kelembaban relatif, penyinaran matahari, kecepatan angin,
evaporasi, dan lain-lain dapat dikumpulkan dari beberapa yang
ada disekitar lokasi. Pencatatan dan penyimpanan data
biasanya dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG). Data iklim sangat diperlukan pada perencanaan
bangunan dan metode serta jadwal pelaksanaan.
Data hidrologi yang diperlukan meliputi data debit, data hujan,
data kualitas air, dan data pasang surut.

i. Data aliran
Data aliran sungai atau saluran, khususnya yang akan
dijadikan muara sistem drainase, atau saluran drainase
induk, atau banjir kanal, saat ini dan perkembangan masa
mendatang perlu dipelajari untuk menentukan usaha-usaha
perbaikan sistem drainase. Frekuensi, debit banjir
maksimum, tinggi maksimum, dan durasi banjir pada
sungai tersebut perlu dianalisis, khususnya untuk
menentukan debit rencana.
Debit rencana ditentukan berdasarkan analisis frekuensi
dari data debit maksimum tahunan. Kala ulang yang
dipakai bervariasi tergantung besar kecilnya kota dan
tingkat kepadatan penduduknya serta luas daerah
tangkapannya.

ii. Data Hujan


Data debit tidak selalu tersedia untuk sungai-sungai kecil,
apalagi saluran drainase, sebagai gantinya diperlukan data
hujan. Semua data hujan pada stasiun yang ada di daerah

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-6


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

perencanaan dan sekitarnya perlu dikumpulkan. Di daerah


perkotaan, diperlukan data hujan jangka pendek untuk
merencanakan debit rencana.

iii. Data sedimen dan kualitas air


Data sedimen meliputi kuantitas, komposisi, dan
strukturnya diperlukan dalam merencanakan saluran
drainase, terutama penentuan kecepatan minimum, serta
biaya operasi dan biaya pemeliharaan (pengerukan). Jika
sistem drainase dilengkapi dengan bangunan-bangunan
yang menggunakan logam, maka diperlukan pula data-data
kualitas air, khususnya kandungan bahan-bahan yang
dapat menimbulkan korosi, seperti clorida.

iv. Data pasang surut


Problem drainase di daerah rendah atau daerah pantai
adalah adanya air balik akibat air pasang. Jika elevasi
muka air sungai atau laut lebih tinggi daripada muka air di
saluran drainase, maka diperlukan pintu klep atau sistem
pompa. Oleh karena itu, diperlukan data pasang surut
untuk menentukan sistem drainase yang akan dipakai,
apakah sistem gravitasi atau sistem pompa.
Data pasang surut dapat diperoleh dari pengelola
pelabuhan terdekat. Kalau tidak ada, harus dilakukan
pengukuran minimal selama 15 hari terus menerus.
Pengukuran dapat dilakukan secara otomatis dengan
memasang AWLR (Automatic Water Level Recorder) atau
secara manual dengan memasang peil skal. Pengukuran
manual dilakukan 15 x 24 jam.

4. Genangan banjir

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-7


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Data genangan banjir yang pernah terjadi pada masa lalu


sangat penting artinya dalam merumuskan sistem drainase.
Data genangan dapat dikumpulkan melalui rekaman yang
tersedia maupun wawancara langsung dengan penduduk di
daerah yang dicurigai pernah tergenang. Data yang
dikumpulkan meliputi :
a. Tinggi muka air maksimum dan kedalaman genangan,
b. Luas dan penyebaran daerah genangan,
c. Lamanya genangan,
d. Sumber air dan arah aliran air,
e. Frekuensi terjadinya genangan,
f. Penyebab terjadinya genangan.
Berdasarkan data dan informasi tersebut di atas, dapat
direkonstruksi peta daerah genangan, sehingga pola jaringan
sistem drainase dapat ditentukan.

5. Sistem drainase yang telah ada


Daerah perkotaan merupakan daerah yang telah terbangun,
sehingga sesederhana apapun sistem drainase pasti telah
tersedia. Sistem drainase yang telah ada perlu diinvestigasi
dan dipelajari untuk menjadi bahan referensi dan pertimbangan
dalam perencanaan atau perbaikan sistem drainase yang akan
dibuat. Investigasi yang diperlukan meliputi :
a. Batas daerah tangkapan air dan luas total,
b. Saluran drainase utama dan panjangnya,
c. Panjang saluran-saluran cabang dan daerah
tangkapannya,
d. Kapasitas masing-masing saluran dan pola alirannya,
e. Permasalahan drainase di daerah tangkapan,
f. Kondisi saluran utama sistem drainase yang ada.

B. MERUMUSKAN RENCANA SISTEM DRAINASE

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-8


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

1. Konsep dasar perencanaan drainase perkotaan


Daerah perkotaan pada umumnya menderita banjir atau
genangan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Limpasan air banjir dari sungai utama biasa disebut banjir
kiriman,
b. Kapasitas saluran drainase tidak cukup biasa disebut banjir
lokal,
c. Pengaruh air balik dari sungai induk pada saat muka air
tinggi akibat banjir atau air pasang,
d. Banjir akibat air pasang yang masuk langsung ke daratan
maupun lewat saluran-saluran drainase yang ada di
wilayah studi.
Penyelesaian pekerjaan perbaikan sungai induk dengan debit
rencana yang sesuai dapat mencegah terjadinya banjir
kiriman. Namun daerah perkotaan tetap mengalami banjir atau
genangan yang diakibatkan oleh kondisi drainase dan
fasilitasnya yang tidak memadai. Dalam rangka mengurangi
banjir lokal atau banjir rob di daerah perkotaan, maka
diperlukan perbaikan atau penataan sistem drainase.

Perencanaan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
a. Target rencana perbaikan untuk saluran induk dan
fasilitasnya, saluran induk menggunakan debit rencana
dengan kala ulang 5 sampai 25 tahunan, sedangkan
saluran tersier dengan periode ulang 2 tahunan.
b. Pekerjaan perbaikan harus memenuhi persyaratan teknis
dan praktis,
c. Operasi, pemeliharaan, dan pengelolaan harus mudah,
d. Fasilitas dan sistem drainase yang telah ada harus
diusahakan sebanyak mungkin dapat dimanfaatkan,

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F-9


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

e. Komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada untuk


menghindari perusakan yang tidak disengaja,
f. Pembebasan lahan dan relokasi sedapat mungkin
dihindari,
g. Di daerah-daerah yang tidak memungkinkan digunakan
sistem gravitasi penuh, perlu dilengkapi dengan pintu klep,
atau stasiun pompa pada keluaran (outlet)nya.

C. Perencanaan sistem drainase


Berdasarkan kondisi sistem drainase yang ada saat ini, rencana
sistem drainase untuk tiap bagian wilayah perkotaan dapat
dirumuskan dengan konsep dasar yang dibahas sebelumnya.
Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengetahui
secara pasti dan rinci penyebab terjadinya genangan.
Berdasarkan data kondisi saat ini dan data genangan, dapat
disusun usaha-usaha perbaikan drainase yang memungkinkan
yang dapat dipilih dari beberapa alternatif berikut :
a. Penurunan debit dengan pembuatan resapan air dan daerah
simpanan (retention area)di daerah hulu dan tengah,
b. Pembuatan saluran tambahan untuk mengurangi daerah
tangkapan,
c. Perbaikan atau normalisasi saluran drainase,
d. Pembuatan pintu klep untuk mengatasi air tinggi di saluran
induk,
e. Pengurugan daerah-daerah rendah,
f. Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan.
Dari beberapa alternatif penyelesaian di atas, dapat dipilih satu
atau lebih alternatif yang sesuai dengan kondisi setempat.

D. PERENCANAAN SALURAN DRAINASE

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 10


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan


debit rencana dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase
mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan debit rencana,
2. Menentukan jalur (trase) saluran,
3. Merencanakan profil memanjang saluran,
4. Merencanakan penampang melintang saluran,
5. Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta
fasilitas sistem drainase.

Dalam perencanaan perlu memperhatikan cara pelaksanaan,


ketersediaan lahan dan bahan, biaya, serta operasi dan
pemeliharaan setelah pembangunan selesai. Seluruh item-item
pekerjaan yang disebutkan diatas tidak berdiri sendiri-sendiri,
tetapi saling kait-mengkait, sehingga dalam proses perencanaan
perlu saling melakukan koordinasi.

E. DEBIT BANJIR RANCANGAN UNTUK DRAINASE


PERKOTAAN
Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan
debit banjir rencana dengan aman.
Tujuan utama analisis debit banjir rancangan adalah untuk
memperoleh debit puncak banjir, yang akan digunakan sebagai
analisis dimensi bangunan yang direncanakan.
Ada beberapa metode perhitungan debit banjir rencana yang bisa
digunakan dalam perencanaan bangunan air antara lain adalah
Metode Rasional.
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang
umum dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Metode ini
sangat simpel dan mudah penggunaannya, namun
penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran kecil,
yaitu kurang dan 300 ha (Goldman et.al., 1986). Karena model ini

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 11


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

merupakan model kotak hitam, maka tidak dapat menerangkan


hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk
hidrograf.
Persamaan Metode Rasional dinyatakan dalam bentuk :
Q = 0,278 . C . I . A
dimana :
Q = debit banjir rencana (m3/detik)
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran sungai (km2)

Jika data hujan yang ada hanya terdiri dari data hujan harian, maka
intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Mononobe berikut ini :
I = (R24/24) . (24/Tc)2/3
dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum dengan periode ulang T tahun
(mm/hari)
Tc = waktu tiba banjir (jam)
Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan aliran dari jarak terjauh
ke lokasi pengamatan. Salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menentukan waktu konsentrasi adalah dengan
menggunakan rumus Kirpich sebagai berikut :
Tc = 0,0195 L / S 0,5
dimana :
L = panjang jarak lokasi terjauh ke lokasi pengamatan dan
diukur menurut meandering sungai.
S = perbandingan tinggi dan jarak antara titik terjauh
dengan lokasi pengamatan, diperkirakan sama dengan kemiringan
rata-rata dari daerah pengaliran.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 12


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan


yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di selunuh
DAS selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc)
DAS. Jika hujan yang terjadi lamanya kurang dan tc. maka debit
puncak yang terjadi lebih kecil dan Qq karena seluruh DAS tidak
dapat memberikan konstribusi aliran secara bersama pada titik
kontrol (outlet). Sebaliknya, jika hujan yang terjadi lebih lama dan
tc, maka debit puncak aliran permukaan akan tetap sama dengan
Qp.
Tabel 3.11. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional
(McGuen, 1989)

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 13


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 14


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Gambar 3.19. Langkah-Langkah Pemakaian Rumus Rasional

F. Jalur saluran
Jalur saluran sedapat mungkin mengikuti pola jaringan yang telah
ada, kecuali untuk saluran tambahan, saluran drainase di daerah
perluasan kota. Penentuan jalur saluran harus memperhatikan
jaringan atau rencana fasilitas utilitas (komponen infrastruktur)
yang lain, misalnya rencana jalan, pipa air minum, jaringan kabel
bawah tanah, dll.

G. Profil memanjang
Dalam merencanakan profil memanjang pada saluran drainase
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Tinggi muka air di muara (outlet). Tinggi muka air di hilir


saluran harus di desain berdasarkan pada tinggi muka air
rencana di saluran buangan, dalam hal ini bisa berupa
saluran induk, kolam penampungan, atau langsung ke laut
akibat adanya pasang surut.

b. Profil memanjang rencana muka air tertinggi harus


direncanakan kira-kira sama dengan kemiringan tanah
sepanjang saluran sehingga air hujan dari semua titik di
daerah tangkapan dapat mengalir ke saluran dengan lancar.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 15


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

Kemiringan muka air tertinggi harus berubah secara


berangsur-angsur dari terjal di hulu menjadi landai di hilir.

c. Kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan


muka air tertinggi kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh
aliran balik. Elevasi dasar saluran didesain serendah mungkin
selama masih praktis untuk menjamin terpenuhinya
penampang basah. Hal ini dilakukan karena pelebaran sungai
di kota metropolitan sering mengalami kesulitan.

H. PENAMPANG MELINTANG SALURAN


Penampang melintang saluran cukup didesain dengan
menggunakan rumus aliran seragam, kecuali pada bagian saluran
yang terpengaruh aliran balik (pengempangan). Pengambilan
angka kekasaran Manning perlu memperhatikan kondisi dan
kemiringan dasar saluran, dinding saluran, dan pemeliharaan
saluran.
Bentuk penampang saluran biasanya berupa saluran tunggal,
karena keterbatasan lebar saluran (lahan terbatas). Tinggi jagaan
perlu disediakan sesuai dengan besar kecilnya debit rencana
saluran. Keterbatasan lahan sering menjadi pembatas utama
dalam memilih bentuk penampang melintang saluran. Bentuk-
bentuk penampang efisien secara hidrolis tentu dapat diterapkan.
Untuk keperluan konstruksi dan pemeliharaan saluran, diperlukan
jalan inspeksi di kanan dan kiri saluran. Lebar jalan inspeksi
sebaiknya lebih dari 3,0 meter, tetapi untuk daerah perkotaan hal
ini kadangkala sulit terpenuhi.

I. PERKUATAN DINDING SALURAN


Mengingat bahwa lebar saluran drainase di daerah perkotaan
sangat terbatas, maka kemiringan dinding saluran biasanya dibuat

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 16


Usulan Teknis
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) DRAINASE
KOTA LOLAK

lebih tegak, sehingga diperlukan perkuatan untuk menjamin


supaya dinding tidak longsor. Perkuatan dinding saluran dapat
berupa pasangan batu kali, atau lapisan beton. Perkuatan ini juga
sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi oleh arus air.
Perkuatan/pelapisan dasar saluran biasanya tidak diperlukan
kecuali kecepatan air lebih dari 1,5 m/detik, sehingga dikuatirkan
terjadi gerusan dasar yang dapat mengakibatkan keruntuhan
dinding saluran. Untuk menghindari kecepatan yang terlalu tinggi,
dapat dibuat konstruksi terjunan, sehingga kemiringan dasar
saluran dapat dibuat lebih landai.
Di lapangan sering dijumpai adanya fasilitas-fasilitas umum lain
yang perlu disesuaikan pada saat pelaksanaan konstruksi saluran
drainase, misalnya jembatan-jembatan yang melintang diatas
saluran, pipa air bersih, kabel telepon dan kabel listrik bawah
tanah, dan lain-lain.

PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN F - 17

Anda mungkin juga menyukai