Anda di halaman 1dari 7

“Sudah bangun nak?

Ayo cepat sarapan, nanti


Ulang Tahun Yang makanannya dingin lho” kata ibu

Aku pun bergegas menuju meja makan. Diatas


Berkesan meja makan, ibu telah menyiapkan nasi, rendang ayam,
dan sup wortel. Ibuku memang pandai memasak.

Bangun pagi Kemudian ayah datang dan duduk disampingku. Tak


Hari ini aku bangun dengan penuh semangat. lama ibu juga bergabung duduk di dekatku.
Kalian tahu kenapa? Karena hari ini adalah hari ulang Ayah kemudian memimpin doa makan. Kami
tahunku. Oh iya perkenalkan namaku Hiskia Suranta berdoa dengan bersungguh-sunggguh. Selesai berdoa
Tarigan dan hari ini usiaku genap 17 tahun. Aku selalu kami makan. Selama makan kami juga berbincang-
merasa bahagia saat hari ulang tahunku tiba, meskipun bincang, namun tidak membicarakan tentang hari ulang
tidak ada perayaan pesta yang meriah, tapi biasanya tahunku.
Ayah dan Ibu selalu membuat hari ini terasa lebih
istimewa untukku. Selesai makan aku langsung mandi, menggosok
gigi dan memakai seragam sekolah. Kemudian aku
Dan benar saja,tampak ibu sudah menyiapkan berpamitan pada ayah dan ibu.
sarapan di atas meja makan. Ibu memang pandai
memasak.
Kejutan Di Sekolah
Sampai di sekolah, aku langsung menuju ke kelas Pulang sekolah
yaitu kelas XIIMS-6. Di kelas ternyata teman-teman
Akhirnya bel tanda pulang berbunyi. Kami semua
mengingat ulang tahunku. Teman-teman sekelasku
bersiap-siap pulang dan berdoa bersama seperti biasa.
menyalami dan mengucapkan selamat ulang tahun
Selesai berdoa kami pulang. Saat pulang aku selalu
kepadaku. Mereka juga menyampaikan harapan-
bersama Arifin. Di perjalanan pulang aku dan Arifin
harapannya kepadaku. Aku sangat bersemangat untuk
bercerita tentang hari ulang tahun. Arifin mengatakan,
menjadi seperti yang diharapkan teman-teman. Mereka
kalau ulang tahunnya selalu diingat oleh ayah dan
ingin aku untuk rajin belajar dan lulus di perguruan
ibunya. Apalagi ulang tahunnya yang 17 tahun.
tinggi yang kuinginkan.
Aku merasa bingung juga sedikit kesal, kenapa
Kemudian bel tanda masuk berbunyi. Kami
ayah dan ibuku tidak mengingat hari ulang tahunku,
menunggu guru yang masuk. Aku sudah tidak bersabar padahal aku selalu membantu mereka di ladang setelah
untuk belajar. Waktu terasa cepat berlalu semua pulang sekolah.
pelajaran pada hari itu dapat kuikuti dengan baik. Kemudian aku sampai dirumah, seperti biasa aku
langsung mengganti pakaianku, mencuci tangan dan
kaki, lalu makan. Saat itu ayah dan ibu tidak ada
dirumah. Selesai makan aku pergi keladang, karena bermain, dan lain-lain di sekolah. Selain itu aku juga
kukira ayah dan ibu ada diladang. sering tidak bekerja, karena menyelesaikan tugas
kelompok, mencari hobi, atau karena sedang malas saja.
Sementara mereka tidak punya waktu untuk melakukan
hal lain. Mereka tidak punya alasan untuk bermalas-
malasan. Jika kupikir-pikir, aku tidak berhak untuk
Sampai diladang aku melihat ayah dan ibu sedang marah kepada ayah dan ibuku. Mereka bisa saja lupa
bekerja keras. tentang hari ulang tahunku karena sibuk mencari uang.
“Eh, sudah pulang nak?” Tanya ibu Aku tidak bisa memaksakan kehendakku. Aku harus
mengerti keadaan orang tuaku. Dalam benakku aku
“sudah” jawabku dengan singkat harus bisa membahagiakan mereka.
Aku masih merasa kesal karena ayah dan ibu masih
belum mengingat hari ulang tahunku. Ibu kemudian
menyuruhku membantunya memanen sayur.

Aku pun memanen sayur, kemudian membawanya


ke sebuah gubuk diladang dan menimbangnya.

Bekerja diladang sungguh melelahkan. Ditambah


lagi rasa gatal yang melanda tubhku karena digigit
nyamuk. Bukan hanya itu, siang ini matahari bersinar
sangat cerah, panas terik seolah-olah membakar kulitku.

Sejenak aku merenungkan tentang kedua


orangtuaku, tentang apa yang mereka hadapi setiap
harinya. Aku hanya bekerja diladang setelah pulang
sekolah. Artinya, aku masih punya waktu untuk belajar,
“sudah selesai nak?” Tanya ayah

“iya, sudah yah” jawabku

“yasudah, sana pergi mandi, tidak baik mandi


malam-malam” kata ayah.

Aku menuruti perkataan ayah. Aku langsung


Makna ulang tahun yang bergegas pergi ke kamarku, mengambil sepasang
pakaian dan pergi menuju kamar mandi.
sesungguhnya Saat menuju kamar mandi, aku melihat ibu
Hari sudah sore ketika aku menyelesaikan memasak di dapur. Ternyata ibu sudah mandi, dan
pekerjaanku. Pukul 5 sore kami semua telah selesai sedang memasak. Ibu sedang memasak mie goreng
bekerja. Kami pun mengangkut sayur yang kami kesukaanku.
kumpulkan kedalam mobil untuk dijual kepada
“hari ini kamu berulang tahun kan?” Tanya ibu
pengepul sayur didesa.
“iya bu” jawabku
Kebetulan rumah kami berdekatan dengan gudang
pengepul sayur, jadi ibu bisa ikut dari ladang dan turun “syukurlah, ibu sudah memasak mie goreng
dirumah. Sampai di tempat pengepul sayur, aku dan kesukaanmu” kata ibu
beberapa orang yang bekerja disana membongkar
“ ah, tidak usah repot-repot” jawabku malu-malu
muatan di mobil. Hasil penjualan sayur setiap harinya
akan diberikan langsung oleh pembeli sayur kepada ibu. “yasudah, kamu mandi sana” kata ibu
Selesai bongkar muat aku pulang dan memasukkan Aku pun pergi mandi. Ternyata orangtuaku
mobil ke dalam garasi. Di garasi ayah sedang mengingat hari ulang tahunku. Padahal aku sudah
memperbaiki mesin pompa. berprasangka buruk. Aku malu pada diriku sendiri.
Selesai mandi, aku berpakaian dan keluar. Ibu Setelah itu kami berkumpul dan berbincang-
sudah menyiapkan makan malam di meja. Tapi tidak bincang di ruang tamu sambil menonton tv. Kami
ada satu pun hadiah yang terlihat seperti ulang tahunku membicarakan tentang acara-acara tv. Mulai dari berita,
yang lewat. Tampak ayah dan ibu sudah menungguku iklan, dan siaran yang lain.
untuk makan malam. Aku pun duduk dekat ayah.
Tak lama kemudian pembicaraan kami mulai
“Ayo pimpin doa makan!” kata ayah mengarah kearah proses kedewasaan. Sama seperti
salah satu acara tv yang dibawa oleh motivator terkenal.
“Ah, jangan aku yah. Aku belum bisa” jawabku
“Wah, benar ya kalo orang yang dewasa itu dilihat
“Yasudah, biar ibu saja” kata ibu
dari tingkah lakunya” kata ayah
Ibu pun memimpin doa makan. Kami berdoa
“ Iya, tentu saja benar. Semua orang mengetahui
dengan bersungguh-sungguh. Kami mendoakan
hal itu” kata ibu
makanan kami, kesehatan kami, dan kerukunan
keluarga. Tidak lupa ibu mendoakanku agar bisa “ Memangnya, bagaimana seseorang dapat
menjadi lebih dewasa, berprestasi di sekolah, juga dikatakan dewasa bu?” tanyaku
menjadi anak yang baik.
“ Menurut ibu, orang dewasa dikatakan karena
Selesai berdoa, kami pun makan. Makan malam sudah cukup umur dan tindakan yang ia lakukan tidak
yang dimasak ibu sangat lezat. Aku sampai tambah lagi seperti anak kecil” kata ibu
hingga tiga piring. Ayah dan ibu senang melihatku
“ Kalo tindakannya biasa saja, tapi yang
makan dengan lahap.
dipikirkannya seperti anak kecil, apakah dapat
Selesai makan kami membereskan piring diatas dikatakan sebagai orang dewasa?” tanyaku lagi
meja makan. Membawa piring masing-masing ke
“ Tentu saja tidak, karena tindakan yang dewasa
wastafel untuk nanti dicuci.
berasal dari cara pikir yang sudah dewasa juga” kata ibu
“ Apakah umur 17 tahun sudah dikatakan dewasa
bu?” tanyaku

“Iya, umur 17 tahun sudah dikatakan dewasa” kata


ibu

Aku terdiam sejenak. Dalam hati aku berpikir-


pikir, tentang apa yang diperkatakan ibu. Kini usiaku
sudah genap 17 tahun, namun pikiranku seperti anak
kecil. Aku kadang suka bersikap cengeng dan manja.
Sikap itu sangat tidak mencerminkan usiaku yang
sebenarnya. Dalam hatiku aku ingin membenahi diriku
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai